Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Proyek Secara Umum


1.1.1. Latar Belakang Proyek

Jalan merupakan prasarana infrastruktur dasar yang dibutuhkan manusia untuk dapat
melakukan pergerakan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka pemenuhan
kebutuhan. Ketersediaan jalan menjadi hal yang dianggap mendesak manakala kegiatan
ekonomi masyarakat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Ditinjau dari sudut
pandang ekonomi jalan merupakan barang publik. Barang Publik adalah barang yang
memiliki karakteristik non-rival dan non-exclude. Non-rival adalah barang yang dapat
dikonsumsi bersamaan dengan barang lain pada waktu yang sama (joint consumtion) tanpa
saling meniadakan manfaat, sedangkan non-exclude adalah barang yang apabila seseorang
mendapatkan manfaat dari barang tersebut, maka tidak perlu membayar.

Di Indonesia, setelah era otonomi daerah, penyelenggaraan jalan terbagi atas tiga
kewenangan yaitu : pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota. Pemerintah pusat berwenang dalam penyelenggaraan jalan nasional dan jalan
tol, pemerintah daerah provinsi berwenang dalam penyelenggaran jalan provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota berwenang dalam penyelenggaraan jalan
kabupaten/kota. Dalam hal ini penyelenggaraan jalan diartikan sebagai kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan
adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan pedoman dan standart teknis,
pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia,serta penelitian dan pengembangan jalan;
Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan; sedangkan pengawasan
jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan
pembangunan jalan.

Selaku pembina teknis jalan, Departemen PU memberikan gambaran tentang proses


perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan jalan. Perencanaan jalan nasional didasarkan pada
Muatan Sumbu Terberat (MST) untuk jalan nasional adalah sebesar 8-10 ton, artinya untuk
seluruh jalan nasioanl yang ada beban maksimal suatu sumbu tunggal kendaraan adalah 8-10
ton, jika melebihi maka umur rencana jalan akan berkurang secara drastis. Pada kegiatan

1
pemeliharaan jalan, pada dasarnya pemeliharaan rutin (Routine) dan berkala (Periodic)
dilakukan secara terjadwal setiap periode tertentu dan perbaikan jalan (Betterment) dilakukan
hanya pada kondisi struktural jalan

1.1.2 Data Umum Proyek

Data umum Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- Sp. Kota Pinang- Bts.
Provinsi Riau meliputi rekontruksi jalan sepanjang 300 m, rehabilitasi mayor sepanjang 2 km,
dan pemeliharaan rutin sepanjang 99,58 km. Data umum proyek termasuk Rigid Pavement
pada pekerjaan JL. Lingkar [Rantau Prapat] KM. 293+158 KM. 293+458 dan Flexible
Pavement KM. 347+000 [Medan] 370+000 [Medan].

DATA KONTRAK:
1. Nama Proyek : Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat-Sp Kota Pinang-
Bts Provinsi Riau
2. Lokasi Proyek : Provinsi Sumatera Utara
3. No. Kontrak : 01/KTR-APBN/ASP/BR. S2/PPK.02/2017
4. Nilai Proyek : Rp. 16.936.547.317,00
5. Pemilik Proyek : SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi
Sumatera Utara
6. Penyedia Jasa : PT. AYU SEPTA PERDANA
7. Konsultan Pengawas : PT. HARAWANA CONSULTANT
8. Lingkup Pekerjaan : Rekonstruksi Jalan, Rehabilitasi Mayor, Pemeliharaan Rutin
Jalan, Pemeliharaan Rutin Jembatan.

1.2 Deskripsi Topik Yang Dipilih

1.2.2 Judul Topik

Judul topik yang dipilih adalah PELAKSANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID


PAVEMENT) DAN PELAKSANAAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE
PAVEMENT

2
1.2.3 Alasan Pemilihan

Sebagai mahasiswa Teknik Sipil Program DIV Teknik Perancangan Jalan dan
Jembatan (DIV TPJJ) diharapkan agar mampu merencanakan, melaksanakan, serta
mengawasi pembangunan jalan dan jembatan.

1.2.4 Ruang Lingkup / Batasan Topik

Karena menyesuaikan waktu PKL yang ditentukan, maka ruang lingkup pembahasan
laporan PKL ini adalah mencakup pelaksanaan uji slump, penghamparan beton, Pemadatan,
Pengkasaran lapisan permukaan jalan, perawatan jalan rigid, Penghamparan aspal beton,
pemadatan aspal beton.

1.3 Jadwal Kegiatan PKL

Waktu pelaksanaan PKL yang dijadwalkan oleh Jurusan Teknik Sipil program studi TPJJ
adalah selama empat minggu yang dimulai pada tanggal 27 Maret sampai 21 April 2017,
yang terdiri dari enam hari kerja setiap minggu dan dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga
17.00 WIB.

3
BAB II

KESESUAIAN PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Latar Belakang Pembangunan Konstruksi

Pekerjaan konstruksi jalan terbagi atas pekerjaan konstruksi jalan baru dan pekerjaan
konstruksi jalan yang sudah ada. Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota
Pinang- BTS. Provinsi Riau merupakan pekerjaan konstruksi pada jalan yang sudah ada.
Tentu ada beberapa hal yang mendasari dilaksanakannya proyek preservasi rehabilitasi pada
jalan tersebut.
Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS. Provinsi Riau yang menghubungkan dua
provinsi yaitu Sumatera Utara dan Riau. Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS. Provinsi
Riau merupakan ruas terpadat dalam Jalan Lintas Timur Sumatera. Selain memiliki lalu lintas
yang padat, jalan Lintas Timur Sumatera juga dilintasi oleh kendaraan yang bermuatan berat
sehingga menjadi beban yang harus dipikul oleh kontruksi jalan tersebut.
Melihat kondisi seperti itu, maka dilakukan pekerjaan preservasi rehabilitasi jalan dengan
cara rekonstruksi jalan dan rehabilitasi mayor yaitu menambah tebal lapis permukaan lama
untuk meningkatkan daya dukung (overlay). Pekerjaan tersebut dilakukan untuk menjaga
kondisi jalan dalam pelayanan standar dan mantap. Sehingga mobilisasi masyarakat dapat
berjalan dengan lancar dan aman.
Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS. Provinsi Riau
yang akan dibahas dalam laporan ini adalah tentang pelaksanaan pekerjaan pada JL. Lingkar
[Rantau Prapat] KM. 293+320 KM. 293+620 (STA 14+600 14+900) yang ditinjau adalah
pekerjaan perkerasaan kaku (rigid pavement). Rekontruksi jalan pada proyek ini adalah dari
kondisi existing yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dilakukan rekonstruksi menjadi
perkerasan kaku (rigid pavement). Dan pada pekerjaan flexible pavement KM. 269+000
[Medan] 270+000 [Medan. ]Proses pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku maupun
perkerasan lentur di lapangan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disetujui oleh
konsultan. Jika pelaksanaan tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada, maka akan
menimbulkan kerusakan pada perkerasan seperti retak, pumping, patah, dan umur rencana
tidak tercapai.

4
2.2. Sistem/Cara Kerja Maupun Alat Yang Dipakai
2.2.1. Pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Lingkup Kerja

Rigid Pavement merupakan konstruksi yang terdiri dari perkerasan jalan beton
semen Portland dan diberi tulangan sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi
teknis. Pekerjaan Rigid Pavement yang meliputi pemasangan bekisting, pengujian
slump, uji tarik beton, dan pelaksanaan pengecoran Rigid Pavement.
Pada proyek ini, rigid yang digunakan adalah rigid K-350 tanpa tulangan
dengan tebal 27 cm.

Alat-alat Yang Digunakan


Truck Mixer

Gambar 2.1 Truck Mixer

Trowel

Gambar 2.2 Trowel

5
Beam vibrator

Gambar 2.3 Beam Vibrator


Mesin Vibrator

Gambar 2.4 Mesin Vibrator

Alat Uji Slump

Gambar 2.5 Alat Uji Slump

6
Mesin Air Compressor

Gambar 2.6 Mesin Air Compressor

7
Water Tank

Gambar 2.7 Water Tank

Bahan Yang Digunakan


Beton fs 45 & fc 30 (Balok & Silinder)

Gambar 2.8 Beton K-350


Baja Tulangan Polos diameter 36 (Dowel)

Gambar 2.9 Baja Tulangan 36 (Dowel)

8
Baja Tulangan Ulir Diameter 13 (Tiebar)

Gambar 2.10 Baja Tulangan Ulir Diameter 13 (Tiebar)

Metode Pelakasanaan
1. Sebelum proses pengecoran dilakukan, maka permukaan lantai kerja dibersihkan
terlebih dahulu dapat juga menggunakan Air Compressor.

Gambar 2.11 Pekerjaan Pembersihan LC dengan Air Compressor

9
2. Setelah LC dibersihkan, lalu dilakukan pekerjaan pembuatan Bekisting di Areal
Kerja.

Gambar 2.12 Gambar Pembuatan Bekisting

3. Setelah dibersihkan, LC/Lantai kerja harus dilapisi plastik 125 Micron sebelum di
letakkan tulangan dowel. Setelah plastik diletakkan di atas LC, maka setiap jarak 4
m di paku sebuah kayu yang dianamakan Crack Inducer untuk pengendalian retak
pada jalan rigid.

Gambar 2.13 Pemasangan Crack Inducer

10
4. Meletakkan tulangan dowel setiap jarak 4 m sesuai dengan rencana kerja, tepat di
atas kayu yang sudah di paku di areal kerja. Dowel berupa tulangan polos diameter
36 mm yang dipasang memanjang diperuntukkan guna pemidahan beban.

Gambar 2.14 Pemasangan Dowel

5. Dalam pekerjaan pembuatan jalan perkerasan kaku ini juga dipasang tiebar yang
digunakan untuk pengikatan jalan yang satu dengan jalan yang disebelahnya.
Berikut gambar posisi penulangan dowel dan tiebar.

Gambar 2.15 Posisi Tiebar (Tulangan Ulir diameter 13)

11
6. Setelah semua persiapan dilakukan, baik dari tulangan, plastic dan perlengkapan
pendukung lainnya. Material beton yang digunakan diproduksi di Batching Plant
diangkut dengan menggunakan Truck Mixer.

Gambar 2.16 Pengangkutan Beton Segar

7. Sebelum melakukan penghamparan beton, setiap truck mixer yang datang harus
dilakukan test slump terhadap beton yang akan di hampar langsung dari truck
mixer dan diambil sampel untuk kuat tekan beton.

Gambar 2.17 Pengujian Slump Lapangan

12
Gambar 2.18 Pengambilan Benda Uji

8. Proses penghamparan beton dilakukan dengan metode manual yang langsung


dihampar dari truck molen ke areal yang akan di cor. Pengecoran beton dilakukan
per segmen atau per 4 m.

Gambar 2.19 Penghamparan Beton

13
9. Setelah di hampar sepanjang 4 m, maka beton harus di padatkan dengan mesin
Vibrator dan dibantu dengan menggunakan cangkul hingga beton setinggi batas
bekisting yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 2.20 Pemadatan Beton

10. Beton yang sudah dihampar dan dipadatkan hingga setinggi bekisting harus
diratakan dan dipadatkan permukaannya dengan menggunakan Beam Vibrator
yang sudah terlebih dahulu dipasang di areal kerja.

Gambar 2.21 Perataan Permukaan Jalan Rigid

14
11. Setelah dipadatkan dengan Beam Vibrator, maka jalan Rigid harus diratakan lagi
dengan plat besi.

Gambar 2.22 Perataan Permukaan dengan Pipa Besi

12. Setelah dipadatkan dengan Beam Vibrator, maka jalan rigid harus diratakan
kembali dengan pipa besi.

Gambar 2.23 Penghalusan Permukaan Rigid

15
13. Jalan rigid yang sudah diratakan dengan pipa besi, maka harus di haluskan dan
diratakan kembali permukaannya dengan Trowel.

Gambar 2.24 Perataan dan Penghalusan Permukaan dengan Trowel

14. Setelah selesai di ratakan dan dipadatkan, maka beton tersebut harus dipasang
tenda untuk menghindari suhu yang terlalu panas dan untuk menghindari
penguapan air yang berlebihan.

Gambar 2.25 Pemasangan Tenda

16
15. Setelah dipasang tenda, maka jalan Rigid dilakukan proses Groving (pembuatan
garis-garis pada permukaan Jalan) dengan alat Groover untuk menghindari jalan
menjadi licin.

Gambar 2.26 Pengkasaran Permukaan Rigid (Grooving)

16. Setelah melakukan Groving, beton juga dilakukan perawatan (curring) dengan
disiram cairan sika jenis Compound untuk mempercepat pengikatan beton.

Gambar 2.27 Proses Curring Compound

17
17. Beton yang sudah dibiarkan beberapa jam harus dilakukan perawatan (Curring)
dengan menutup jalan Rigid menggunakan Geotextile.

Gambar 2.28 Pemasangan Geotextile pada jalan Rigid

18. Setelah di tutup, maka jalan Rigid tersebut harus dilakukan perawatan (Curring)
dengan penyiramanan air melalui mobil water tank selama 7 hari berturut-turut.

Gambar 2.29 Perawatan dengan penyiraman air ke jalan Rigid

18
19. Pemotongan atau saw cutting dilaksanakan sebelum retak awal muncul pada
sekitar jam ke 4 s/d ke 24 dan disarankan pada jam ke 18. Saw cutting
dilaksanakan tegak lurus, saw cutting dilakukan dengan kedalaman 6,5 cm
melintang dari ujung tepi ke ujung tepi. Pemotongan rigid berfungsi untuk
prngrndalian retak.

Gambar 2.30 Proses Pemotongan (Cutting)

20. Setelah di cutting, lubang-lubang harus diisi dengan Joint Sealent. Proses ini harus
didahului dengan pembersihan celah atau joint dari segala kotoran, debu atau
bahan lainnya yang menghalangi masuknya sealent kedalam celah. Pengisian joint
sealent berfungsi untuk mencegah keretakan pada rigid.

Gambar 2.31 Pengisian Lubang Pemotongan dengan Join Sealant

19
21. Mengontrol ketebalan perkerasan dengan menggunakan penggaris dan ternyata
ketebalan yang ditinjau sesuai dengan direncanakan.

Gambar 2.32 Pengukuran Tebal Jalan Rigid

22. Kontrol perkerasan beton dilakukan untuk mengetahui adanya retak rambut. Bila
ditemukan, dilaporkan ke engineer/konsultan/owner untuk diperiksa dan ditentukan
tindak lanjutnya, apakah bisa diperbaiki permukaannya saja atau perlu dibongkar.

Quality Control
Quality control pada pengecoran.
1) Tinggi jatuh adukan beton 0,9-1,5 meter
2) Beton dapat dihampar langsung ke areal kerja yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
3) Penumpahan adukan Beton secara berkesinambungan antara satu adukan
dengan adukan lainnya sebelum terjadi ikatan awal. Jika tidak bisa
dihindari, maka harus diberikan cairan Sicabounde yang berfungsi untuk
menyatukan beton lama dengan beton segar yang baru datang.

20
Gambar 2.34 Penyiraman Sicabounde

4) Bila temperature beton basah >24C, diupayakan pencegahan penguapan.


5) Bila temperature saat dituangkan >32C, pengecoran dihentikan untuk
menghindari penguapan yang terlalu cepat.

Tindakan pengecoran pada saat cuaca panas


1) Jangan melebihi maximum yang diizinkan rasio air semen atau dosis bahan
tambah;
2) Pertimbangkan bahan tambah retarding setelah diverifikasi;
3) Pada cuaca ekstrem dilakukan pengecoran malam hari;
4) Basahi base sebelum beton dicor;
5) Corkan beton secepat mungkin dengan memberikan curring compound,
untuk mempercepat pengerasan.

Gambar 2.35 Pemberian Sicabounde

21
Perlindungan dari air hujan
1) Lembaran plastic dan papan kayu harus tersedia setiap saat untuk
melindungi permukaan dan sisi perkerasan beton yang baru dihampar bila
terjadi hujan;

Gambar 2.36 Pemasangan Tenda


2) Bila Hujan menerpa perkerasan beton yang baru dihampar belum mengeras,
tutup permukaan dengan lembaran plastic;

Pada saat curring beton


1) Jika menggunakan curring compound
- Cara mekanis 0,22- 0,27 lt/m2
- Cara manual 0,27- 0,36 lt/m2
2) Setelah itu dianjurkan menutup permukaan dengan burlap atau geotextile
non woven yang dibasahi air minimal 7 hari (Lihat Gambar 2.37)

Gambar 2.37 Pemberian air pada Rigid

22
Pengujian sampling beton
Dilaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kekuatan untuk setiap 20 meter
kubik atau sebagian dari padanya, beton yang dicor. Setiap pengujian harus
termasuk pembuatan dua contoh yang di identik untuk diuji pada umur 7 dan
28 hari.

2.2.2. Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan perkerasan lentur merupakan konstruksi yang terdiri atas pekerasan jalan
aspal. Pada proyek ini perkerasan lentur dengan AC- BC ASBUTON. Pekerjaan
perkerasan lentur meliputi pekerjaan stripping, pembersihan permukaan dengan Air
Compressor, penyemprotan lapis pengikat (Tack Coat), penghamparan Hotmix,
pemadatan awal dengan Tandem Roller, pemadatan dengan PTR, dan pemadatan
akhir dengan Tandem Roller.

Sumber Daya Alat


1. Dump Truck

Gambar 2.38 Dump Truck

23
2. Asphalt Finisher

Gambar 2.39 Asphalt Finisher

3. Tandem Roller

Gambar 2.40 Tandem Roller

24
4. Pneumatic Tired Roller (PTR)

Gambar 2.41 Pneumatic Tired Roller (PTR)


5. Motor Grader

Gambar 2.42 Motor Grader


6. Asphalt Sprayer

Gambar 2.43 Asphalt Sprayer

25
7. Alat bantu lainnya

Gambar 2.44 Alat bantu lainnya

Sumber Daya Bahan


1. Hotmix AC- BC Asbuton
Metode Pelaksanaan
1. Pembersihan lokasi pekerjaan atau Stripping menggunakan alat Motor Grader
(Lihat Gambar 2.45).

Gambar 2.45 Stripping

2. Membersihkan permukaan perkerasan dari tanah yang melekat agar material


merekat dengan sempurna. Pembersihan badan jalan menggunakan Air
Compressor dengan kapasitas 175 Cfm (Lihat Gambar 2.46).

26
Gambar 2.46 Pembersihan permukaan perkerasan

3. Setelah permukaan bersih, maka pekerjaan selanjutnya menyemprotkan Take


Coat pada permukan sebelum menghamparkan AC-BC Asbuton mengunakan
Asphalt Sprayer (Lihat Gambar 2.47).

Gambar 2.47 Take Coat

4. Kemudian memasukkan material AC-BC Asbuton yang bersuhu 150C 160oC


menggunakan Dump Truck berkapasitas 8 ton ke dalam Asphalt Finisher yang
sebelumnya dibawa dari AMP (Asphalt Mixing Plan) ke lokasi proyek.
Mobilisasi Hot Mix dari AMP dengan Dump Truck, Hot Mix ditutup dengan
terpal untuk menjaga temperatur agar tidak cepat turun (Lihat Gambar 2.48).

27
Gambar 2.48 Penuangan Aspal ke Asphalt Finisher

5. Setelah material AC-BC Asbuton dituang ke dalam Asphalt Finisher, kemudian


Asphalt Finisher menghamparkan AC-BC Asbuton dengan tebal ampar 9,6 cm,
tebal padat 8 cm dan lebar hampar 3,5 m. Temperatur penghamparan 135C -
155C (Lihat Gambar 2.49).

Gambar 2.49 Penghamparan AC-BC Asbuton dengan Asphalt Finisher

6. Setelah penghamparan dengan Asphalt Finisher, material harus diratakan secara


manual dengan menyingkirkan material yang kasar agar permukaan menjadi
lebih rata dan terisi tiap rongganya (Lihat Gambar 2.50).

28
Gambar 2.50 Meratakan permukaan dengan manual

7. Kemudian dilakukan pemadatan awal (Breakdown Rolling) menggunakan


Tandem Roller sebanyak satu kali passing. Temperatur 130oC 150oC (Lihat
Gambar 2.51).

Gambar 2.51 Breakdown Rolling dengan Tandem roller

8. Setelah dilakukan pemadatan awal dengan Tandem Roller, kemudian dilakukan


pemadatan antara (Intermedite Rolling) menggunakan Pneumatic Tired Roller
(PTR) sebanyak 22 kali passing. Temperatur pemadatan 95130oC (Lihat Gambar
2.52).

29
Gambar 2.52 Intermedite Rolling dengan PTR

9. Terakhir setelah dilakukan pemadatan antara dengan PTR, dilakukan


pemadatan akhir (Finishing Rolling) menggunakan Tandem Roller sebanyak
satu kali passing. Temperatur pemadatan akhir 70-95 oC (Lihat Gambar
2.53).

Gambar 2.53 Finishing Rolling dengan Tandem Roller

2.3 Kesesuaian Gambar Rencana dengan Realisasi


Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan akan melalui tahap perencanaan.
Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar- gambar yang memberikan ilustrasi
tentang bangunan tersebut nantinya. Selain untuk menampilkan wujud fisik bangunanya,
gambar gambar ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur

30
bangunan dan sistem utilitas di dalamnya sehingga selain bangunan terlihat indah, juga aman
dan nyaman untuk ditempati.
Dengan pembacaan gambar rencana, atau gambar yang telah direncanakan oleh pihak
konsultan kita dapat mengetahui perbedaan, atau ketidaksamaan gambar yang telah
rencanakan dengan pelaksanaan di lapangan.
Terkadang sering sekali gambar yang direncanakan, tidak sesuai dengan kondisi yang
ada di lapangan atau diakibatkan oleh perubahan struktur di lapangan sehingga terkadang
menimbulkan permasalahan pada saat pelaksanaan di lapangan. Pada shop drawing yang
didapat dari perencana, secara umum semua gambar yang direncanakan sesuai dengan yang
dikerjakan di lapangan (Lihat Gambar dan Lampiran).

2.4 Kesesuaian Metode Kerja Rencana Dengan Realisasi


Dalam suatu pekerjaan sangat dibutuhkan metode kerja, karena metode kerja sangat
berguna untuk pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaan di lapangan dengan baik dan
benar. Adapun metode kerja rencana yang sesuai dengan yang di realisasikan dibuat dalam
bentuk tabel seperti dibawah ini:
Tabel 2.1. Kesesuaian Rencana dan Realisasi

NO. RENCANA REALISASI KETIDAKSESUAIAN


1. Pekerjaan Rigid Pavement : Pekerjaan Rigid Pavement : Rencana dan Realisasi
Sebelum proses Sebelum proses sesuai.
pengecoran dilakukan, pengecoran dilakukan,
maka permukaan maka permukaan
lantai kerja lantai kerja
dibersihkan terlebih dibersihkan terlebih
dahulu dengan dahulu dengan
menggunakan Air menggunakan Air
Compressor. Compressor.
Pemasangan bekisting Pemasangan bekisting
dengan dengan
memperhatikan memperhatikan
kekokohan, kekokohan,
ketinggian/ tebal plat ketinggian/ tebal plat
beton, panjang yang beton, panjang yang

31
cukup. cukup.
Selanjutnya Selanjutnya
permukaan Lean permukaan Lean
Concrete disiram air Concrete disiram air
agar dasar permukaan agar dasar permukaan
dalam kondisi basah dalam kondisi basah
sewaktu proses sewaktu proses
pengecoran pengecoran
berlangsung. berlangsung.
Pemasangan plastik Pemasangan plastik
sepanjang yang akan sepanjang yang akan
di cor. di cor.
Pemasagan tulangan Pemasagan tulangan
sambungan, dowel sambungan, dowel
dan tie bar. dan tie bar.
Pemasangan dowel Pemasangan dowel
dan tie bar harus rapi, dan tie bar harus rapi,
tepat lokasi dan tidak tepat lokasi dan tidak
overlap. overlap.
Mengatur ketebalan Mengatur ketebalan
pada alat sehingga pada alat sehingga
menghasilkan menghasilkan
ketebalan beton = 27 ketebalan beton = 27
cm cm
Material beton yang Material beton yang
digunakan diproduksi digunakan diproduksi
di Batching Plant dan di Batching Plant dan
diangkut dengan diangkut dengan
menggunakan Truck menggunakan Truck
Mixer. Mixer.
Setelah pekerjaan Setelah pekerjaan
penulangan siap maka penulangan siap maka
dilakukan pengecoran. dilakukan pengecoran.

32
Dilakukan pengetesan Dilakukan pengetesan
slump dan diambil slump dan diambil
untuk uji kuat tekan untuk uji kuat tekan
pada setiap penuangan pada setiap penuangan
beton per Truck Mixer beton per Truck
Untuk mencapai Mixer. Untuk
kepadatan dilakukan mencapai kepadatan
dengan alat Vibrator dilakukan dengan alat
beam, mesin Vibrator Vibrator beam, mesin
dan secara mekanis Vibrator dan secara
atau manual. mekanis atau manual.
Selesai diratakan dan Selesai diratakan dan
dipadatkan, perawatan dipadatkan, perawatan
(curing) dengan (curing) dengan
disiram air selama 7 disiram air selama 7
hari berturut-turut. hari berturut-turut.
Pemotongan atau saw Pemotongan atau saw
cutting dilaksanakan cutting dilaksanakan
sebelum retak awal sebelum retak awal
muncul pada sekitar muncul pada sekitar
jam ke 4 s/d ke 24 dan jam ke 4 s/d ke 24 dan
disarankan pada jam disarankan pada jam
ke 18. Saw cutting ke 18. Saw cutting
dilaksanakan tegak dilaksanakan tegak
lurus, saw cutting lurus, saw cutting
harus diupayakan harus diupayakan
mempunyai lebar mempunyai lebar
kedalaman yang kedalaman yang
sesuai. sesuai.
Pengisian joint sealent Pengisian joint sealent
harus didahului harus didahului
dengan pembersihan dengan pembersihan
celah atau joint dari celah atau joint dari

33
segala kotoran, debu segala kotoran, debu
atau bahan lainnya atau bahan lainnya
yang menghalangi yang menghalangi
masuknya sealent masuknya sealent
kedalam celah, bila kedalam celah, bila
perlu di blower. perlu di blower.
Pengisian joint sealent Pengisian joint sealent
menggunakan aspal menggunakan aspal
dan dilaksanakan dan dilaksanakan
serapi mungkin. serapi mungkin.
Kontrol perkerasan Kontrol perkerasan
beton dilakukan untuk beton dilakukan untuk
mengetahui adanya mengetahui adanya
retak rambut. Bila retak rambut. Bila
ditemukan, dilaporkan ditemukan, dilaporkan
ke engineer/ ke engineer/
konsultan/ owner konsultan/ owner
untuk diperiksa dan untuk diperiksa dan
ditentukan tindak ditentukan tindak
lanjutnya, apakah bisa lanjutnya, apakah bisa
diperbaiki diperbaiki
permukaannya saja permukaannya saja
atau perlu dibongkar. atau perlu dibongkar.
2. Pekerjaan Flexible Pekerjaan Flexible Rencana dan Realisasi
Pavement: Pavement: sesuai.
Pembersihan lokasi Pembersihan lokasi
pekerjaan atau pekerjaan atau
Stripping Stripping
menggunakan alat menggunakan alat
Motor Grader. Motor Grader.
Membersihkan Membersihkan
permukaan perkerasan permukaan perkerasan
dari tanah yang dari tanah yang

34
melekat agar material melekat agar material
merekat dengan merekat dengan
sempurna. sempurna.
Pembersihan badan Pembersihan badan
jalan menggunakan jalan menggunakan
Air Compressor Air Compressor
dengan kapasitas 175 dengan kapasitas 175
Cfm. Cfm.
Penyemprotan Take Penyemprotan Take
Coat menggunakan Coat menggunakan
Asphalt Sprayer. Asphalt Sprayer.
Penuangan aspal dari Penuangan aspal dari
Dump Truck ke Dump Truck ke
Asphalt Finisher. Asphalt Finisher.
Penghamparan aspal Penghamparan aspal
menggunakan Asphalt menggunakan Asphalt
Finisher dengan tebal Finisher dengan tebal
hampar 9,6 cm. hampar 9,6 cm.
Pemadatan awal Pemadatan awal
menggunakan Tandem menggunakan Tandem
Roller sebanyak satu Roller sebanyak satu
kali passing. kali passing.
Pemadatan antara Pemadatan antara
menggunakan menggunakan
Pneumatic Tired Pneumatic Tired
Roller sebanyak 22 Roller sebanyak 22
kali passing. kali passing.
Pemadatan akhir Pemadatan akhir
menggunakan Tandem menggunakan Tandem
Roller sebanyak satu Roller sebanyak satu
kali passing. kali passing.

35
2.5 Kesesuaian Volume Rencana dengan Realisasi
Volume rencana merupakan kapasitas dari suatu item pekerjaan, misalnya volume
pekerjaan rigid pavement, volume pekerjaan tersebut dapat dihitung dengan melihat
pekerjaan rigid pavement. Volume pekerjaan tersebut dapat dihitung dengan melihat gambar
kerja yang sudah dibuat sebelumnya. Perhitungan volume dapat menggunakan rumus
matematika sederhana sesuai dengan jenis perkerjaan yang ada dalam perencanaan.
Didalam Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS.
Provinsi Riau, volume rencana yang dilaksanakan di lapangan sesuai dengan yang di
rencanakan. Untuk menentukan volume rencana dari masing masing pekerjaan, terlebih
dahulu mengetahui dimensi pada gambar yang telah direncanakan, oleh karena itu dimensi
yang direncanakan sudah tertera di gambar rencana, yang dapat dilihat pada lembar lampiran.

2.6 Kesesuaian Mutu Rencana dengan Realisasi


Setiap proses pekerjaan suatu konstruksi memerlukan program pengendalian mutu
hasil pekerjaan berdasakan pada system pengendalian yang menyeluruh. Penerapannya
melalui kegiatan kegiatan pengawasan, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian
laboratorium.
Pelaksanaan pengendalian mutu pada hakekatnya adalah pemantauan langkah demi
langkah terhadap proses pelaksanaan suatu pekerjaan, jadi bukan hanya memberikan
penilaian terhadap hasil akhir suatu pekerjaan. Pemantauan proses mencakup penilaian
terhadap metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, peralatan, dan tenaga kerja,
termasuk keselamatan kerja.
Pedoman mutu dan komposisi bahan spesifikasi ditetapkan berdasarkan ketetapan
yang terdapat pada Rencana Kerja dan Syarat Syarat. Pengendalian mutu proyek harus di
arahkan kepada usaha memuaskan kebutuhan dan persyaratan yang diungkapkan oleh Owner.
Pengendalian mutu harus dilaksanakan pada seluruh pekerjaan yang tercantum pada kontrak
kerja. Apabila ada hasil/ produk pekerjaan yang tidak sesuai atau melampaui batas toleransi
dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka pimpinan proyek akan meminta staf
bawahannya untuk memperbaiki atau mengganti produk tersebut sesuai dengan standar mutu
yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu merupakan salah satu faktor keberhasilan hasil pelaksanaan
pekerjaan khususnya Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang-
BTS. Provinsi Riau. Pengendalian mutu yang dilakukan ada dengan pengujian Slump Test,

36
pemeriksaan material yang digunakan di lapangan. Dengan pengendalian mutu yang baik dan
dapat memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana.
Dari beberapa data yang telah dapat dikumpulkan selama PKL dapat disimpulkan
bahwa semua mutu bahan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan di lapangan memenuhi
dengan data rencana dan dinyatakan mengikuti dengan spesifikasi yang telah dianjurkan atau
ditentukan owner dan perencana.

2.7 Kesesuaian Skedul Rencana dengan Realisasi


Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing - masing
item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk
melaksanakan sebuah proyek. Time Schedule pada proyek konstruksi dapat dibuat dalam
bentuk :
1. Kurva S.
2. Bar Chart.
3. Network Planning.
4. Schedule harian, mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
5. Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti Ms. Project.
Tujuan dan manfaat pembuataan Time Schedule pada sebuah proyek kostruksi antara lain :
1. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
2. Pedoman waktu untuk pendatangan material bangunan yang sesuai dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
3. Pedoman waktu untuk pengadaan alat alat kerja.
4. Time Schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan
proyek.
5. Time Schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja
proyek konstruksi.
6. Sebagai pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
7. Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau
bonus percepatan proyek.
8. Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi.
Untuk dapat menyusun Time Schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan
adalah :
1. Gambar kerja proyek.

37
2. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek.
3. Biil Of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan.
4. Data lokasi proyek berada.
5. Data sumber daya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia di sekitar
lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
6. Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus di datangkan ke
lokasi proyek.
7. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekejaan.
8. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
9. Data jenis transportasi yang dapat digunakan di sekitar lokasi proyek.
10. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing - masing item pekerjaan.
11. Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
12. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu
pembayaran progress dan lain - lain.
Untuk Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS.
Provinsi Riau, secara keseluruhan time schedule yang direncanakan sesuai dengan fakta
dilapangan. Hal tersebut dapat dilihat dari time schedule yang ada di lampiran. Hanya saja
cuaca yang tidak mendukung mempengaruhi waktu pekerjaan di lapangan sehingga ada
beberapa item pekerjaan yang tertunda. Contohnya saat penghamparan beton terjadi hujan,
sehingga waktu penghamparan menjadi tertunda.

2.8 Kesesuaian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rencana dan Realisasi
K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setia orang yang berada pada tempat kerja, yang berhubungan denga
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja kostruksi, proses produksi dan
lingkugan sekitar tempat kerja.
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencpaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.

38
Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah pilah dalam
beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah :
1. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
2. Untuk mencegah penurunan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor faktor
yang dapat menganggu kesehatan.
4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisiologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerja
dan setiap orang dengan tugasnya.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga dan
meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari faktor
faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Tujuan utama K3 adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko
kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya K3 adalah untuk mencegah
terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja,
mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma
kesehatan kerja diharapkan menjadi instrument yang menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja.
Didalam pekerjaan Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota
Pinang- BTS. Provinsi Riau, banyak pekerja yang tidak menerapkan K3 sesuai dengan
peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PER/M/2008.
Salah satu contoh tidak menerapkan K3 pada Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau
Prapat- SP.Kota Pinang- BTS. Provinsi Riau adalah tidak menggunakan perlengkapan yang
dibutuhkan dalam pekerjaan mulai dari pemakaian topi/helm kerja dan rompi. Padahal di
lokasi proyek telah diberikan rambu peringatan, warning tape dan barikade.

39
Gambar 2.54 Pekerja yang tidak memakai rompi dan helm safety

Gambar 2.55 Rambu Peringatan

Gambar 2.56 Rambu Peringatan

40
Gambar 2.57 Rambu Peringatan

41
BAB III
EVALUASI KETIDAKSESUAIAN RENCANA
DENGAN REALISASI

3.1 Penyebab Ketidaksesuaian


Suatu pekerjaan konstruksi diharapkan agar sesuai dengan perencanaan namun
tentu saja tidak ada yang sempurna dalam pelaksanaannya. Hanya saja penyedia jasa
berusaha untuk merealisasikan perencanaan itu menjadi sesuatu yang hampir mendekati
sempurna. Ketidaksesuain dalam pekerjaan suatu konstruksi pasti terjadi,tetapi situasi itu
dapat diatasi atau diminimalisir sehingga dilaksanakan tidak melebihi toleransi yang
telah disepakati.
Ketidaksesuaian rencana dengan realisasi pada Proyek Preservasi Rehabilitasi
Jalan Rantau Prapat - SP.Kota Pinang- BTS. Provinsi Riau dalam pekerjaan konstruksi
ini disebabkan:
a. Pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Dari pengamatan yang di lakukan, Truck Mixer datang terlambat sehingga terjadi
selang waktu antara beton yang sudah siap dihampar dengan beton segar yang baru
datang dari Batching Plant.
b. Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Dari pengamatan yang dilakukan. Aspal yang sudah dihampar menggunakan
Asphalt Finisher dibiarkan dengan selang waktu yang cukup lama sebelum
dipadatkan menggunakan PTR dikarenakan PTR yang ada masih digunakan untuk
pemadatan di section lainnya.
Pada saat pekerjaan pengaspalan, sistem manajemen lalu lintas yang digunakan
adalah dengan menutup satu jalur sehingga harus disiapkan majamen lalu lintas
yang baik untuk menghindari terjadinya benturan antar pengguna jalan. Namun
dari pengamatan yang kami lakukan, Manajemen Lalu Lintas yang dilakukan
kurang baik, sehingga pada saat tertentu terjadi benturan antar pengguna jalan.
Sehingga menimbulkan kemacetan.

3.2 Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan


Ketidaksesuaian realisasi suatu proyek dengan rencana awal dapat diatasi dengan
mengambil keputusan dan tindakan/solusi yang tepat. Dalam mengambil keputusan yang

42
tepat, pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap proyek tersebut harus
mencari penyebab ketidaksesuaian itu dengan mengevaluasi kembali pekerjaan dengan
rinci.
Tindakan/solusi yang dilaksanakan di lapangan harus disesuaikan dengan kendala
yang terjadi. Berikut tindakan yang dilaksanakan di lapangan:
a. Pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Untuk mengatasi keterlambatan kedatangan Truck Mixer dari Bacthing Plant,
sebelum dilakukan penuangan beton segar, harus dituangkan cairan khusus yaitu
Sicabound ke beton lama agar terjadi pengikatan antar beton lama dengan beton
yang baru datang.
b. Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Untuk mengatasi masalah pemadatan tersebut. Harus diperiksa suhunya apakah
suhunya masih memenuhi syarat atau tidak karena jika tidak maka akan
berpengaruh terhadap hasil akhir dari perkerasan tersebut.
Mengenai sistem manajemen lalu lintas, seharusnya dilakukan komunikasi antar
petugas yang menjaga. Sehingga tidak terjadi benturan antar pengguna jalan.

43
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa dapat
membandingkan ilmu teori yang diperoleh dengan pelaksanaan di lapangan terutama
pada Proyek Preservasi Rehabilitasi Jalan Rantau Prapat- SP.Kota Pinang- BTS.
Provinsi Riau.
b. Didalam pelaksanaan proyek tersebut, semua pekerjaan yang dikerjakan di lapangan
sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.
c. Sebelum pengecoran pada pekerjaan Rigid Pavement, pelaksana di lapangan rutin
melakukan pengujian slump, agar dapat mengontrol bahwasanya beton layak atau
tidak untuk digunakan dalam pekerjaan pengecoran Rigid Pavement.
d. Sebelum dilakukan penghamparan pada pekerjaan aspal, pelaksana di lapangan rutin
melakukan pengecekan suhu aspal di dump truck saat baru datang.

4.2 Saran
a. Dalam pekerjaan di lapangan diharapkan menggunakan perlengkapan safety seperti:
sepatu, baju atau rompi, serta helm.
b. Dalam mobilisasi seharusnya menggunakan analisa K3.
c. Diharapkan rambu rambu peringatan K3 ditaati dan dilaksanakan.

44

Anda mungkin juga menyukai