DISUSUN OLEH:
BELLADINA MAYYASHA MARTADIPURA
1102013055
TUTOR:
dr. Linda Armelia, Sp.PD-KGH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016/2017
SKENARIO
Seorang wanita berusia 30 tahun, datang ke dokter dengan keluhan sakit perut
sejak 6 hari yang lalu. Pada awalnya nyeri dirasakan di perut bagian tengah, namun nyeri
berpindah ke perut bagian kanan bawah, terasa jelas dan tajam. Pasien juga merasa tidak
nafsu makan, mual, muntah, dan perut terasa kembung. Pasien merasa demam sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan terus menerus sepanjang hari. Pasien
tidak BAB selama 2 hari, tidak flatus, BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur dan
jarang mengkonsumsi serat. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan McBurney
sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+). Didapatkan total skor Alvarado 7. Pada
pemeriksaan CT Scan, didapatkan dinding appendix dilatasi 6 mm pada diameternya dan
didapatkan abses di sekitar appendix. Pasien didiagnosis terkena appendisitis. Dokter
menyarankan pasien untuk melakukan operasi usus buntu atau appendektomi. Mendengar
akan di operasi, pasien merasa takut akan risiko yang ditimbulkan karena pasien tidak
pernah di operasi sebelumnya. Pasien bertanya apakah ada penanganan yang lebih aman
yang dapat dilakukan selain appendektomi. Dokter menyarankan penanganan lain yaitu
laparoskopi.
Foreground Question
Manakah terapi yang lebih aman dan baik untuk pasien appendisitis antara laparoskopi
dan appendektomi?
Komponen PICO
P (Population/patient) : Pasien penderita appendisitis
I (Intervention) : Laparoskopi
C (Comparison) : Appendektomi
O (Outcome) : Risiko dan keamanan setelah dilakukan tindakan kepada
pasien
Keyword
Appendicitis AND Laparoscopy surgery AND Open Appendectomy AND Safety
2
Pencarian bukti Ilmiah
Type of question : Therapy
Pemilihan situs : https://www.ebscohost.com/
Limitasi : Last 5 years, full text, free article, bahasa Inggris
Hasil Pencarian : 9 artikel
Judul Artikel :
1. Laparoscopic versus open surgery for complicated appendicitis: a randomized
controlled trial to prove safety.
2. Laparoscopic appendectomy versus open appendectomy in pregnancy: a
population-based analysis of maternal outcome.
3. Systematic review and meta-analysis of safety of laparoscopic versus open
appendicectomy for suspected appendicitis in pregnancy.
4. Laparoscopic appendectomy is safer than open appendectomy in an elderly
population.
5. Clinical outcomes compared between laparoscopic and open appendectomy in
pregnant women.
6. Pre-operative Identification and Surgical Management of the Appendiceal
Mucocele: A Case Report.
7. A comparison of outcomes between laparoscopic and open appendectomy in
Canada.
8. Appendicular Mucocele: Possibilities and Limits of Laparoscopy. Brief Series
and Review of the Literature.
9. Single-port laparoscopic appendectomy: comparison with conventional
laparoscopic appendectomy.
3
I. Apakah hasil penelitian ini valid?
A. Petunjuk primer
1. Apakah penempatan pasien kedalam kelompok terapi dirandomisasi?
YA, pada penelitian ini dilakukan randomisasi pada 114 pasien yang
melakukan appendektomi dan laparoskopi dengan perbandingan 1:1.
Randomisasi dilakukan menggunakan metode software komputer.
4
3. Apakah semua pasien dianalisis pada kelompok randomisasi semula?
Tidak, karena pasien yang dieksklusi setelah dilakukan intervensi laparoskopi
dan appendektomi tidak dimasukan kedalam analisis data.
B. Petunjuk sekunder
1. Apakah pasien, petugas kesehatan dan staf peneliti dibutakan terhadap
terapi?
Tidak, karena pasien dan dokter sudah mengetahui tindakan intervensi yang
akan dilakukan dan diberikan kepada pasien, yaitu laparoskopi dan
appendektomi.
5
2. Apakah pada awal penelitian kedua kelompok sama?
Tidak, ada satu karakteristik yang berbeda signifikan yaitu Tes C-Reaktif
Protein, namun selebihnya karakteristik yang lain pada kedua kelompok sama.
6
3. Disamping intervensi eksperimen, apakah kedua kelompok mendapat
perlakuan yang sama?
Ya, karena setelah dilakukan tindakan laparoskopi dan appendektomi, semua
pasien menerima terapi antibiotik berupa coamoxiclavulanic acid 1,2 g
intravena, namun apabila pasien alergi terhadap penisilin, pasien diberi
ciprofloxacin 500 mg intravena.
7
Tindakan Komplikasi Recover Total
Laparoskopi 29 (a) 37 (b) 39
Appendektomi 32 (c) 33 (d) 42
Total 70 11 81
8
2. Apakah semua luaran yang penting sudah dipertimbangkan?
Ya, selain primary outcomes yang diteliti, luaran lain seperti lama terapi antibiotik
setelah tindakan, dan biaya juga dipertimbangkan dalam diskusi dan kesimpulan.
Pada penelitian ini tidak dilakukan analisa mengenai biaya laparoskopi dan
appendektomi. Namun pada penelitian yang lain di sebutkan bahwa biaya untuk
9
melakukan tindakan laparoskopi lebih mahal dibanding appendektomi karena
membutuh kan alat operasi yang lebih tinggi.
Kesimpulan
1. Jurnal ini valid, penting, dan dapat diaplikasikan pada kasus ini karena sesuai dengan
kriteria eksklusi dan inklusi pada pasien di skenario, walaupun masih ada
kekurangan seperti pasien randomisasi semula tidak dimasukkan kedalam analisis
data, dan sedikitnya jumlah pasien yang diikutsertakan pada penelitian. Namun,
jurnal ini masih dapat digunakan.
2. Tindakan laparoskopi dan appendektomi tidak terlalu berbeda signifikan dari segi
keamanan dalam menanganani pasien appendisitis. Biaya laparaskopi relatif lebih
mahal dibanding appendektomi.
Saran
Peneliti diharapkan untuk menambah jumlah pasien yang diteliti dalam penelitian.
Apabila jumlah pasien yang dianalisis lebih banyak, mungkin hasil yang didapat lebih
akurat.
10