Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

WASPADA AKAN BAHAYA HIPERTENSI

OLEH

AHMAD TEDY S.

NIM. 111302003

STIKES PEMKAB JOMBANG

DIII KEPERAWATAN 1A

2011/2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN

i. TOPIK
Waspada Akan Bahaya hipertensi

ii. PERMASALAHAN
Kurangnya informasi akan bahaya hipertensi
iii. SASARAN
Masyarakat RT 005/RW 003 Plandi Jombang

iv. TEMPAT dan WAKTU


Hari/Tanggal : Kamis, 08 Maret 2012
Waktu : 08.00 WIB Selesai
Tempat : balai desa
v. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan Peserta mampu memahami dan lebih
waspada akan hipertensi
B.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, Peserta dapat:
Menjelaskan pengertian hipertensi
Menjelaskan penyebab hipertensi
Menjelaskan kewaspadaan terhadap hipertensi
Menjelaskan tentang penanganan hipertens

vi. MATERI
Terlampir

vii. METODE PENYAMPAIAN


a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab

viii. MEDIA
Leaflet
ix. TABEL KEGIATAN
Tahap Kegiatan dan Kegiatan
Media
Waktu Perawat Peserta

i. Salam Pembuka
ii. Memperkenalkan Mendengarkan

Pembukaan diri dan Ceramah dan


( 5 menit ) iii. Menjelaskan maksud memperhatikan leaflet
dan tujuan perawat/penyaji
iv. Membagikan leaflet

Mendengarkan

Penyajian dan Ceramah dan


Menyampaikan materi
( 15 menit ) memperhatikan leaflet
penyaji
Memperhatikan
i. Melakukan tanya
Penutupan dan ikut Ceramah dan
( 10 menit ) jawab
bertanya serta leaflet
ii. Menutup pertemuan
menjawab

x. REFERENSI
Bawazier, A. Lucky. 2008. Lima Puluh Masalah Kesehatan Di Bidang Ilmu Kesehatan
Penyakit Dalam. Pusat Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta

Doenges, Marilynn E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Drs Kusno, Waluyo, 2001. Sistem Kardiovaskuler Gangguan dan Penyakitnya. Puri
Delco: Bandung

Mansjor Aris, 2001, Kapita Selekta Kedokteran. EGC. Jakarta

Nursalam. 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Selama
medika: Surabaya.

xi. EVALUASI
A. Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang
telah dibuat.
B. Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai
dilaksanakan.
C. Evaluasi Hasil : Diharapkan peserta mengerti tentang waspada hipertensi
xii. LAMPIRAN MATERI

Pengertian
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi
merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Diagnosis
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/
diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan
darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut).
Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali
(pembuluh nadi mengempis kosong).

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas,
sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang
Mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. (batasan
tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).

Gejala

Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah,
sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-
lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan
pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.

Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik
yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum
diketahui pasti.

Pengobatan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik
(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat
akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)


2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga


pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang
lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh


2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.


Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

3. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.

Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian obat harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Anda mungkin juga menyukai