Anda di halaman 1dari 5

Tidak Relevan Membenturkan Pancasila Dengan Khilafah

Oleh : Naufal Althaf M. Ahmad


Beberapa hari lalu ada sebuah pernyataan dari seseorang yang menyatakan bahwa Pancasila
bertentangan dengan Khilafah. Pernyataan tersebut dibangun atas dasar satu pandangan saja dari
seseorang tersebut. Dia membangun pernyataan itu dari syarat memilih pemimpin berdasarkan latar
belakang agama. Dalam Pancasila memilih pemimpin itu bebas, bisa muslim atau non-muslim.
Sedangkan dalam Khilafah hanyalah pemimpin Muslim saja. Dari itulah seseorang tersebut
menyatakan pernyataannya.
Sanggahan:
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui beberapa poin-poin kekeliruan dan hal yang berkaitan
dengan itu.
1. Kekeliruan memahami Pancasila itu sendiri
2. Kekeliruan memahami Khilafah itu sendiri
3. Tidak memahami perbedaan antara Sistem Kenegaraan, Ideologi dan Nilai/Falsafah
4. Tidak memperhatikan QS.Al-Maidah:51 dan dalil-dalil lainnya tentang keharaman memilih
pemimpin selain muslim
5. Tidak memahami sejarah Khilafah dengan baik terkait keberlangsungan hidup warga Negara
Khilafah non-muslim yang dilindungi dan dilayani dengan baik.
Penjelasan:
1. Pancasila itu adalah sebuah falsafah hidup yang meletakkan garis besar hidup yang tertuang
dalam 5 sila agar dapat dilaksanakan dalam kehidupan bernegara.
Pancasila tidak memiliki metode (tariqoh) untuk menerapkannya, mempertahankannya dan
menyebar luas kannya. Tetapi hanya sebatas ide (fikrah) saja yang menggambarkan garis besar
kehidupan yang baik, tapi tidak hingga detail-detailnya. Hingga akhirnya Pancasila pun tidak sampai
kepada tingkatan Ideologi, karena tidak memiliki metode (tariqoh) dalam menerapkan,
mempertahankan dan menyebarluaskannya. Serta ide (fikrah)-nya umum. Karena syarat agar
sebuah ide dapat mencapai tingkatan Ideologi, maka ide tersebut harus mempunyai fikrah yaitu ide
yang jelas, mempunyai pandangan terkait sebelum kehidupan, saat kehidupan (konsep politik,
ekonomi, sosial, pemerintahan, dsb) dan setelah kehidupan dan tariqoh yaitu metode menerapkan,
mempertahankan, menyebarluaskan.
2. Terkait Khilafah. Banyak ulama yang mendefinisikan Khilafah itu adalah sebagai sebuah bentuk
sistem kenegaraan Islam sebagai kepemimpinan umum kaum Muslim seluruh dunia yang
melaksanakan seluruh hukum Allah, baik Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah. Seluruh imam
madzhab (Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Hanbali), bahkan Khawarij, Syiah, Murjiah
menyepakati Khilafah sebagai sistem kenegaraan dlm Islam. Para ulama seperti Imam Al-Ghazali,
Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Mawardi, Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami,
Imam Qurtubi, dan masih banyak imam lainnya mendefinisikan dan menyatakan Khilafah sebagai
sistem kenegaraan yang wajib ditegakkan bagi seluruh kaum Muslim.
Khilafah sebagai sistem kenegaraan yang Khas, berbeda dengan sistem Kerajaan, sistem Republik,
sistem Federal, sistem Kekaisaran, sistem Union.
Dalam sistem Khilafah seorang Khalifah dipilih atas dasar kerelaan umat dengan berbai'at sebanyak
2 tahap. Tahap pertama adalah Bai'at In'Iqod. Adalah bai'at yang dilaksanakan oleh perwakilan
kaum muslim dari berbagai daerah kepada Khalifah yang sebelumnya sang Khalifah telah diseleksi
oleh Mahkamah Madzhalim yang tadinya berjumlah sekitar 6, lalu disaring menjadi 1 saja.
Kemudian tahap kedua adalah bai'at Taat. Bai'at ini adalah bai'at lanjutan dari bai'at in'iqod. Yaitu
pernyataan Ketaatan seluruh penduduk Khilafah baik yang muslim maupun non-muslim atas
keridhoan dan ketaatan mereka kepada Khalifah yang sebelumnya sudah dibai'at oleh perwakilan
kaum muslim pada bai'at in'iqod tadi.
Perbedaan lainnya adalah mekanisme dalam ekonomi, pemerintahan, struktur kenegaraan, sistem
pendidikan, kesehatan, hubungan luar negeri, semua itu Khilafah mempunyai Khas, dan berbeda
dengan yang lain.
3. Perbedaan antara Sistem Kenegaraan, Ideologi dan Falsafah
3.1 Sistem Kenegaraan merupakan sebuah mekanisme teknis dalam menjalankan struktur
kepemimpinan administrasi atas rakyat yang dipimpinnya, atas wilayah dan isinya.
Mekanisme teknis ini mempunyai beragam corak dalam menjalankan struktur kepemimpinan
administrasi, ada yang Kerajaan, Republik, Federasi, Kekaisaran, Perserikatan, dan Khilafah.
3.2 Ideologi merupakan Ide yang dijadikan sebagai pandangan hidup dan memiliki konsep jelas dan
menyeluruh mengenai Fikrah (corak ide dan konsep ideologi tersebut, dari dasar cara berpikir
hingga konsep2 ketatanegaraan) dan Tariqoh (corak metode penerapan, mempertahankan,
penyebarluasan ide/fikrah td)
3.3 Falsafah merupakan ide yang dijadikan garis besar/haluan dalam bernegara, tetapi fikroh (ide)-
nya hanya umum, tidak detail dan spesifik, ditambah tidak memiliki tariqoh (metode) untuk
menerapkan, mempertahankan dan menyebarluaskan. Akhirnya yang terjadi sebuah falfasah sulit
untuk diterapkan dalam tatanan kehidupan dan bernegara karena ketiadaan tariqoh td sehingga
kebingungan untuk mengaplikasikannya secara jelas.
4. Sesungguhnya apa yang terjadi pada seseorang tersebut adalah tidak sinkronnya antara
perasaan dan pemikiran dia, dan tidak dijadikannya Al-Quran sebagai dasar aturan hidup. Buktinya
saja seseorang tersebut mengkerdilkan keberadaan ayat-ayat yang membahas tentang keharaman
memilih pemimpin kafir (Al-Maidah:51, Ali-Imron:28, An-Nisa: 144, Al-Maidah:57, At-Taubah:73 dan
masih banyak dalil). Maksud dari perasaan dan pemikiran yaitu perasaannya masih islami, artinya
masih mempunyai rasa perduli pada hatinya jika islam dihina-dinakan, dilecehkan, hatinya tergerak,
tersinggung. Tetapi kondisi hati/perasaanya itu kalah oleh pemikirannya yang menganggap hinaan
itu adalah suatu hal yang wajar, yang dapat ditoleransi, dimaafkan, kemudian berfikir kepada hal
yang tidak berkorelasi dengan hal yang sebenarnya, seperti misal malah semakin menganggap
wajar/biasa saja kepada orang yang telah menghina islam atau memilih pemimpin kafir, karena
melihat kinerjanya, program-programnya, dan hal yang tidak berkorelasi dengan masalah yang
sesungguhnya.
Sehingga hasilnya akan kontradiksi antara kondisi perasaan dan pemikiran.
5. Seseorang tersebut sepertinya tidak memahami dengan baik dan benar sejarah Khilafah, yang
sayangnya saat ini banyak umat islam yang belum tahu bagaimana sejarah Khilafah
sesungguhnya.
Adapun yang mengetahui, sayangnya pula sejarahnya tidak sesuai atau kurang tepat. Karena
banyak pula sejarah yang menggambarkan bahwa Khilafah itu disebut sebagai sistem Kerajaan
Islam atau Kesultanan. Padahal sesunggunya tidak.
Meski memang diakui bahwa sesungguhnya pasca dibunuhnya Khalifah Ali Bin Abu Thalib
kemudian diganti oleh Hasan, itu pun hanya sebentar, lalu setelah itu umat islam melencengkan
pelaksanaan sistem Khilafah dengan pemilihan khalifah hanya dari kalangan para keluarga elit saja,
sehingga tidak heran kenapa fase Khilafah setelah Khulafaur Rasyidin, diberi nama sebagai Khilafah
Bani Umayyah, Khilafah Bani Abbasiyah, Khilafah Bani Ustmaniyyah, karena 3 Bani Khilafah iti telah
melencengkan sistem khilafah tetapi hanya pada tataran teknis pemilihan kepala Negara,
sedangkan sistem Khilafah itu sendiri tetap berjalan. Artinya bukan sistem Kerajaan/Kesultanan
sebagaimana yang disebut dalam banyak sejarah, tetapi sistemnya tetap Khilafah tetapi teknis
pelaksanaan pemilihan pergantian Khalifahnya yang telah menyimpang karena pergantian Khalifah
hanya berkeliling dalam lingkup keluarga saja.
Tetapi selebihnya kejayaan umat islam pun sepanjang tegaknya Khilafah, baik pada Khulafaur
Rasyidin, Umayyah, Abbasiyyah hingga Ustmaniyyah, umat islam hidup dalam ketentraman,
kesejahteraan, Islam pun mencapai masa-masa kejayaannya, masa keemasannya selama 1300
tahun sejak Negara Islam di Madinah yang dipimpin Rasul (622 M) hingga Khilafah Ustmaniyyah
(1924 M), dan selama itu pun umat non-muslim pu hidup dengan aman dan nyaman bahkan banyak
yang tersanjung dan takjub terhadap keagungan hukum islam yang diterapkan selama berabad-
abad tersebut.
Terkait Pancasila Dengan Khilafah
Pancasila itu bukanlah sebuah sistem kenegaraan, tetapi dia hanyalah falsafah Negara. Sistem
kenegaraan saat ini itu adalah sistem Demokrasi yg bercorak Kapitalis dgn bentuk Presidensial dlm
Negara Republik. Cara memilih pemimpin pun dgn mekanisme memilih langsung dan mengandung
nilai kebebasan memilih tanpa melihat itu muslim atau non-muslim. Kemudian terdapatnya Trias
Politika (Legislatif, Yudikatif, Eksekutif), artinya dalam demokrasi sebuah kepemimpinannya tidak
tunggal, tapi banyak.
Itu jelas bertentangan dgn sistem kenegaraan dlm Islam yaitu Khilafah. Krn dlm Khilafah jelas hanya
muslim sj yg menjadi pemimpin, dan umat non-mus pun dipimpin oleh pemimpin muslim. Dalam
sistem Khilafah kepemimpinan hanya Tunggal, yaitu segala keputusan berada pada kewenangan
Khalifah dalam aspek Hukum itu pun jika seorang Khalifah adalah sekaligus Mujtahid. Tetapi jika
bukan Mujtahid, maka Khalifah bisa meminta Ijtihad dari Mujtahid untuk mengeluarkan
keputusannya/kebijakannya.
Dan selebihnya para pembantu Khalifah di struktur bawahnya bekerja sesuai bidang-bidangnya.
Jd yg bertentangan dgn Khilafah itu bukan Pancasila, tetapi sistem Demokrasi Kapitalisme.
Berbicara ttng Pancasila, itu jelas memang tdk bertentangan dgn Khilafah. Dan tdk cocok
disandingkan.
Pancasila itu cocok disandingkan dgn Islam itu sendiri.
Pancasila tdk bertentangan dgn Islam, krn mulai dr sila ke-1 hingga sila ke-5 itu ada dalilnya.
Sila ke-1 sesuai Al-Ikhlas:1
Sila ke-2 sesuai An-Nisa:135
Sila ke-3 sesuai Al-Hujurat:13
Sila ke-4 sesuai As-Syuro:38
Sila ke-5 sesuai An-Nahl:90
Jd Antara Khilafah dgn Demokrasi Kapitalisme Bertentangan. (Sistem Vs Sistem)
Antara Pancasila dgn Islam Tidak Bertentangan. (Falsafah Vs Falsafah+)
Pancasila pun buktinya hingga skrng tdk pernah bisa diterapkan dlm nilai2 bernegara, krn toh sistem
pemerintahnya pun Demokrasi Kapitalisme, apalagi dulu zaman Soekarno pernah menjadi
Demokrasi Sosialis, itu jauh lg. Nilai2 pancasila tdk pernah diterapkan selama sistem negaranya
Demokrasi Kapitalisme saat ini, krn pancasila jelas akan bisa terlaksana hanya dlm sistem Islam
yaitu Khilafah.
Buktinya saat ini sj, rezim banyak melakukan tindakan lewat kebijakan2nya yg tdk sesuai dgn
pacasila.
Diantaranya:
Anti sila ke-1 :
- Tuhannya tidak esa.
- Penista agama.
- Membubarkan pengajian.
- Melarang takbir, zikir, dan penyembelihan hewan qurban.
- Menjamu pembakar masjid.
Anti sila ke-2 :
- Tidak beradab, misalnya mengkriminalisasi ulama.
- Tidak berkemanusiaan, misalnya menaikan harga listrik diam-diam hingga rakyat menjerit.
- Melakukan tindak kekerasan kepada yang tidak sependapat.
- Membunuh tanpa pengadilan kepada orang yang dituduh "teroris".
Anti sila ke-3 :
- Separatis dan makar yang sesungguhnya malah dibiarkan: OPM, RMS, GIDI.
- Memalukan bangsa Indonesia, yaitu mengigau dan ngelindur masalah ekonomi, sehingga menjadi
bahan tertawaan pengamat ekonomi internasional.
- Makar terhadap Pancasila yaity berusaha mengganti Pancasila dengan Trisila, NASAKOM, dan
Gotong Royong.
- Mulut jamban yang memecah belah rakyat.
Anti sila ke-4 :
- Menangkap orang dengan tuduhan makar tanpa bukti.
- Membuat dan mengesahkan perundang undangan berbau liberal, padahal tidak pernah
bermusyawarah dengan rakyat.
- Berencana membubarkan organisasi legal tanpa pernah diajak diskusi, dialog atau musyawarah.
Anti sila ke-5 :
- Menggusur rakyat kecil demi pemodal besar.
- Memaksakan program yang hanya menguntungkan segelintir cukong.
- Menerapkan kebijakan kapitalis liberal.
- Menjegal program perumahan untuk rakyat.
- Membuang uang rakyat dengan cara mengimpor bus rongsokan yang mudah terbakar.
- Menjual BUMN dan kapal tanker dengan harga murah kepada asing.
- Menjual gas alam dengan harga supee murah kepada negara aseng, sampai perdana menteri
mereka pun heran kok semurah itu, sehingga harga gas di Indonesia jadi mahal, padahal kita adalah
negara pemilik gas alam terbesar di dunia.
- GENTONG GALON YANG RAKUS MEMAKAN UANG RAKYAT, haup haup haup...
Jadi siapa yang sesungguhnya Anti Pancasila dan Bertentangan dengan Pancasila?
Wallahu Alam Bishowab.
Mohon maaf bila ada kesalahan, silahkan dikoreksi. Masih belajar nulis hehe
Naufal Althaf M. Ahmad.

Anda mungkin juga menyukai