Pandangan individu tentang dirinya, meliputi gambaran tentang diri dan kepribadian
yang diinginkan, yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang mencakup aspek
fisik
atau psikologis.
1. Pengetahuan terhadap diri sendiri (real-self). Usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku
pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang menempatkan
seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa maupun
2. Pandangan tentang kemungkinan yang diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa
3. Penilaian tentang diri sendiri (social-self). Penilaian dan evaluasi antara pengharapan
mengenai diri seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga diri
Konsep diri merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang hidup manusia. Konsep
diri masih dapat diubah asalkan ada keinginan dari orang yang bersangkutan. Symonds
(dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
ketika individu dilahirkan akan tetapi berkembang bertahap seiring munculnya kemampuan
untuk memahami sesuatu. Selama periode awal kehidupan, konsep diri sepenuhnya didasari
oleh persepsi diri sendiri. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, pandangan
mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi
dengan orang lain (Taylor dalam Agustiani, 2006). Dengan kata lain, konsep diri juga
1. Orang tua Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang
dialami oleh seseorang. Informasi yang diberikan orang tua pada anak lebih tertanam
daripada informasi yang diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-
anak yang tidak memiliki orang tua, disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran
dalam mendapatkan informasi tentang dirinya sehingga menjadi penyebab utama anak
2. Kawan sebaya. Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam
mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur oleh kelompok sebaya sangat berpengaruh
pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, suku bangsa, dan lain-lain. Hal ini pun dapat
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan
konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat
stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga
evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya
Orang dengan konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu (Sukatma, 2004):
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu:
1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki
perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa
2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena
individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang
Sukatma, 2004):
1) Peka terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan terhadap kritik yang
2) Responsif terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang harga diri menjadi
pusat perhatiannya.
3) Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela, dan meremehkan apapun dan
4) Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain adalah musuh.
5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing dan merasa tidak berdaya jika