Anda di halaman 1dari 4

Sef-Concept (Konsep Diri)

Pandangan individu tentang dirinya, meliputi gambaran tentang diri dan kepribadian
yang diinginkan, yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang mencakup aspek
fisik
atau psikologis.

Dimensi dari Konsep diri

Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa konsep diri

terdiri atas tiga dimensi yang meliputi:

1. Pengetahuan terhadap diri sendiri (real-self). Usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku

pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang menempatkan

seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa maupun

kelompok-kelompok tertentu lainnya.Pengharapan mengenai diri sendiri (ideal-self).

2. Pandangan tentang kemungkinan yang diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa

depan. Pengharapan ini merupakan diri ideal.

3. Penilaian tentang diri sendiri (social-self). Penilaian dan evaluasi antara pengharapan

mengenai diri seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga diri

yang berarti seberapa besar orang menyukai dirinya sendiri.

Pembentukan konsep diri

Konsep diri merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang hidup manusia. Konsep

diri masih dapat diubah asalkan ada keinginan dari orang yang bersangkutan. Symonds

(dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul

ketika individu dilahirkan akan tetapi berkembang bertahap seiring munculnya kemampuan

untuk memahami sesuatu. Selama periode awal kehidupan, konsep diri sepenuhnya didasari

oleh persepsi diri sendiri. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, pandangan
mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi

dengan orang lain (Taylor dalam Agustiani, 2006). Dengan kata lain, konsep diri juga

merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain.

Faktor- faktor yang mempengaruhi Konsep diri

1. Orang tua Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang

dialami oleh seseorang. Informasi yang diberikan orang tua pada anak lebih tertanam

daripada informasi yang diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-

anak yang tidak memiliki orang tua, disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran

dalam mendapatkan informasi tentang dirinya sehingga menjadi penyebab utama anak

berkonsep diri negatif.

2. Kawan sebaya. Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam

mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur oleh kelompok sebaya sangat berpengaruh

pada pandangan individu terhadap dirinya sendiri.

3. Masyarakat Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang melekat

pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, suku bangsa, dan lain-lain. Hal ini pun dapat

berpengaruh pada konsep diri individu.

Jenis-jenis konsep diri Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan

konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat

stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga

evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya

(Calhoun dan Acocella, 1990).

Orang dengan konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu (Sukatma, 2004):

Yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah

Merasa setara dengan orang lain

Menerima pujian tanpa rasa malu

Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

Mampu memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup mengungkapkan aspek

kepribadian yang tidak ia senangi dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu:

1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki

perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa

dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.

2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena

individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang

tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam

pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.


Orang dengan konsep diri negatif ditandai dengan lima hal, yaitu (Brooks dan Emmert dalam

Sukatma, 2004):

1) Peka terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan terhadap kritik yang

diterimanya dan mudah marah.

2) Responsif terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang harga diri menjadi

pusat perhatiannya.

3) Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela, dan meremehkan apapun dan

siapapun. Tidak mampu memberi penghargaan pada kelebihan orang lain.

4) Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain adalah musuh.

5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing dan merasa tidak berdaya jika

berkompetisi dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai