Anda di halaman 1dari 11

Gangguan psikotik

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan
yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh (Maslim, 2001).
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003).

Epidemiologi
Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian
nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di
negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering
terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang
sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid,
skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar (
misalnya imigran ).

Etiologi
Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif
singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV
menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak
diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan
termasuk gangguan yang heterogen (Kaplan dan Sadock, 2003).
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan
status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung
kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).

Manifestasi klinis
Gambaran utama perilaku:
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan,
mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).

Gejala gangguan psikotik akut selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama,
biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala
yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi
dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik
singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat
adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu
dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut
ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan
pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negative (Maslim, 2001)..
Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait
dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak
atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku,
kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan
memori, dan wawasan miskin (Bora, 2009).
Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis
mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas,
informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat
ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis
saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada
atau tidaknya stressor pencetus.
Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang
dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut
adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis
berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan
kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas
definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode
psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang
menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas.
Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat
pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin (Bora,2009).

2.1.1 Pedoman Diagnosik

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III

(PPDGJ-III), pedoman diagnostic untuk gangguan psikotik akut yaitu

- Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk

cirri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai adalah:

Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik

menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-

hari, tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai cirri khas

yang menentukan seluruh kelompok;

Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik= beraneka ragam dan berubah cepat, atau

schizophrenia-like= gejala skizofrenik yang khas);

Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter

ke 5; .x0=Tanpa penyerta stress akut; .x1=Dengan penyerta stress akut). Kesulitan atau

problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks

ini;

Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;


- Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode manic atau episode

depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol

dari waktu ke waktu.

- Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak

merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Psikotik akut menurut DSM IV

- Adanya satu(atau lebih) gejala berikut:

waham

halusinasi

bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoherensi)

perilaku terdisorganisasi jelas atau

- Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, akhirnya

kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbid.

- Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri psikotik,

gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu

zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.

Sebutkan jika:

- Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi segera setelah dan tampak

sebagai respons dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama, akan menimbulkan

stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang

tersebut.
- Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tampaknya bukan

sebagai respons terhadap kejadian yang sendirian atau bersama-sama, akan menimbulkan stress

yang besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

- Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan.

H. Terapi

- Perawatan di Rumah Sakit

Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin

diperlukan untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien

membutuhkan monitoring ketat terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien

terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang

tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya.

Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan,

pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.

- Farmakoterapi

Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan

psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepin. Jika

dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, sebagai contoh haloperidol

(Haldol), biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi

untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contoh, orang muda), suatu obat

antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai

profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu,

benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka

panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan
efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodizepin

disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang

putus obat (withdrawl seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi

yang terus-menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik akut, walaupun

dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian skala besar. Tetapi,

medikasi hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah

resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam

pengobatan gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi harus

mempertimbangkan ulang diagnosis.

- Psikoterapi

Walaupun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi merupakan kemungkinan

untuk mengendalikan situasi jangka pendek, bagian yang sulit dari terapi adalah integrasi

psikologis pengalaman (dan kemungkinan trauma pencetus, jika ada) ke dalam kehidupan

pasien dan keluarganya. Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok mungkin

diindikasikan. Diskusi tentang stressor, episode psikotik, dan perkembangan strategi untuk

mengatasinya adalah topik utama bagi terapi tersebut. Masalah yang berhubungan adalah

membantu pasien mengatasi kehilangan harga diri dan kepercayaan.


2.1. DEFINISI GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan

afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat

bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif

terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.1,3

2.3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,

kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka tersebut adalah angka

perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif sering kali

digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan

lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia

onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada

skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku

antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.

2.4. ETIOLOGI

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak dari

waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip

dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif

juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak

diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan. (1) Gangguan skizoafektif mungkin

merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood. (2) Gangguan skizoafektif

mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood. (3)
Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe

yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood. (4)

Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan

yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian

telah menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.

2.5. Tanda dan Gejala

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan

mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara

simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik

menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe

manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam

berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu

manik maupun depresif.2,3

DIAGNOSIS
Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun

gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif

mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi

lain.

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien

telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang
bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia.

Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu

tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus

ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria

dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan

ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)


Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran
dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau
suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta American Psychiatric
Association. Washington. 1994.
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan

skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien

diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu

episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe

depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup

sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-

gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik

yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian

dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang

sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)

pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif


adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit
yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit
tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode manik atau depresif (F30-F33)

Terapi

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah

sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk

gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya

diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian

jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar

berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif,

tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate

(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien

dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi

elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi

antidepresan.5

Anda mungkin juga menyukai