Anda di halaman 1dari 2

A.

Keluhan Utama
Pasien dibawa ke IGD RSUP Dr Sardjito pada tanggal 29 Agustus 2016 karena pasien gelisah,
teriak-teriak, marah-marah, keluyuran malam hari sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk
Rumah Sakit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengalami peningkatan gejala berupa sering
teriak-teriak, bicara tidak pantas, mengamuk, gelisah. Pasien sering keluyuran tiap malam, jarang
tidur, terlihat sering bicara sendiri, makan minum susah, lebih banyak merokok. Pasien jarang
mandi, sering mengganggu kenyamanan tetangga. Untuk kepatuhan minum obat, pasien jarang
minum obat rutin karena merasa dirinya sehat ketika kambuh dan tidak perlu kontrol. Namun bila
sedang tidak kambuh penyakitnya, pasien rutin minum obat. Pasien tidak minum obat rutin sejak
2 tahun yang lalu.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah mengalami perubahan sikap dan perilaku sejak usia 14 tahun, saat itu berada pada
jenjang SD kelas 6. Pasien suka mengamuk tanpa sebab, merasa dirinya paling kuat. Keluarga
pasien pernah membawa ke dukun dengan alasan gejala yang dialami pasien adalah akibat
diguna - guna, namun tidak mencapai kesembuhan. Pasien lalu diobatkan ke RSUP Dr Sardjito.
Mondok kurang lebih 15 hari, lalu pasien sembuh. Selama hampir 16 tahun setelah mondok
pertama, gejala mengamuk pada pasien tidak muncul, pasien tidak minum obat dan kontrol.
Saat umur 30 tahun, pasien mondok lagi dengan gejala mengamuk, bicara tidak pantas.Mondok
di RSUP Dr Sardjito selama 20 hari dan membaik. Ketika kambuh sakitnya, pasien sering
mengganggu warga dengan meminta rokok dan apabila tidak diberi, maka akan berkata bahwa
yang dimintai pelit dan kemudian marah - marah. Pasien bisa merokok sampai lebih kurang 5
bungkus per hari.
Pada tahun 2012 pasien mondok lagi. Gejala yang dikeluhkan mengamuk, bicara kasar,
mengganggu tetangga. Diobatkan di Rumah Sakit selama lebih kurang satu bulan dan sembuh.
Pasien terakhir mondok pada tahun 2014 di RSUP Dr Sardjito. Gejala yang ditimbulkan adalah
mengamuk, bicara sendiri, tidak tidur, mengganggu tetangga. Ketergantungan terhadap rokok
semakin bertambah. Pasien bisa menghabiskan 15 bungkus per hari. Pasien dimondokkan
selama kurang lebih 20 hari dan sembuh. Setelah pulang pasien rutin minum obat dan control 3
kali selama 3 bulan, saat itu kondisi pasien baik dan masih dapat bekerja sebagai pembuat
batako. Pasien kemudian control kembali 3 bulan dari control terakhir dan dari kontrol terakhir
hingga tahun 2016 pasien hanya dibawa ke Puskesmas terdekat untuk mendapat obat tetapi
tidak ke Sardjito. Selama itu pasien sering ada periode sembuh kambuh. Ketika pasien tidak
kambuh, pasien mau minum obat rutin. Namun ketika pasien kambuh, pasien tidak mau minum
obat karena merasa tidak sakit dan merasa curiga kepada keluarganya bila memaksanya untuk
minum obat; takut hendak diracun. Alasan tidak dibawa ke Sardjito adalah karena kakak ipar lelah
seluruh masalah pasien diurus oleh dia semuanya dan tidak satupun saudara kandung yang
peduli. Kakak ipar menginginkan agar seluruh keluarga menyokong kesembuhan pasien
setidaknya dengan bergantian menengok pasien, bergantian mengantar pasien. Selain Sardjito
pasien pernah dimondokan di RSJ Ghrasia dan RSJ Soeroyo Magelang tetapi lupa itu mondok
ke berapa. Pada saat mondok di RSJ Ghrasia adek kandung pasien pernah mendapat perlakuan
tidak enak dari perawat yang menyatakan bahwa kakaknya mondok supaya mendapat makan
gratis karena tidak pernah dikunjungi dan walaupun sudah saatnya dipulangkan tetapi keluarga
pasien tidak ada yang menjenguk. Dibandingkan di RSJ Magelang dan Ghrasia, pasien lebih
menunjukan perbaikan di RSUP Sardjito karena perlakuan perawat di kedua rumah sakit tidak
baik.
Pasien jarang mendapatkan perhatian dari keluarganya, karena jarang ditengok pasien sering
tertekan dan sendirian sehingga sering kambuh kambuhan. Dalam 2 tahun terakhir pasien
diminta oleh kakak ipar untuk tidak bekerja sebagai pembuat batako oleh karena menurut kakak
ipar, setiap pasien merasa kelelahan pasti akan kambuh sehingga kini pekerjaannya hanya
sebagai kuli panggul. Dalam satu waktu ibu pasien pernah marah - marah dengan salah satu
tetanga pasien karena merasa kesuksesan usaha tetangga menggunakan kuasa kegelapan yang
tumbalnya adalah pasien. Kurangnya perhatian dari saudara dan orang tua mengakibatkan
pasien sering merasa kesepian, pasien pernah menyanyi lagu yang sedih sambil memegangi foto
kedua orang tua.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat gangguan jiwa pada kakak pertama, adik ke tujuh dan adik ke delapan. Adik ke tuju
telah meninggal karena keluarga tidak mempedulikan kondisi kesehatannya sehingga tidak
terawat. Seluruh saudara yang mengalami gangguan jiwa memiliki gejala yang mirip, yaitu suka
marah marah tanpa sebab, menyendiri, dan berbicara sendiri. Selain saudara kandung, ibu
pasien pernah mengalami gangguan jiwa suka marah marah sendiri, dan pernah dirawat inap
di RSUP dr Sardjito. Padazxcv saat mengandung pasien, ibu pasien sangat sedih sekali, sering
menangis. Saat mengandung anak bungsu pernah ibu pasien menyanyi sendiri, keliatan sangat
bahagia, saat itu menurut kakak ipar ibu pasien tampak emosinya labil. Kakak ipar mendapat
penuturan tersebut dari bapak mertuanya.
E. Riwayat Medis Umum
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, operasi, dan trauma capitis tidak ditemukan. Pasien pada
usia 2 tahun pernah mengalami kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai