Anda di halaman 1dari 20

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

01
RUMAH SAKIT TINGKAT III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA

PEDOMAN PENGORGANISASIAN
(PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA)
TH. 2018

RUMAH SAKIT TK III 04.06.01/WK

Jl. Dr. Bunyamin purwokerto


Telp ( 0281 ) 633062
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.01
RUMAH SAKIT TK III 04.06.01/WIJAYAKUSUMA

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. III 04.06.01/ WIJAYAKUSUMA


Nomor : SKep / 185 / I / 2018

Tentang

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PPRA


DIRUMKIT TK III 04.06.01/ WIJAYAKUSUMA

KEPALA RUMKIT TK III 04.06.01/WIJAYAKUSUMA

Menimbang : 1.Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS


TK III 04.06.01 Wijayakusuma, maka diperlukan pedoman
pengorganisasian pengendalian resistensi antimikroba;
2.Bahwa dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba
perlu dibuat suatu kebijakan tentang pengorganisasian
pengendalian resistensi antimikroba; dan
3.Bahwaberdasarkanpertimbangansebagaimana
dimaksud dalam 1 dan 2 diatas, maka kebijakan tentang
pengendalian resistensi antimikroba perlu ditetapkan dalam
surat keputusan kepala Rumah Sakit TK III 04.06.01
Wijayakusuma.

Mengingat Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit ( SNARS ) edisi: 1.


1 dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit;

2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


8 Tahun 2015 tentang program pengendalian resistensi
Antimikroba di Rumah sakit;

3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


27 Tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan PEDOMANPENGORGANISASIAN: PEMBERLAKUAN


PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA) DI
RUMKIT TK. III 04.06.01/WIJAYAKUSUMA.
KATA PENGANTAR
KESATU :Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah
pedoman pengorganisasian pengendalian resistensi antimikroba
Dengan menyebut
yang nama Allah SWT
dilaksanakan yang Maha
di Rumkit Tk IIIPengasih
04.06.01/lagi Maha
Wijayakusuma
dengan puja
Panyayang, Kami panjatkan ruang lingkup
dan pelayanan
puji syukur sebagaimana terlampir
atas kehadirat-Nya, dalam
yang telah
Surat Keputusan ini.
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
KEDUA
menyelesaikan :
pedoman Pembinaan
PPRA. dan pengawasan pelaksanaan pengendalian
resistensi antimikroba dilaksanakan oleh Tim Program
Pedoman ini telah kami susun
Pengendalian dengan Antimikroba
Resistensi maksimal dan mendapatkan
Rumkit bantuan
Tk III 04.06.01/
Wijayakusuma.
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan program ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
diadakan perbaikan
berkontribusi dalam pembuatan pedomanbilamana
ini. diperlukan.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
Ditetapkan
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran di Banyumas.
dan kritik dari pembaca agar
Pada tanggal : 2 Januari 2018
kami dapat memperbaiki pedoman ini.
Akhir kata kami berharap semogaKepala Rumkit
laporan Tk IIIdijadikan
ini dapat 04.06.01/Wijayakusuma
untuk perbaikan
pada kegiatan selanjutnya.

Purwokerto, Januari 2018


dr. Markus Wibowo, Sp.OT., MARS
Letnan Kolonel Ckm NRP. 11980006790469

Penyusun

Tembusan :

1. Dandenkesyah 04.04.01;
2. Para Kadep, Para Kainstal Rumkit Tk III 04.06.01/Wk;
3. Ka Bina Yanmasum Rumkit Tk III 04.06.01/Wk;
4. Bendahara Rumkit Tk III 04.06.01/Wk; dan
5. Kaur Tuud Rumkit Tk III 04.06.01/Wk
BAB I
PENDAHULUAN

Keselamatan pasien di rumah sakit adalah sistem pelayanan dalam rumah


sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman. Resiko terjadinya
kesalahan medis yang dialami pasien di rumah sakit sangat besar. Besarnya resiko
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lamanya pelayanan, keadaan pasien,
kompetensi dokter, serta prosedur dan kelengkapan fasilitas.
Masalah yang muncul di rumah sakit diantaranya adalah masalah resistensi
antimikroba terutama masalah resistensi antibiotik. Pengendalian resistensi
antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan
adanya kejadian mikroba resisten. Penggunaan antimikroba khususnya antibiotik
yang tidak rasional dan tidak terkendali merupakan sebab utama timbul dan
menyebarnya resistensi antimikroba secara global, termasuk munculnya mikroba
yang multi resisten terhadap sekelompok antibiotik terutama di lingkungan rumah
sakit.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah secaraa aktif menyikapi masalah ini.
Berbagai upaya dan strategi telah disusun antara lain intervensi edukasi berupa
edukasi formal, seminar, pelatihan, penyebaran brosur dan literatur, intervensi
managerial meliputi penyusunan formularium rumah sakit, panduan / pedoman
pengobatan, kebijakan penggunaan antibiotik, supervise klinik, audit medik dan
sebagainya serta intervensi regulasi diantara profesi medis dan paramedis seperti
registrasi ijin praktek tenaga dokter.
Semua kegiatan tersebut memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam
perencanaan maupun implementasi di lapangan agar promosi penggunaan
antimikroba secara optimal dan penanggulangan infeksi dapat terwujud. Adanya
peraturan pemerintah mengenai pengendalian resistensi antimikroba dapat
mendukung dan menjadi pedoman pelaksanaan pengendalian resistensi antimikroba
di rumah sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Wijayakusuma adalah rumah sakit yang berada di wilayah


Korem 071 Wijayakusuma, sebagai pusat rujukan bagi prajurit, PNS dan
keluarganya serta masyarakat umum khususnya di wilayah korem 071
Wijayakusuma (Purbalingga, Banjarnegara, Bumiayu, Brebes, Pemalang) RS
Wijayakusuma menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi perumahsakitan
melalui upaya-upaya pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu
dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif.
Sesuai tingkatannya Rumkit Tk.III 04.06.01 Wijayakusuma dilengkapi 9 ruang
rawat inap dan 178 tempat tidur dan klinik Rawat jalan terdiri dari 31 klinik,dengan
perincian sebagai berikut:
A. Ruang Rawat Inap
1. Ruang Kresna
2. Ruang Abimanyu
3. Ruang Antasena
4. Ruang Arimbi
5. Ruang Gayatri
6. Ruang Parikesit
7. Ruang ICU
8. Ruang Srikandi

B. Rawat Jalan
1. Poli Penyakit dalam
2. Poli Bedah
3. Poli Anak
4. Poli Kebidanan
5. Poli Jantung
6. Poli Saraf
7. Poli Mata
8. Poli THT
9. Poli Ortopedi
10. Poli Urologi
11. Klinik MCU/Umum
12. Poli Gigi
13. Poli kulit dan kelamin
14. Poli Paru
15. Poli Jiwa
16. Fisioterapi

Rumah Sakit Wijayakusuma telah terakreditasi Paripurna KARS Versi


2012 pada tahun 2015 dan dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat yang semakin
selektif akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.
BAB III
VISI, MISI, FILOSOFI, TUJUAN,NILAI-NILAI DAN MOTTO

Visi :
Rumah Sakit Wijayakusuma Menjadi Kebanggaan Setiap Prajurit Dan
Senantiasa Mengutamakan Keselamatan Pasien

Misi :

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dalam Rangka Meningkatkan


Derajat Kesehatan Prajurit Dan Masyarakat Umum;
2. Meningkatkan Kualitas Dan Kuantitas Sdm Yang Profesional;
3. Melengkapi Sarana Dan Prasarana Pelayanan Medis Dan Penunjang Sesuai
Standar Akreditasi Rumah Sakit; Dan
4. Menyelenggarakan Tata Kelola Rumah Sakit Yang Terintegrasi, Efektif, Efisien,
Transparan, Dan Akuntabel.
Motto :

Nilai-Nilai
Formulasi
S
R
W
K : Wawasan
: Kerjasama
RajinBudaya
Semangat
Dengan
Dan& Ramah
Profesional
&Dan
Kerja
Saling
"Rswk"
TertibSenyum,
Tamah
DiAsah,
Yang
Rumah Sapa,
Asih, TkSentuh,
Mengandung
Sakit
Budaya
Asuh Arti : Selamat
IiiKerja
04.06.01 Wijayakusuma Yang Di
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT TK. III 04.06.01 PURWOKERTO
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI PPRA
BAB VI
URAIAN Penanggung
TUGAS TIM PPRA
Jawab

dr. Markus Wibowo.SpOT. MARS

Agar rumah sakit dapat melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba


secara optimal, maka dibentuk Tim Pelaksana Program Pengendalian Resistensi
Ketua TIM PPRA

Antimikroba Rumah Sakit (Tim PPRA RS) berdasarkan


drg. Laeli Rakhmawati keputusan kepala rumah

sakit.
Tim PPRA Rumah Sakit bdibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian
Sekretaris Laboratorium
Farmasi IPCN
resistensi antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, Anggota
Martina Indrawati, AMd. Wahyu Indrawati,
Ika Ratnasari,
pelaksanaan, monitoring
Farm
S.Farm.Aptdan evaluasi Amd. AK Dodi Budiono, AMK
Agus S ,AMK

A. Kedudukan dan Tanggung Jawab


Dalam melaksanakan tugas, Tim PPRA bertanggung jawab langsung
kepada kepala rumah sakit. Keputusan kepala rumah sakit tersebut berisi uraian
tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan garis kewenangan dan
tanggung jawab serta koordinasi antar unit terkait di rumah sakit.

B. Keanggotaan Tim PPRA

Susunan Tim PPRA terdiri dari: ketua, sekretaris, dan anggota. Kualifikasi
ketua Tim PPRA adalah seirang klinisi yang berminat di bidang infeksi.
Keanggotaan Tim PPRA palinmg sedikit terdiri dari tenaga kesehatan yang
kompeten dari unsur :
1. Klinisi Perwakilan SMF/bagian
2. Keperawatan
3. Instalasi Farmasi
4. Laboratorium
5. Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
Dalam keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah sakit
dapat menyesuaikan keanggotaan Tim PPRA berdasarkan ketersediaan SDM
yang terlibat dalam PPRA.
C. Tugas Pokok Tim
Tugas Pokok Tim PPRA
1. Membantu kepala rumah sakit dalam menyusun kebijakan tentang
pengendalian resistensi antimikroba
2. Membantu kepala rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan panduan
penggunaan antibiotik rumah sakit
3. Membantu kepala rumah sakit dalam melaksanakan program pengendalian
resistensi antimikroba di rumah sakit
4. Membantu kepala rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan pengendalian resistensi antimikroba di nrumah sakit.
5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit terintegrasi
6. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik
7. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dfan kepekaannya
terhadap antibiotik
8. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara
bijak, dan ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan
9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba
10. Melaporkan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba
kepada kepala rumah sakit
Dalam melakukan tugasnya, Tim PPRA berkoordinasi dengan unti kerja ;
SMF/bagian, bidang keperawatan, instalasi farmasi, laboratorium mikrobiologi
klinik, Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), Tim Farmasi dan Tertapi
(KFT)
Tugas masing-masing unit adalah sebagai berikut:
1. SMF/bagian
a. Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijak dan menerapkan
kewaspadaan standar.
b. Melakukan koordinasi program pengendalian resistensi antimikroba di
SMF.
c. Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik
di SMF/bagian.
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
2. Bidang Keperawatan
a. Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya mencegah penyebaran
mikroba resisten
b. Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
c. Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik.
3. Instalasi Farmasi
a. Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang
tercantum dalam formularium.
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana
pasien infeksi melalui pengkajian, peresepan, pengendalian dan
monitoring penggunaan antibiotik, visite ke bangsal pasien bersama tim.
c. Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang
tepat dan benar
d. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
4. Laboratorium
a. Melakukan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi
b. Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana
pasien infeksi melalui visite ke bangsal pasien bersama tim.
c. Memberikan informasi pola mikroba dan pola resistensi secara berkala
setiap tahun
5. Komite / Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (KPPI)
Komite PPI berperan dalam mencegah penyebaran mikroba resisten
melalui:
a. Penerapan kewaspadaan standar
b. Surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten
c. Isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten
d. Menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa kikroba multi
resisten.
6. Komite / Tim Farmasi dan Terapi (KFT)
a. Berperan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik
di rumah sakit
b. Memantau kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan
panduan di rumah sakit
c. Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Tata hubungan kerja menggambarkan sistim aliran kegiatan dalam


organisasi, dalam hal ini PPRA dengan bagian /instalasi lain di lingkungan rumah
sakit, sehingga pelaksanaan program PPRA dapat terlaksana dengan baik
1. Hubungan kerja dengan Instalasi Farmasi
a. Tentang penggunaan antibiotik
b. Pemantauan penggunaan antibiotik
c. Pengadaan antibiotik
2. Hubungan kerja dengan Unit Laboratorium
a. Untuk pemeriksaan mikrobiologi
b. Untuk pemeriksaan kultur dan resistensi antibiotik
3. Hubungan kerja dengan keperawatan
a. Melakukan pengawasan terhadap pasien terapi antibiotik
b. Melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan kultur dan resistensi
4. Hubungan kerja dengan Komite PPI
a. Kegiatan pencegahan infeksi
b. Meningkatkan kewaspadaan standar
c. Melaksanakan kewaspadaan transmisi
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONEL

Agar rumah sakit dapat melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba


secara optimal, maka dibentuk Tim Pelaksana Program pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit ( Tim PPRA RS) berdasarkan keputusan kepala rumah
sakit.
Tim PPRA rumah sakit dibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian
resistensi antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam melaksanakan tugas, Tim PPRA
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Rumah sakit. Keputusan kepala rumah
sakit tersebut berisi uraian tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan garis
kewenangan dan tanggung jawab serta koordinasi antar unit terkait di rumah sakit.
Susunan Tim PPRA terdiri dari: Ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota.
Kualifikasi ketua Tim PPRA adalah seorang klinisi yang berminat di bidang infeksi.
Keanggotaan Tim PPRA terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
1. Klinisi perwakilan SMF
2. Keperawatan
3. Instalasi Farmasi
4. Laboratorium
5. Komite / Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Perkembangan pengetahuan di bidang kesehatan telah berkembang dengan


pesat, oleh karena itu diperlukan suatu program orientasi bagi tim PPRA dengan
mengikuti seminar atau pelatihan baik didalam maupun diluar rumah sakit guna
meningkatkan pengetahuan dan keahlian para petugas sehingga pelaksanaan
kegiatan akan lebih maksimal dan lebih baik. Pelaksanaan kegiatan orientasi akan
didukung oleh kepala rumah sakit.
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT

Pertemuan tim PPRA dilakukan setiap bulan yaitu membahas pelaksanaan


program PPRA yang sedang berjalan untuk mengevaluasi ada atau tidaknya
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dan untuk mencari solusi dari hambatan
tersebut. Kegiatan pertemuan dapat juga bersifat insidentil yaitu ketika terjadi
masalah yang serius dalam pelaksanaan kegiatan dan harus segera diselesaikan.
BAB XI
PELAPORAN

Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) melakukan


pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan kepada kepala rumah sakit secara berkala
setiap enam bulan. Kepala rumah sakit membuat laporan pelaksanaan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) kepada menteri melalui Komite
Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kota secara berkala setiap akhir tahun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Format Laporan Bulanan


BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II Kegiatan dan Hasil Kegiatan
BAB III Kesimpulan
BAB IV Penutup

Format Laporan Monitoring dan Evaluasi (triwulan)


BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II Hasil Kegiatan
BAB III Analisis dan Evaluasi
BAB IV Rencana Tindak Lanjut
BAB V Penutup

Format Laporan Tahunan


I. Pendahuluan:
 Informasi umum tentang RS (tipe, Organisasi, jumlah tempat tidur, jumlah
tenaga kesehatan
 Program kerja Tim PPRA
II. Struktur Organisasi RS yang mencantumkan tim PPRA
III. Daftar dokumen yang tersedia, yang berhubungan dengan pelaksanaan PPRA
di rumah sakit, meliputi:
 Kebijakan dan/atau peraturan RS
 Standar Operasional Prosedur (SOP)
 Pedoman penggunaan antibiotik (PAB)
 Pelayanan laboratorium SDM, sarana dan prasarana
 Jenis pemeriksaan mikrobiologi
 Antibiogram (pola mikroba dan kepekaannya) tahun berjalan
 Proporsi sensitivitas Antibiotik di RS
IV. Instalasi farmasi
 Metode pengendalian pelayanan antibiotik
V. Penggunaan Antibiotik di RS
 DDD antibiotik yang digunakan di RS
 Kualitas penggunaan antibiotik menggunakan alur gyssen
VI. Kegiatan yang belum terlaksana dan RTL
VII. Kesimpulan
BAB XII
PENUTUP

Dengan dibuat dan diberlakukannya pedoman program pengendalian


resistensi antimikroba diharapkan bisa menjadi acuan dalam pemberian pelayanan
di rumah sakit TK III 04.06.01 Wijayakusuma. Buku panduan ini merupakan salah
satu upaya dalam mempertahankan kualitas mutu pelayanan. Dengan demikian
pedoman ini harus dilaksanakan dengan disertai tekad yang kuat guna
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Wijayakusuma.
Semoga buku ini dapat dipergunakan secara maksimal dan bila ada
perkembangan ilmu pengetahuan maupun peraturan, akan digunakan sebagai saran
untuk melengkapi buku pedoman ini dan akan dilakukan perbaikan.

Kepala Rumkit Tk III 04.06.01/Wijayakusuma

dr. Markus Wibowo, Sp.OT., MARS


Letnan Kolonel Ckm NRP. 11980006790469

Anda mungkin juga menyukai