Tesis
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Mgister Ekonnomi
pada Program Pasca Sarjana (S2) Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
Oleh :
i
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI
yang diajukan untuk diuji pada tanggal 19 Februari 2016 adalah hasil karya saya
sendiri.
Bahwa dalam tesis ini tidak terdapat tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol,
tesis ini saya akui sebagai tulisan saya sendiri, dan tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan
pengakuan pada penulis aslinya.
Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan karya orang lain, saya bersedia jika gelar dan ijazah yang
diberikanUniversitas Tanjungpura batal saya terima.
DAPOT H. SIAHAAN
ii
KATA PENGANTAR
segala Rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
Kabupaten Sanggau ini, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
program sarjana strata dua (S2) Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tesis ini. Melalui
kepada semua pihak dalam penyelesaian studi pada Program Studi Magister Ilmu
1. Bapak Prof. Dr. H. Eddy Suratman, SE., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura.
2. Ibu Dr. Hj, Dinardjad Achmad, SE, M.Sc selaku Ketua Program Magister
3. Ibu Dr. Fariasturi, SE, MA, sebagai Pembimbing I, yang telah banyak
4. Dr. Windhu Putra, SE, M.S, sebagai anggota tim penguji tesis I, yang telah
5. Bapak Memet Agustiar, SE, MA, sebagai dosen pembimbinga II yang telah
6. Bapak Muzan Sulaiman, SE, MS, sebagai anggota tim penguji II, yang juga
telah banyak memberikan kritik dan saran demi perbaikan tesis ini.
iii
7. Para Dosen dan Karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura.
kekurangannya, baik dari segi teknis dan sistematis, bahasa dan penyajian maupun
bobot ilmiahnya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka
penulis akan menerima semua kritikan dan saran yang bersifat konstruktif demi
Penulis,
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
This study entitled "The Impact of Land Price Increases To Rent Building,
Growth and Developed of Sintang City (Bidrent Theory Approach). This type is
descriptive research with qualitative and quantitative approaches. The aim of
research first is to analyze changes of the price of land in urban as well as the
growth of business premises and dwellings or settlements in four (4) locations,
namely the Kapuas Kanan Hilir Village (Masuka), Ladang Village (Near fo
Melawi River), and Kapuas Kiri Hilir Village (Dara Juanti Museum), and Kapuas
Kanan Hulu (Sungai Durian), the second aim is to analyze the spatial distribution
of direction of developed (expansion) of Sintang City.
The variables studied were growth in price/rent of land, the number of
businesses and the expansion of the city toward the spatial distribution, the
method used is survey method, observation and interviews with respondents or
informants.
The results of research showed that in the last 10 years the growth of land
prices are highest in Kapuas Kanan Hilir (Masuka) regions was reached as 122%,
Top two was Ladang Village (Cross of Melawi River), the third is Kapuas Kanan
Hilir village (Masuka) and its four is Kapuas Kiri Hilir Village (Museum). While
the price of land is highest in the area of Kapuas Hulu Kanan Village between
Rp1.500.000, - until Rp11.000.000, - per m2 (square meter) with an average
growth of 47.80%. The rising price of land as a result of the development of the
city it self, followed by the growth of residential and business premises as well as
economic facilities, bank, hotel, education, healthcare, and other social facilities.
Direction of the spatial distribution of urban growth Sintang developed following
the growing number of business premises and land prices. Spatial distribution of
growth is 63.20% Sintang City leads to the Kapuas Kanan Hilir village (Masuka).
To Ladang Village (17.69%), to Sungai Durian (13.32%) and the directions to the
Kapuas Kiri Hilir village (5.79%). This means that Bidrent theory applies only to
a certain point, does not apply if it is associated with the development of a city
that is not symmetrical, because in a city there is new growth centers.
vi
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ....................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
vii
2.2. Landasan Empiris............................................................................. 34
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Sintang Menurut
Desa/Kelurahan, Tahun 2000 dan 2010 ......................................... 3
Tabel 1.2 Jumlah dan Pertumbuhan Usaha Industri dan Perdagangan di
Kota Sintang, Tahun 2009-2012 .................................................... 5
Tabel 3.1 Daftar Narasumber/Sampel Penelitian.......................................... 44
Tabel 3.2 Identifikasi Harga/Sewa Tanah/Bangunan .................................... 45
Tabel 3.3 Identifikasi Pertumbuhan Tempat Usaha dan Tempat Tinggal ..... 46
Tabel 3.4 Identifikasi Arah Distribusi Pertumbuhan (Spasial) Kota
Sintang ........................................................................................... 46
Tabel 4.1 Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Kapuas Kanan Hilir/Sekitar Kawasan Pasar Masuka, Tahun
2005-2015 ...................................................................................... 50
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan
Masuka Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Tahun 2015 .................. 52
Tabel 4.3 Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Ladang Sekitar Kawasan Lintas Melawi, Tahun 2005-2015 ......... 54
Tabel 4.4 Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan
Lintas Melawi Kelurahan Ladang, Tahun 2015 ............................ 56
Tabel 4.5 Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Kapuas Kiri Hilir/Sekitar Kawasan Museum Dara Juanti,
Tahun 2005-2015 ........................................................................... 58
Tabel 4.6 Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan
Museum Dara Juanti Kel. Kapuas Kiri Hilir, Tahun 2015 ............ 60
Tabel 4.7 Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Kapuas Kanan Hulu (Pasar Sungai Durian), Tahun 2005-2015 .... 61
Tabel 4.8 Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kelurahan
Kapuas Kanan Hulu (Kawasan Sungai Durian), Tahun 2015 ...... 63
Tabel 4.9 Identifikasi Arah Distribusi Pertumbuhan (Spasial) Kota
Sintang ........................................................................................... 67
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
x
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Jumlah Desa dan Dusun di Kecamatan Sintang Kabupaten
Sintang ......................................................................................... 82
Lampiran 2 Peta Kota Sintang ....................................................................... 83
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian .................................................................... 84
Lampiran 4 Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasiI (Masuka)
Kelurahan Kapuas Kanan Hilir ................................................... 85
Lampiran 5 Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasi II (Melawi)
Kelurahan Ladang) ...................................................................... 90
Lampiran 6 Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasi III
(Museum) Kelurahan Kapuas Kiri Hilir ...................................... 92
Lampiran 7 Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasiII (Sungai
Durian) Kelurahan Kapuas Kanan Hulu...................................... 96
Lampiran 8 Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi I
(Masuka) Kelurahan Kapuas Kanan Hilir ................................... 98
Lampiran 9 Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi
IIJalan Lintas Melawi Kelurahan Ladang ...................................99
Lampiran 10 Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi III
(Museum) Kelurahan Kapuas Kiri Hilir ......................................100
Lampiran 11 Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi IV
(Sungai Durian) Kelurahan Kapuas Kanan Hulu (Jl. M.T.
Haryono) ......................................................................................100
Lampiran 12 Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi
Kelurahan Kapuas Kanan Hulu (Jl. Kolonel sugiono,
Katamso, Sudirman, D.I. Panjaitan, Wirapati,
WR.Supratman) ...........................................................................102
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu faktor sumber daya yang mempunyai peranan
sisi lain salah satu karakteristik yang paling mendasar dari tanah adalah lokasi
keruangannya tidak dapat dipindahkan dan total persediaan fisiknya relatif tetap
(Sari, et all, 2009:3). Kondisi ini mendorong peningkatan nilai tata guna tanah di
hubungan yang erat antara lokasi dengan nilai tanah (land value), dimana tanah di
dilakukan secara optimal, diperlukan metode untuk memilih lokasi yang bisa
memaksimalkan nilai tanah. Berbagai teori atau model dalam penggunaan tanah
banyak dikemukakan oleh para ahli di antaranya teori lokasi Alfred Weber,
Casteller dan teori penentuan lokasi berdasarkan nilai (penawaran) harga sewa
(bidrent). Dasar Teori bidrent didasarkan pada teori penamfaatan tanah yang
(2001:19).
1
2
rupa sehingga mengasilkan sewa tertinggi (bid-rent). Hal ini dilakukan dalam
rangka pengembangan wilayah. Sewa tertinggi jika tanah tersebut berada di pusat
kota atau pusat pasar. Semakin menjauhi dari pusat kota maka nilai sewa semakin
turun. Tingginya harga sewa menandakan tinggi juga nilai tanah tersebut. Dalam
desa harus diatur sekitar kota yang menjadi pasar, dan sektor kehutanan berada di
efektif dan efisien sehingga membentuk suatu land scap ekonomi yang baik dan
terdiri dari multi etnis dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu. Kabupaten
Sintang terbagi menjadi 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 183 desa dengan Ibu kota
3
Kelurahan dan 281 Desa (RPJM Kabupaten Sintang, 2010). Kecamatan Sintang
terdiri dari 15 desa dan 26 dusun, luas keseluruhan kecamatan 277,05 km2 jumlah
Penduduk pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Ssintang berjumlah 62.336 jiwa
dengan rata-rata jumlah penduduk per RT sebanyak 300 jiwa dan kepadatan
penduduk per Km2 sekitar 225 jiwa. Penyebaran penduduk Kecamatan Sintang
Tabel 1.1
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Sintang Menurut
Desa/Kelurahan, Tahun 2000 dan 2010
Tahun 2000 Tahun 2010 Pert./Thn
Luas
No Desa/Kelurahan Kepadat Kepad
(km2) Jumlah Jumlah (%)
an atan
1 Tertung 17,10 649 37,95 964 56 4,85
2 Mungguk Bantuk 24,60 940 38,21 1.324 54 4,09
3 Tanjung Puri 41,00 10.622 259,07 11.522 281 0,85
4 Baning Kota 9,00 3.680 408,89 5.465 607 4,85
5 Ladang 5,00 2.199 439,80 5.122 1.024 13,29
6 Kapuas Kanan Hulu 32,00 3.627 113,34 5.977 187 6,48
7 Kapuas Kanan Hilir 19,50 11.110 569,74 14.551 746 3,10
8 Kapuas Kiri Hilir 20,50 2.082 101,56 2.797 136 3,43
9 Kapuas Kiri Hulu 25,00 3.397 135,88 4.884 195 4,38
10 Teluk Kelansam 19,50 413 21,18 921 47 12,30
11 Sungai Ana 8,00 2.015 251,88 2.993 374 4,85
12 Merti Guna 7,00 368 52,57 546 78 4,84
13 Tanjung Kelansam 20,75 407 19,61 908 44 12,31
14 Anggah Jaya 11,00 278 25,27 619 56 12,27
15 Lalang Baru 17,10 381 22,28 567 33 4,88
Jumlah 277,05 42.168 152,20 59.160 214 4,03
Sumber : BPS, Kecamatan Sintang Dalam Angka 2013
4
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa Kelurahan Kapuas Kanan Hilir memiliki
jumlah penduduk tertinggi pada 2010 yaitu 14.551 jiwa, terbanyak kedua
kepadatan paling padat pada tahun 2010 adalah Desa Ladang dengan 1.024
jiwa/km2 dan yang paling jarang adalah Desa Lalang Baru 33 jiwa/km2.
per tahun, kemudian Desa Tanjung Kelansam, Teluk Kelansam, dan Angah Jaya
2000 sampai dengan 2010 juga telah terjadi pergeseran kepadatan. Beberapa
Kelurahan Kapuas Kanan Hilir dan Ladang, dan penduduk terjarang di Desa
Desa Ladang dan Kapuas Kanan Hilirdan terjarang terjadi di Desa Lalang Baru,
Tabel 1.2
Jumlah dan Pertumbuhan Usaha Industri dan Perdagangan di Kota
Sintang, Tahun 2009-2012
Tahun
No Tahun
2009 2010 2011 2012
Jika dilihat perkembangan dari tahun ke tahun ketiga jenis usaha dapat
Sintang mengalami peningkatan cukup tinggi setiap tahunnya dari 2009 hingga
2012 jumlah SIUP yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
6
masing-masing sebanyak 157, 308, dan 460 buah pada 2012. Jika dilihat
mencapai 86% per tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Sementara industri
besar dan kecil rata-rata hanya 18% dan 10% per tahun.
dimana sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat Kab Sintang sebagian besar
didatangkan dari luar daerah sehingga usaha distribusi dan perdagangan lebih
simetris, melainkan menyebar mengikuti arah alur sungai dan pembangunan jalan
raya. Dalam sepuluh tahun terakhir nampak sekali perubahan atau perkembangan
Ladang, dan Museum Dara Juanti Kelurahan Kapuas Kiri Hilir, dan Sungai
terminal, pasar tradisional, ruko-ruko dan kampus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wunas (2000) dalam Bahri (2007:36) bahwa Perkembangan suatu kawasan kota
diawali dengan perluasan ke arah sub urban diawali dengan pembangunan suatu
yangdikaitkan dengan teori pemanfaatan dan tata guna tanah dengan pendekatan
Teori Bid rent, dimana Kota Sintang saat ini telah menjadi suatu kota yang maju
kemungkinan bahwa Sintang pada waktu mendatang menjadi sebuah kota yang
Sintang dalam RPJP tahun 2006-2026 adalah Kabupaten Sintang yang Maju, Mandiri
dan Sejahtera, dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional yaitu
Untuk itu maka diperlukan kebijakan dalam penanganan masalah pertumbuhan dan
Kabupaten Sintang.
Perangkat Daerah mengenai suatu atau beberapa wilayah, daerah, atau kawasan.
lingkup luas suatu kawasan memang perlu dilakukan desain sedemikian rupa
dalam bentuk penataan secara terencana dan terarah dengan tetap mengacu pada
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
peningkatan harga tanah di dalam kota. Hal ini juga memicu terjadinya perluasan
kota di sekitar pinggiran kota (sub urban) yang pada mulanya sebagai tempat
tinggal atau pemukiman yang kemudian menjadi lokasi tempat usaha.Salah satu
contoh kawasan suburban Kota Sintang yang terus berkembang adalah Kawasan
dan tempat tinggal penduduk di 4 lokasi kawasan di sekitar Museum Dara Juante
Kelurahan Kapuas Kiri Hilir, komplek pertokoan Jalan Lintas Melawi Kelurahan
9
Ladang, lokasi tempat usaha Pasar Masuka Kapuas Kanan Hilir, dan kawasan
tanah perkotan serta pertumbuhan tempat usaha dan tempat tinggal atau
Kelurahan Kapuas Kiri Hilir (Museum Dara Juanti), dan Kelurahan Kapuas
Kanan Hulu (kawasan Sungai Durian), serta menganalisis arah atau sebaran
2. Penelitian ini sebagai bahan acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
pengembangan kota.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
operasional dari setiap kajian ilmu ekonomi. Terbentuknya harga suatu barang
penawaran atas barang tersebut. Pasar dalam ilmu ekonomi tidak hanya masalah
tempat, tetapi dimana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Barang
yang di transaksikan bisa berupa barang apapun, dan setiap barang punya pasar
sendiri-sendiri. Jika terjadi suatu transaksi, berarti sudah ada persetujuan kedua
belah pihak antara pembeli dan penjual mengenai harga dan volume.
bahwa suatu pasar adalah pertemuan antara kurva permintaan dan kurva
permintaan) dan kurva penawaran mewakili apa yang di kehendaki oleh produsen
(sisi penawaran).
yang menaik dari kiri bawah ke kanan atas yang berarti semakin tinggi harga jual
permintaan adalah sebaliknya yaitu menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang
10
berarti semakin rendah harga semakin banyak yang di minta dan semakin mahal
apabila antara pembeli dan penjual telah sepakat tentang harga dan volume.
Dengan kata lain persetujuan terjadi apabila apa yang di kehendaki pembeli sama
Harga
S
i
P
P1 A B
i
P0
E
i
P2
C D
0 Q1 Qe Q2 Q(volume)
Gambar 2.1
Keseimbangan Harga Permintaan dan Penawaran
11
sedangan garis D (demand) merupakan kumpulan dari kemungkinan harga yang
menarik antara kekuatan harga dari penjual dan pembeli sehingga akhirnya terjadi
penawaran, sebab pada posisi inilah apa yang dikehendaki pembeli persis sama
dengan apa yang di kehendaki penjual. Posisi ini di beri nama posisi
kondisi dimana faktor lain tidak berubah atau tidak mempengaruhi. Harga Tanah
adalah termasuk pengecualian dari dalil umum tentang Hukum Pasar karena
semakin tinggi. Permintaan yang semakin tinggi terhadap tanah hanya menaikkan
12
Harga
i S
P
P2
i
i
P1 D2
D1
0 Q Q (tanah)
Gambar 2.2
Kurva Penawaran Harga Tanah yang Inelastis
permintaan hanya berakibat kenaikan harga pasar tanpa adanya kenaikan volume
transaksi pasar. Pada ilustrasi gambar 2.2 di atas dapat dijelaskan bahwa harga
jumlahnya, sehingga tidak ada kemungkinan harga tanah turun, dengan tetap
Permintaan atas tanah (demand) biasanya naik dari waktu ke waktu kareana :
b. Naiknya harga barang barang lainnya ( mineral dan barang industry lainnya
13
c. Bertambahnya penduduk yang memerlukan tempat tinggal, tempat usaha, dan
Teori Lokasi merupakan teori dasar yang sangat penting dalam analisis
ekonomi spasial di mana tata ruang dan lokasi kegiatan ekonomi merupakan unsur
yang sistematis mengenai pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial, serta
analisis interaksi antar wilayah. Teori Lokasi tersebut menjadi penting dalam
analisis ekonomi karena pemilihan lokasi yang tepat akan dapat memberikan
penghematan cukup besar dalam ongkos angkut dan biaya produksi sehingga
bisnis yang pada gilirannya akan dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi
minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
14
15
1. unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen,
persaingan sempuma;
2. beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di mana-
3. material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara
sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas; tenaga kerja
Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor yang memengaruhi lokasi industri,
yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan agglomerasi atau de
agglomerasi. Biaya transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor
menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang dapat
jarak. Jadi, titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya
susunan dari besaran kota, jumlah kota dan distribusinya di dalam satu wilayah.
16
Christaller menyebutnya dengan sistem K-3, karena model teori dari Christaller
ini merupakan suatu sistem geometri di mana angka 3 yang ditetapkan secara
Dalam teorinya Chrislaller memandang suatu area dari sisi konsumen dan
sisi produsen. Dari sisi konsumen melihat bahwa harga suatu komoditi adalah
merupakan fungsi dari harga barang itu sendiri dan biaya tranportasi ke lokasi
tempat produksi komoditi tersebut. Dari sisi produsen bahwa suatu area
yang membaur membentuk suatu pola heksagonal (secara abstrak), yakni awal
kebutuhan, dari mulai yang sangat perlu dan frekwensinya tinggi atau bahan
atau barang mewah, berkumpul dalam suatu lokasi, membentuk suatu hirarki
vertikal.
2005:124).
1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua adalah datar dan sama.
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada
seluruh wilayah.
suatu tempat pusat penyebaran yaitu kota. Suatu kota merupakan tempat atau
dari banyak jenis komoditi namun tidak saling tumpang tindih, karena
individu/konsumen.
Pada dasarnya Teori Van Thunen adalah melihat suatu lokasi dengan
fungsi lahan dan harga yang juga merupakan dasar dari Teori Bid Rent. Dalam
Tori Lokasi Van Thunen pemanfaatan tanah desa harus diatur sekitar kota yang
menjadi pasar, dan untuk pengembangan wilayah, maka sektor kehutanan berada
Tunen jika dikaitkan dengan nilai harga sewa dan peruntukkan penggunaan
Retail
Residential
Gambar 2.3
Fungsi Sewa Tanah dari Berbagai Penggunaan
diwakili garis vertikal OA, sedangkan jarak pada sumbu X (OD). Tingginya
tingkat atau harga sewa ditunjukkan dengan tingkat kecuraman (gradien) garis A-
Daerah OK adalah daerah pasar atau pusat kota. Pada daerah tersebut
gradien harga sewa tanah sangat curam artinya setiap jengkal tanah harga sewanya
sangat tinggi atau paling tinggi diantara daerah lainnya (KL dan LM). Daerah ini
pertanian intensif (sayur dan susu). Tingginya harga sewa menandakan tingi juga
demikian Menurut Bid Rent Theory pemilihan lokasi perusahaan industri tetap
19
membayar sewa tanah. Tentunya teori ini lebih banyak berlaku untuk pemilihan
lokasi pada daerah perkotaan dimana harga dan sewa tanah sangat tinggi sehingga
Teori Von Thunen ini memiliki kekurangan antara lain bahwa semua kota
tidak memiliki kondisi fisik lingkungan yang sama (uniform plain). Sehingga kota
tetap menggunakan variabel jarak sebagai fungsi dari dari harga sewa tanah,
dengan mengemukakan hanya empat asumsi yaitu: (1) one center; (2) flat,
features less plain; (3) biaya transportasi sebanding dengan jarak ; dan (4) adanya
competition).
pemanfaatan tanah yang dikemukakan oleh Van Thunen pada abad XIX (1783-
1850) di Jerman (Tarigan, 2009). Teori bid rent pada dasarnya adalah metode
penilaian harga tanah dikaitkan dengan jarak dari pusat kota. Teori ini
menyatakan bahwa biaya sewa untuk tanah yang dekat dengan pusat kota atau
20
pasar atau daerah industri (Business Distric Centre) akan lebih mahal dari lokasi
yang jauh dari kota atau pusat kegiatan ekonomi. Karena adanya ongkos angkut
2. Tipe permukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin
kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah.
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah, dan topografi yang seragam.
Pusat kota/
pasar
O Jarak dari Pusat
Kota/pasar
Gambar 2. 4
Perbedaan tingkat sewa tanah sesuai jarak dari pusat kota/pasar
Sumber : Tarigan (2009:138)
21
Dari gambar tersebut terlihat bahwa tingkat sewa tanah adalah paling
mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar.
membayar sewa tanah. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa tanah,
Kelemahan utama dari bid rent theory yakni dalam satu daerah
oleh Richardson (2001:79) bahwa Kelemahan utama dari teori Bid rent terletak
pada assumsinya bahwa di setiap kota hanya ada satu pusat inti tunggal,
sedangkan kita sudah lama menyadari adanya beberapa pusat inti di suatu kota
besar. Dengan adanya asumsi ini maka dalam penelitian ini penilaian harga tanah
dengan menggunakan analisis bid rent masih berlaku di Kota Sintang karena Kota
Sintang belum terlalu besar dan masih bisa diidentifikasi tempat sentral lainnya.
Teori sewa dan teori alokasi tanah dapat dipergunakan untuk menganalisis
pemanfaatan tanah pada setiap kasus desa atau kota. Pada dasarnya teori dasar
tentang alokasi tanah adalah merupakan bagian dari teori mikro ekonomi tentang
alokasi dan penentuan harga faktor-faktor produksi. Seperti halnya upah yang
menentukan "harga" bagi jasa tenaga kerja, maka sewa tanah adalah harga atas
Dalam kaitannya dengan pola kota metropolis terdapat tiga aspek yang
perbandingan antara luas lantai gedung dongan luas daerah urban,dan kondisi
gedung tersebut.
jalan raya, kereta api, penerbangan, sistem transito, dan jalan kampung (lorong) di
seluruh pelosok. Sirkulasi dan inter komunikasi merupakan fungsi kota yang
sangat esensial ditinjau dari berbagai kepentingan mobilitas baik di daerah urban
maupun dari daerah urban ke daerah-daerah di luar daerah urban dan demikian
pula dari arah sebaliknya. Sirkulasi harus diusahakan menjadi lebih lancar, akan
atau toko serba ada yang besar, pabrik-pabrik, kantor-kantor, bioskop, gedung-
23
musium,dan sebagainya.
kesehatan lokal dan sebagainya.Ketiga aspek di atas yaitu: (1) tingkat kepadatan
dan kondisi struktural, (2) kapasitas, tipe, serta pola dan fasilitas sirkulasi
penduduk, dan (3) pola spasial suatu kota dapat dilukiskan di atas peta dengan
yang lain. Focal organization meliputi banyak daerah konsentris yang saling
pusat pusat pelayanan yang kurang lebih sama besar struktur hirarkinya
kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintahan. Secara lebih rinci
yang relatil terbatas luasnya; dimana mata pencaharian penduduk didoniinasi oleh
kegiatan non pertanian, sebagian besar merupakan kegiatan sektor jasa atau sektor
dan jasa lainnya), sektor pengolahan atau sektor sekunder (industri dan
manufaktur), serta pola hubungan lainnya antar individu dalam masyarakat dapat
menurut distribusi spasial. Perkembangan kota ternyata sangat pesat dan semakin
Daerah terbangun makin luas, diperlukan lahan yang cukup luas, tetapi makin
menuju ke arah wilayah perbatasan. Perluasan kota yang bersifat mendatar ini
luas dan makin jauh dari pusat kota, yang berarti wilayah pengaruh pusat kota
menjadi semakin luas dan jauh, hal ini berpengaruh terhadap harga (nilai) lahan
perkotaan. Makin dekat kota, harga (nilai) menjadi lebih tinggi dibandingkan
akan membentuk pusat-pusat kota (yang baru) yang berada di sekitar pusat kota
utama. Kota utama dan kota-kota baru tersebut membentuk semacam kerucut
kepadatan kegiatan yang tidak sama tingkat intensitasnya satu sama lainnya.
25
Lahan yang terletak pada puncak kerucut mempunyai harga (nilai) relative lebih
tinggi dibandingkan dengan yang terletak lebih jauh. Selain faktor letak dekat
menjulang ke atas atau vertikal, maka muncul konsep kota vertikal (vertical city),
sangat padat dan banyak yang bertingkat tinggi sebagai akibat kesulitan
mencapai sekitar 100 tingkat/lantai, yang dibangun diatas sebidang lahan dengan
luas tertentu, mencapai banyak sekali lantai pada gedung yang mencakar langit
harus menjadi determinan atau penentu mengenai bentuk kota dan yang
pembangunannya diatur pada kedua sisi poros atau jalan utama. Istilah kota
250.000 jiwa), kota menengah (250.000 - 750.000 jiwa), kota besar (750.000 -
1.250.000 jiwa) dan kota metropolitan (di atas 1.250.000 jiwa). Bertambah
tersedianya prasarana dan sarana pembangunan yang lebih banyak dan tersebar,
pasar dan lainnya) dan fasilitas-fasilitas pelayanan sosial (seperti sekolah, rumah
pemerintahan, danlainnva.
kotayang melebihi batas administrasi kota. Kondisi tersebut padaa khirnya akan
mendorong tingginya harga lahan di daerah perkotaan sebagai akibat dari adanya
dapat pula mejadi faktor sasaran pengembangan tata ruang (misalnya dalam
Disamping itu tujuan lain dari pengidentifikasian kawasan metropolitan itu adalah
menggabungkan daerah metropolitan dalam suatu unit yang utuh, yang memiliki
oleh beberapa kriteria diantaranya adalah (i) letak geografis, (ii) pusat-pusat
pengelompokan aktivitas (kegiatan) dan (v) hal-hal lainnya yang dapat dijadikan
Dengan menyiapkan sumber daya alam lahan secara dini yang cukup
demikian dapat diciptakan suatu kondisi penawaran dan permintaan (supply dan
pembangunan pada waktu sekarang dan pada masa depan.Salah satu strategi
mencapai suatu pola keseimbangan kegiatan dan pelayanan pada perluasan daerah
yang baru maupun yang lama, dan untuk menghindari kepadatan dan kemacetan
dapat menjadi dasar pengembangan lima komponen utama, yaitu (i) pertumbuhan
Kota meliputi beberapa bagian wilayah kota atau kawasan kota masing-
masing. Dalam penataan ruang kawasan kota, beberapa azaz yang seharusnya
pada suatu atau beberapa bagian wilayah kota. Hal ini akan menimbulkan
4. Azas manfaat yang optimal. Penataan ruang kawasan kota dilakukan untuk
itu disesuaikan dengan potensi dan fungsi lahan, dengan demikian dapat
masyarakat, yang berarti dapat dihindari terjadinya dampak negatif, atau dapat
dalam kehidupannya sehari-hari pada saat sekarang dan pada masa depan,
30
maka penataan ruang kawasan kota seharusnya berorientasi pada tata ruang
dan arus manusia secara cepat (lancar),aman dan murah. Angkutan yang
pasar menjadi lebih luas, biaya transportasi yang lebih murah dan harga barang
lebih murah.
kota dan kawasan kota harus mampu melihat 30 tahun ke depan dan bahkan 50
(pemukiman bintang sakti), (3) the core city (kota inti),(4) the urban stars
Yaitu pola kota yangdapat dimisalkan serupa dengan sehelai kain seprei,
rumah sakit akan dibangun di setiap sub urban (daerah pinggiran kota) tergantung
pada sirkulasi kendaraan umum dan pribadi, karena kepadatan lalu lintas ke
masih berada tidak jauh dari pusat pemukiman, maka aksesibilitaske daerah
Adalah kota terdiri dari banyak kelompok pemukiman urban (cluster) yang
independen satu sama lainnya. Pola semcam ini disebut urban galaxy. Pusat-
pusatnya berimbang dalam komposisinya atau dapat pula berkembang lebih luas
misalnya suatu pusat adalah pusat pendidikan, yang lain merupakan suatu pusat
keuangan, yang lain mempuyai spesialisasi kegiatan tertentu. Sistem sirkulasi dan
arus mobilitas adalah menuju ke arah tiap pusat (cluster). Untuk mempertahankan
kemudahan arus ke semua arah, maka system sirkulasi diatur secara hubungan
segi tiga (triangular grid). Kelompok pemukiman yang independen tersebut akan
bagi para pegawai, pemilihan kontak sosial, kiontak jasa pelayanan dan
sistem transportasi bagus maka ciri independen tersebut akan menjadi kurang
menonjol lagi.
32
kepadatan dan kegiatan yang tinggi pada pusatnya. Suatu metropolis dengan
penduduk sebanyak kurang lebih 20 juta jiwa mungkin meliputi lingkaran dengan
jari-jari 10 mil. Kota seperti ini sangat tergantung pada fasilitas transportasi umum
dari pada kendaraan pribadi. Pada beberapa jalan raya terjadi kepadatan lalu
lintas, hal ini berarti terjadi ketidak nyamanan, polusi udara, dan kebisingan
radial, yang memancar seperti bintang. Pada pusat metropolis yang berpola
bintang tersebut terdapat tipe kegiatan yang lebih intensif dan luas jangkauannya.
Pada dasarnya sistem arus lalu lintas diatur menurut pola radial di samping itu
juga secara cincin yang terletak pada jaringan radial. Kepadatan lalu lintas terjadi
kegiatan khusus berada di sekitarya, yang dapat dilukiskan seperti sisi keliling
suatu roda (felek). Transportasi umum melayani pada jalur ring road dan
Dimensi wilayah itu sangat penting dan merupakan faktor yang harus
seperti industri atau pabrik, perusahaan, dan fasilitas pelayanan, dengan demikian
kegiatan-kegiatan tersebut.
kegiatan tersebut akan berlangsung secara produktif dan efisien, tetapi dapat pula
tersebut tidak produktif dan tidak efisien, oleh karena itu pemilihan lokasi dari
setiap kegiatan usaha harus dipertimbangkan secara cermat dan tepat. Penentuan
lokasi suatu industri atau unit produksi pada umumnya dikaitkan dengan lokasi
sumber bahan mentah dan wilayah pasarnya. Kriteria yang digunakan dapat
yang paling realistis, dimana dengan adanya jalan raya aktifitas perekonomian
akan mudah untuk tumbuh dan berkembang. Pembangunan jalan raya pada
beberapa manfaat pembangunan jalan raya diantaranya bagi pemerintah pusat dan
pemerintah di bawahnya, dan yang paling utama adalah sebagai penggerak serta
dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda,
antara lain :
variabel kesesuaian lahan untuk industri dilihat dari topografi dan jenis
tanahnya: analisis nilai lahan; analisis aksesibilitas dan prasarana; serta analisis
industri.
Dari kajian evaluasi lokasi lahan industri di Kota Kragilan dan variabel
cukup layak sebagai lokasi industri, namun karena lokasi industri berdekatan
sampel yang digunakan merupakan harga pasar pada tahun 2007-2008, yang
Ketelitian hasil prediksi harga tanah dipengaruhi oleh jumlah dan sebaran data
tanah tertinggi terletak di pusat kota, yaitu di sekitar Jl. Asia Afrika, Jl.
Naripan, Jl. ABC, dan Jl. Braga. Menjauhi pusat kota secara umum harga tanah
menurun dan mencapai nilai terendah di daerah pinggiran kota. Laju kenaikan
interpolasi spasial harga tanah perkotaan, dengan daerah studi Kota Bandung.
Kajian diarahkan pada 4 aspek yakni: (i) analisis interpolasi spasial harga tanah
karakteristik distribusi spasial harga tanah di daerah studi (iii) zonasi nilai
diinterpolasi spasial dan selanjutnya disajikan sebagai peta harga tanah sebagai
pusat informasi harga tanah yang objektif dan mutakhir. Data sampel harga
tanah yang digunakan merupakan harga aktual pada tahun 2005 dan 2007 yang
Dalam penelitian ini, hasil pemodelan nilai tanah telah dianalisis lebih
lanjut dengan cara mengelompokan nilai tanah ke dalam zona-zona nilai tanah
berbasis unit kelurahan. Disamping itu, telah dibangun sistem informasi nilai
memberikan akurasi sebesar Rp 1,6 juta hingga Rp 1,7 juta per m2. Distribusi
spasial nilai tanah di Kota Bandung menunjukan bahwa nilai tanah tertinggi
terdapat di pusat Kota Bandung, yakni di sekitar Jalan Asia Afrika, Jalan
Naripan, Jalan ABC, dan Jalan Braga. Semakin jauh dari pusat kota, harga
lahan.
akan mengakibatkan nilai lahan juga semakin tinggi. Nilai lahan merupakan
penilaian atas lahan secara ekonomi yang didasarkan pada kemampuan lahan
dalam hal produktivitas dan lokasinya. Teori mengenai nilai lahan mengalami
oleh keberadaan perpotongan radial road dan ring road. Perpotongan tersebut
disebut puncak kecil (mini peaks) sedangkan pusat kota merupakan puncak
utama (grand peak). Nilai lahan paling tinggi di pusat kota dan akan menurun
berdasarkan fungsi jarak dari pusat kota, namun pada mini peaks pola nilai
38
lahan akan mengalami perubahan. Mini peaks meskipun tidak berada di pusat
kota, menurut Berry akan memiliki nilai lahan yang lebih tinggi bila
lahan menurut konsepsi teoretis dengan pola nilai lahan menurut fenomena
dengan tujuan untuk mengetahui pola nilai lahan perkotaan di Kota Surakarta.
memberi makna kepada data hasil observasi dalam bentuk generalisasi empiris.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan alat yang
diperlukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer akan diperoleh
39
Surakarta hampir sama dengan teori yang telah berkembang, dimana lokasi
yang memiliki nilai lahan yang sama atau diagram isovaluenya masih bisa
terdiri dari empat faktor baru, yaitu faktor prasarana jalan, faktor prasarana
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah bahwa pola nilai
lahan perkotaan di Kota Surakarta paling tinggi berada di pusat Kota Surakarta
melingkar di pusat kota, tetapi agak memanjang di sekitar jalan arteri Slamet
Riyadi. Agak di pinggiran Kota Surakarta bagian timur terdapat wilayah yang
memiliki nilai lahan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah di
Provinsi Kalimantan Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan
lapangan. Menurut Nazir, (2003: 54) penelitian deskriptif adalah metode yang
digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, atau suatu
antar fenomena.
Dilihat dari data yang digunakan jenis penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Penelitian kualitatif artinya data dan analisa yang digunakan dalam
atau simpulan dari peneliti yang didasari referensi, empirik/teori dan data hasil
penelitian.
adalah penelitian yang menekankan pada kualitas (quality) atau hal yang
terpenting dari sifat suatu obyek yang alamiah (barang, orang, fenomena sosial),
40
41
1. Mengamati dan menelaah landasan teoritis yang berkaitan dengan teori lokasi
rencana pengembangan tata ruang dan arah pengembangan kota Sintang baik
pengembangan kota.
Landasan Teori
Landasan Empiris
Teori Pusat Pertumbuhan Ekonom
Teori Pertumbuhan Kotai 1. Saiful Bahri, 2007
Teori lokasi Weber, 2. Kania Sari, Dewi, 2009
Teori lokasi Casteller, 3. Pratama, Ary, et all, 2008
Teori lokasi (Van Thunen) 4. Lisa Sari, Barus, et all,
Teori Bid-ret 5. Wahyuningsih, Menik
Pengembangan Kota (Adisasmita)
Rumusan Masalah :
Bagaimana dampak perubahan harga tanah terhadap pertumbuhan tempat
usaha dan tempat tinggal penduduk di empat lokasi kawasan di sekitar Museum
Dara Juante, komplek pertokoan Jalan Lintas Melawi Kelurahan Ladang, dan
lokasi tempat usaha sekitar Pasar Masuka, dan kawasan Sungai Durian Kapuas
Kanan Hulu ?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dampak perubahan harga tanah perkotan terhadap
pertumbuhan tempat usaha dan tempat tinggal/pemukiman penduduk di 4
(empat) lokasi, yaitu Kelurahan Kapuas Kanan Hilir (kawasan di Pasar
tradisional Masuka), Kelurahan Ladang (Arah Melawi), dan Kelurahan
Kapuas Kiri Hilir (Museum Dara Juanti), dan Kelurahan Kapuas Kanan
Hulu (kawasan Sungai Durian).
2. Mengetahui arah distribusi spasial pertumbuhan kota Sintang.
Analisis Data
Hasil penelitian
Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1
Kerangka Berfikir (Prosedur) Penelitian
PERUBAHAN HARGA/
SEWA TANAH/
BANGUNAN
PERTUMBUHAN
KOTA SINTANG
PERTUMBUHAN TEMPAT
USAHA DAN TEMPAT
TINGGAL (PEMUKIMAN)
tiap-tiap distrik (kelurahan) sehingga dari hasil identifikasi dan analisis mengenai
perubahan harga tanah/bangunan dan perubahan aktifitas ekonomi pada tiga lokasi
sampel.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data primer didapat dari hasil pengamatan, dan wawancara langsung
terhadap penduduk, pejabat pembuat akta tanah, Notaris, Lurah, Ketua RT, Broker
terkait di antaranya RPJM, RPJP ; Rencana Detail Tata Ruang Kota Sintang ; peta
dan data serta nilai atau harga lahan ; data perkembangan usaha (industri,
yang berada pada suatu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat tertentu
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili secara
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelurahan yang
ada di Kota Sintang Kalimantan Barat, sedangkan sampel diambil 4 lokasi yakni 2
lokasi yang tingkat pertumbuhannya rendah yaitu lokasi Masuk (Kapuas Kanan
Hilir) dan Museum (Kapuas Kiri Hilir), dan 2 lokasi yang tingkat
Sungai Durian Kelurahan Kapuas Kanan Hulu. Adapun sampel diambil dari
Tabel 3.1
Daftar Narasumber/Sampel Penelitian
No Profesi Jumlah
1 Notaris 1
2 Lurah 1
3 Broker Tanah 1
4 Ketua RT 35
5 Penduduk 5 20
mengenai harga tanah dan jumlah tempat usaha dari tahun ke tahun serta
Nazir, (2003: 55) analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang
deskriptif dapat dilakukan dengan pemaparan secara naratif, atau dapat juga
hanya didasarkan pada visualisasi terhadap data atau angka yang didapat,maka
alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini cukup sederhana, hanya berupa
1. Harga/Sewa Tanah/Bangunan
Dalam penelitian ini harga sewa atau harga jual tanah/bangunan adalah
Tabel 3.2
Identifikasi Harga/Sewa Tanah/Bangunan
Harga Tanah Jarak dari pusat kota
Tahun Lokasi
(Rp/m2) asal (km)
2005 2007
2007 2009
2009 2011 Lokasi Survei
2011 2013
2013 2015
menurut jarak dan pertumbuhan dari tahun ke tahun, selama 10 tahun, dari 2005
menjadi tempat usaha atau tempat tinggal. Untuk ini diidentifikasi dengan
tumbuhnya pasar tradisional, jumlah Ruko, Bank, Hotel, Pabrik, dan Rumah
Tabel 3.3
Identifikasi Pertumbuhan Tempat Usaha dan Tempat Tinggal
Jenis Fasilitas Ekonomi
Tahun Lokasi Sekola Rumah
Toko Pasar Fassos dll.
h Tinggal
2005 2007
2007 2009
Lokasi
2009 2011
Survei
2011 2013
2013 2015
Dari analisis ini dapat diketahui petumbuhan tempat usaha dan tempat
tinggal pada empat lokasi penelitian, dan pertambahan setiap tahunnya menurut
Tabel 3.4
Identifikasi Arah Distribusi Pertumbuhan (Spasial) Kota Sintang
Jumlah Pertumbu
Arah (Spasial) Pertumbuhan Kota (%) (%)
Fasilitas han (%)
Lokasi I Masuka (Kelurahan Kanan
Hilir)
Lokasi II Lintas Melawi (Kelurahan
Ladang)
Lokasi III - Museum Dara Juanti
(Kelurahan Kapuas Kiri Hilir)
Lokasi IV Sungai Durian
(KelurahanKapuas Kanan Hulu)
47
Dari analisis ini dapat dilihat dan diperbandingkan daerah mana yang
Pada dasarnya variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
tinggal, dan yang ketiga adalah arah distribusi pertumbuhan kota (spacial).
1. Harga/sewa tanah/bangunan
aktiva fisik yang memiliki nilai. Suatu aktiva fisik bernilai karena aktiva
harga/nilai jasa yang dihasilkan oleh tanah selama periode tertentu, misalnya
satu tahun, lima tahun, oleh karena itu sewa memiliki dua dimensi yakni yaitu
a. Pasar tradisional dalam penelitian ini adalah suatu tempat dimana terdapat
sekelompok orang yang melakukan aktifitas jual beli di sata tempat atau
b. Rumah toko (ruko), adalah tempat usaha berdagang yang sekaligus sebagai
lainnya yang mempunyai desain yang sama atau mirip sebagai suatu
jasa keuangan, misalnya simpan pinjam, termasuk koperasi, atau usaha jenis
lainnya.
atau akomodasi.
penduduk.
lokasi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masuka), Kelurahan Ladang (Arah Melawi), dan Kelurahan Kapuas Kiri Hilir
(Museum Dara Juanti), dan Kelurahan Kapuas Kanan Hulu (kawasan Sungai
Durian), maka kondisi perkembangan kota dan pertumbuhan harga tanah di empat
daerah baru berkembang, di daerah Masuka terdapat pasar tradisional yang baru
dibangun pada awal tahun 2009,memiliki 200 lapak dan 80 kios yang mayoritas
maka di daerah ini banyak tumbuh dan berkembang usaha-usaha baru lainnya,
yang semula kondisi demikian hanya terdapat di sekitar pasar Sungai Durian
kelurahan Kapuas Kanan Hulu. Hal ini menandakan adanya perluasan kota ke
daerah Masuka.
Selain itu di daerah ini terdapat suatu tempat yang khusus dijadikan
lokalisasi/prostitusi, tempat hiburan malam yang sudah ada sejak sekitar 25 tahun
yang lalu. Hal ini juga merupakan pendorong aktivitas ekonomi di daerah
Masuka.
49
50
Berdasarkan hasil observasi dan survei pada tahun 2015 harga tanah
awalnya sebelum ada pasar begitu murah dan tidak ada lonjakan yang berarti.
sementara toko penjualan yang ada di Kapuas kanan Hulu. Kejadian ini terutama
sejak tahun 2009, ketika itu pemerintah memindahkan pasar sayur Sungai Durian
kawasan pemukiman dan tempat usaha. Mengacu pada teori bidrent (Van Thunen)
terbalik dengan jarak dari pusat kota, maka perkembangan harga tanah di daerah
terakhir dari tahun 2005 hingga tahun 2015 harga tanah di daerah ini bervariasi,
Tabel 4.1
Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan Kapuas
Kanan Hilir/Sekitar Kawasan Pasar Masuka, Tahun 2005-2015
HARGA SEWA RUMAH JARAK
SEWA RUKO
TAHUN TANAH TINGGAL DARI KOTA
(Rp/thn)
(Rp/M2) (Rp/thn) ASAL
2005-2007 145.500 905.000 2.475.000 0-1 km
2007-2009 214.000 1.220.000 5.575.000 0-1 km
2009-2011 400.000 1.635.000 10.250.000 0-1 km
2011-2013 1.035.000 3.500.000 15.350.000 0-1 km
2013-2015 3.080.000 7.930.000 21.210.000 0-1 km
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
51
mencapai 2.017% dan 776 % atau rata-rata 202% dan 78% per tahun. Jika kita
tampilkan dalam bentuk grafik perkembangan harga tanah di daerah ini selama 10
tahun terakhir dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 menunjukan trend yang
Gambar 4.1
Trend Perkembangan Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Kapuas Kanan Hilir/Sekitar Kawasan Pasar Masuka, Tahun 2005-2015
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa harga tanah sangat melonjak antara
tahun 2013 sampai 2015, dimana pada tahun 2005 hatga tanah hanya rata-rata
Rp145.500 per meter persegi kemudian setelah sepuluh tahun berkembang yakni
pada tahun 2015 berubah menjadi Rp 3.080.000,- per meter persegi. Kenaikan
Tradisional yang baru dipindahkan awal tahun 2015,memiliki kurang lebih 200
lapak/los dan 80 kios yang mayoritas pedagang di sana adalah sayur mayur dan
kebutuhan pokok lainnya. Selain itu ada sekitar 120-an pedagang-pedagang sayur
yang menempati atau menyewa rumah tinggal di sekitar pasar maka harga sewa
hasil survei dan pengamatan beberapa tempat usaha dan fasilitas ekonomi yang
ada di daerah Masuka Kelurahan Kanan Hilir ini sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 4.2
Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan Masuka
Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Tahun 2015
Pertum Rata-rata
No Jenis 2005 2015
buhan (%) Pertahun
1 Ruko siap pakai 5 55 1.000,00 1000,00
2 Ruko dan Tempat Tinggal 10 41 310,00 310,00
3 Gudang Barang 1 35 3.400,00 3.400,00
Kios-Kios Kecil (Dagangan
4 15 25 66,67 66,70
Sembarang)
5 Toko Sembako 7 24 242,86 242.90
6 Bengkel Motor/Toko Las 1 10 900,00 900,00
Warung Makan/Rumah
7 5 6 20,00 20,00
Makan
Jumlah 5 207 848,50 848,50
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
53
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tempat usaha mencapai
848,50% selama 10 tahun terakhir atau rata-rata 100% per tahun. Fasilitas paling
banyak jumlahnya adalah Ruko siap pakai (belum ditempati) dan yang paling
daerah ini baru terjadi beberapa tahun terakhir setelah dibangunnya pasar
Praktek Dokter, PAUD (Sekolah Anak Usia Dini), SD, Service Electro, ATM,
Toko Kaca, Toko Bangunan, Pangkalan LPG (Gas), Toko Kayu Olahan, Apotik,
Lokasi ke 2 yang menjadi topik bahasan dalam penelitian ini adalah lokasi
di kawasan arah Lintas Sungai Melawi Kelurahan Ladang. Secara historis, sampai
dengan tahun 1945 jalan lintas Melawi dinyatakan sebagai jalur hijau sehingga
tidak diperbolehkan membuat bangunan. daerah ini termasuk daerah rawa dimana
kapuas kanan hulu dan kelurahan ladang dapat melalui darat yang sebelumnya
hanya melalui sungai, sehingga dengan adanya jembatan tersebut alur transportasi
dari Sintang seberang (Kelurahan Tanjung Puri, Kelurahan Ladang dan Baning)
bersambung ke jalan MT Haryono Jalan Lintas melawi. Disamping itu daerah ini
54
merupakan daerah hasil timbunan karena awalnya daerah ini termasuk daerah
Jika sebelum ada jembatan kurang lebih 30 tahun lalu harga tanah di
daerah ini hanya Rp 1000 per meter persegi, namun hingga tahun 2015 ini daerah
Lintas Melawi sudah berubah menjadi daerah kawasan usaha dengan perdagangan
bangunan dengan luas yang sama yakni sama yakni 4 x 12 x 2 lantai terjadi
Tabel 4.3
Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan Ladang
Sekitar Kawasan Lintas Melawi, Tahun 2005-2015
Sewa
Harga
Tahun Tanah Rumah Luas Sewa Ruko Luas Jarak Dari
Tinggal (Rp/Thn) Kota Asal
(Rp/M2) (Rp/Thn)
7 x 16 x
2005-2007 400.000 4.240.000 4 x 12 x 2 lt 10.400.000 0-1 km
2 lt
7 x 16 x
2007-2009 720.000 5.680.000 4 x 12 x 2 lt 16.000.000 0-1 km
2 lt
7 x 16 x
2009-2011 1.590.000 7.360.000 4 x 12 x 2 lt 25.200.000 0-1 km
2 lt
7 x 16 x
2011-2013 2.600.000 9.000.000 4 x 12 x 2 lt 32.600.000 0-1 km
2 lt
7 x 16 x
2013-2015 4.600.000 12.760.000 4 x 12 x 2 lt 45.000.000 0-1 km
2 lt
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
Jika dihitung pertumbuhan selama sepuluh tahun harga tanah di daerah ini
mencapai 1.050% atau rata-rata 105% per tahun, dan untuk sewa kenaikannya
hanya 201% dalam 10 tahun atau 20% per tahun. Untuk bangunan yang lebih luas
55
harga sewa akan lebih mahal lagi, dan yang luasnya di bawah angka tersebut
daerah ini pada awalnya terlihat stabil dari tahun 2005 hingga 2012. Namun
setelah tahun 2013 mulai melonjak drastis, seperti ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
Gambar 4.2
Trend Perkembangan Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan
Ladang/Sekitar Kawasan Lintas Melawi, Tahun 2005-2015
daerah lintas Melawi Kelurahan Ladang dari tahun 2005 hingga tahun 2015
terlihat relatif stabil setiap tahunnya. Berbeda dengan di daerah Masuka yang
trend nya sangat curam. Hal ini menandakan bahwa perkembangan harga tanah di
daerah ini relatif lambat dan normal dengan kenaikan rata-rata setiap tahun
Ladang setelah jembatan lintas melawi yang dibangun pada tahun 1990, semenjak
itulah maka di kawasan daerah ini juga mulai dibangun toko-toko dan usaha-usaha
ekonomi di daerah Lintas Melawi sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan Lintas
Melawi Kelurahan Ladang, Tahun 2015
Jumlah Pertumbuhan
No Jenis Usaha
2005 2015 (%)
1 Bangunan Baru siap pakai 10 42 320,00
Toko Pakaian jadi/Sepatu/Jam/Alat Dapu/Alat
2 11 25 127,27
Olah raga
3 Kantor Partai dan Perusahaan 3 25 733,33
4 Rumah Makan 10 20 100,00
5 Bengkel Motor dan Accessoris nya 12 18 50,00
6 Bengkel Mobil 3 10 233,33
7 Toko Bangunan 6 10 66,67
8 Dealer Motor 5 9 100,00
9 Toko Accessoris/Helm/Alat Pancing 3 8 166,67
10 Sembako 3 8 166,67
11 Warung Makan/Kopi 5 8 60,00
12 Salon 2 7 250,00
13 Meubel/Furniture 1 6 500,00
14 Cafe 4 6 50,00
15 Lembaga Keuangan Selain Bank 1 5 400,00
16 Penjual/Penyewaan Caset 1 4 300,00
17 Toko Computer 1 4 300,00
18 Praktek Dokter 1 4 300,00
19 Swalayan 1 4 300,00
20 BANK 1 4 300,00
21 Toko Ponsel atau Pulsa 1 4 300,00
22 ATK 1 2 100,00
23 Tukang Jahit 1 2 100,00
Jumlah 87 235 231,48
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tempat usaha di daerah
Lintas Melawi Kelurahan Ladang mencapai 231,48% per tahun jauh lebih rendah
57
ini adalah Ruko atau bangunan siap pakai (belum ditempati), sedangkan paling
Fasilitas lainnya yang ada di daerah ini terdapat Kantor Notaris, toko
Bersalin, Depot Air Isi Ulang, Toko Sepeda, Industri Batako, Industri Meubel,
satu buah.
Kiri Hilir. Secara historis daerah ini pada mulanya merupakan tempat Kerajaan
penembahan Sintang. Akan tetapi secara ekonomi daerah ini sangat lambat
Sebelum jalan darat di bangun Daerah ini tidak ketinggalan terlalu jauh
dari Kelurahan lain, tetapi setelah pembangunan jalan darat makin banyak,dan
daerah ini seolah-olah terisolasi sehingga perkembangan usaha ditempat ini sangat
seperti Tukang bangunan, Karyawan, dan Penambang dan ada yang masih
Penyadap Karet.
58
kepentingannya : Jika pemilik tanah memerlukan uang cepat dia mau menjual
lebih murah, sebaliknya jika pembeli sangat memerlukan tanah maka harga tanah
bisa lebih tinggi. Harga tanah di kawasan ini berkisar antara Rp 50.000,- sampai
dengan Rp 150.000,- secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan Kapuas
Kiri Hilir/Sekitar Kawasan Museum Dara Juanti, Tahun 2005-2015
HARGA TANAH Pertumbuhan JARAK DARI KOTA
TAHUN
(Rp/M2) (%) ASAL
2005-2007 52.250 0 1 km
2007-2009 64.250 0 1 km
22,97
2009-2011 120.500 0 1 km
87,55
2011-2013 140.000 0 1 km
16,18
2013-2015 146.250 4,46 0 1 km
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
hanya 180% selama 10 tahun atau rata-rata 18% per tahun, harga sewa bangunan
32% ata rata-rata 3,2% per tahun. Jika kita perhatikan harga tanah di daerah ini
relatif rendah dibandingkan daerah lainnya. Pada tabel dapat dilihat bahwa
kenaikan baru nampak terjadi mulai tahun 2009 sampai dengan 2015. Padahal jika
dilihat jarak dari pusat kota daerah ini hanya rata-rata satu kilometer dari pusat
kota asal.
daerah ini relatif lebih murah, hal ini dikarenakan antara lain :
59
sebagainya.
disinilah pertama kali pusat Kerajaan Sintang dahulu berdiri, namun demikian
daerah lainnya.
keturunan bangsawan, namun dari sisi ekonomi dan perkembangan jaman kurang
Disini penulis berpendapat bahwa : suatu lokasi yang secara historis dan
sosial cukup baik, belum tentu menguntungkan secara ekonomi, ada beberapa
faktor yang menyebabkan suatu daerah cepat maju yang utama adalah kemudahan
dalam aktivitas ekonomi, karena pada dasarnya faktor ekonomi adalah yang utama
industri, cagar budaya, fasilitas sosial, daerah rekreasi, wisata dan lain-lain.
usaha di daerah ini sangat minim, yang nampak hanya ada beberapa penjual BBM
60
Tabel 4.6
Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kawasan Museum
Dara Juanti Kel. Kapuas Kiri Hilir, Tahun 2015
Pertumbuh
No Jenis Tempat Usaha 2005 2015
an(%)
1. Warung Minuman/Kopi (Ukuran Micro) 8 12 50,00
2. Toko Sembako 6 10 66,67
3. Perdagangan BBM di Lanting 4 6 50,00
4. Pedagang LPG (Gas Masak) 2 3 100,00
5. Pedagang Pulsa (Skala Kecil-Kecilan) 1 2 100,00
6. Penjual Tiket Kapal Laut/Pesawat 1 1 100,00
Jumlah 17 34 77,78
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pertumbuhan tempat usaha mencapai
selama 10 tahun terakhir hanya 77,78%. Fasilitas paling banyak jumlahnya adalah
bahwa daerah ini adalah daerah eksklusive yang kurang berkembang dalam
bidang ekonomi.
daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan sungai sehingga aktivitas
adalah kawasan Pasar Sungai Durian (Kelurahan Kapuas Kanan Hulu. Pusat
jalan MT Haryono, jalan Kolonel Sugiono, jalan Letjen Katamso, jalan Sudirman,
61
jalan D.I. Panjaitan, Jalan Wirapati, dan jalan W.R.Supratman. Kawasan ini
historis awalnya usaha usaha itu berpusat berada di Jalan Katamso kemudian
hasil survei harga tanah rata-rata secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Rata-Rata Harga/Sewa Tanah dan Bangunan di Kelurahan Kapuas
Kanan Hulu (Pasar Sungai Durian), Tahun 2005-2015
Sewa Ruko
Harga Tanah Sewa Rumah Jarak Dari
Tahun (Rp/Thn) Luas
(Rp/M2) Tinggal (Rp/Thn) Kota Asal
4x6 M, 2 Lt
2005-2007 1.475.000 2.500.000 22.500.000 4 km
Dengan semakin berkembangnya daerah ini, harga tanah di daerah ini juga
semakin meningkat pesat, terutama yang terletak di lapisan Pertama kurang lebih
25 meter dari tepi jalan raya, dan semakin ke dalam semakin rendah harganya,
begitu juga dengan harga sewa baik untuk tempat tinggal maupun tempat usaha,
62
namun tidak sepesat di daerah Masuka. Dari data pada tabel 4.7 dapat dihitung
pertumbuhan selama sepuluh tahun mencapai 361% atau 36,1% per tahun dan
Hulu ini merupakan pusat perdagangan sejak sekitar 30 tahun yang lalu terutama
Kolonel Sugiono, Jalan Katamso, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan D.I. Panjaitan,
Jalan Wirapati, dan Jalan WR. Supratman, ditunjukkan pada gambar berikut ini.
rumah makan, aiat dapur, swalayan, toko pulsa/hp, optik, praktek dokter, toko
sepeda, toko obat/bahan kecantikan, meubel, bank, jasa keuangan lain, dealer
motor, bengkel motor, hotel, toko bangunan/mesin-mesin, depot air isi ulang,
pembangunan/kosong sementara, toko buku, tukang jahit, toko pertanian, dan ikan
asin/basah
pengaruhi oleh minat pengusaha dan agar masyarakat melepas tanah terkadang
diberi harga tinggi dan akibatnya tanah di sekitarnya juga jadi bertahan pada harga
yang lebih tinggi. Yang membuat harga tanah semakin tinggi adalah adanya
permintaan yang semakin tinggi terhadap tanah di jalan M.T. Haryono untuk
usaha, harga tanah sudah ada mencapai belasan juta Rupiah. Namun demikian
hingga tahun 2015 kawasan kawasan di Kelurahan Kanan Hulu ini semakin
Tabel 4.8
Jumlah Sarana Aktivitas Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Kapuas
Kanan Hulu (Kawasan Sungai Durian), Tahun 2015
Pertum
No Jenis usaha 2005 2015
buhan(%)
1 Toko Pakaian Jadi/Sepatu 30 85 112,50
2 Toko Sembako 25 50 66,67
3 Toko Bangunan 20 49 100,00
4 Bengkel Motor/Jok Motor 20 43 115,00
5 Toko Elektronik/Computer 15 36 140,00
6 Toko dalam Proses Pembangunan 15 32 113,33
7 Rumah Makan 15 30 100,00
8 Toko Ponsel 15 30 100,00
9 Alat Dapur 5 26 160,00
10 Tempat Tinggai 5 23 130,00
11 Warung Makan/Minum 5 22 120,00
12 BANK 5 14 180,00
13 Dealer Motor 5 14 180,00
14 Kantor Perusahaan 5 12 140,00
64
Pertum
No Jenis usaha 2005 2015
buhan(%)
15 Toko Perhiasan Perak 5 12 140,00
16 Toko Sepatu 5 12 140,00
17 Ikan Asin/Basah 5 11 120,00
18 Tukang Jahit 5 10 100,00
19 Toko Proses Mau di Sewakan 5 9 100,00
20 Bangunan Kosong/siap pakai 5 9 100,00
21 Meuble/Furniture 4 8 100,00
22 Swalayan 4 7 100,00
23 Toko Obat/Bahan Kecantikan 4 7 100,00
24 Lembaga Keuangan selain Bank 3 6 100,00
25 HOTEL 3 6 100,00
26 Service Electronik 3 6 100,00
27 Kantor Pemerintah 3 5 100,00
28 Salon/Tk Pangkas Pria 3 5 100,00
29 Sekolah (SD, SMP, SMA) 3 5 100,00
30 Cafe/Kedai Kopi 3 5 100,00
31 Praktek Dokter 2 4 100,00
32 Apotik/Optik 2 4 100,00
33 Salon 2 4 100,00
34 Toko Sepeda 2 3 100,00
35 Jasa Maspot/kantor) 2 3 100,00
36 Toko Pertanian 2 3 100,00
37 Dealer Mobil 1 2 100,00
38 Bengkel Mobil 1 2 100,00
39 Klinik Pengobatan/Laboratorium 1 2 100,00
40 Toko Buah 1 2 100,00
41 Notaris 1 2 100,00
42 Sewa Kursi/Tenda 1 2 100,00
43 Helm/Asesoris 1 2 100,00
44 Tukang Jahit 1 2 100,00
45 Swalayan 1 2 100,00
Jumlah 298 628 110,17
Sumber : Data hasil survei Tahun 2015, diolah
Pria, Sekolah (SD, SMP, SMA), Praktek Dokter, Apotik/Optik, Dealer Mobil,
Computer, Bimbingan Belajar, ATK, Sepeda,Pijat Refleksi, Toko Alat Olah Raga,
Asrama TNI, Asrama Polisi, Depot Pertamina (Suplai Distribusi BBM), Grosir,
65
Kantor POS, Toko Roti Kanar, Meuble/Furniture, dan Depot Isi Ulang.
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa di daerah ini merupakan yang terbanyak
pertumbuhan jumlah tempat usaha, tempat tinggal dan fasilitas ekonomi lainnya,
pemukiaman dan/atau fasilitas ekonomi dan sosial lainnya pada ke empat lokasi
A B
Gambar 4.4
Pertumbuhan Harga Tanah dan dan Tepat Usaha di Empat Lokasi
Penelitian Kabupaten Sintang (%)
66
Masuka, kedua di Lintas Melawi (lokaasi 2), dan ketiga di Kelurahan Kapuas
Kanan Hulu (kawasan Pasar Sungai Durian), dan keempat di Kapuas Kiri Hilir.
daerah Masuka merupakan yang tertinggi. Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa
sementara di Sungai Durian hanya 178,90% saja. Daerah yang terendah baik
tidak membentuk radius yang simetris, melainkan menyebar mengikuti arah alur
sungai dan pembangunan jalan raya. Dalam sepuluh tahun terakhir nampak sekali
Arah Melawi Kelurahan Ladang, dan Museum Dara Juanti Kelurahan Kapuas Kiri
Jika kita komposisikan dari keempat lokasi, maka dapat kita lihat ke arah
mana perluasan Kota Sintang menyebar. Untuk ini dapat diidentifikasi dari
ditunjukkan pada Gambar 4.4 B diatas, maka arah perluasan kota menyebar ke
Tabel 4.9
Identifikasi Arah Distribusi Pertumbuhan (Spasial) Kota Sintang
Pemukiman,
Pertumbuhan
Arah Pertumbuhan Fasilitas Ekonomi Komposisi
No dalam 10
(Spasial) dan Sosial (%)
tahun (%)
Jumlah
Lokasi I Masuka
1 221 848,50 63,20
(Kanan Hilir)
Lokasi IV Sungai
4 687 110,17 13,32
Durian (Kanan Hulu)
tinggi adalah di Masuka atau 63,20% dari seluruh pertumbuhan jumlah fasilitas
pada ke empat lokasi. Sedangkan dilihat jumlah fasilitas Sungai Durian masih
merupakan lokasi yang terbanyak yakni mencapai 687 fasilitas atau 57,49%.
Kelurahan Ladang (17,69%), ketiga Sungai Durian (13,32%) dan arah ke empat
4.6. Pembahasan
berubah berbentuk Kabupaten Sintang dengan ibukota Kota Sintang. Pada awal
Kapuas Kanan Hulu di sekitar tepian sungai yang awalnya diberi nama pasar
Cina.Jalan Katamso pinggir sungai lah yang mula-mula menjadi pusat bisnis dan
Terdapat kawasan masuka yaitu masuka laut yang dekat sungai dan masuka darat
yang jauh dari sungai. Selain di Masuka pusat pertumbuhan tempat tinggal yaitu
di Sungai Durian (Kapuas Kanan Hulu), kemudian sekitar 25 m dari pinggir jalan
atas tanah untuk tempat usaha pada lokasi-lokasi strategis, misanya untuk hotel,
bank, kantor toko, swalayan dan sebagainya. Berdasarkan hasil survei dan
Tahun
daerah lokasi penelitian III yakni daerah kelurahan Ladang Lintas Melawi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata harga tanah maupun jumlah
fasilitas tertinggi adalah di daerah lokasi I yakni di Kelurahan Kapuas Kanan Hilir
dan ketiga adalah lokasi IV Kelurahan Kapuas Kanan Hulu (Sungai Durian), dan
tertinggi keempat adalah Lokasi III Kelurahan Kapuas Kiri Hilir (Museum Dara
Juanti).
pertumbuhan dan harga tertinggi. dimana daerah yang memiliki harga tanah
namun harga tanah di sini bukan tertinggi diantara empat lokasi. Sebaliknya lokasi
per meter persegi, namun pertumbuhan lebih rendah dari masuka, dan di lokasi II
sebesar 85%.
Lokasi III yakni Kelurahan Kapuas Kiri Hilir (Museum Dara Juanti) rata-
rata paling rendah yakni hanya Rp120.500 per meter per segi dan pertumbuhan
juga paling rendah yakni 33,10% per tahun. Sebagaimana telah disebutkan pada
sub bab sebelumnya bahwa daerah ini adalah daerah dimana terdapat komunitas
penduduk yang eksklusif, banyak keturunan raja-raja dan bangsawan yang kurang
tersebut. Yang pasti bahwa kemajuan suatu daerah adalah sebagai akibat dari
dimana sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat Kab Sintang sebagian besar
didatangkan dari luar daerah sehingga usaha distribusi dan perdagangan lebih
terminal, pasar tradisional, ruko-ruko dan kampus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wunas (2000) dalam Bahri (2007:36) bahwa Perkembangan suatu kawasan kota
diawali dengan perluasan ke arah sub urban diawali dengan pembangunan suatu
Kota Sintang yang utama adalah di lokasi IV Pasar Durian, ternyata bukan yang
tertnggi pertumbuhannya.
tempat usaha dan harga tanah pada ke empat lokasi penelitian ditunjukkan pada
Gambar 4. 6
Perbandingan Pertumbuhan Tempat Usaha dan Harga Tanah
Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa yang tertinggi pertumbuhan tempat
usaha adalah lokasi I (pasar Masuka), sedangkan tertinggi kedua adalah di Lokasi
II (Lintas Melawi), dan yang ketiga adalah di lokai IV (pasar Sungai Durian).
Hasil penelitian ini berbeda atau tidak sesuai dengan hasil studi empiris
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kania Sari, et all (2009) dalam penelitiannya
Hasil penelitian ini lebih sesuai dengan hasil penelitian dan teori yang
bahwa nilai lahan merupakan penilaian atas lahan secara ekonomi yang
didasarkan pada kemampuan lahan dalam hal produktivitas dan lokasinya. Teori
mengenai nilai lahan mengalami perkembangan mulai dari David Ricardo hingga
B.J.Berry. Hal ini juga didukung oleh teori menurut Berry yang menyatakan
bahwa pola nilai lahan dipengaruhi oleh keberadaan perpotongan radial road dan
ring road. Perpotongan tersebut disebut puncak kecil (mini peaks) sedangkan
pusat kota merupakan puncak utama (grand peak). Nilai lahan paling tinggi di
pusat kota dan akan menurun berdasarkan fungsi jarak dari pusat kota, namun
pada mini peaks pola nilai lahan akan mengalami perubahan. Mini peaks
meskipun tidak berada di pusat kota, menurut Berry akan memiliki nilai lahan
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi yang lebih dekat dengan pusat
kota.
lahan menurut konsepsi teoritis dengan pola nilai lahan menurut fenomena
Surakarta dimana faktor-faktor penentu nilai lahan di Kota Surakarta terdiri dari
empat faktor baru, yaitu faktor prasarana jalan, faktor prasarana permukiman,
74
faktor lokasi, dan faktor transportasi.Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian
ini adalah bahwa pola nilai lahan perkotaan di Kota Surakarta paling tinggi berada
Pola tidak bulat melingkar di pusat kota, tetapi agak memanjang di sekitar jalan
arteri Slamet Riyadi. Agak di pinggiran Kota Surakarta bagian timur terdapat
wilayah yang memiliki nilai lahan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lita Sari Barus, et
membentuk radius yang simetris, melainkan menyebar mengikuti arah alur sungai
dan pembangunan jalan raya. Dari hasil pengamatan selama sepuluh tahun
pertumbuhan tidak hanya di stu lokasi (Sungai Durian) melainkan timbul pusat-
Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Arah Melawi Kelurahan Ladang, dan Museum
wilayah sekitarnya.
Jika kita perhatikan pusat pertumbuhan yang uatama adalah kawasan pasar
sehingga penulis berpendapat bahwa Teori Bidrent tidak berlaku disini. Harga
tertinggi memang masih di sungai durian namun bukan tidak mungkin suatu saat
nanti masuka akan lebih mahal jika pertumbuhannya stabil dalam jangka panjang.
Pada dasarnya teori bidren hanya berlaku secara lokal pada satu titik pusat
kota dewasa ini.Teori bidrent hanya berlaku pada titik-titik pertumbuhan tertentu,
mengembangkan suatu kota dapat dibuat pusat-pusat perumbuhan yang baru dan
di setiap titik tersebut akan berlaku teori bidrent. Sebagaimana telah dikemukakan
bahwa asumsi umum dalan teori penggunaan lahan wilayah perkotaan adalah
bahwa wilayah perkotaan muncul sebagai daerah yang datar pada asuatu titik
terdapat sebuah CBD. Dan diasumsikan pula bahwa perkotaan tersebut berbentuk
5.1. Kesimpulan
1. Harga tanah perkotan paling tinggi adalah di daerah Kelurahan Kapuas Kanan
jumlah tempat usaha dan harga tanah. Dari hasil penelitian diketahui distribusi
ketiga Sungai Durian (13,32%) dan arah ke empat adalah ke Kelurahan Kapuas
Kiri Hilir (5,79%). Artinya bahwa teori Bdrent hanya berlaku pada satu titik
76
77
tertentu, tidak berlaku jika dikaitkan dengan perkembangan suatu kota yang
baru.
5.2. Saran
1. Secara alami perkembangan suatu kota sebagai akibat dari aktivitas manusia
yang selalu mencari kehidupan yang lebih baik dari sisi ekonomi, pendidikan,
pemerintahan.
2. Walaupun dalam pertumbuhan suatu kota terjadi secara alami di dasarkan pada
penentu utama, namun demikian ini tidak berarti bahwa penggunaan lahan
tidak perlu di atur oleh pemerintah kota bersangkutan, mengingat lahan yang
lahan oleh pemerintah tetap perlu dilakukan untuk menjaga efiensi penggunaan
perkotaan.
(RTRW). Termasuk dalam RTRW ini adalah penentuan zoning yang juga
dapat digunakan sebagai alatuntuk pengaturan tata ruang. Selain itu pemerintah
Tata Ruang Kota (RDTRK) yang lebih bersifat Rinci mencakup seluruh
cabang jalan pada kota bersangkutan. Bahkan selanjutnya pemerintah kota juga
diwajibkan pula menyusun Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) yang sangat
rinci dan bersifat teknis yang sekaligus dapat menggambarkan lahan yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad, (2002), Analsis Spasial dan Regional, (Studi Aglomerasi &
Kluster Industri di Indonesia), UPP-AMP-YPKN Yogyakarta
Wahyuningsih, Menik (2008) Pola dan Faktor Penentu Nilai Lahan Perkotaan
di Kota Surakarta Tugas Akhir, Tesis Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
82
Lampiran 2 Peta Kota Sintang
83
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Bidrent
Pengantar
2. Skor/nilai yang diberikan diharapkan sebagai nilai yang rill dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Hasil survai ini akan digunakan untuk bahan penelitian semata tentang
5. Survai ini tidak ada hubungannya dengan pajak atau politik maupun aspek
A. IDENTITAS RESPONDEN
No Profesi Jumlah
1 Notaris 3
2 Lurah 1
3 Ketua RT 5
4 Penduduk 20
5 Broker Tanah 1
84
Lampiran 4 : Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasiI (Masuka) Kelurahan Kapuas Kanan Hilir
SEWA JARAK
HARGA
Nama RUMAH SEWA RUKO DARI
No VARIABEL TAHUN LOKASII TANAH LUAS
Responden TINGGAL (Rp/thn) KOTA
(Rp/M2)
(Rp/thn) ASAL
2005-2007 100.000 600.000 2.000.000
2007-2009 Masuka 200.000 800.000 5.000.000
Harga /sewa
1 p. Sui Golow 2009-2011 (Kapuas 275.000 1.000.000 10.000.000 5 km
Bangunan
2011-2013 Kanan Hilir) 1.000.000 3.000.000 15.000.000
2013-2015 3.000.000 7.200.000 20.000.000
85
2005-2007 100.000 700.000 2.500.000
2007-2009 Masuka 200.000 900.000 5.000.000
Harga /sewa
5 Jalaludin 2009-2011 (Kapuas 400.000 1.200.000 8.000.000 5 km
Bangunan
2011-2013 Kanan Hilir) 1.000.000 3.000.000 12.000.000
2013-2015 3.000.000 8.000.000 20.000.000
86
2005-2007 100.000 600.000 2.000.000
2007-2009 Masuka 200.000 800.000 5.000.000
Harga /sewa
9 Susanto 2009-2011 (Kapuas 375.000 1.000.000 10.000.000 5 km
Bangunan
2011-2013 Kanan Hilir) 1.000.000 3.000.000 15.000.000
2013-2015 3.000.000 7.200.000 20.000.000
87
2005-2007 100.000 600.000 2.000.000
2007-2009 Masuka 200.000 800.000 5.000.000
Harga /sewa
13 Sutatnto 2009-2011 (Kapuas 400.000 1.000.000 10.000.000 5 km
Bangunan
2011-2013 Kanan Hilir) 1.000.000 3.000.000 15.000.000
2013-2015 3.300.000 7.000.000 20.000.000
88
2005-2007 100.000 600.000 2.000.000
2007-2009 Masuka 200.000 800.000 5.000.000
Harga /sewa
17 Rajimin 2009-2011 (Kapuas 400.000 1.000.000 10.000.000 5 km
Bangunan
2011-2013 Kanan Hilir) 1.000.000 3.000.000 15.000.000
2013-2015 3.000.000 7.500.000 20.000.000
89
Lampiran 5 : Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasi II (Melawi) Kelurahan Ladang)
SEWA JARAK
HARGA SEWA
Nama RUMAH LUAS DARI
No VARIABEL TAHUN LOKASI II TANAH LUAS RUKO
Responden TINGGAL Bangunan KOTA
(Rp/M2) (Rp/thn)
(Rp/thn) ASAL
90
2013-2015 3.000.000 6.600.000 7 x 3 m x 1 lt 40.000.000
91
Lampiran 6 : Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasi III (Museum) Kelurahan Kapuas Kiri Hilir
JARAK
HARGA SEWA RUMAH
Nama SEWA RUKO DARI
No VARIABEL TAHUN LOKASIIII TANAH TINGGAL LUAS LUAS
Responden (Rp/thn) KOTA
(Rp/M2) (Rp/thn)
ASAL
Bana HARGA/SEWA
2005-2007 50.000 600.000 5 KM
Hermansyah BANGUNAN
Museum/Kel
2007-2009 50.000 600.000
1 Kapuas Kiri
2009-2011 50.000 600.000
Hilir
2011-2013 50.000 600.000
2013-2015 50.000 600.000
Boy Hamidi 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 55.000 500.000
2 2009-2011 Kapuas Kiri 55.000 550.000
2011-2013 Hilir 60.000 600.000
2013-2015 65.000 650.000
Sugiman 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 55.000 600.000
3 2009-2011 Kapuas Kiri 60.000 700.000
2011-2013 Hilir 70.000 800.000
2013-2015 75.000 900.000
Muni F. 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 550.000
4 2009-2011 Kapuas Kiri 70.000 600.000
2011-2013 Hilir 80.000 700.000
2013-2015 90.000 750.000
Hanafi 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 600.000
5 2009-2011 Kapuas Kiri 70.000 700.000
2011-2013 Hilir 80.000 800.000
2013-2015 100.000 900.000
92
Romy 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 70.000 700.000
6 2009-2011 Kapuas Kiri 90.000 900.000
2011-2013 Hilir 100.000 1.000.000
2013-2015 120.000 1.200.000
Ade maskur 2005-2007 70.000 600.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 80.000 700.000
7 2009-2011 Kapuas Kiri 90.000 800.000
2011-2013 Hilir 100.000 900.000
2013-2015 120.000 1.200.000
A.N.
2005-2007 75.000 600.000 5 KM
Djuniarto
Museum/Kel
2007-2009 85.000 700.000
8 Kapuas Kiri
2009-2011 100.000 800.000
Hilir
2011-2013 120.000 900.000
2013-2015 150.000 1.000.000
M. Yusuf 2005-2007 40.000 400.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 500.000
9 2009-2011 Kapuas Kiri 80.000 600.000
2011-2013 Hilir 120.000 700.000
2013-2015 150.000 1.000.000
G.M Baehar 2005-2007 40.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 600.000
10 2009-2011 Kapuas Kiri 750.000 700.000
2011-2013 Hilir 100.000 850.000
2013-2015 120.000 1.100.000
Salifri 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 600.000
11 2009-2011 Kapuas Kiri 80.000 800.000
2011-2013 Hilir 100.000 1.000.000
2013-2015 140.000 1.200.000
93
Julia ali 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 600.000
12 2009-2011 Kapuas Kiri 80.000 800.000
2011-2013 Hilir 100.000 1.000.000
2013-2015 140.000 1.200.000
Ewan 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000 600.000
13 2009-2011 Kapuas Kiri 70.000 700.000
2011-2013 Hilir 80.000 800.000
2013-2015 120.000 900.000
Tus 2005-2007 40.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 50.000 600.000
14 2009-2011 Kapuas Kiri 70.000 800.000
2011-2013 Hilir 90.000 1.000.000
2013-2015 120.000 1.500.000
H. Ahmad 2005-2007 50.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 60.000
15 2009-2011 Kapuas Kiri 750.000
2011-2013 Hilir 950.000
2013-2015 120.000
M. Sai usman 2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 70.000 600.000
16 2009-2011 Kapuas Kiri 90.000 700.000
2011-2013 Hilir 120.000 80.000
2013-2015 140.000 900.000
Thamrin
2005-2007 60.000 50.000 5 KM
hasan
Museum/Kel
2007-2009 70.000 600.000
17 Kapuas Kiri
2009-2011 90.000 700.000
Hilir
2011-2013 120.000 800.000
2013-2015 150.000 1.900.000
94
Uti syahril 2005-2007 60.000 600.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 70.000 700.000
18 2009-2011 Kapuas Kiri 90.000 900.000
2011-2013 Hilir 120.000 1.200.000
2013-2015 150.000 1.500.000
Marjuki
2005-2007 60.000 500.000 5 KM
ahmad
Museum/Kel
2007-2009 80.000 600.000
19 Kapuas Kiri
2009-2011 100.000 7.000.000
Hilir
2011-2013 120.000 1.800.000
2013-2015 140.000 1.000.000
2005-2007 50.000 500.000 5 KM
2007-2009 Museum/Kel 70.000 700.000
20 2009-2011 Kapuas Kiri 90.000 800.000
2011-2013 Hilir 120.000 1.000.000
2013-2015 150.000 1.200.000
95
Lampiran 7 : Hasil Survei Perkembangan Harga TanahLokasiII (Sungai Durian) Kelurahan Kapuas Kanan Hulu
SEWA JARAK
HARGA
Nama RUMAH SEWA RUKO DARI
No VARIABEL TAHUN LOKASIIV TANAH LUAS LUAS
Responden TINGGAL (Rp/thn) KOTA
(Rp/M2)
(Rp/thn) ASAL
2005-2007 1.200.000 20.000.000
2007-2009 1.800.000 30.000.000
Horas Harga /sewa Kel. Kapuas
1 2009-2011 2.000.000 35.000.000
Marbun Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 2.500.000 45.000.000
2013-2015 5.000.000 60.000.000
2005-2007 600.000 3.000.000 40.000.000
2007-2009 700.000 4.000.000 45.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
2 MJ 2009-2011 800.000 5.000.000 50.000.000
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 900.000 6.000.000 55.000.000
2013-2015 100.000 7.000.000 60.000.000
2005-2007 1.000.000 20.000.000
2007-2009 1.500.000 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
3 Rio Ivan 2009-2011 2.500.000 35.000.000
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 3.500.000 45.000.000
2013-2015 5.500.000 60.000.000
2005-2007 1.000.000 3.000.000 20.000.000
2007-2009 1.500.000 4.000.000 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
4 Remsi 2009-2011 2.000.000 5.000.000 35.000.000 4
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 3.000.000 8.000.000 45.000.000
2013-2015 7.800.000 1.000.000 60.000.000
2005-2007 1.000.000 3.000.000 20.000.000
2007-2009 1.500.000 4.000.000 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
5 Tagor 2009-2011 2.000.000 5.000.000 35.000.000 4
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 4.000.000 8.000.000 45.000.000
2013-2015 8.000.000 1.000.000 60.000.000
96
2005-2007 3.000.000 4.000.000 4 x 6 m2 20.000.000
2007-2009 4.000.000 6.000.000 5 x 6 m2 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
6 Wandi 2009-2011 5.000.000 8.000.000 6 x 6 m2 35.000.000 4
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 8.000.000 10.000.000 7 x 6 m2 45.000.000
2013-2015 10.000.000 12.000.000 8 x 6 m2 60.000.000
2005-2007 3.000.000 4.000.000 4 x 6 m2 20.000.000
2007-2009 4.000.000 5.500.000 5 x 6 m2 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
7 Mora 2009-2011 5.000.000 8.000.000 6 x 6 m2 35.000.000 4
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 8.000.000 10.000.000 7 x 6 m2 45.000.000
2013-2015 11.000.000 12.000.000 8 x 6 m2 60.000.000
2005-2007 1.000.000 3.000.000 20.000.000
2007-2009 1.500.000 4.000.000 30.000.000
Harga /sewa Kel. Kapuas
8 Molan 2009-2011 2.000.000 5.000.000 35.000.000 4
Bangunan Kanan Hulu
2011-2013 4.000.000 6.000.000 45.000.000
2013-2015 7.000.000 7.000.000 60.000.000
97
Lampiran 8 : Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi I
(Masuka) Kelurahan Kapuas Kanan Hilir
NO JENIS USAHA JUMLAH
1. Toko Sembako 24
2. Bengkel Motor/Toko Las 10
3. Toko Pakaian Jadi 2
4. Praktek Dokter 1
5. Paud (Sekolah Anak Usia Dini) 1
6. SD 1
7. Warung Makan/Rumah Makan 6
Ruko dalam Pembangunan dan belum terjual (masih
8. 55
Kosong) didepan di tulis di jual/di sewakan
9. Gudang Barang 35
10. Ruko Dan Tempat Tinggal 41
11. Service Electro 1
12. ATM 1
13. Pedagang Ponsel/Pulsa 3
14. Toko Kaca 1
15. Salon 2
16. Kios-Kios Kecil (Dagangan Sembarang) 25
17. Tutup Usaha (Toko Bangunan) 2
18. Toko Bangunan 1
19. Pangkalan LPG (Gas) 1
20. Praktek Bidan 2
21. Toko Kayu Olahan 1
22. Apotik 1
23. Cuci Motor 1
24. Losmen/Penginapan 1
25 Loundry 1
26 SPBU 1
Jumlah 221
98
Lampiran 9 : Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi IIJalan
Lintas Melawi Kelurahan Ladang
No Jenis Usaha Jumlah
1. Bangunan Baru belum terjual dan dalam proses di 42
sewakan dan masih kosong
2. Toko Pakaian jadi/Sepatu/Jam/Alat Dapur/Alat 25
Olahraga
3. Toko Accessoris/Helm/Alat Pancing 8
4. Kantor Partai dan Perusahaan 25
5. Dealer Motor 9
6. Bengkel Motor dan Accessoris nya 18
7. Penjual/Penyewaan Caset 4
8. Toko Computer 4
9. Bengkel Mobil 10
10. Bengkel Kulkas 1
11. Salon 7
12. Meubel/Furniture 6
13. Klinik Pengobatan 1
14. Rumah Bersalin 1
15. Praktek Dokter 4
16. Swalayan 4
17. Rumah Makan 20
18. ATK 2
19. Sembako 8
20. Depot Air Isi Ulang 1
21. Notaris 2
22. BANK 4
23. Optik 2
24. Apotik 2
25 Toko Sepeda 1
26 Cafe 6
27. Warung Makan/Kopi 8
28. TkJahit 2
29. Industri Batako 1
30. Industri Meubel 1
31. Toko Bangunan 10
32. Lembaga Keuangan Selain Bank 5
33. Toko Ponsel atau Pulsa 4
34. SPBU 1
35. Masjid Raya 1
36. Asrama Haji 1
37. Laboratorium 1
38. Photo Studio 1
Jumlah 253
99
Lampiran 10 : Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi III
(Museum) Kelurahan Kapuas Kiri Hilir
2. Kios-Kios Sembako 10
JUMLAH 34
100
22 Bengkel Mobil 2
23 Apotik/Optik 4
24 Toko Obat 1
25 Klinik Pengobatan/Laboratorium 2
26 Puskesmas 1
27 Sekolah (SD, SMP, SMA) 5
28 Kursus Computer 1
29 Bimbingan Belajar 1
30 ATK 1
31 Sepeda 1
32 Pijat Refleksi 1
33 Toko Buah 2
34 Toko Alat Olah Raga 1
35 Toko Meuble 1
36 Cuci Mobil/Motor 1
37 Notaris 2
38 Sewa Kursi/Tenda 2
39 Helm/Asesoris 2
40 Tukang Jahit 2
41 Kesegaran Jasmani/Aerobik 1
42 Rumah Sakit TNI 1
43 Asrama TNI 1
44 Asrama Polisi 1
45 Depot Isi Ulang
46 Depot Pertamina (Suplai Distribusi BBM) 1
47 Grosir 1
48 Toko Sepeda 1
49 Masjid 1
50 Lapangan Tenis 1
51 Toko Perhiasan Perak 1
52 Kantor POS 1
53 Toko Roti Kanar 1
54 Meuble/Furniture 1
JUMLAH 292
101
Lampiran 12Hasil Survei Tempat Usaha dan Fasilitas Sosial di Lokasi
Kelurahan Kapuas Kanan Hulu (Jl. Kolonel sugiono, Katamso,
Sudirman, D.I. Panjaitan, Wirapati, WR.Supratman)
KAWASAN JALAN
KOL WR.SU Juml
NO JENIS USAHA KATAM SUDIRM D.I.PANJA WIRAP
SUGI0 PRAT ah
SO AN ITAN ATI
N0 MAN
1 Pakaian jadi 16 9 4 25 4 9 67
2 Toko Sepatu 4 1 3 4 - - 12
Elektronik/Komp
3 7 10 2 6 2 - 27
uter
Sembako/Toko
4 2 6 4 6 8 19 45
Elpiji
5 Cafe/Kedai Kopi 1 1 - 2 - 1 5
6 Rumah Makan 2 1 2 7 2 - 14
7 Aiat Dapur - 2 1 11 - 12 26
8 Swalayan 1 - - 1 - - 2
9 Toko Pulsa/HP 2 1 1 12 - 3 19
10 Optik 1 - - - - - 1
11 Praktek Dokter - - - - - - 0
12 Toko Sepeda - - - 1 1 - 2
Toko Obat/Bahan
13 Kecantikan 2 1 2 1 1 - 7
14 Meubel 1 4 - 2 - - 7
15 Bank 1 - - 1 - 1 3
Jasa Keuangan
16 1 - - - - - 1
Lain
17 Dealer Motor 1 - - - - 2 3
Bengkel Motor
18 /Ptq (dUvt- /n<- 4 - 6 4 5 2 21
Uf
19 Hotel - - - - 1 - 1
Toko
20 Bangunan/Mesin- 7 21 - 2 5 6 41
Mesin
Depot Air Isi
21 1 - - - - - 1
Ulang
22 Service Electro - 2 1 3 - - 6
23 Toko Emas - 3 - - - 8 11
Jasa
24 Maspot/fkantoK) - - 1 - 2 - 3
Cfr^nipif))
25 Salon - - 1 1 2 - 4
Rehab/Proses
Pembangunan/Ko
26 9 - - - - - 9
song Sementara
102
Toko Buku
27 - - - A. Mr - 0
Tukang Jahit
28 - - - 10 - - 10
Toko Pertanian
29 - - - - - 3 3
30 Ikan Asin/Basah - - - - - 11 11
395
103