(UJIAN PERTAMA)
Dosen Ahli **
PERNYATAAN BEBAS DARI PLAGIAT
Materi 6000*
YOEL YUDI
B 61112010
PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA
KESEHATAN DAN BELANJA INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT
PROPOSAL TESIS
Oleh
YOEL YUDI
NIM: B61112010
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
DAFTAR TABEL...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................................................1
1.2 Permasalahan..........................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................9
1.4. Kontribusi Penelitian..............................................................................10
1.4.1. Bagi Kalangan Akademis dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan.................................................................................10
1.4.2. Bagi Pemerintah dan Pengambil Kebijakan................................11
1.5. Gambaran Kontekstual Penelitian.........................................................11
i
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................37
3.1. Bentuk Penelitian....................................................................................37
3.2. Kerangka Proses Berfikir Penelitian......................................................37
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................37
3.4. Jenis dan Sumber Data...........................................................................37
3.5. Populasi dan Sampel...............................................................................38
3.6. Variabel Penelitian.................................................................................38
3.7. Metode Analisis......................................................................................38
3.7.1. Analisis Jalur (Path Analysis).....................................................39
3.7.2. Pengujian Signifikansi.................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................44
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang tidak lain merupakan investasi dalam jangka panjang. Teori pembangunan
manusia, salah satunya menekankan pentingnya peranan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas modal manusia (human capital) yang merupakan motor
penggerak (engine of growth) pertumbuhan ekonomi. Dengan investasi
pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang
diperlihatkan oleh meningkatnya pengetahuan dan keterampilan. Usaha produksi
akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja
dengan produktivitas tinggi, dan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi.
Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan
memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui
peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.
2
menjadi semakin penting dan merupakan program pembangunan yang mendapat
prioritas.
Urusan paling penting ketiga dalam RPJM Kalbar adalah urusan bidang
Infrastruktur, Pekerjaan Umum dan perumahan. Isu strategis bidang infrastruktur
melingkupi 6 (enam) urusan yaitu: urusan pekerjaan umum, perumahan,
perhubungan, komunikasi dan informatika, lingkungan hidup dan energi dan
sumber daya mineral. Sedangan beberapa isu trategis pembangunan bidang urusan
pekerjaan umum, yaitu 1) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi/rawa ;
2) Peningkatan pelayanan air bersih ; 3) Peningkatan pelayanan sanitasi
(persampahan, IPAL dan drainase) ; 4) Pembangunan TPA Regional ; 5)
Peningkatan pengendalian bencana banjir dan abrasi pantai; 6) Percepatan
Pembangunan Jalan Lingkar Luar (Outer Ring Road) dan Kanal Lingkar Luar
(Outer Ring Canal) ; 7) Peningkatan kuantitas dan kualitas jalan dan jembatan ; 8)
Terbatasnya pendanaan pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan ; 9)
Percepatan pembangunan jalan baru ; 10) Pemindahan pusat pemerintahan
Provinsi Kalimantan Barat. Untuk urusan Perumahan beberapa isu strategis dan
3
prioritas pembangunan urusan Perumahan, yaitu: 1) Peningkatan jumlah rumah
tidak layak huni menjadi rumah layak huni dan Penataan permukiman kumuh.
4
Sumber : djpk.go.id (Lampiran 1)
5
2014 305.436,24 92.774,02 186.528,17
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten Atas Dasar Harga Konstan
2010, Tahun 2010-2016
Rata-
Nama Daerah 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rata
Bengkayang 4.63 5.09 5.87 5.90 4.02 3.96 4.26 4.82
Ketapang 7.51 7.54 4.65 4.55 2.92 5.53 3.06 5.11
Sambas 5.79 5.69 5.90 6.18 5.42 4.78 5.07 5.55
Sanggau 4.15 5.08 6.03 5.98 3.26 3.68 3.91 4.58
Kota Pontianak 5.39 5.05 7.77 7.86 5.97 5.29 6.46 6.26
Kota Singkawang 5.54 5.75 6.76 6.62 6.43 5.96 6.58 6.23
Sekadau 5.85 4.73 6.21 6.56 6.11 5.75 6.27 5.93
Kayong Utara 5.92 5.05 5.78 5.26 5.65 5.03 5.13 5.40
Kubu Raya 6.23 6.54 6.61 6.66 6.44 6.36 6.51 6.48
Landak 5.13 4.95 5.42 5.23 4.90 5.11 5.08 5.12
Kapuas Hulu 4.44 4.12 4.75 5.23 3.97 4.66 4.64 4.54
Mempawah 2.13 3.00 4.06 5.44 6.00 5.62 6.16 4.63
6
Sintang 5.19 4.79 5.60 6.47 5.36 4.57 5.28 5.32
Melawi 5.75 4.27 6.22 4.85 4.73 4.70 4.56 5.01
Sumber : BPS, Kalimantan Barat Dalam Angka, 2011 -2016
7
pengetahuan dan pendapatan atau kelayakan hidup. Adapun angka IPM masing-
masing kab/kota di Provinsi Kalimantan Barat pada tabel berikut ini.
8
Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan Pengeluaran yang disesuaikan). Keempat
prinsip tersebut pada dasarnya adalah tercapainya produktivitas, pemerataan,
keberlanjutan, serta pemberdayaan manusia.
1.2 Permasalahan
9
2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Kalimantan Barat dan berapa besar
pengaruhnya ?
10
3. Menguji dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah bidang
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Kalimantan
Barat.
11
1.4.2 Bagi Pemerintah dan Pengambil Kebijakan
Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi alternatif dan fakta bagi
pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan pembangunan dan
keuangan khususnya yang berkaitan dengan prinsip akuntabilitas publik,
memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
pengelolaan keuangan daerah, memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pengalokasian anggaran keuangan.
12
berdampak pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Selain itu, dalam
jangka pendek efek ekonomi dari pembangunan ketiga bidang tersebut berdampak
langsung pada peningkatan aktivitas ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan
pembukaan peluang berusaha bagi penduduk.
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
14
pendapatan sehingga kemudian dapat mendorong lebih meningkatnya lagi belanja
dan pendapatan. Teori Keynes ini menyebabkan banyaknya intervensi atas kebijakan
ekonomi pada era teijadinya Great Depression. Teori Keynes menyimpulkan bahwa
ada alasan pragmatis untuk pendistribusian kemakmuran dimana jika segmen
masyarakat yang lebih miskin diberikan sejumlah uang, mereka akan cenderung
membelanjakannya dari pada menyimpannya yang kemudian akan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes adalah “Peranan Pemerintah”
yang diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik.
John Meynard Keynes menjelaskan teori ekonominya dalam buku yang
beijudul “The General Theory of Employment, Interest and Money” Inti dari
kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat yang mempengaruhi situasi makro, agar dapat mendekati posisi
“FM// Employment”-ny&. Permintaan agregat adalah seluruh jumlah uang yang
dibelanjakan oleh seluruh lapisan masyarakat yang digunakan untuk membeli barang
dan jasa dalam satu tahun. Barang dan jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang
diproduksi dalam tahun tersebut (barang bekas atau barang yang diproduksi pada
tahun-tahun sebelumnya atau barang yang tidak dapat diproduksi seperti tanah,
tenaga kerja dan faktor produksi lain, tidak termasuk dalam pengertian “barang dan
jasa” dimaksud disini). Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari
3 unsur yaitu :
1. Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga (C)
2. Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I)
3. Pengeluaran Pemerintah (G), Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan
agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak
langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaann agregat.
Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
menyatakan bahwa
Y=C+I+G+(X-M)
Formulasi yang dikenal sebagai identitas pendapatan nasional dan sekaligus
mencerminkan penawaran agregat, sedangkan Variable-variabel di ruas kanan
disebut permintaan agregat. Dimana variabel G menyatakan pengeluaran pemerintah
15
(Government expenditures), I merupakan Investment, X-M adalah net ekspor.
Dengan membandingkan nilai G terhadap Y dan melakukan pengamatan dari waktu
ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap
pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat
dianalisis seberapa penting peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.
16
2. Adanya penciptaan ide-ide baru oleh perusahaan yang merupakan akibat dari
mekanisme luberan pengetahuan (knowledge splilover)
3. Produksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan.
17
keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G + (X-M) yang merupakan sumber
legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah
dalam perekonomian. Dari persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau
penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan
nasional (pertumbuhan ekonomi). Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan
pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli
barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
18
meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya yaitu makin meningkatnya peran
pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat sebagai suatu
keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila
pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah juga
akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan
yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan
sebagainya.
Keterangan :
PkPP : Pengeluaran pemerintah per kapita
PPK : Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk
1, 2,...n : Jangka waktu (tahun)
19
Sumber: Mangkoesoebroto (2001:172)
20
Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah
yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin
besar.
Teori Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori
bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat di
mana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah
sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk
menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.
Dalam praktek, pos pengeluaran pemerintah daerah terdiri dari belanja daerah
dan pengeluaran pembiayaan daerah. Belanja daerah merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pemberian pelayanan umum. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan
pemerintah, dikemukakan oleh Mangkoesoebroto (2001:169) bahwa : ”Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, maka
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.”
21
dapat dibandingkan secara kuantitatif serta prinsip bagi individu adalah meningkatkan
kesejahteraannya setinggi mungkin. Neoclassical welfare theory mempopulerkan prinsip
pareto optimality dalam teori kesejahteraan. Prinsip pareto optimality tersebut
merupakan kondisi terca painya keadaan kesejahteraan sosial maksimum, yang
merupakan fimgsi kesejahteraan dari semua kepuasan individu.
Pada dasamya, tingkat kesejahteraan secara umum tidak hanya merujuk pada
tingkat kesejahteraan secara ekonomi dengan pencapaian kepuasan individu secara
maksimal, tetapi harus juga melibatkan seluruh aspek kehidupan atau lingkungan
sosialnya. Menurut Samuelson (2012) dalam Deswantoro (2017) mengatakan
“sebenamya telah ada welfare economics baru yang tidak semata-mata berdasar pada
kriteria ekonomi sempit, tetapi mengandung nilai-nilai etika. Dengan demikian, dalam
tataran sosial welfare, untuk mencapai sosial optimum, perlu mencari pendekatan baru.
Artinya, sejak titik tolak awalnya, preferensi individu tidak lagi diasumsikan berdimensi
kepentingan tunggal, tetapi sebagai multipartius”.
Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang
dipengaruhi tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang dapat diraih
dalam kehidupannya. Guna mencapai tingkat kesejahteraan yang diinginkan,
dibutuhkan perilaku (behavioral) yang dapat memaksimalkan tingkat kepuasannya
sesuai sumber daya yang tersedia. Salvatore (1997) dalam Deswantoro (2017)
mengemukakan teori ekonomi kesejahteraan secara mikro, yaitu: "Teori ekonomi
kesejahteraan mempelajari berbagai kondisi cara penyelesaian dari model ekuilibrium
umum. Hal ini memerlukan antara lain adalah alokasi optimal faktor produksi di antara
konsumen. Alokasi faktor produksi dikatakan pareto optimal jika proses produksi tidak
dapat diatur lagi sedemikian rupa guna menaikkan output suatu komoditi tanpa harus
mengurangi output komoditi lain”. Karenanya, teori ekonomi kesejahteraan merupakan
cara penyelesaian dari model ekuilibrium umum di mana alokasi faktor produksi di
antara komoditi didistribusikan secara optimal.
Dalam paradigma pembangunan ekonomi, perubahan kesejahteraan masyarakat
merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi
dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik. Keberhasilan
pembangunan ekonomi tanpa menyertakan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan
mengakibatkan kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan
22
kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat
(Deswantoro,2017).
Kesejahteraan masyarakat menunjukkan ukuran hasil pembangunan masyarakat
dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi: pertama, peningkatan
kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan,
kesehatan, dan perlindungan; kedua, peningkatan tingkat kehidupan, tingkat
pendapatan, pendidikan yang lebih baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan
nilainilai kemanusiaan; dan ketiga, memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan
sosial dari individu dan bangsa. Kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat
direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat yang
ditandai dengan selesainya masalah kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik,
pencapaian tingkat pendidikan yang lebih tinggi, serta produktivitas masayarakat yang
meningkat, kesemuanya itu merupakan cermin dari perbaikan tingkat pendapatan
masyarakat golongan menengah kebawah. (Todaro, 2011).
23
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
24
masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, maka akan terjadi
perbaikan gizi dan selanjutnya akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
produktivitas dan produksi. Sebaliknya kondisi kesehatan yang rendah, mengahadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan jika
dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatannya.
25
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan di suatu negara atau daerah
yang diakui secara internasional adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan tiga komponen yang
dibutuhkan setiap orang yaitu (1) unsur kesehatan, (2) pendidikan atau
pengetahuan dan (3) unsur ekonomi atau kelayakan hidup. Adapun indikator yang
menggambarkan tiga komponen tersebut adalah angka harapan hidup ; angka melek
huruf dan rata-rata lama sekolah ; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita sebagai yang mewakili capaian hidup layak. Dengan demikian jelas secara
teori bahwa unsur kesehatan merupakan unsur paling penting dalam terciptakanya
kesejahteraan masyarakat.
26
2.1.9. Infrastruktur dan Kesejahteraan Masyarakat
27
meningkatkan belanja rumah tangga untuk peningkatan pembangunan manusia.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ranis (2004), bahwa pertumbuhan ekonomi
memberikan manfaat langsung terhadap peningkatan pembangunan manusia melalui
peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi
belanja rumah tangga untuk makanan yang lebih bergizi dan pendidikan, terutama
pada rumah tangga miskin.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan landasan empiris
dalam penelitian ini diuaraikan di bawah ini.
28
dapat menyebabkan kesejahteraan. Dalam konsep ini pertumbuhan ekonomi berlaku
sebagai variabel pemediasi (intermediating variable) yang dipengaruhi oleh
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan sekaligus dapat mempengaruhi
kesejahteraan yang diindiksikan dengan IPM. Adapun pengaruh-pengaruh dari setiap
variabel dalam penelitian ini seperti digambarkan pada gambar berikut ini.
PY2X1
Pengeluaran
Pemerintah bidang PY1X1
Pendidikan (X1)
Pengeluaran PY1X2
Pemerintah bidang Pertumbuhan PY2Y1 Y2
Kesehatan (X2) Ekonomi (Y1) Kesejah-
teraan Masya
PY2X1 rakat (IPM)
Pengeluaran
Pemerintah bidang PY1X3
Infrastruktur (X3)
PY2X3
29
2.3.2. Hipotesis
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Dilihat dari tujuannya penelitian ini adalah riset murni berlatar belakang teori
(theory gap) dan hasil kajian empiris, yakni penelitian yang dilakukan untuk
mengevaluasi atau mengembangkan sebuah teori atau temuan empiris yang telah ada.
Dilihat dari hubungan antar variabel, penelitian ini adalah jenis penelitian asosiatif
kausalitas, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau
pengaruh antar dua variabel atau lebih (Suliyanto, 2006; 11). Metode analisis yang
digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan analisis statistik.
31
Landasan Teoritis :
Landasan Empiris :
1. Rustiono (2008) ; 2. Bastias (2010)
1. Teori Pertumbuhan
3. Sodik (2007) ; 4. Sitepu dan Sinaga
Ekonomi (Keynes) (2004) ; 5. Hendarmin (2012)
2. Teori Pertumbuhan 6. Bambang Saputra (2012)
Endogen (Model Lucas dan 7. Rudi Badrudin (2011) ; 8. Yarlina
Romer) Yacoub (2012) ; 9. Nur Baeti (2013)
3. Teori Pengeluaran 10. Hadi Sasana (2009) ; 11. I Gede Komang
Pemerintah (Adolf ner, Angga Dianaputara dan Luh Putu
Peacock dan Wiseman) Aswitari (2017)
4. Teori Kesejahteraan 12. Meylina Astri, Sri Indah Nikensari dan
Harya Kuncara W (2013)
Masyarakat (Salvatore)
PERMASALAHAN
HIPOTESIS
Pengujian Hipotesis :
Analisis Jalur (Path Analysis)
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
TESIS
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder dalam
bentuk data panel. Data panel adalah gabungan dari data time series (diambil dari 6
tahun pengamatan dari 2011 hingga 2016) dan data silang tempat/individu (cross
section) yang diambil dari 14 kabupaten/kota. Untuk data Alokasi Anggaran
Pendidikan, Kesehatan dan Anggaran Infratstruktur diambil dari laporan situs djpk
32
Kementerian Keuangan (djpk.go.id), sedangkan untuk data pertumbuhan ekonomi
dan IPM, deskripsi wilayah diambil dari BPS Kalimantan Barat.
Populasi dan sekaligus sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Barat yang jumlahnya 12 kabupaten
yaitu Kabupaten Kubu Raya, Sekadau, Sambas, Kayong Utara, Sintang, Ketapang,
Melawi, Landak, Bengkayang, Sanggau, Kapuas Hulu, Mempawah, dan 2
kotamadya yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang.
Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan merancang suatu model
matematis yang menggambarkan hubungan antara satu variabel atau lebih. Model
33
matematis yang dirancang ini harus mampu mempresentasikan hubungan kausal
antar variabel yang dimunculkan dalam penelitian. Untuk menganalisis data hasil
penelitian ini dilapangan adalah teknik analisis kuantitatif. Untuk membuktikan
hipotesis 1 sampai 7 dengan digunakan analisis jalur (Path analysis).
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas atau variabel eksogen yaitu
belanja pendidikan (X1), belanja kesehatan (X2) dan belanja infrastruktur (X3),
satu variabel antara (intervening variabel) yaitu pertumbuhan ekonomi (Y1) dan
satu variabel terikat (dependen endogen) yaitu kesejahteraan yang diindikasikan
dengan IPM (Y2). Mengacu pada hipotesis enelitian maka model analisis jalur
dalam penelitian ini adalah mengukur besarnya pengaruh variabel X 1, X2 , X3
terhadap Y2 secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel
pertumbuhan ekonomi (Y1). Untuk itu dibuat diagram sebagai berikut :
34
β1
Pengeluran
Pemerintah α1
bidang
Pendidikan (X1)
Pengeluaran
α2
Pemerintah bidang Pertumbuhan β4 Y2
Kesehatan (X2) Ekonomi (Y1) Kesejah-
teraan Masya
rakat (IPM)
β2
Pengeluaran
Pemerintah bidang α3
Infrastruktur (X3)
β3
Y1 = pertumbuhan ekonomi
αo = Konstanta ( = Y1 , jika X1,2 = 0)
35
α1,2,3 = Koefisien regresi untuk masing-masing X1, X3 dan X3
X1 = Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
X2 = Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan
X3 = Pengeluaran pemerintah bidang infrastruktur
ϵ1 = Pengaruh faktor lainnya
2. Selanjutnya untuk melihat pengaruhnya terhadap IPM, maka dari hasil regresi
pertama (persamaan substruktur 1) dimasukan ke persamaan regresi kedua
(persamaan substruktur 2), sehingga model persamaan kedua adalah :
Y2 = IPM
Y1 = Pertumbuhan ekonomi
36
3.7.2 Pengujian Signifikansi
37
3.7.2.2. Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F)
Bila nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel, maka Ho ditolak dan menerima H1
artinya pengaruh yang signifikan dan sebaliknya jika nilai Fhitung lebih rendah dari
Ftabel artinya pengaruhnya tidak signifikant.
Ʃ(Y1- Ŷ)2
R2 =
Ʃ(Y1- Ŷ)2
Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0< R2< 1). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan menjelaskan variabel terikat sangat kecil/terbatas,
sebaliknya nilai R2 yang tinggi (mendekati 1) berarti variabel independen (X)
memberikan semua informasi yang sangat nyata untuk memprediksi variabel
dependen (Y).
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Lampiran 1 Belanja Pemerintah Kabupaten Kota Menurut Urusan, Tahun 2016
40
Lampiran 2
41
42
Lampiran 3 Input Data Eviews
43
7 8
384,403.7 3.2
Sanggau 111,800.22 207,931.66 62.06
2014 3 6
321,282.0 3.6
Sanggau 92,544.86 289,105.37 63.05
2015 3 8
3.9
Sanggau 99,781.24 59,506.66 161,547.70 60.99
2016 1
307,555.0 5.3
Kota Pontianak 52,814.00 150,012.00 74.87
5 2010 0 9
362,868.8 5.0
Kota Pontianak 86,349.80 172,415.23 73.43
2011 2 5
164,695.4 7.7
Kota Pontianak 121,659.95 398,444.41 74.21
2012 3 7
484,027.7 7.8
Kota Pontianak 127,904.54 179,404.30 74.64
2013 8 6
542,002.4 5.9
Kota Pontianak 167,912.88 241,777.04 76.63
2014 7 7
551,466.0 5.2
Kota Pontianak 177,917.61 242,974.34 77.52
2015 9 9
472,256.0 6.4
Kota Pontianak 197,425.38 323,648.60 78.47
2016 3 6
Kota 138,613.0 5.5
52,972.00 74,264.00 67.27
6 Singkawang 2010 0 4
Kota 168,047.6 5.7
59,581.69 72,368.72 69.21
Singkawang 2011 5 5
Kota 6.7
68,398.12 72,676.85 289,881.80 69.77
Singkawang 2012 6
Kota 230,319.1 6.6
91,165.36 97,237.57 70.66
Singkawang 2013 5 2
Kota 273,683.6 6.4
103,590.39 106,840.76 69.84
Singkawang 2014 6 3
Kota 274,242.3 5.9
142,528.74 120,407.51 70.03
Singkawang 2015 2 6
Kota 241,281.9 6.5
168,246.36 158,243.96 70.42
Singkawang 2016 3 8
121,305.0 5.8
Sekadau 30,941.00 135,282.00 59.42
7 2010 0 5
159,255.7 4.7
Sekadau 32,423.62 78,354.77 67.52
2011 1 3
6.2
Sekadau 65,018.00 38,302.26 158,249.83 68.47
2012 1
176,942.1 6.5
Sekadau 47,555.25 112,192.20 68.99
2013 9 6
164,050.0 6.1
Sekadau 55,483.38 146,900.04 61.98
2014 3 1
189,129.3 5.7
Sekadau 69,896.71 113,465.03 62.34
2015 2 5
202,878.8 6.2
Sekadau 92,477.47 181,706.99 60.81
2016 3 7
5.9
Kayong Utara 44,155.00 13,560.00 93,839.00 55.83
8 2010 2
101,341.8 5.0
Kayong Utara 26,544.15 56,589.02 65.75
2011 4 5
44
5.7
Kayong Utara 84,115.11 26,743.18 119,751.62 66.19
2012 8
125,537.4 5.2
Kayong Utara 28,051.94 119,531.88 66.83
2013 6 6
129,999.3 5.6
Kayong Utara 32,495.89 129,122.14 58.52
2014 1 5
127,860.4 5.0
Kayong Utara 28,620.88 161,567.04 60.09
2015 3 3
150,651.0 5.1
Kayong Utara 61,447.33 163,289.57 57.78
2016 1 3
337,472.7 6.2
Kubu Raya 43,888.22 135,090.17 61.87
9 2010 6 3
337,472.7 6.5
Kubu Raya 43,888.22 135,090.17 68.06
2011 6 4
179,681.3 6.6
Kubu Raya 49,233.85 339,365.15 68.86
2012 4 1
372,450.1 6.6
Kubu Raya 67,337.21 185,700.90 69.32
2013 5 6
313,029.5 6.4
Kubu Raya 80,842.77 259,090.54 64.52
2014 3 4
488,366.6 6.3
Kubu Raya 68,551.72 315,624.19 65.02
2015 2 6
485,897.7 6.5
Kubu Raya 88,223.48 312,501.01 64.03
2016 1 1
225,288.0 5.1
Landak 38,003.00 146,543.00 60.36
10 2010 0 3
276,572.5 4.9
Landak 82,453.62 296,955.61 68.16
2011 4 5
122,418.3 5.4
Landak 54,518.46 315,538.17 69.05
2012 9 2
302,668.4 5.2
Landak 67,521.40 267,602.25 69.58
2013 9 3
262,475.6 4.9
Landak 86,128.61 245,122.69 63.59
2014 2 0
378,154.6 5.1
Landak 102,189.14 189,444.26 64.12
2015 3 1
317,145.5 5.0
Landak 101,910.47 467,070.66 62.84
2016 8 8
196,038.0 4.4
Kapuas Hulu 51,818.00 196,832.00 59.84
11 2010 0 4
262,769.6 4.1
Kapuas Hulu 103,523.92 265,362.62 70.38
2011 4 2
189,743.4 4.7
Kapuas Hulu 70,222.55 278,911.38 70.52
2012 5 5
240,518.9 5.2
Kapuas Hulu 77,418.52 267,204.44 70.97
2013 5 3
213,284.1 3.9
Kapuas Hulu 72,458.16 89,607.56 62.90
2014 2 7
335,151.5 4.6
Kapuas Hulu 128,271.52 215,989.42 63.73
2015 5 6
335,150.1 4.6
Kapuas Hulu 169,248.86 475,100.30 61.42
2016 3 4
12 Mempawah 2010 166,173.0 56,975.00 67,299.00 2.1 59.48
45
0 3
244,404.2 3.0
Mempawah 104,277.06 170,377.86 69.07
2011 4 0
4.0
Mempawah 82,253.38 63,766.64 250,797.95 69.42
2012 6
201,166.3 5.4
Mempawah 65,172.07 100,190.25 70.13
2013 8 4
295,230.5 6.0
Mempawah 143,111.80 125,601.00 62.78
2014 1 0
332,482.9 5.6
Mempawah 87,164.17 92,622.08 63.37
2015 0 2
310,888.0 6.1
Mempawah 162,170.61 282,678.03 61.54
2016 2 6
214,381.0 5.1
Sintang 74,358.00 82,525.00 59.91
13 2010 0 9
280,616.0 4.7
Sintang 117,401.93 242,788.78 68.77
2011 5 9
116,082.2 5.6
Sintang 95,857.78 333,748.81 69.14
2012 5 0
274,249.1 6.4
Sintang 113,549.14 141,098.39 69.81
2013 4 7
212,843.0 5.3
Sintang 60,339.28 247,307.33 63.19
2014 5 6
432,416.0 4.5
Sintang 131,240.50 245,894.68 64.18
2015 2 7
367,489.7 5.2
Sintang 186,022.96 245,894.68 62.48
2016 8 8
113,216.0 5.7
Melawi 39,990.00 78,716.00 60.91
14 2010 0 5
268,668.4 4.2
Melawi 74,654.23 147,787.17 69.01
2011 0 7
6.2
Melawi 74,484.28 46,436.79 185,152.39 69.39
2012 2
214,082.3 4.8
Melawi 56,091.08 124,534.33 69.86
2013 6 5
353,680.4 4.7
Melawi 65,745.38 143,083.04 62.89
2014 4 3
493,278.5 4.7
Melawi 65,745.38 63,916.26 63.78
2015 2 0
207,816.4 4.5
Melawi 139,252.52 222,249.82 61.90
2016 1 6
46