SKRIPSI
Oleh :
ZUL FAHMI
NIM B01108005
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
DAFTAR ISI
hal
DAFTAR ISI
....................................................................................................................
i
DAFTAR TABEL
....................................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
....................................................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................................................................................
v
ABSTRAK
....................................................................................................................
vi
ABSTRACT
....................................................................................................................
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
............................................................................................................
1
1.1. Latar Belakang
............................................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah
............................................................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian
............................................................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian
............................................................................................................
6
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN EMPIRIS
............................................................................................................
8
2.1. Landasan Teoritis
............................................................................................................
8
i
12
15
17
19
16
ii
24
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................
47
iv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
41
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 2.1
20
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
vi
38
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Target dan Realisasi Pajak Hotel dan Pajak Restoran di Kota
Pontianak, tahun 2008-2012
.....................................................................................................
.....................................................................................................
49
Lampiran 2 Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah dan Terhadap
PAD
.....................................................................................................
.....................................................................................................
50
Lampiran 3 Perhitungan Efektifitas pajak Hotel dan Pajak Restoran
.....................................................................................................
.....................................................................................................
51
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Pontianak adalah salah satu daerah otonomi dalam negara kesatuan
Republik Indonesia, merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat,
perekonomian Kota Pontianak didominasi oleh sektor sekunder. Terdapat tiga
sektor PDRB penyumbang terbesar pada pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak
yang memiliki pertumbuhan paling tinggi yakni sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Tingkat pertumbuhan sektor sektor perdagangan, Hotel dan Restoran
dalam kurun waktu 2008-2012 cukup tinggi dibandingkan sektor lainnya, yakni
dengan rata-rata mencapai 6,31%. Peningkatan pertumbuhan di sektor
perdagangan, Hotel dan Restoran ini tentunya tidak terlepas dari letak geografis
kota ini sebagai ibu kota propinsi yang sekaligus menjadi pusat perdagangan di
Kalimantan Barat, sehingga adanya peningkatan volume perdagangan serta
peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran di Kota
Pontianak. Hal ini akan berdampak pada peningkatan PAD dari sektor hotel dan
restoran, yang tercermin dari besamya kontribusi dari pajak hotel dan restoran.
Dalam proses pembangunan daerah di era otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang telah berganti dengan UU
No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan, maka sistem dan mekanisme pengelolaan pemerintah
1
2
khususnya
bagi
daerah
telah
mengalami
perubahan
yang
mendasar.
Sesuai
3
Pontianak Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 6
tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak. Jenis-jenis pemungutan pajak
yang dilayani oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak terdiri dari Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Adapun potensi/target dan realisasi penerimaan pajak daerah di Kota Pontianak
ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Pontianak
Tahun 2008 sampai dengan 2012 (Rp)
Tahun
Target
Realisasi
2008
4.017.000.000
4.245.434.085
2009
5.120.000.000
5.173.647.587
2010
7.300.000.000
7.650.415.781
2011
10.456.000.000
10.615.085.573
2012
11.400.000.000
12.276.548.006
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa target maupun realisasi penerimaan
pajak hotel meningkat setiap tahun dengan pertumbuhan masing-masing untuk
target 30,57% dan rata-rata pertumbuhan realisasi sebesar 31,04%. Pertumbuhan
teringgi terjadi target pada tahun 2011 mencapai 43,23% sedangkan pertumbuhan
target terendah pada tahun 2012 hanya 9,03%.
4
Pada sisi realisasi rata-rata pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata target
yaitu sebesar 31,04%. Pertumbuhan realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2010
47,87% dengan nilai nominal Rp7.650.415.781 (tujuh milyar enam ratus lima
puluh ribu empat ratus lima belas ribu tujuh ratus delapan puluh satu rupiah) dari
sebelumnya Rp5.173.647.587. Namun dari nilai nominal penerimaan tertinggi
pajak hotel adalah pada tahun 2012 sebesar nominal Rp12.276.548.006,-.
Dalam periode yang sama, pajak restoran juga mengalami peningkatan,
berdasarkan data dari Dinas Pendapatan Kota Pontianak, target dan realisasi
penerimaan pajak restoran dari tahun 2008 hingga tahun 2012 ditunjukkan pada
tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
di Kota Pontianak, Tahun 2008-2012
Tahun
Target
Realisasi
(Rp)
(Rp)
2008
6.307.400.000
8.163.260.000
2009
8.705.780.819
9.711.890.602
2010
14.542.200.000
15.088.890.998
2011
19.459.988.329
19.704.730.867
2012
24.800.519.793
25.600.393.023
5
jumlahnya rata-rata hampir dua kali lipat dari pajak hotel. Sama halnya dengan
pajak hotel target maupun realisasi pajak restoran meningkat setiap tahun dengan
pertumbuhan rata-rata untuk target 41,58% dan rata-rata pertumbuhan realisasi
sebesar 33,71%. Pertumbuhan pada target teringgi terjadi pada tahun 2010
mencapai 67,04% sedangkan pertumbuhan target terendah pada tahun 2012
sebesar 27,44%.
Berbeda dengan pajak hotel, pada sisi realisasi rata-rata pertumbuhan lebih
rendah dari rata-rata target yakni rata-rata sebesar 33,71%. Pertumbuhan realisasi
tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 55,37% dengan nilai nominal
Rp15.088.890.998,- dari sebelumnya sebesar Rp9.711.890.602,-. Penerimaan
tertinggi pajak restoran adalah pada tahun 2012 sebesar Rp25.600.393.023,-.
Pajak hotel dan pajak restoran merupakan salah satu komponen terpenting
dalam penerimaan pajak daerah di Kota Pontianak. Tinggi rendahnya efektifitas
penerimaan pajak merupakan indikator kinerja pengelolaan pajak daerah (pajak
hotel dan restoran), sehingga dengan kinerja yang baik tentunya didapatkan
realisasi yang lebih baik juga yang tentunya akan berdampak pada realisasi
penerimaan PAD yang lebih baik.
Dari fenomena tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul analisis efektifitas dan kontribusi pajak hotel dan restoran dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Pontianak.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam uraian pada latar belakang dapat diperoleh gambaran mengenai
perkembangan pajak daerah khususnya pajak hotel dan restoran serta
6
perkembangan pendapatan asli daerah di Kota Pontianak selama 5 (lima) tahun
terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Realisasi penerimaan
pajak hotel dan restoran kelihatan mengalami peningatan dan efektifitas yang
bervariasi setiap tahun. Apabila dibandingkan dengan penerimaan pajak secara
keseluruhan, kelihatan bahwa pajak daerah setiap tahunnya juga mengalami
peningkatan.
Dengan melihat masalah tersebut diatas, dalam penulisan ini akan dibahas
dan di analisis mengenai peranan, pengelolaan pajak hotel dan restoran dari sudut
pandang konstribusi dan efektifitasnya dan pengaruhnya terhadap PAD Kota
Pontianak. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka permasalahan dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut Bagaimana efektifitas, dan kontribusi
pajak hotel dan pajak restoran dalam peningkatan PAD di Kota Pontianak ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis efektifitas penerimaan pajak hotel dan pajak
restoran di Kota Pontianak.
2. Mengetahui dan menganalisis kontribusi pajak hotel dan pajak restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Pontianak.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar
sarjana (SI) pada Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Tanjungpura Pontianak.
7
2. Secara teoritis ilmiah dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
bidang ilmu pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah.
3. Bagi Pemerintah Kota Pontianak dan masyarakat diharapkan nantinya akan
memberikan motivasi dalam memacu kinerja keuangan/PAD yang baik.
4. Secara praktis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai
bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian
keuangan daerah.
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN EMPIRIS
2.1. Landasan Teoritis
Adanya Desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kewenangan yang
lebih luas pada setiap daerah otonom untuk melaksakan pembangunan dan
mengelola daerahnya dengan potensi yang dimiliki, karena setiap daerah memiliki
potensi, karakteristik dan kultur yang berbeda dengan daerah lainnya. Berkaitan
dengan ini, Blakely dalam Kuncoro (2004) yang dikutif Yacoub (2012;41)
menyatakan bahwa:
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah
dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai
tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar penduduk, antar daerah
dan antar sektor.
Dengan demikian, maka pembangunan daerah pada dasarnya adalah
bagaimana
kerjasama
antara
pemerintah
dan
masyarakatnya
dalam
9
tinggi peranan PAD terhadap APBD maka semakin berhasil usaha pemerintah
daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
Pengertian PAD menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 6 disebutkan bahwa
sumber PAD terdiri dari : (1) Hasil pajak daerah, (2) Hasil retribusi daerah,
(3)Hasil laba BUMD (perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan), dan (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Pajak dan retribusi merupakan dua komponen utama pendapatan daerah
yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang maupun peraturan daerah.
Definisi
dan
retribusi
menurut
beberapa
ahli
diantaranya
menurut
10
2.1.2. Pajak Daerah
Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah selain restribusi
daerah. Para ahli perpajakan memberikan pengertian atau definisi berbeda-beda
mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti/tujuan yang sama. Pajak daerah
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari daerah, pajak adalah suatu
pungutan yang merupakan hak prerogatif pemerintah, pungutan tersebut
didasarkan pada Undang-undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada
subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan
penggunaannya.
Pengertian pajak secara umum adalah adalah pungutan oleh pemerintah
kepada warga untuk pembiayaan pembangunan yang dapat dipaksakan
berdasarkan undang-undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung.
Menurut Suparmoko, (2001 ;55)
...pada umumnya yaitu merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau, badan kepada pemerintah (daerah) tanpa balas jasa langsung yang
dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan peundangundangan yang berlaku. Penerimaaan dari pajak ini digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa :
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
11
Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai
peranan ganda yaitu pertama sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary) dan
sebagai alat pengatur (regulatory). Dalam hal-hal tertentu suatu jenis pajak dapat
lebih bersifat sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi dapat pula suatu jenis
pajak tertentu lebih merupakan alat untuk mengatur alokasi dan distribusi suatu
kegiatan ekonomi dalam suatu daerah atau wilayah tertentu.
Pajak daerah dibedakan atas pajak daerah provinsi dan pajak daerah
kabupaten/kota. Pajak daerah Propinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok (Baru).
Sedangkan jenis pajak kabupaten/kota menurut Undang-undang Nomor 28 tahun
2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri dari:
Tabel 2.1
Jenis-jenis Pajak Daerah Kab/Kota Berdasarkan
Undang-Undang No 28 Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pajak Hotel;
Pajak Restoran ;
Pajak Hiburan ;
Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan;
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ;
Pajak Parkir;
Pajak Air Tanah ;
Pajak Sarang Burung Walet;
10
11
12
Pajak daerah, sebagai salah satu komponen utama Pendapatan Asli Daerah
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonom, yaitu
mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa
jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000, daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam mengali potensi sumbersumber keuangannnya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah
ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
2.1.3. Pengertian Hotel dan Restoran
Dalam publikasi statistik perhotelan, usaha hotel/akomodasi dibedakan
atas dua golongan besar yaitu hotel dan usaha akomodasi lainnya. Pada usaha
akomodasi lainnya ini mencakup usaha hotel melati, wisma, dan losmen.
Pengertian hotel, dalam Publikasi BPS Tingkat Penghunian Hotel Kota
Pontianak, tahun 2011 disebutkan bahwa :
Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian
bangunan yang disediakan secara khusus untuk setiap orang dapat menginap,
makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan
pembayaran. Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai restoran yang dikelola
langsung di bawah manajemen hotel tersebut Kelas hotel ditentukan oleh
Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2009 disebutkan bahwa : Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
13
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
Definisi restoran menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1
angka 22 adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan
sejenisnya termasuk juga jasa boga/catering. Pajak Restoran adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran.
a. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Adapun yang menjadi Objek Pajak Hotel adalah semua pelayanan yang
disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olah raga dan hiburan yang ada di hotel, diantaranya fasilitas
telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi,
dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel. Sedangkan yang
tidak termasuk objek pajak hotel diantaranya :
a.
14
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel
yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
Objek pajak hotel lainnya adalah akomodasi lainnya, yang dimaksudkan
adalah suatu usaha menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang
disediakan secara khusus, di mana setiap orang dapat menginap dengan atau tanpa
makan dan memperoleh pelayanan serta menggunakan fasilitas lainnya dengan
pembayaran. Akomodasi lainnya meliputi : hotel melati yaitu yang belum
memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan
Departeman Pariwisata dan Kebudayaan, penginapan remaja, pondok wisata, dan
jasa akomodasi lainnya diantaranya :
1. Hotel Melati/Losmen/Penginapan, adalah usaha penyediaan jasa pelayanan
penginapan bagi remaja sebagai akomodasi dalam rangka kegiatan pariwisata
dengan tujuan untuk rekreasi, memperluas pengetahuan/pengalaman dan
perjalanan.
1.
15
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
b. Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran
yang meliputi pelayanan penjualan makanan/minuman yang dikonsumsi oleh
pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat
lain.
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli
makanan/minuman dari Restoran, sedangkan yang menjadi Wajib Pajak Restoran
adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran, rumah makan,
kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk juga jasa boga/catering.
2.1.4. Efektifitas Pajak
Efektivitas memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, bergantung pada
kerangka acuan yang dipakai dan tujuan yang akan dicapai. Namun intinya efekti
fitas pada suatu lembaga atau organisasi merupakan kemampuan organisasi atau
lembaga untuk merealisasikan berbagai tujuan yang ditetapkan.
Konsep efektivitas mengacu pada kinerja organisasi atau lembaga, yang
tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen yang baik sehingga tujuan akhir
dari lembaga tersebut dapat terwujud, oleh sebab itu efektifitas merupakan satu
dimensi tujuan manajemen yang berfokus pada hasil, sasaran, dan target yang
diharapkan.
Ukuran efektivitas dalam pengelolaan keuangan Daerah adalah ukuran
suatu hasil kegiatan dengan target atau rencana yang telah ditentukan. Efektivitas
PAD menyangkut semua komponen dan administrasi penerimaan PAD seperti
16
menentukan wajib pajak, retribusi, menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak
dan membukukan penerimaan. Pengertian efektivitas menurut Devas (1989; 144) :
Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan
efektifitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan
dan prosedurdari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat
keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan
efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan
menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah
ditentukan.
Efektifitas penerimaan komponen PAD secara operasional dihitung dengan
menggunakan rumus :
Realisasi Penerimaan Komponen PAD
Efektifitas komponen PAD =
X 100%
Target Penerimaan Komponen PAD
17
18
Keuangan dan Aset Daerah Kab. Ciamis) Skripsi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengujian
mengenai
pengaruh
19
3. Basri, Syafril, dkk, 2007
Penelitian berjudul: Analisis Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran di
Kabupaten Bengkalis Pasca Otonomi Daerah. Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi
20
berpengaruh terhadap realisasi total penerimaan PAD, jika digambarkan adalah
sebagai berikut :
Target dan Realisasi Pajak
Hotel
Efektifitas Penerimaan
Pada gambar 2.1 dapat dijelaskanPajak
sebagai
Hotelberikut
(%) : pajak hotel dan pajak
Pendapatan Asli
restoran merupakan komponen utama dari pajak daerah, dimana pajak daerah Daerah (PAD)
Kota Pontianak
Targetsehingga
dan Realisasi
Pajak
merupakan komponen utama dari PAD,
secara
langsung nilai nominal
Restoran Efektifitas
Pajak Restoran
pajak hotel dan pajak restoran akanPenerimaan
turut menentukan
besaranan nilai PAD yang
(%)
tercapai.
Gambar
2.1 efektifitas penerimaan pajak hotel
Berdasarkan data awal diketahui
bahwa
Kerangka Befikir Penelitian
dan restoran merupakan tingkat capaian realisasi penerimaan dari target yang
telah ditentukan dimana nilainya bervariasi setiap tahun, melihat fenomena
demikian maka konsep dasar dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian
ada tidaknya pengaruh dari besaran efektifitas penerimaan pajak hotel dan
restoran tersebut dengan realisasi total penerimaan PAD di Kota Pontianak.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya dari
tujuan, hubungan antar variabel, serta data yang digunakan (Suliyanto, 2006;8).
Dilihat dari tujuannya penelitian ini adalah riset murni berlatar belakang teori
(theory gap) dan empiris, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi
atau mengembangkan sebuah teori atau temuan empiris yang telah ada.
Penelitian ini akan berusaha untuk menggambarkan pengelolaan pajak
hotel dan restoran di lihat dari kontribusi dan efektivitas selama 5 (lima) tahun
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yakni menggambarkan suatu
kondisi/keadaan di suatu tempat yakni keadaan di Kota Pontianak. Menurut
(Nawawi 1998:63)
...metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian (pemecahan
masalah) yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
yang diikuti dengan suatu penjelasan argumentative yang memuat proses
penalaran dan penafsiran logis.
3.2. Efektifitas Pajak Hotel/Restoran
Efektifitas adalah tingkat atau derajat keberhasilan (output) suatu program
dibandingkan dengan rencananya . Tingkat efektivitas penerimaan pajak hotel/restoran
di Kota Pontianak dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak
hotel/restoran dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Kota Pontianak.
Apabila hasil perhitungan menghasilkan angka atau persentase mendekati atau melebihi
21
22
100 persen, maka penerimaan pajak tersebut semakin efektif atau dengan kata lain kinerja
pemungutan pajak tersebut semakin baik.
Dalam perhitungan efektivitas, kriteria menurut Abdul Halim (200:43) adalah
apabila yang dicapai minimal satu atau 100% maka rasio efektivitas semakin baik, artinya
semakin efektif. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil persentase efektivitasnya
menunjukkan pemungutan PAD semakin tidak efektif. Sedangkan kriteria efektivitas
lebih detil berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690900327 Tahun 1996
Tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skala Efektifitas dalam Pengukuran Kinerja Penerimaan Pajak
No.
Skala (Persen)
Kriteria
0 - < 40
40 - < 60
Tidak efektif
60 - < 80
Cukup efektif
80 - < 100
Efektif
> 100
Sangat efektif
23
Berdasarkan pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah dalam penelitian ini adalah nilai total realisasi PAD yang didapat
dalam periode satu tahun berjalan termasuk pajak hotel dan restoran. Dalam
laporannya PAD disajikan dalam laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) setiap setahun sekali.
3.4. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data skunder dalam
bentuk data kuantitatif yaitu bentuk data yang berupa angka-angka yang dapat
diukur besarnya dan dapat dihitung dengan pasti. Adapun sumber data adalah dari
publikasi/laporan dinas atau instansi terkait yakni Dinas Pendapatan Daerah Kota
Pontianak yang berupa daftar penerimaan pajak daerah dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari tahun 2008 hingga 2012 dan dokumen APBD Kota Pontianak
tahun 2008-2012. Serta data pendukung diperoleh dari publikasi BPS Kota
Pontianak, Tingkat Hunian Hotel Kota Pontianak, dan Kota Pontianak dalam
Angka tahun 2013.
3.5. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian tidak harus langsung oleh peneliti
akan tetapi dapat dilakukan dengan bantuan pihak lain (Suliyanto, 2006, 135).
Dalam penelitian ini menggunakan data skunder sehingga cara pengumpulan
datanya adalah berupa studi dokumenter, yakni dengan cara meneliti laporan,
traskrip, publikasi, terutama laporan target dan realisasi penerimaan pajak hotel
dan restoran, dokumen APBD Kota Pontianak, serta data pendukung dari
publikasi BPS Kota Pontianak.
24
Namun demikian untuk melengkapi kebutuhan data tidak menutup
kemungkinan dilakukan wawancara (interview) langsung dengan petugas instansi
terkait maupun objek pajak. Wawancara adalah mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan pimpinan atau staf yang ditunjuk mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan topik penelitian, atau dengan pengamatan langsung terhadap
kondisi di lapangan.
3.6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota Pontianak. Kota Pontianak
adalah salah satu lokasi sebagai daerah otonom di Kalimantan Barat yang
memiliki kewenangan yang sama dengan daerah otonom lainnya di Indonesia.
Secara administrasi Kota Pontianak dibagi menjadi 6 (enam) wilayah Kecamatan
yaitu Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan
Pontianak Timur, Kecamatan Pontianak Utara, Kecamatan Pontianak Kota, serta
Kecamatan Pontianak Tenggara, serta dibagi menjadi 29 Kelurahan yang terbagi
lagi menjadi 548 Rukun Warga (RW) dan 2.471 Rukun Tetangga (RT), dengan
luas keseluruhan mencapai 107,81 km2. Sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah dari perdagangan dan jasa.
3.7. Tahapan Penelitian
3.7.1. Studi Lapangan
1. Inventarisasi dan identifikasi permasalahan tentang pajak hotel dan restoran di
Kota Pontianak dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan data/informasi dari
dinas terkait yakni Dinas pendapatan Kota Pontianak.
2. Inventarisasi dan identifikasi potensi hotel, restoran di Kota Pontianak.
25
3.7.2. Anailisis Data
Teknik analisis yang dilakukan menggunakan teknik analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif. Analisis data yang dilakukan dengan cara sistematis, faktual
dan akurat sehingga dapat disimpulkan dalam bentuk narasi (deskripsi), tabel serta
diagram sebagai gambaran kondisi yang ada saat itu.
3.8. Cara Menganalisis
3.8.1. Menghitung Pertumbuhan Pajak Hotel dan Restoran
Untuk menghitung laju pertumbuhan dari penerimaan pajak hotel dan
restoran digunakan rumus sebagai berikut:
G=
Xt X (t-1)
X (t-1)
Xt
Efektifitas =
26
3.8.3. Menghitung Konstribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pajak
Daerah dan PAD
Untuk menghitung konstribusi penerimaan pajak hotel dan restoran
terhadap pajak daerah dan/ATAU PAD digunakan rumus sebagai berikut:
K =
Xt
Yt
= Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran dalam PAD pada tahun tertentu.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi dan Pertumbuhan Perekonomian Kota Pontianak
Indikator untuk melihat kondisi dan pertumbuhan perekonomian suatu
daerah adalah dengan melihat pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai riil dari semua output produksi dalam
perekonomian suatu daerah, yang dihitung dengan tanpa memasukan faktor
kenaikan harga. PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan pada 9 sektor
lapangan usaha, dimana sub sektor hotel dan restoran termasuk di dalamnya
(termasuk dalam sektor perdagangtan hotel dan restoran).
Adapun perkembangan nilai PDRB Kota Pontianak Atas Dasar Harga
Konstan 2000, menurut lapangan usaha dalam 5 tahun terakhir dari 2008 sampai
2012 berdasarkan data BPS dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha,
Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha
1 Pertanian
2 Pertambangan
3 Industri
Pengolahan
4 Listrik, Gas dan
Air Minum
5 Bangunan
6 Perdag. Hotel &
Restoran
7 Pengangkutan
dan komunikasi
8 Keu, Persewaan
& Jasa Prsh
9 Jasa-Jasa
Jumlah PDRB
Pertumbuhan (%)
2008
2009
2010
2011
2012
80.451,76
-
84.131,69
-
87.763,84
-
91.860,58
-
96.204,73
-
511.114,13
529.553,34
541.932,89
555.508,61
570.562,82
34.793,25
37.023,45
38.608,08
40.230,55
42.104,35
669.030,48
706.128,51
745.925,32
790.896,20
27
28
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai PDRB meningkat setiap tahun.
Tahun 2008 nilai PDRB sebesar Rp5.968.286,55 juta, meningkat pada tahun 2009
menjadi Rp6.282.408,54 juta dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,26% per
tahun. Pada tahun 2010 PDRB Kota Pontianak sebesar Rp6.621.193,74 juta
dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,39%. Tahun 2011 mencapai Rp 7.010.720
juta (tujuh trilyun sepuluh milyar tujuh ratus dua puluh juta rupiah).
Nilai PDRB Kota Pontianak selama tahun 2008 sampai dengan 2012
mengalami peningkatan setiap tahun dengan pertumbuhan yang bervariasi,
diurutkan dari sektor yang tertinggi pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak Menurut Sektor Lapangan
Usaha, Tahun 2009- 2012 (dalam persen)
Lapangan Usaha
Pengangkutan &
Komunikasi
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
6,28
9,11
9,04
9,19
8,40
10,79
5,27
5,81
6,46
7,08
4,40
6,24
7,24
6,66
6,13
3,49
5,55
5,64
6,03
5,18
6,41
4,28
4,20
4,66
4,89
Pertanian
4,57
4,32
4,67
4,73
4,57
Jasa - Jasa
2,51
2,42
2,93
3,34
2,80
Industri Pengolahan
3,61
2,34
2,51
2,71
2,79
Penggalian
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
PDRB
5,26
5,39
5,88
6,08
5,65
Bangunan
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan
Listrik, Gas & Air
Bersih
29
Pada tabel 4.2 terlihat pertumbuhan total PDRB tertinggi terjadi pada
tahun 2012 sebesar 6,08%, sedangkan terendah adalah pada tahun 2009 yang
hanya terjadi pertumbuhan sebesar 5,26% dengan rata-rata 5,56%.
Jika dilihat pertumbuhan per sektor, terdapat tiga sektor terbesar
penyumbang pertumbuhan PDRB Kota Pontianak yakni sektor Pengangkutan dan
komunikasi, sektor pengangkutan dan komunikasi, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 8,40 persen per tahun. Kedua adalah sektor bangunan dan konstruksi
dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 7,08 persen per tahun, dan yang
ketiga adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan sebesar 6,13 persen per tahun.
Secara lebih rinci pertumbuhan ketiga sector tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Pertama, sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor ini memiliki pertumbuhan di atas rata-rata angka pertumbuhan PDRB
total, walaupun trend pertumbuhannya yang cenderung berfluktuasi. Tingkat
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi untuk kurun waktu 20082012, masing-masing sebesar 7,81 persen, 6,28 persen, 9,11 persen, 9,04, dan
9,19 persen.
b. Kedua, sektor bangunan/konstruksi
Sektor ini juga memiliki rata-rata angka pertumbuhan di atas rata-rata angka
pertumbuhan PDRB total. Tingkat pertumbuhan sektor bangunan dan
konstruksi untuk kurun waktu 2008 - 2012 masing-masing tahun 2008 sebesar
30
5,13 persen, tahun 2009 sebesar 10,79 persen, tahun 2010 sebesar 5,27 persen
dan tahun 2011 sebesar 5,81%, dan pada 2012 sebesar 2,27%.
c. Ketiga, sektor perdagangan, Hotel dan Restoran
Tingkat pertumbuhan sektor ini untuk kurun waktu 2008-2012 masing-masing
pada tahun 2008 mencapai 6,99%, tahun 2009 sebesar 4,40 persen, tahun 2010
sebesar 6,24 persen dan tahun 2011 sebesar 7,24 persen, dan 2012 sebesar
6,66%. Peningkatan pertumbuhan disektor perdagangan, Hotel dan Restoran
ini tentunya tidak terlepas dari letak geografis kota ini sebagai ibu kota propinsi
yang sekaligus menjadi pusat perdagangan di Kalimantan Barat, sehingga
adanya peningkatan volume perdagangan serta peningkatan jumlah tamu hotel
serta rumah makan dan restoran di Kota Pontianak.
Secara rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak selama
kurun waktu 2008-2012 adalah sebesar 5,65 persen per tahun. Angka tersebut
diperoleh dari rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB harga konstan dalam periode
tersebut yakni sebesar 5,65 persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi Kota
Pontianak selama tahun 2008 hingga 2012 menunjukkan trend peningkatan setiap
tahunnya
4.2. Kontribusi PDRB Sektor Perhotelan dan Restoran Terhadap Perekono
mian Kota Pontianak
Berdasarkan data pertumbuhan per sektor pada PDRB Kota Pontianak,
kinerja Sektor Perhotelan dan restoran terus meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan selama empat tahun terakhir sebesar 6,13% (lihat tabel 4.2).
Tersedianya pusat-pusat perbelanjaan modern, tempat hiburan, restoran/rumah
31
makan serta didukung oleh fasilitas hotel/penginapan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan ekonomis pengunjung bagi wisatawan domestik yang berasal dari
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat di luar Kota Pontianak, kondisi
demikian secara signifikan berpengaruh pada sektor perdagangan hotel dan
restoran di Kota Pontianak sebagai Kota Perdagangan dan jasa.
Berdasarkan data PDRB Kota Pontianak tahun 2013, kinerja sektor
perdagangan Hotel dan Restoran cenderung meningkat selama tahun 2008 hingga
tahun
2012,
dengan
kontribusi
nilai
tambah
bruto
rata-rata
diatas
Rp367.031.750.000,- pertahun.
Dilihat kontribusi menurut sektor pada PDRB Kota Pontianak,
Perdagangan hotel dan restoran menyumbang kontribusi terbesar selama tahun
2008 sampai dengan 2012, secara rinci dapat dilihat pada tabel beriktu ini.
Tabel 4.3
Kontribusi Per Sektor dalam PDRB Kota Pontianak,
Tahun 2008-2012 (dalam %)
Lapangan Usaha
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Pertanian
1,35
1,34
1,33
1,31
1,29
1,32
Penggalian
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air
Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan
8,56
8,43
8,18
7,92
7,67
8,05
0,58
0,59
0,58
0,57
0,57
0,58
16,61
17,48
17,46
17,45
17,52
17,48
23,26
23,07
23,26
23,55
23,68
23,39
18,21
18,39
19,04
19,60
20,18
19,30
10,83
10,65
10,66
10,64
10,64
10,65
20,59
20,05
19,49
18,94
18,46
19,23
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Jasa - Jasa
PDRB
32
Gambar 4.1
Kontribusi Per Sektor/Lapangan Usaha pada PDRB Kota Pontianak,
Rata-rata Tahun 2012 (dalam Juta Rupiah dan %)
33
PDRB Kota Pontianak hanya ditopang oleh 8 sektor lapangan usaha pada
karena sector pertambangan dan penggalian bernilai nol. Kontribusi sektor
perdagangan, Hotel dan Restoran pada PDRB di Kota Pontianak tidak terlepas
dari letak geografis kota ini sebagai ibu kota provinsi yang sekaligus menjadi
pusat perdagangan di Kalimantan Barat, sehingga adanya peningkatan volume
perdagangan serta peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran
di Kota Pontianak.
Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi Kalimantan Barat memiliki
keuntungan sehubungan posisinya sebagai pintu gerbang Kalimantan Barat
dengan adanya Pelabuhan Laut serta berdekatan dengan Pelabuhan Udara.
Dengan demikian para pendatang yang masuk ke Kalimantan Barat baik sebagai
wisatawan maupun untuk urusan dinas dan bisnis tentunya akan memasuki Kota
Pontianak terlebih dahulu. Demikian pula masyarakat Kalimantan Barat yang
akan berpergian ke luar Kalimantan Barat, sebagian besar akan melalui Kota
Pontianak. Dari kedua arus masuk dan keluar inilah terdapat potensi bagi
perkembangan sektor Hotel, Rumah Makan/Restoran di Kota Pontianak.
Data perkembangan jumlah hotel di Kota Pontianak periode tahun 2008
sampai dengan 2012 menunjukkan adanya peningkatan jumlah, baik hotel
berbintang maupun hotel melati. Peningkatan jumlah hotel ini tentu saja tidak
terlepas dari besarnya potensi akan kebutuhan sarana penginapan di Kota
Pontianak. Berdasarkan data terakhir dari BPS jumlah hotel bintang dan non
bintang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
34
Tabel 4.4
Perkembangan Jumlah Hotel di Kota Pontianak, Tahun 2011-2012
2011
Kecamatan
2012
Bintang
Non
Bintang
Bintang
Non Bintang
Pontianak Selatan
10
15
10
15
Pontianak Tenggara
Pontianak Timur
Pontianak Barat
Pontianak Kota
12
12
Pontianak Utara
15
33
15
33
Jumlah
35
efektifitas penerimaan pajak hotel di Kota Pontianak setiap tahun hasilnya
ditampilkan pada tebal berikut ini.
Tabel 4.5
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kota Pontianak,
Tahun 2008-2012 (dalam Juta Rp dan %)
Tahun
Target
Realisasi
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
4.017,00
5.120,00
7.300,00
10.456,00
11.400,00
38.293,00
4.245,43
5.173,65
7.650,42
10.615,09
12.276,55
39.961,13
Pertumbuhan Efektifitas
(%)
(%)
21,67
105,69
21,86
101,05
47,87
104,80
38,75
101,52
15,65
107,69
31,04
104,15
Kriteria
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Pontianak
Tahun 2013
Efektifitas penerimaan pajak hotel merupakan rasio antara target dan realisasi
penerimaan, dihitung dengan menggunakan rumus nomor 2 untuk tahun 2008 adalah :
Efektifitas Tahun 2008 =
Rp 4.245.430.000,Rp 4.017.000.000,-
= 105,69 %
dan seterusnya, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas.
Pencapaian target Pajak Hotel di Kota Pontianak selama periode tahun
2008 sampai tahun 2012 rata-rata sangat efektif. Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa
efektifitas atau rasio antara realisasi penerimaan dengan target yang ditetapkan
sangat efektif setiap tahun, dimana rata-rata setiap tahun efektifitas penerimaan
pajak hotel sebesar 104,15%, paling tinggi terjadi pada tahun 2012 mencapai
107,69% dan terendah pada tahun 2009 101,05%.
Rata-rata realisasi tiap tahun telah melebihi target yang ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi pajak hotel di Kota Pontianak cukup besar sehingga
melebihi dari perkiraan penerimaannya. Dengan temuan ini penulis berpendapat
bahwa penetapan target penerimaan pajak hotel tidak akurat, dari pengamatan
36
ternyata dalam penentuan target hanya berpatokan pada penerimaan tahun
sebelumnya.
4.4. Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kota Pontianak
Pajak hotel merupakan salah satu penyumbang pajak daerah dalam PAD
diantara 11 jenis pajak daerah kabupaten/kota yang direkomendasikan dalam
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Berdasarkan data pada Badan Pengelola Pendapatan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kota Pontianak realisasi penerimaan pajak hotel, jumlah pajak daerah
dan nilai PAD selama tahun 2008 sampai dengan 2012 dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Gambar 4.2
Realisasi Pajak Hotel, Pajak Daerah, dan PAD Kota Pontianak
37
Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah, terdapat 11 jenis pajak yang berhak dipungut oleh
pemerintah kabupaten/kota. Namun yang dipungut Pemerintah Kota Pontianak
baru 9 jenis pajak daerah yakni BPHTB, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Restoran,
PBB, Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Sarang
Burung Walet.
Jika dibandingkan dengan jenis pajak daerah lainnya di Kota Pontianak
pajak hotel menempati urutan kelima dari 9 jenis pajak yang dipungut di Kota
Pontianak, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Kontribusi Masing-masing Komponen Pajak Daerah di Kota Pontianak
Tahun 2012 dalam Rupiah dan Persen
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Realisasi
(Rp)
59.481.989.168
33.226.679.519
25.600.393.023
14.766.274.121
12.276.548.006
8.419.613.195
6.465.287.423
1.677.092.788
Kontribusi
(%)
36,54
20,41
15,73
9,07
7,54
5,17
3,97
1,03
123.795.000
0,08
575.386.806
0,35
Tunggakan Pajak
169.433.176
0,10
Jumlah Total
162.782.492.225
100,00
38
undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Sumbangan
terbesar
kedua
adalah
Pajak
Penerangan
jalan
sebesar
Gambar 4. 3
Kontribusi Masing-masing Komponen Pajak Daerah Kota Pontianak
Tahun 2012 dalam Persentase (%)
39
jalan, dan tertinggi ketiga adalah pajak Resoran, pajak hotel menempati posisi ke
lima dengan kontribusi 7,54%.
BPHTB dan pajak penerangan jalan kontribusinya terbesar. BPHTB
adalah pajak yang dikenakan terhadap pelaku jual beli tanah dan atau bangunan
yang dikenakan kepada pembeli. Cara pemungutannya kedua pajak tersebut
melibatkan pihak ketiga yakni PLN dan Notaris (PPAT).
Berdasarkan data realisasi Pajak Hotel, Pajak Daerah, dan PAD Kota
Pontianak,
terhadap PAD dari tahun 2008 sampai dengan 2012 sebagai berikut.
Tabel 4.7
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD Kota Pontianak,
Tahun 2008-2012
Tahun
Realisasi
(Juta Rp)
Pajak Daerah
(Juta Rp)
PAD
(Juta Rp)
KONTRIBUSI (%)
PAJAK
DAERAH
PAD
2008
4.245,43
35.970,19
64.207,34
11,80
6,61
2009
5.173,65
43.504,17
65.847,73
11,89
7,86
2010
7.650,42
58.769,56
87.368,26
13,02
8,76
2011
10.615,09
117.806,41
151.139,42
9,01
7,02
2012
12.276,55
162.782,49
208.628,66
7,54
5,88
Jumlah
39.961,14
418.832,83
577.191,42
10,65
7,23
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa penerimaan Pajak Hotel selama kurun waktu
2008 sampai dengan tahun 2012 terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun jika
40
dilihat kontribusinya Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah selama kurun waktu
2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung berfluktuasi/naik turun dengan ratarata 10,65%. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 13,02%
sementara Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah terendah terjadi pada
tahun 2012 hanya 7,54%. Jika dilihat kontribusi pajak hotel terhadap PAD ratarata hanya berkonribusi sebesar 7,23% per tahun.
Meningkatnya kontribusi pajak hotel di Kota Pontianak, seiring
perkembangan sektor perdagangan hotel dan restoran pada PDRB Kota Pontianak
yang juga terus meningkat, juga sebagai akibat dari perkembangan bisnis dan jasa
serta bisnis hotel di Kota Pontianak.
41
Tabel 4.8
Target dan Realisasi Pajak Restoran
Pertum
Target
Realisasi
Tahun
buhan
%
(Juta Rp)
(Juta Rp)
(%)
2008
6.307,40
8.163,26
129,42
2009
8.705,00
9.711,89
18,97
111,57
2010
13.230,00
15.088,69
55,36
114,05
2011
19.459,00
19.704,28
30,59
101,26
2012
24.800,00
25.600,39
29,92
103,23
Jumlah
72.501,40
78.268,51
33,71
111,91
Sumber : BPKAD Kota Pontianak, diolah
Kriteria
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Sangat Efektif
Efektifitas penerimaan pajak restoran merupakan rasio antara target dan realisasi,
dihitung dengan menggunakan rumus nomor 2 untuk tahun 2008 adalah :
Efektifitas Tahun 2008 =
Rp 8.163.260.000,Rp 6.307.400.000,-
= 129,42 %
dan seterusnya, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas.
Pada Tabel 4.8 dapat diihat bahwa target dan realisasi pajak restoran juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Capaian yang diperoleh juga
melampaui target yang ditentukan. Selama periode 2008 sampai dengan 2012
efektifitas mencapai rata-rata 111,91%, Sedangkan pertumbuhan per tahun ratarata 33,71%. Penerimaan pajak restoran lebih tinggi dari pajak hotel, menempati
urutan ke 3 (lihat table 4.6).
Sebagaimana pajak hotel, pajak restoran juga mengalami hal yang sama
dimana realisasi penerimaan setiap tahun melebihi target yang ditetapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi pajak restoran di Kota Pontianak cukup besar
sehingga melebihi dari perkiraan dalam rencana. Kedepan target yang ditetapkan
dalam rencana penerimaan pajak restoran dapat dinaikkan sesuai dengan potensi
yang ada agar pengelolaan dan realisasi penerimaan pajak restoran dapat
dihimpun secara maksimal.
42
Dilihat dari pertumbuhannya penerimaan pajak restoran jauh lebih tinggi
dari pajak hotel dimana pertumbuhan rata-rata mencapai 33,71%. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2010 mencapai 55,36%
4.6. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Pontianak
Pajak hotel dan pajak restoran akan berkontribusi terhadap PAD
(Pendapatan Asli Daerah) Kota Pontianak, yang merupakan andalan utama dalam
penerimaan daerah . Adapun kontribusi pajak restoran terhadap Pajak daerah dan
terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Pontianak ditunjukkan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.9
Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah dan PAD
Kota Pontianak, Tahun 2008-2012
Tahun
Realisasi
(Juta Rp)
Pajak Daerah
(Juta Rp)
PAD
(Juta Rp)
KONTRIBUSI (%)
PAJAK
DAERAH
PAD
2008
8.163,26
35.970,19
64.207,34
22,69
12,71
2009
9.711,89
43.504,17
65.847,73
22,32
14,75
2010
15.088,69
58.769,56
87.368,26
25,67
17,27
2011
19.704,28
117.806,41
151.139,42
16,73
13,04
2012
25.600,39
162.782,49
208.628,66
15,73
12,27
Jumlah
78.268,51
418.832,83
577.191,42
20,63
14,01
Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kontribusi pajak restoran lebih tinggi
dari pajak hotel mencapai rata-rata 20,63%, dan kontribusi terhadap PAD sebesar
14,01%. Kontribusi teringgi terjadi pada tahun 2010, dimana pada tahun 2010
43
juga merupakan pertumbuhan tertinggi pada pajak restoran. Tahun 2010 juga
merupakan tahun terbaik pada pajak hotel, dimana kontribusi pajak hotel pada
tahun tersebut paling tinggi dalam lima tahun pengamatan.
Tingginya kotribusi pajak hotel dan restoran terutama pada tahun 2010
ternyata tertinggi juga kontribusinya terhadap PAD, hal ini menandakan bahwa
pajak hotel dan restoran cukup berperanan dalam menentukan besar kecilnya PAD
Kota Pontianak.
PAD yang tinggi akan berpengaruh terhadap kemampuan keuangan atau
kemandirian daerah dari sisi PAD, dimana dalam era Otonomi daerah ini PAD
memang disarankan menjadi sumber utama penerimaan daerah. Hasil pengamatan
selama 5 tahun penelitian kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah Kota
Pontianak masih dikatagorikan rendah yakni masih dibawah 20% setiap tahun
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10
Realisasi
Penerimaan PAD
Penerimaan
APBD
Kontribusi PAD
pada APDB
(%)
2008
64.207.342.982,53
618.689.345.054,53
10,38
2009
65.847.726.764,00
665.671.753.528,98
9,89
2010
87.368.264.213,70
765.700.088.194,17
11.41
2011
151.139.421.187,94
920.727.224.217,34
16,42
2012
208.628.660.840,82
1.076.345.061.831,18
19,38
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Pontianak 2013
44
Dengan melihat kontribusi PAD terhadap total pendapatan pada Tabel 4.10
menunjukkan rata-rata tingkat kemampuan keuangan daerah Kota Pontianak
selama tahun 2008 - 2012 yaitu rata-rata 12,58%. Kemampuan keuangan tertinggi
terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 19,38% dan terendah 2009 sebesar 9,89%.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu di daerah lain, kondisi
keuangan Kota Pontianak tidak jauh berbeda dengan kondisi keuangan di daerah
lain. Penelitian Sedana, I Ketut Ari , dkk, 2013 yang juga meneliti tentang
efektivitas pemungutan pajak hotel dan pajak restoran di Kabupaten Gianyar juga
tahun 2008 2012, hasilnya menunjukkan bahwa efektivitas penerimaan pajak
hotel dan pajak restoran di Kota Gianyar sedikit lebih tinggi dari efektifitas
penerimaan di Kota Pontianak. Artinya penerimaan pajak hotel dan restoran di
Kota Gianyr lebihbaik dari Pontianak.
Tingkat kontribusi pajak hotel terhadap PAD dari tahun 2008 - 2010 di
Kabupaten Gianyar menurut hasil penelitian Sedana juga lebih tinggi, berada
dalam kriteria cukup dengan rentang persentase antara 20% sampai dengan
39%.
Pontianak dari tahun 2008 - 2012 termasuk dalam kriteria kecil dengan rentang
persentase antara 9,89% sampai dengan 19,38%.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penerimaan Pajak hotel sangat efektif rata-rata di atas 100 persen, rata-rata
104,15%. Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah selama kurun waktu
2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung berfluktuasi/naik turun dengan
rata-rata 10,65%. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 13,02%,
dan terendah pada tahun 2012 hanya 7,54%. Jika dilihat kontribusi pajak hotel
terhadap PAD rata-rata hanya berkonribusi sebesar 7,23% per tahun.
Kontribusi paling tinggi dalam pajak daerah adalah BPHTB, Pajak Penerangan
jalan dan Pajak Restoran.
2. Efektifitas penerimaan pajak restoran lebih tinggi dari pajak hotel mencapai
rata-rata 111,91%, dengan pertumbuhan per tahun rata-rata 33,71%.
Kontribusi pajak restoran lebih tinggi dari pajak hotel mencapai rata-rata
20,63% terhadap pajak daerah, dan kontribusi terhadap PAD 14,01%.
Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010, dimana pada tahun 2010 juga
merupakan pertumbuhan tertinggi pada pajak restoran. Tahun 2010 juga
merupakan tahun terbaik pada pajak hotel, dimana kontribusi pajak hotel pada
tahun tersebut paling tinggi dalam lima tahun pengamatan.
45
46
5.1. Saran
1. Sebaiknya dalam menentukan target penerimaan pajak daerah dilakukan secara
rasional dan riil, tidak hanya berdasarkan perkiraan dan prediksi tahun
sebelumnya semata, terbukti baik pajak hotel maupun pajak restoran realisasi
penerimaan lebih tinggi dari target, menandakan bahwa potensi penerimaan
pajak hotel dan restoran masih jauh lebih tinggi dari yang ditargetkan.
2. Peran lembaga pemungut (BPKAD) agar lebih memaksimalkan dalam upaya
pemungutan dan pendataan objek pajak hotel dan restoran karena semakin
tahun semakin berkembangan jumlah objek pajak baik hotel maupun restoran.
3. Perlu diupayakan peningkatan PAD mengingat PAD merupakan sumber
pendapatan utama di era otonomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Pontianak, 2013, Kota Pontianak dalam Angka 2013, BPS Kota
Pontianak, 2013.
BPS Kota Pontianak, 2014, Kota Pontianak dalam Angka 2014, BPS Kota
Pontianak, 2014.
BPS Kota Pontianak, Kota Pontianak Dalam Angka, 2013
Tingkat Penghunian Hotel di Kota Pontianak, Tahun 2011
Basri, Syafril, dkk, 2007 Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restorankabupaten
Bengkalis Pasca Otonomi Daerah, Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina
Widya Pekanbaru.
Devas, Nick et,al, 1989. (penerjemah Masri Maris). Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia. Jakarta: Penerbit UI Press.
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mangkoesoebroto, Guritno, Dr, M.Ec, 2001, EKONOMI PUBLIK, Edisi Ketiga,
BPFE,Yogyakarta.
Meilanda, Krisna, 2009, Pengaruh Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap P AD
2003-2012 (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kab. Ciamis), Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Muda, Listiyarko Wijito Widyaiswara, 2012, Kinerja Pemungutan Pajak Hotel dan
Restoran Pasca Otonomi Daerah di Indonesia, Modul bahan Pusdiklat
Peningkatan PAD Oleh Pusdiklat KNPK.
Nawawi H.Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
47
Nugroho, Verry Vristyo, 2007, Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Pati," Tugas Akhir Program Studi Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Rahayu, Betty 2011, Analisis Potensi Pajak Ilotel Terhadap Realisasi Penerimaan
Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul, Skripsi, Program Sarjana (SI) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Republik Indonesia, 2009 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang No 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Undang-Undang No 33 tahun 2004 pasal 4, 5, dan 6
Undang-Undang No 34 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
.Kepmondagri
dan kinerja keu. disusun oleh Litbang Departemen Dalam Negeri tahun 1991.
Suliyanto, SE, M.Si, 2006, METODE RISET BISNIS, Penerbit : AND1 Yogyakarta.
Suparmoko, Drs, Ph D. 2001, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan
daerah, Edisi I, Andi, Yogyakarta.
Sedana, I Ketut Ari, dkk, 2012, Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Gianyar
Tahun 2008-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali.
Sudjana, 1997, Statistik untuk Ekonomi dan Niaga, Edisi II, Tarsito Bandung.
Yacoub, Yarlina, 2012 Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah dan Belanja Modal
terhadap
Pertumbuhan
Kemiskinan
Kabupaten
Ekonomi,
Kota
di
Tingkat
Provinsi
Pengangguran
dan
Kalimantan
Barat,
48
Tingkat
(tidak
Lampiran 1 Target dan Realisasi Pajak Hotel dan Pajak Restoran di Kota
Pontianak, tahun 2008-2012
PAJAK HOTEL
Tahun
Target (Rp)
2008
4.017.000.000
2009
5.120.000.000
2010
7.300.000.000
2011
10.456.000.000
2012
11.400.000.000
7.658.600.000
Pertumbuhan
(%)
Realisasi (Rp)
Pertumbuhan
(%)
4.245.434.085
27,4
6
42,5
8
43,2
3
9,0
3
30,57
5.173.647.587
21,86
7.650.415.781
47,87
10.615.085.573
38,75
12.276.548.006
15,65
7.992.226.206
31,04
PAJAK RESTORAN
Pertumbuhan
(%)
Realisasi (Rp)
Pertumbuhan
(%)
Tahun
Target (Rp)
2007
5.589.250.000
2008
6.307.400.000
12,85
8.163.260.000
29,79
2009
8.705.780.819
38,02
9.711.890.602
18,97
2010
14.542.200.000
67,04
15.088.890.998
55,37
2011
19.459.988.329
33,82
19.704.730.867
30,59
2012
24.800.519.793
27,44
25.600.393.023
29,92
6.289.680.000
35,84
49
32,93
Tahun
PAD (Rp)
2008
4,245,434,085
35,970,187,660
64,207,342,982.53
11,80
6,61
2009
5,173,647,587
43,504,173,896
65,847,726,764.00
11,89
7,86
2010
7,650,415,781
58,769,561,681
87,368,264,213.70
13,02
8,76
2011
10,615,085,573
117,806,409,735
151,139,421,187.94
9,01
7,02
2012
12,276,548,006
162,782,492,225
208,628,660,840.82
7,54
5,88
Rata-rata
6,629,712,912.14
68,485,481,233.29
97,717,069,966.09
10,62
6,87
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Pontianak
Tahun 201
50
Tahun 2008
4.245,43
4.017,00
105,69 %
(Sangat Efektif)
Tahun 2009
5.173,65
5.120,00
101,05 %
(Sangat Efektif)
Tahun 2010
7.650,42
7.300,00
104,80 %
(Sangat Efektif)
Tahun 2011
10.615,09
10.456,00
101,52 %
(Sangat Efektif)
Tahun 2012
12.276,55
11.400,00
107,69 %
(Sangat Efektif)
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
8.163,26
6.307,40
9.711,89
8.705,00
15.088,69
13.230,00
19.704,28
19.459,00
25.600,39
24.800,00
129,42 %
(Sangat Efektif)
111,57 %
(Sangat Efektif)
114,05 %
(Sangat Efektif)
101,26 %
(Sangat Efektif)
103,23 %
51
(Sangat Efektif)