Anda di halaman 1dari 104

2011

INTEGRITAS TANGGUNG JAWAB PROFESIONALISME KERAHASIAAN KEMANDIRIAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2011


Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

December 2011 | PPATK

Kata Pengantar
media informasi bagi PPATK dalam

MUHAMMAD YUSUF

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Tahun 2011 dapat disusun dan diterbitkan tepat waktu. LAKIP ini merupakan sarana atau mempertanggungjawaban

Daftar Isi
Pendahuluan Penutup Lampiran

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja

keberhasilan pencapaian kinerja selama periode Tahun 2011. Selain hal tersebut, penyusunan LAKIP ini juga sebagai perwujudan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Kepala PPATK Nomor : PER-

02/1.01/PPATK/01/10 tentang Rencana Strategis PPATK Tahun 20102014.

ii

Sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU), PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dengan menyelenggarakan fungsi antara lain : (1) pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; (2) pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK; (3) pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan (4) analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain. Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi tersebut PPATK sebagai focal point rezim anti pencucian uang di Indonesia telah menyusun Rencana Strategis sebagai rencana jangka menengah lima tahunan untuk periode 2010-2014. Rencana Strategis PPATK mencakup materi visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, program dan kegiatan, serta indikator dan target kinerja.

Selain upaya dimaksud, keberadaan PPATK juga bertujuan untuk mengurangi dampak seperti hilangnya pendapatan Negara dari sektor perpajakan serta timbulnya risiko likuiditas bagi Penyedia Jasa Keuangan khususnya yang menyimpan dana-dana dari hasil tindak kejahatan, yang dapat merusak sendi-sendi dan ketahanan ekonomi suatu Negara.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak terutama aparat penegak hukum dan Penyedia Jasa Keuangan serta pihak pelapor yang selama ini secara konsisten dan sungguh-sungguh bersama PPATK melakukan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di wilayah hukum Indonesia untuk menciptakan Indonesia yang bebas dari pencucian uang.

Akhirulkalam, kami berharap LAKIP PPATK ini dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang kinerja PPATK serta dapat menjadi dasar evaluasi kinerja oleh pihak yang

Upaya

pencegahan

dan

pemberantasan

memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan akuntabilitas kinerja atas kementerian/lembaga di Indonesia.
Jakarta, 1 Maret 2012 Kepala PPATK

pencucian uang di Indonesia dari tahun ke tahun terus diupayakan oleh PPATK. Hal tersebut dikarenakan tindak kejahatan pencucian uang memiliki dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian Negara secara keseluruhan. PPATK telah melakukan upaya-upaya untuk menjaga stabilitas sistem Keuangan di Indonesia, antara lain dengan mendukung pengungkapan kejahatan Keuangan

Muhammad Yusuf, SH, MM.

terutama dalam hal penelusuran aliran dana ataupun harta kekayaan dalam kaitannya dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan.

Executive Summary
Dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan dan anggaran sebagaimana tercantum dalam Penetapan Kinerja PPATK tahun 2011, PPATK telah menyusun LAKIP tahun 2011 sebagai salah satu media akuntabilitas kinerja yang dapat memberikan gambaran secara komprehensif mengenai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2011.

LAKIP ini diharapkan dapat berguna bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) PPATK baik dari kalangan internal maupun eksternal PPATK. Bagi kalangan internal, informasi yang ada dalam LAKIP ini berguna untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara terus-menerus, sedangkan untuk kalangan eksternal LAKIP ini berguna sebagai sarana untuk mengetahui pertanggungjawaban kinerja PPATK.

Selama tahun 2011, seluruh capaian kinerja PPATK telah memenuhi target sasaran strategisnya. Berikut ini adalah Realisasi capaian kinerja PPATK tahun 2011 yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU).
No (1) 1 Sasaran Strategis (2) Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme a Indikator Kinerja (3) Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Target (4) 250 Laporan Realisasi (5) 442 Laporan % (6) 177 Program (7) Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Anggaran (8) 33.500.000.000

6 MoU

19 MoU

317

ii

No (1)

Sasaran Strategis (2) c

Indikator Kinerja (3) Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level guarantee) Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

Target (4) 75 Pelapor

Realisasi (5) 90 Pelapor

% (6) 120

Program (7)

Anggaran (8)

25 Dokumen

53 Dokumen

212

6 Kegiatan

18 Kegiatan

200

2.0 Level

2.68 Level

134

1 Dokumen 6 Aplikasi

1 Dokumen 6 Aplikasi

100

100

2 Aplikasi

5 Aplikasi

250

2.

Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas

2 Laporan

0 Laporan

30

b c

30 Dokumen 40%

10 Dokumen 30%

33,33 75

Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya PPATK

56.900.000.000,-

23 Dokumen

22 Laporan

90

100%

90%

90

No (1)

Sasaran Strategis (2) f

Indikator Kinerja (3) Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi pemerintahan. Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK. Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

Target (4) 100%

Realisasi (5) 90%

% (6) 90

Program (7)

Anggaran (8)

100%

60%

60

12 Bulan

12 Bulan

100

100%

50%

50

1 Laporan

1 Laporan

100

1 Laporan

1 Laporan

100

3.

Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK.

99%

100%

101,01

Pengadaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK.

7.500.000.000,-

100%

80%

80

Berdasarkan tabel di atas, dapat disampaikan bahwa secara umum seluruh target pada masing-masing sasaran strategis pada tahun 2011 telah tercapai di atas rata-rata. Dengan demikian, pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewengangan PPATK terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja keras antara semua pihak baik pegawai, pejabat, dan pimpinan PPATK maupun para mitra kerja PPATK yang antara lain Penyedia Jasa Keuangan, Aparat Penegak Hukum, serta para pemangku kepentingan lainnya.

Untuk melaksanakan kegiatan yang berujung pada keberhasilan tersebut, PPATK telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp98.285.406.000,- dengan realisasi sebesar Rp48.017.333.116.- atau sebesar 48,85%. PPATK mengharapkan keberhasilan ini akan dijadikan dasar pertimbangan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

iv

Daftar Isi
I Pendahuluan
Latar Belakang Tugas, Fungsi, dan Kewenangan PPATK Struktur Organisasi PPATK Peranan PPATK Dalam Penanganan TPPU di Indonesia Sistematika Penulisan Laporan Rencana Strategis Penetapan Kinerja Anggaran PPATK Tahun 2011

1
1 2 3 4 5

II Perencanaan Dan Penetapan Kinerja

6 13 15 18 20 91 92

III Akuntabilitas Kinerja

Ikhtisar Capaian Kinerja Tahun 2011 Capaian dan Analisis Kinerja 2011 Realisasi Keuangan PPATK 2011 Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan PPATK

18

IV Penutup Lampiran

92

Daftar Tabel
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Sasaran, Indikator dan Program PPATK Tahun 2011 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja PPATK Tahun 2011 PAGU Anggaran Belanja PPATK Tahun 2011 PAGU Anggaran PPATK Per Program Capaian Kinerja Indikator Utama CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA SASARAN 1 Jumlah LTKM, LTKT dan LPUT per Desember 2011 Jumlah Hasil Analisis dan LTKM yang disampaikan ke Apgakum Tindak Pidana Asal Hasil Analisis PPATK Jumlah Kumulatif LTKT yang disampaikan PJK Jumlah Kumulatif Pelaporan LPUT Tahun 2006-2011 Jumlah Kumulaitf Informasi Hasil Analisis selama Tahun 2011 Jumlah Hasil Pemeriksaan Tahun 2011 Laporan Tipologi Tahun 2011 Laporan Analisis Strategis Tahun 2011 Instansi Dalam Negeri yang Melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan PPATK Jumlah MoU PPATK dengan FIU Jenis Pertukaran Informasi Jenis Pelaksanaan Audit Kepatuhan Tahun 2011 Jumlah Industri yang Telah di Audit Tahun 2004 - 2011 Tingkat Penilaian Kepatuhan PJK yang di Audit Tahun 2004 - 2011 Tingkat Penilaian Kepatuhan Berdasar Jenis Industri Tahun 2005 - 2011 Tingkat Penilaian Kepatuhan Hasil Joint Audit dengan LPP Tahun 2011 Pemantauan Pasca Audit Kepatuhan Tahun 2011 Pemberian Keterangan Ahli terkait TPPU Tahun 2011 Kegiatan Layanan TI PPATK Aplikasi yang Dikembangkan PPATK Tahun 2011 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 3 Perbandingan PAGU, Realisasi dan Capaian PAGU dan Realisasi Anggaran berdasarkan Unit Kerja Opini BPK terhadap Laporan Keuangan PPATK 11 13 16 16 18 20 22 23 24 27 28 29 30 33 34 39 40 41 47 48 49 50 51 51 55 61 67 71 81 91 92 93

vi

Daftar Grafik
Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7 Jumlah LTKM, LTKT, dan LPUT per Desember 2011 Jumlah Kumulatif Hasil Analisis yang disampaikan ke Penyidik Tahun 2011 Jumlah dan Pertumbuhan LTKM yang diterima PPATK Jumlah dan Pertumbuhan LTKT yang diterima PPATK Jumlah dan Pertumbuhan LPUT yang diterima PPATK Perbandingan Jumlah MoU Dalam dan Luar Negeri Grafik Akumulasi Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Luar Negeri Sampai dengan Tahun 2011 22 23 25 26 28 40 41

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

BAB

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada umumnya seorang pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil tindak pidananya tersebut sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa mereka memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana/kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana dimaksud dikenal dengan istilah money laundering atau pencucian uang. Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang teknologi maka kejahatan pencucian uang semakin meningkat kompleksitasnya serta cakupan wilayahnya: nasional maupun internasional. Pelaku tindak kejahatan saat ini memiliki berbagai pilihan mengenai dimana dan bagaimana pelaku kejahatan menginginkan uang hasil kejahatan menjadi kelihatan bersih dan sah menurut hukum. Perkembangan teknologi perbankan internasional juga telah memberikan jalan bagi tumbuhnya jaringan perbankan lokal/regional menjadi suatu lembaga keuangan global, ternyata telah dimanfaatkan oleh pelaku pencucian uang untuk memanfaatkan jaringan layanan tersebut. Dalam perkembangan terakhir, praktik pencucian uang semakin kompleks, melintasi batas-batas yuridiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem Keuangan, bahkan telah merambah ke berbagai sektor. Kejahatan money laundering tidak hanya merupakan permasalahan di bidang penegakan hukum namun juga menyangkut ancaman keamanan nasional dan internasional suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya untuk mencegah dan memberatas praktik pencucian uang telah menjadi perhatian dunia internasional termasuk Indonesia. Di Indonesia penanganan praktek pencucian uang telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dalam peraturan tersebut dinyatakan secara tegas bahwa kegiatan pencucian uang merupakan tindak pidana. Selain itu dalam rangka mencegah dan memberantas tindak
1

pidana pencucian uang di Indoneisa dibentuklah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

B.

Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPATK

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU), PPATK merupakan lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Merujuk pada Pasal 39 Undang Undang No 8 Tahun 2010, tugas PPATK adalah mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut PPATK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK 3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor 4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan TPPU, PPATK berwenang meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan; mengkoordinasikan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan instansi terkait; memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU; menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencuian uang; dan menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan TPPU. Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi berupa membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi; membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data; mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik; menyimpan, memelihara data dan informasi ke basis data; menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis; memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri; dan melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada pihak pelapor.
2

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi Pihak Pelapor; menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan TPPU; melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan; merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur. Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, PPATK dapat: meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan TPPU; meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang; merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; meminta Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan TPPU; mengadakan kegiatan adminstratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.

C.

Struktur Organisasi PPATK

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, susunan organisasi PPATK terdiri dari: 1. Kepala PPATK 2. Wakil Kepala PPATK 3. Jabatan struktural lain; dan 4. Jabatan fungsional Sampai dengan per 31 Desember 2011, untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya, PPATK membentuk unit kerja direktorat yang terdiri dari :

1. Direktorat Riset dan Analisis 2. Direktorat Kerjasama Antar Lembaga 3. Direktorat Pengawasan Kepatuhan 4. Direktorat Hukum dan Regulasi 5. Direktorat Umum 6. Direktorat Operasi Sistem 7. Direktorat Pengembangan Aplikasi Sistem 8. Direktorat Sumber Daya Manusia 9. Direktorat Keuangan 10. Direktorat Audit Internal

D.

Peranan PPATK dalam penanganan TPPU di Indonesia

Dalam praktik internasional di bidang pencucian uang, lembaga yang sejenis dengan PPATK disebut dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Keberadaan FIU ini pertama kali diatur secara implisit dalam 40+9 Rekomendasi (Forty Recommendations+ Nines) dari Finanacial Action Task Force on Money Laundering (FATF). FIU adalah lembaga permanen yang khusus menangani masalah pencucian uang. Lembaga ini merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang di tiap negara. Keberadaan lembaga khusus ini mutlak ada dan memainkan peranan sangat strategis karena masalah pencucian uang merupakan persoalan yang cukup rumit, melibatkan kejahatan terorganisir yang memahami berbagai teknik dan modus kejahatan canggih. Penanganan isu pencucian uang menjadi bertambah berat terlebih karena karekteristik kejahatan ini pada umumnya dilakukan melewati batas-batas negara (cross-border). PPATK sebagai FIU bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangan dengan institusi penegak hukum. Secara umum, FIU menyelanggarakan beberapa fungsi diantaranya melakukan kerjasama dalam rangka penegakan hukum, bekerjasama dengan sektor keuangan, menganalisis laporan transaksi keuangan yang mencurigakan yang masuk, melakukan pengamanan terhadap seluruh data dan aset yang ada, melakukan kerjasama nasional dan internasional dan fungsi administrasi umum lainnya. Sebagai suatu FIU, PPATK juga melaksanakan fungsi yang demikian. Skema di bawah ini menggambarkan posisi PPATK dalam rezim anti money laundering di Indonesia.

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

3PERANAN PPATK DALAM REZIM ANTI MONEY LAUNDERING INDONESIA

E.

Sistematika Penulisan Laporan

Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja PPATK selama tahun 2011. Capaian kinerja (performance result) 2011 tersebut diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) 2011 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa mendatang. Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja PPATK tahun 2011 adalah sebagai berikut:

BAB I BAB II BAB III BAB IV

Executive Summary Pendahuluan Bab ini menguraikan gambaran umum organisasi PPATK Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja Bab ini menjelaskan ikhtisar beberapa hal penting tentang perencanaan dan perjanjian kinerja PPATK tahun 2011. Akuntabilitas Kinerja Bab ini menjelaskan pencapaian sasaran-sasaran PPATK selama tahun 2011 berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Penutup Lampiran-Lampiran

BAB

Perencanaan dan Perjanjian Kinerja


A.

encana Strategis PPATK diatur dalam Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-02/1.01/PPATK/01/10 tentang Rencana Strategis PPATK Tahun 2010 2014. Renstra PPATK tahun 2010-2014 disusun sejalan dengan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya sektor keuangan, sebagaimana tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2010-2014. Dalam RPJMN tahun 2010-2014 ditetapkan bahwa salah satu prioritas dalam pembangunan bidang ekonomi adalah penciptaan stabilitas ekonomi yang kokoh. Penciptaan stabilitas ekonomi sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain kebijakan disektor Keuangan. Berdasarkan perkembangan terkini dan permasalahan yang dihadapi oleh sektor keuangan, maka arah pengembangan sektor keuangan dalam periode 2010-2014 adalah meningkatkan daya saing dan ketahanan sektor keuangan bagi pembiayaan pembangunan nasional. Oleh karena itu strategi yang ditempuh untuk mencapai arah pembangunan tersebut, antara lain adalah peningkatan ketahan sektor keuangan melalui sistem keuangan yang sehat, mantap, dan efisien yang difokuskan pada : 1) Menjaga stabilitas ekonomi melalui pencegahan risiko sistemik pada sektor keuangan melalui : a) Memantapkan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter; b) Mengimplementasikan konsep jaring pengamanan sistem keuangan; c) Meningkatkan koordinasi nasional dan kerjasama internasional dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidanan pencucian uang dan pendanaan teroris melalui industri keuangan.

Perencanaan Strategis

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

2) Memantapkan kinerja dan stabilitas industri jasa keuangan melalui : a) Menerapkan pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kredibilitas otoritas regulasi dan pengawasan jasa keuangan. b) Melakukan penguatan kualitas menajmen dan operasional lembaga jasa keuangan; c) Meningkatkan upaya-upaya perlindungan bagi konsumen lembaga jasa keuangan. Merujuk pada arah kebijakan nasional pengembangan sektor keuangan 2010-2014 tersebut, maka arah kebijakan yang akan diterapkan oleh PPATK 2010-2014, dengan mempertimbangkan tugas, fungsi, dan kewenangannnya, adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan kerjasama nasional dan internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme; 2) Peningkatan pengawasan kepatuhan pihak pelapor; 3) Peningkatan peran serta pihak terkait dan masyrakat umum untuk mendukung pelaksananaan rezim anti pencucian uang; 4) Peningkatan pemantauan tindak lanjut hasil analisis transaksi keuangan kepada pihak yang berwenang; 5) Penguatan kelembagaan melalui penataan organisasi, serta pemantapan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan PPATK; 6) Peningkatan kualitas hasil analisis transaksi keuangan; 7) Pengembangan sistem pengolahan data dan informasi; 8) Penguatan peraturan perunadang-undangan terkait upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; 9) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi; 10) Peningkatan efektivitas pelaksanaan anggaran berbasis kinerja; 11) Peningkatan sarana prasarana PPATK; 12) Peningkatan efektivitas penerapan good governance dan manajemen risiko. Dengan memperhatikan kondisi lingkungan (internal dan ekternal) yang mempengaruhi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan PPATK serta ketetapan arah kebijakan pencegahan dan pemberantasan TPPU 2010-2014 tersebut, maka
7

PPATK menetapkan rencana strategis 2010-2014 yang meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran. VISI PPATK
Menjadi Lembaga Independen di Bidang Informasi Keuangan yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.

Visi tersebut menggambarkan keinginan kuat manajemen PPATK untuk ikut andil secara proaktif, bersama-sama komponen aparat penegak hukum lainnya di Indonesia, dalam usaha melakukan pencegahan dan pemberantasan TPPU di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia. Keinginan kuat tersebut akan terwujud apabila dalam pelaksaaan tugas, fungsi, dan kewenangannya, PPATK tidak diintervensi dan dipengaruhi oleh pihak manapun. MISI PPATK Untuk mewujudkan pencapaian visi 2010-2014, PPATK telah menetapkan misi yang mencerminkan upaya-upaya yang akan dilaksanan selama kurun waktu 2010-2014 sesuai lingkup tugas, fungsi, dan kewenangan yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Misi PPATK tersebut meliputi :

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

MISI PPATK:

1) Meningkatkan Kualitas Pengaturan dan Kepatuhan Pihak Pelapor. Peran aktif PPATK dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris dilakukan melalui berbagai upaya sesuai dengan tugas dan kewenanganya, antara lain melalui peningkatkan kualitas pengaturan dan kepatuhan Pihak Pelapor. Upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara lain penerbitan dan penyempurnaan pedoman pelaporan, serta peningkatan efektifitas audit kepatuhan bagi PJK, dengan tujuan agar terus terjadi peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi seluruh pihak pelapor berkenaan dengan kewajibannya untuk menyampaikan laporan ke PPATK. Kondisi seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan bagi PJK terhadap para kriminal yang memanfaatkan sistem keuangan sebagai sarana pencucian uang, serta dapat meningkatkan jumlah dan kualitas laporan yang disampaikan ke PPATK, sehingga upaya pencegahan secara dini dan pemberantasan terhadap kemungkinan terjadinya TPPU dan pendanaan teroris dalam transaksi keuangan di Indonesia dapat dilaksanakan secara lebih optimal. 2) Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Informasi dan Kualitas Hasil Analisis yang Berbasis Teknologi Informasi. Keberhasilan peran aktif PPATK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris sangat tergantung pula pada tingkat kualitas Informasi Hasil Analisis (IHA) dan Laporan Hasil Analisis (LHA) yang dihasilkan. Oleh karena itu, PPATK berupaya untuk terus meningkatkan efektifitas pengelolaan informasi antara lain melalui penyempurnaan mekanisme penyampaian laporan ke PPATK, serta pengembangan sistem teknologi informasi dan pengolahan data laporan transaksi keuangan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan upaya untuk meningkatkan kualitas hasil analisis dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain pelaksanaan riset terhadap tipologi TPPU, peningkatan kemampuan tenaga riset dan analis, serta penyempurnaan pedoman riset dan analisis. Dengan semakin meningkatnya kualitas hasil analisis, diharapkan pihak-pahak yang membutuhkan dapat memanfaatkannya secara lebih optimal dalam kerangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris.

1.

2.

3.

4.

5.

Meningkatkan Kualitas Pengaturan dan Kepatuhan Pihak Pelapor. Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Informasi dan Kualitas Hasil Analisis yang Berbasis Teknologi Informasi. Meningkatkan Efektivitas Penyampaian dan Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Analisis, Pemberian Nasihat dan Bantuan Hukum, serta Pemberian Rekomendasi kepada Pemerintah. Meningkatkan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Internal untuk Mewujudkan Good Governance dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi secara Efektif dan Efisien.

3) Meningkatkan Efektivitas Penyampaian dan Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Analisis, Pemberian Nasihat dan Bantuan Hukum, serta Pemberian Rekomendasi kepada Pemerintah. PPATK memiliki peranan yang sangat strategis dalam proses penegakan hukum di bidang TPPU dan pendanaan teroris. Efektifitas penyampaian dan pemantauan tindak lanjut Laporan Hasil Analisis (LHA) kepada penegak hukum sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penyelesaian masalah TPPU dan pendanaan teroris. Nasihat dan bantuan hukum dari PPATK masih diperlukan oleh penegak hukum dalam
9

penanganan TPPU. Oleh karena itu, PPATK akan terus berupaya untuk dapat meningkatkan efektifitas penyampaian LHA kepada penegak hukum dan pemantauan atas tindaklanjutnya, meningkatkan kualitas dan efektivitas pemberian nasihat dan bantuan hukum, serta meningkatkan kualitas rekomendasi yang dapat diberikan kepada Pemerintah, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasa TPPU dan pendanaan teroris dapat berhasil dengan baik. 4) Meningkatkan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Dalam upaya mencegah dan memberantas TPPU dan pendanaan teroris diperlukan dukungan dan kerjasama semua pihak yang terkait. Dalam misi ini, PPATK berharap dapat menjalin kerjasama yang lebih baik lagi dengan instansi dalam negeri, dan memperkuat kerjasama internasional. Agar kerjasama dan koordinasi lintas sektoral dapat terwujud secara efektif dan efisien diperlukan suatu kerangka berpikir, orientasi dan pemahaman yang sama dalam penanganan TPPU. Sedangkan untuk meningkatkan kerjasama internasional, PPATK perlu menggalang dan memperkuat kerjasama dengan FIU negara-negara lain sehingga proses pertukaran informasi intelijen di bidang keuangan menjadi semakin mudah dan cepat, tanpa perlu mengorbankan aspek kerahasiaan dan kedaulatan negara. 5) Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Internal untuk Mewujudkan Good Governance dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi secara Efektif dan Efisien. Efektifitas pelaksanaan manajemen internal PPATK merupakan salah satu faktor penting keberhasilan pencapaian visi PPATK. Dengan ditetapkannya misi PPATK terkait dengan upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan manajemen internal dengan memanfaatkan reknologi informasi secara efektif dan efisien, diharapkan dapat mewujudkan good governance dan clean government di lingkungan PPATK. Misi ini dilaksanakan melalui peningkatan kinerja pelayanan umum (internal dan eksternal), pengembangan sistem manajemen sumber daya manusia, pengembangan sistem manajemen keuangan, dan optimalisasi pelaksanaan pengawasan internal. Dengan demikian, maka tugas dan fungsi pelayanan dan pengelolaan sumber daya serta pengawasan terhadap pelaksanaannya dapat dilakukan secara lebih baik, yang pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan pencapaian seluruh misi PPATK. Berdasarkan misi tersebut, PPATK merumuskan kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan dan 1 (satu) tahunan. Kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dirumuskan dalam tujuan, sedangkan kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahunan di tuangkan dalam sasaran. Tujuan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Penetapan Sasaran dirumuskan lebih spesifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam Sasaran dirancang pula indikator pencapaian Sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran
10

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. TUJUAN PPATK 1) Mewujudkan peraturan yang berkualitas mengenai mekanisme pelaporan yang efektif dan efisisen serta peningkatan kepatuhan dan kemampuan PJK dan pihak pelapor lainnya dalam memenuhi kewajiban pelaporan ke PPATK; 2) Mewujudkan pengelolaan informasi yang efektif dan efisien dalam rangka menghasilkan ananlisis yang berkualitas. 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjasama anatara PPATK dengan aparat penegak hukum dan lembaga terkait lainnya baik dalam maupun luar negeri dalam rangka penguatan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. 4) Mewujudkan efektivitas penyampaian dan pemantauan tindak lanjut laporan hasil analisis kepada aparat penegak hukum, pemberian nasihat dan bantuan hukum, serta rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka pencegahan dan pemberantsan TPPU dan pendanaan terorisme. 5) Mewujudkan good governanace dalam pengelolaan system manajemen internal guna mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. SASARAN PPATK 1) Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme upaya pencegahan dan

2) Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas 3) Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. Adapun sasaran strategis, indikator, dan program PPATK dalam kurun waktu tahun 2010 2014 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Sasaran, Indikator dan Program PPATK Tahun 2012

No 1

Sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan

Indikator Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali.

Program Program Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dan

11

pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme

Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement). Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codingan-an (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai Standar Akuntansi pemerintahan. Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK.

Pendanaan Terorisme

c d

f g h

I 2 Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas a b c d

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

f g

h i j k

12

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK.

Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 m dan tanah 6.000 m) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

Program Peningkatan Sarana dan parsarana Aparatur PPATK

B.

Penetapan / Perjanjian Kinerja

Pada Tahun 2011 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana Strategis PPATK 2010 2014 dan juga pelaksanaan peran baru PPATK dalam konteks pelaksanaan amanat UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Untuk melaksanakan perannya tersebut, PPATK telah menetapkan program dan kegiatan yang disusun secara terencana dan berkelanjutan, termasuk didalamnya adalah penetapan Perencanaan Kinerja 2011 yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Penyusunan rencana kinerja PPATK dilakukan bersamaan dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran PPATK. Setelah anggaran 2011 ditetapkan, maka disusunlah Penetapan/Perjanjian Kinerja 2011 yang merupakan komitmen PPATK untuk dicapai dalam tahun 2011. Penetapan Kinerja Tahun Anggaran 2011 di lingkungan PPATK, bertujuan untuk mewujudkan manajemen internal PPATK yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil. Untuk mengukur keberhasilan target sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja diperlukan indikator yang berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan. Alat ukur keberhasilan tersebut dituangkan dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU). Oleh karena itu, IKU harus tercantum dalam dokumen penetapan/perjanjian kinerja. Berikut ini adalah sasaran strategis, indikator kinerja, dan target kinerja pada tahun 2011 di lingkungan PPATK.
Tabel 2 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja PPATK Tahun 2011

No

Sasaran Strategis Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan

Indikator Kinerja a Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali

Target 250 Laporan

Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.

33.500.000.000 Anggaran

13

pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme

Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya. Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement). Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codinganan (STR, CTR, CBCC). Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel.

6 MoU

75 Pelapor

25 Dokumen

2.0 Level

1 Dokumen

g h

8 Aplikasi 12 Bulan

i 2.

2 Aplikasi 56.900.000.000,-

Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas

1 Laporan

b c

26 Dokumen 40%

Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya PPATK

18 Dokumen

14

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi pemerintahan. Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

100%

100%

100%

12 Bulan

100%

1 Laporan

1 Laporan

3.

Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK.

75%

100%

Pengadaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK.

7.500.000.000,-

C.

Anggaran PPATK Tahun 2011

Pada tahun 2011 PPATK mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp98.285.406.000,(Sembilan puluh delapan miliar dua ratus delapan puluh lima juta empat ratus enam ribu rupiah) sebagaimana tertuang dalam revisi DIPA PPATK Nomor : 0001/07801.1.01/00/2011 tanggal 7 September 2011. Adapun komposisi pagu anggaran belanja PPATK tahun 2011 adalah sebagai berikut :

15

Tabel 3 PAGU Anggaran Belanja PPATK Tahun 2011

No 1 2 3

Nama Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Total Pagu

Anggaran Rp 27.276.000.000,Rp 55.002.647.000,Rp 16.006.759.000,Rp 98.285.406.000,-

Total pagu anggaran tersebut dialokasikan untuk membiayai program-program sebagai berikut :
Tabel 4 PAGU Anggaran PPATK Per Program

Kode Program 078.01.01 078.01.02 078.01.06

Nama Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Jumlah

Anggaran 56.900.000.000 7.500.000.000 33.885.406.000 98.285.406.000

Program-program tersebut diatas dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut : 1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya PPATK, dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan yaitu : a) Pengelolaan SDM, Organisasi, dan Ketatalaksanaan PPATK b) Pengelolaan perencanaan dan Administrasi Keuangan PPATK. penganggaran, perbendahaaraan serta

c) Penyelenggaran operasional perkantoran PPATK d) Pengawasan penerapan manajemen risiko, good governance, serta akuntabilitas aparatur dan kinerja PPATK. 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur PPATK, dilaksanakan melalui 1 (satu) kegiatan yaitu Pengadaan dan Peningkatan sarana dan prasarana PPATK.

16

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

3) Program Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dilaksanakan melalui melalui 6 (enam) kegiatan yaitu ; a) Pengembangan riset dan analisis dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. b) Pelaksanaan kerjasama nasional dan internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. c) Penelaahan dan penyususna peraturan perundang-undangan serta pemberian pendapat dan bantuan hukum terkait TPPU dan pendanaan terorisme. d) Pengawasan kepatuhan terhadap pihak pelapor dalam menyampaikan kewajiban pelaporan ke PPATK. e) Pengembangan, pengelolaan dan pengendalian kaulitas operasional, infrastruktur, layanan dan keamanan teknologi informasi PPATK. f) Pengembangan dan pengelolaan sistem aplikasi dan database dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU.

17

BAB

Akuntabilitas Kinerja
A.

No
1.

Ikhtisar Capaian Kinerja


Berdasarkan Keputusan Kepala PPATK Nomor KEP54/1.01/PPATK/05/2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan PPATK telah ditetapkan indikator kinerja utama PPATK sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan. Berdasarkan keputusan tersebut, PPATK menetapkan target kinerja tahun 2011 yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2011.

Berikut ini akan diuraikan Realisasi Pencapaian Sasaran PPATK tahun 2011, yang diukur dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Capaian Kinerja Indikator Utama

Sasaran Strategis
Meningkatnya partisispasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme a.

Indikator Kinerja
Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya.

Target 2011
250 Laporan

Realisasi 2011
442 Laporan

Capaian (%)
177%

b.

6 MoU

19 MoU

317%

c. d.

75 Pelapor 25 Dokumen

90 Pelapor 53 Dokumen

120% 212%

18

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

e.

Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement) Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an. Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi. Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi Pemerintahan. Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat. Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK. Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya.

6 Kegiatan

18 Kegiatan

300%

f.

2,0 Level

2,68 Level 1 Dokumen 6 Aplikasi

134%

g. h.

1 Dokumen 6 Aplikasi

100% 100%

i. 2. Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas a. b. c. d.

2 Aplikasi 2 Laporan 30 Dokumen 40% 23 Dokumen

5 Aplikasi 0 Laporan 10 Dokmen 30% 22 Dokumen

250% 0% 30% 75% 90%

e.

100%

90%

90%

f.

100%

90%

90%

g.

100%

60%

60%

h. i.

12 Bulan 100%

12 bUlan 50%

100% 50%

j. k. 3. Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK. a.

1 Laporan 1 Laporan 99%

1 Laporan 1 Laporan 100%

100% 100% 101,01%

19

b.

Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

100%

80%

80%

B.

Capaian dan Analisis Kinerja

Berikut ini akan diuraikan kinerja dari PPATK menurut masing-masing sasaran starategis yang telah ditetapkan

Sasaran : Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme

Pada tahun 2011, pencapaian sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme ditandai dengan adanya beberapa indikasi yang mencerminkan adanya partisipasi seluruh pihak dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di wilayah hukum Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, beserta target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 1

No 1

Indikator Kinerja Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali. Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU). Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya.

Target 2011 250 Laporan

Realisasi 2011 442 Laporan

Capaian (%) 177%

6 MoU

19 MoU

317%

3 4

75 Pelapor 25 Dokumen

90 Pelapor 53 Dokumen

120% 212%

20

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement) Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional. Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an. Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara.

6 Kegiatan

12 Kegiatan

200%

2,0 Level

2,68 Level

134%

7 8

1 Dokumen 6 Aplikasi

1 Laporan 6 Aplikasi

100% 100%

2 Aplikasi

5 Aplikasi

250%

Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa selama tahun 2011, PPATK telah mencapai sasarannya sesuai target yang telah ditetapkan. Adapun penjelasan untuk masingmasing indikator adalah sebagai berikut :

Jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali

Target jumlah Hasil Analisis (HA) PPATK pada tahun 2011 adalah sejumlah 250 HA. Dari target tersebut PPATK telah berhasil menghasilkan 442 HA atau sebesar 177% selama tahun 2011. Seluruh HA tersebut telah disampaikan oleh PPATK kepada pihak penyidik dan instansi lainnya. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
Realisasi 2011 442 Laporan Capaian (%) 177%

Indikator Kinerja Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali.

Target 2011 250 Laporan

HA yang dihasilkan oleh PPATK merupakan hasil analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dan Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) yang disampaikan oleh Pihak Pelapor.

21

Tujuan kegiatan analisis adalah meneliti laporan atau informasi mengenai transaksi keuangan yang diterima apakah terdapat indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau Tindak Pidana (TP) lainnya, termasuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat TPPU atau TP lainnya serta keberadaan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil TP tersebut.

Selama tahun 2011, jumlah laporan informasi LTKM, LTKT, dan LPUT yang diterima oleh PPATK serta digunakan dalam mendukung proses analisis adalah sebagai berikut:
Grafik 1 Jumlah LTKM, LTKT, dan LPUT per Desember 2011

LTKM 20.222 Laporan

LTKT 1.582.490 Laporan

LPUT 1.233 Laporan

Secara umum tahapan kegiatan fungsi analisis meliputi: 1) penerimaan informasi dari pihak pelapor berupa LTKM, LTKT, dan LPUT, 2) menganalisis laporan dari pihak pelapor, 3) mendistribusikan hasil analisis dan atau pemeriksaan kepada pihak aparat penegak hukum dan instansi terkait lainnya. Adapun jumlah penerimaan LTKM, LTKT, dan LPUT yang diterima PPATK sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Jumlah LTKM, LTKT dan LPUT per Desember 2011

Tahun 2011 2010 2009 2008 2007 2006 TOTAL

LTKM 20.222 17.348 23.520 10.432 5.831 3.482 84.146

LTKT 1.582.490 1.461.883 782.270 2.058.140 2.360.950 430.575 10.213.913

LPUT 1.233 1.618 1079 877 705 1.432 6.944

22

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Selama tahun 2011, hasil analisis sejumlah 442 HA telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (Penyidik) dengan jumlah terbanyak dilaporkan kepada KPK sejumlah 123 HA. Adapun rincian penyampaikan HA tersebut kepada Penyidik adalah sebagai berikut:
Grafik 2 Jumlah Kumulatif Hasil Analisis yang disampaikan ke Penyidik Tahun 2011

Kepolisian, Kej aksaan dan Kepolisian, KejDitjen Pajak, 4 aksaan dan BNN; 2 Kepolisian dan KPK, 2 Kepolisian dan Kejaksaan, 47

Kejaksaan dan KPK, 6

Ditjen Pajak, 13 BNN, 12 Kejaksaan, 41 POLRI; 94

Kepolisian, Kej aksaan dan KPK, 98 KPK, 123

Dari jumlah LTKM yang diterima tahun 2011 sebanyak 20.222 LTKM, seluruhnya telah dilakukan analisis awal dengan menentukan skala prioritas berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan rendah. Dari LTKM dengan prioritas tinggi, diperoleh 831 LTKM yang terindikasi TPPU dan TP lainnya dan menghasilkan 442 HA. Adapun total hasil analisis yang telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (Penyidik) sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 8 Jumlah Hasil Analisis dan LTKM yang disampaikan ke Apgakum

Tahun 2011 2010 2009 2008 2007 2006 Total

Jumlah HA 442 319 484 104 91 86 1.873

Jumlah LTKM terkait 831 841 1.026 234 376 144 3.941

23

Berdasarkan Hasil analisis yang disampaikan oleh PPATK kepada aparat penegak hukum (penyidik), transaksi yang diduga melakukan tindak pidana korupsi merupakan hasil analisis terbanyak diantara dugaan tindak pidana lainnya. Berikut ini rincian dugaan tindak pidana asal yang dihasilkan dari kegiatan analisis PPATK dan telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (penyidik) sampai dengan 31 Desember 2011.
Tabel 9 Tindak Pidana Asal Hasil Analisis PPATK

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Korupsi

Tindak Pidana Asal

Jumlah HA 817 70 67 52 1 1 9 28 5 56 447 5 22 4 19 9 6 255 1.873

Jumlah LTKM terkait 1.723 123 232 147 1 1 9 28 12 179 832 5 24 4 25 12 6 569 3.941

Penyuapan Narkotika Di bidang perbangkan Di bidang pasar modal Di bidang perasuransian Kepabeanan Terorisme Pencurian Penggelapan Penipuan Pemalsuan uang Perjudian Prostitusi Bidang Perpajakan Bidang kehutanan Pidana lain dengan ancaman diatas 4 tahun Tidak teridentifikasi Jumlah

24

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)


LTKM merupakan laporan mengenai transaksi keuangan mencurigakan yang diterima dari Pihak Pelapor yang berisi transaksi keuangan yang memiliki indikasi menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi yang patut diduga berasal dari hasil tindak pidana. Pada tahun 2011, PPATK menerima LTKM sejumlah 20.222 yang dilaporkan oleh 359 PJK dengan kenaikan sebesar 16,57% dari jumlah LTKM tahun sebelumnya. Statistik Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang diterima oleh PPATK dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Grafik 3 Jumlah dan Pertumbuhan LTKM yang diterima PPATK

Jumlah LTKM | 2007 - 2011


25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -

Pelaporan LTKM Jumlah LTKM Persentasi pertumbuhan

2007 5.831 67,46%

2008 10.432 78,91%

2009 23.520 125,46%

2010 17.348 -26,24%

2011 20.222 16,57%

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan jumlah pelaporan LTKM dari 2007 hingga 2011, terkecuali pada tahun 2010 yang sedikit mengalami penurunan sebesar 26,24% dari tahun sebelumnya. Namun demikian jumlah LTKM ini akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah Pihak Pelapor yang memiliki kewajiban menyampaikan laporan kepada PPATK sesuai dengan amanat

25

dalam Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemebrantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)


Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK untuk Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi maupun bberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja dan/atau transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Laporan tersebut disampaikan dalam bentuk Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT). Selama tahun 2011, PPATK menerima sebanyak 1.582.490 Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) dengan jumlah kumulatif LTKT sampai dengan Desember 2011 sebanyak 10.213.913 laporan dengan rincian pelaporan LTKT per tahun sebagai berikut:
Grafik 4 Jumlah dan Pertumbuhan LTKT yang diterima PPATK

Jumlah LTKM | 2007 - 2011


2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 -

Pelaporan LTKT Jumlah LTKT Jumlah LTKT Kumulatif Persentasi pertumbuhan

2007 2.360.950 4.329.130 448,32%

2008 2.058.140 6.387.270 -12,83%

2009 782.270 7.169.540 -61,99%

2010 1.461.883 8.631.423 86,88%

2011 1.582.490 10.213.913 8,25%

26

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Berdasarkan grafik 4, LTKT yang disampaikan kepada PPATK mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 86,88% dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,25%. Jumlah kumulatif LTKT sebanyak 10.213.913 laporan tersebut dilaporkan oleh 396 jumlah PJK dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 10 Jumlah Kumulatif LTKT yang disampaikan PJK

Jenis PJK Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat Pedagang Valuta Asing Asuransi Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Efek Perusahaan Pengiriman Uang TOTAL

PJK Pelapor 143 129 103 10 5 4 3 396

LTKT 10,192,133 5,375 14,398 167 33 48 759 10.213.913

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa LTKT sebagian besar diterima dari Jenis PJK Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat dan Pedagang Valuta Asing.

Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT)


Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kepada PPATK dalam hal terdapat orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrument pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia. Selama tahun 2011, PPATK menerima sebanyak 1.233 laporan dengan jumlah kumulatif LPUT sampai bulan Desember 2011 sebanyak 6.944. Pada tahun 2010, jumlah LPUT meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 49,95%, namun menurun pada tahun 2011 sebesar 23,79%.

27

Grafik 5 Jumlah dan Pertumbuhan LPUT yang diterima PPATK

Jumlah LTKM | 2007 - 2011


2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 -

Pelaporan LPUT Jumlah LPUT Jumlah LPUT Kumulatif Persentasi pertumbuhan

2007 705 2.137

2008 877 3.014 24,40%

2009 1.079 4.093 23,03%

2010 1.618 5.711 49,95%

2011 1.233 6.944 -23,79%

Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) yang diterima PPATK diperoleh dari 10 (sepuluh) daerah pabean Indonesia dengan lokasi pelaporan terbanyak adalah di Jakarta sebesar 4.086 laporan dan Batam sebanyak 2.683 laporan. Adapun rincian jumlah dan lokasi pelaporan LPUT adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Jumlah Kumulatif Pelaporan LPUT Tahun 2006-2011

Lokasi Pelaporan Batam Jakarta Bandung Tanjung Balai Karimun Denpasar Dumai

2006 977 389 1 55 10 -

2007 1.219 830 1 55 31 -

2008 1.590 1.272 1 95 47 1

2009 2.002 1.935 1 97 49 1

2010 2.683 2.866 3 97 50 1

2011 2.683 4.086 4 98 59 1

28

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Teluk Bayur (Sumbar) Teluk Nibung (Sumut) Medan Balikpapan Pontianak Jumlah

1 -

7 1 -

7 1 -

7 1 3

7 1 3 1 1

1.432

2.137

3.014

4.093

5.711

6.944

Berdasarkan data pada tabel diatas, selama kurun waktu tahun 2006 hingga 2011 terjadi peningkatan jumlah kumulatif LPUT sebesar 384,92% atau hampir 5 kali lipat disbanding tahun 2006.

Informasi Hasil Analisis (IHA)


Selain menyampaikan Hasil Analisis kepada aparat penegak hukum (penyidik), PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis (IHA) kepada instansi terkait lainnnya atas dasar nota kesepahaman (memorandum of understanding). Informasi Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada instansi lain selama tahun 2011 adalah sejumlah 65 IHA, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 12 Jumlah Kumulaitf Informasi Hasil Analisis Tahun 2011

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Instansi Terkait Lainnya Komisi Pemberantasan Korupsi Badan Pengawas Pemilu Komisi Yudisial Tim Tas TIPIKOR BAPEPAM-LK Bank Indonesia Ditjen Pajak Kementerian Luar Negeri Kementerian Kehutanan Badan Pemeriksa Keuangan BPKP Kementerian Keuangan

Jumlah IHA 378 9 6 1 44 13 47 1 1 17 6 78

29

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Lembaga Penjamin Simpanan Ditjen Bea dan Cukai Badan Narkotika Nasional Kementerian Hukum dan HAM Kementerian Dalam Negeri Ombudsman Lainnya Total

1 1 12 5 1 1 6 628

Jumlah kumulatif Informasi Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada instansi lain hingga akhir tahun 2011 adalah sebesar 628 IHA dengan jumlah terbanyak disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu sejumlah total 378 IHA.

Hasil Pemeriksaan (HP)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tinadk pidana pencucian uang atau tindak pidana lain. Selama tahun 2011 PPATK telah melakukan pemeriksaan terhadap pihak pelapor untuk membuktikan kebenaran atas transaksi keuangan mencurigakan yang dilaporkan pihak pelapor kepada PPATK. Hasil pemeriksaan telah disampaikan kepada aparat penegak hukum (penyidik) dan instansi terkait lainnya. Berikut ini jumlah hasil pemeriksaan yang telah disampaikan selama tahun 2011.
Tabel 13 Jumlah Hasil Pemeriksaan Tahun 2011

No 1. 2. 3.

Nama Penyidik/instansi lainnya Kepolisian, Kejaksaan, & KPK Gubernur BI Bapepam-LK

Jumlah Hasil Pemeriksaan 5 2 2

30

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Kegiatan-kegiatan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian indikator target sasaran untuk pencapaian indikator jumlah laporan hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali adalah: 1. Pemeriksaan Sesuai dengan UU PPTPPU Pasal 1 Angka (7) yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional untuk menilai dugaan adanya tindak pidana. Sesuai dengan definisi pemeriksaan tersebut maka tujuan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh PPATK adalah untuk menemukan dugaan/indikasi suatu tindak pidana ataupun memperkuat suatu dugaan awal adanya tindak pidana berdasarkan hasil analisis Transaksi Keuangan Mencurigakan. Selama tahun 2011sebagaimana disajikan pada tabel 17, PPATK telah menghasilkan 5 (lima) Hasil Pemeriksaan (HP) yang telah disampaikan kepada Kepolisian, Kejaksaan dan KPK. Dan telah disampaikan pula 2 (dua) Informasi Hasil Pemeriksaan kepada Gubernur BI dan Bapepam LK. 2. Kegiatan Riset Kegiatan Riset dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum dan khusus dalam rangka pengambilan kebijakan serta memberikan informasi kepada pemangku kepentingan PPATK terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Kegiatan riset yang dilaksanakan antara lain: 2.a 2.b 2.c 2.d 2.e 2.f Pengelolaan Data Mining Pengelolaan Input Data Pengelolaan Typologi Pengelolaan Analisis Strategis Pengelolaan Statistik Pengelolaan Manajemen Risiko

Pengelolaan data mining dan input data ini merupakan penunjang dari 4 (empat) kegiatan lainnya. Kedua kegiatan tersebut melakukan proses data sesuai dengan kebutuhan riset (typologi, analisis strategis, statistik dan manajemen risiko) / tema yang akan diusung dalam riset.

31

2.1 PENGELOLAAN DATA MINING

Kegiatan pengelolaan data mining sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan utama PPATK yaitu melakukan analisis terhadap laporan yang diterima untuk diteruskan ke penegak hukum, serta melakukan riset (meliputi analisis strategis, statistik, manajemen risiko dan pengembangan tipologi) untuk menyusun strategi PPATK di dalam mencegah dan mengurangi tindak pidana pencucian uang di masa yang akan datang. Data mining adalah suatu proses pengumpulan, evaluasi, pembandingan, dan pengintegrasian data untuk dilakukan analisis yang meliputi interpretasi atas informasi yang didapatkan untuk menarik suatu hipotesa/kesimpulan. Adapun salah satu hasil dari data mining ini adalah clustering data (clustering berdasarkan permintaan dari peneliti / pihak lainnya), Statistics Model, Association Rules dan Decision Trees Pelaksanaan proses Data Entry (penginputan) diharapkan dapat membantu pelaksanaan tugas PPATK khususnya kegiatan yang berhubungan dengan database yang dikelola oleh PPATK serta memperlancar proses analisis sehingga tercipta hasil analisis yang akurat dan berguna bagi upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Modus pencucian uang dalam perkembangannya semakin hari semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi, khususnya di bidang perbankan dan keuangan. Pelaku pencucian uang selalu berusaha untuk menghindari pelacakan harta hasil kejahatannya oleh aparat penegak hukum (Law Enforcement Agency) dengan memanfaatkan kelemahan peraturan perundang - undangan yang ada. Kerangka konsepsional yang terkait dengan kegiatan pengelolaan riset tipologi adalah sebagai berikut: 1. Tipologi adalah suatu pengelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama/hampir sama atau mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Tipologi Tindak Pidana Pencucian Uang adalah pengelompokkan berdasarkan karekteristik tindak pidana pencucian uang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Tipologi Pidana Asal adalah pengelompokkan berdasarkan tindak pidana asal sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Tipologi Umum adalah pengelompokkan yang didasarkan pada karakteristik diluar TPPU dan Pidana Asal.

2.2 PENGELOLAAN INPUT DATA

2.3 PENGELOLAAN TYPOLOGI

2.

3.

4.

32

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Target 2011

Pada Tahun 2011, Riset PPATK ditargetkan menghasilkan 2 (dua) laporan tipologi.
Realisasi 2011

Realisasi laporan tipologi Tahun 2011 menghasilkan 4 (empat) laporan tipologi yang didokumentasikan menjadi 2 (dua) buku yang dikeluarkan secara semesteran (2 x setahun). Adapun laporan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Tabel 14 Laporan Tipologi Tahun 2011

No. 1

Uraian Laporan yang dihasilkan Tipologi Semester I Tahun 2011 a. Tipologi yang menggambarkan modus pencucian uang terkait dengan Tindak Pidana Korupsi Tipologi yang menggambarkan modus pencucian uang terkait dengan Tindak Pidana Narkotika Tipologi yang menggambarkan modus dominan terkait dengan Tindak Pidana Terorisme Tipologi yang menggambarkan modus transaksi pencucian uang terkait harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana di bidang kehutanan di Indonesia

b.

c.

Tipologi Semester II Tahun 2011

Realisasi yang melebihi target ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : 1. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dari peneliti yang semakin meningkat disebabkan training, workshop dan diskusi-diskusi yang dilakukan sehingga riset bisa dilakukan dengan waktu yang efektif dan efisien. Kemampuan dalam mengeksplorasi data semakin baik sehingga mempermudah dan mempercepat peneliti dalam menyelesaikan riset yang dilakukan. Kerja tim yang baik dari para peneliti (kekompakan serta visi dan misi yang sama) membuat riset berjalan dengan lancar.

2.

3.
2.4 PENGELOLAAN ANALISIS STRATEGIS

33

Analisis strategis menjadi kegiatan yang perlu disusun mengingat dalam perkembangannya, modus pencucian uang semakin hari semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi, khususnya di bidang perbankan dan keuangan. Proses analisis strategis meliputi kegiatan untuk mempelajari, mengidentifikasi, dan menelaah informasi yang ada pada sumber data untuk menentukan pola maupun kecenderungan atas suatu kasus, mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sebuah pola maupun kecenderungan atas kasus tertentu, dan mengidentifikasi permasalahan yang mungkin akan terjadi.
Target 2011

Pada Tahun 2011, Riset PPATK ditargetkan menghasilkan 2 laporan analisis strategis.
Realisasi 2011

Realisasi laporan analisis strategis Tahun 2011 menghasilkan 13 (tiga belas) laporan yang didokumentasikan menjadi 2 (dua) buku yang dikeluarkan secara . Adapun laporan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Tabel 15 Laporan Analisis Strategis Tahun 2011

No. 1 Analisis Strategis Semester I Tahun 2011 a.

Uraian Laporan yang dihasilkan Analisis Strategis terhadap indikasi tindak pidana yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi berdasarkan LTKM yang dilaporkan oleh PJK selama periode Januari 2009 s/d Desember 2010 Analisis Strategis terhadap gambaran pemetaan atas konektivitas antara database LTKM yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi yang berdasarkan indikasi TP tertentu dengan database LTKT dan LPUT Analisis Strategis terhadap database LTKM yang memiliki tingkat prioritas risiko tinggi berdasarkan indikasi TP tertentu, dapat dihubungkan dengan database register HA dan register Feedback Analisis Strategis terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya berbagai modus pada Hasil Analisis yang dapat dihubungkan dengan data LTKM yang menjadi sampel pada periode Januari 2009 s/d Desember 2010

b.

c.

d.

34

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

e.

Analisis Strategis terhadap Penentuan faktor penyebab dan langkah-langkah yg harus diambil oleh PPATK serta lembaga terkait dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TP Korupsi Analisis kebijakan terkait dengan temuan modus dari indikasi tindak pidana dominan selama periode tahun Januari s/d Desember 2010 Analisis Strategis terhadap Korelasi temuan modus dari 3 Tindak Pidana terbesar (TPPU, Korupsi, Penipuan + Narkotika) dengan Rekomendasi FATF Analisis Strategis terhadap Pembobotan hasil konfrontasi modus dari 3 Tindak Pidana terbesar (TPPU, Korupsi, Penipuan + Narkotika) dengan Rekomendasi FATF Analisis Strategis terhadap kencederungan profile aparat PEMDA yang dilaporkan dengan indikasi ataupun terkait dugaan Tindak Pidana Korupsi Analisis Strategis terhadap pemetaan terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Indonesia Analisis Strategis terhadap proyeksi terhadap kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi di lingkungan PNS khususnya aparat PEMDA pada masa yang akan datang Analisis kebijakan terkait dengan temuan modus dari Tindak Pidana Korupsi oleh Aparat Pemda yang dikaji berdasarkan rekomendasi FATF Rekomendasi yang diberikan atas hasil analisis strategis atas data LTKM dan hasil analisis terkait dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan aparat PEMDA

f.

g.

h.

Analisis Strategis Semester II Tahun 2011

a.

b.

c.

d.

e.

Realisasi yang melebihi target ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : 1. 2. Jumlah SDM yang terlibat dalam riset semakin banyak. Hal ini dilakukan dengan melibatkan menjadi tim riset tersendiri. Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dari peneliti yang semakin meningkat. Hal ini didukung oleh semakin banyaknya peneliti yang

35

mendapatkan training, workshop dan diskusi-diskusi yang berkaitan dengan capacity building SDM di PPATK. 3. Kemampuan dalam mengeksplorasi data semakin baik, sehingga mempermudah dan mempercepat peneliti dalam menyelesaikan riset yang dilakukan. Hal ini didukung dengan kemampuan mengolah data secara mandiri oleh SDM di PPATK. Rasa keingintahuan dari peneliti yang tinggi terhadap permasalahanpermasalahan yang ada berkaitan dengan TPPU sehingga membuat banyaknya riset yang bisa dilakukan.

4.

2.5 PENGELOLAAN STATISTIK

Statistik sangat penting bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam tatanan sosial, kelembagaan dan bermasyarakat khususnya dalam ruang lingkup PPATK sebagai lembaga independen yang bertugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Disamping itu, pelaksanaan kegiatan statistik diharapkan dapat bermanfaat untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah dan masyarakat khususnya terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Statistik adalah data atau informasi yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis serta pengambilan kesimpulan terhadap data/informasi.
Target 2011 Pada Tahun 2011, PPATK ditargetkan menghasilkan 14 laporan statistik Realisasi 2011 Pada Tahun 2011, PPATK telah menghasilkan 14 output dari statistik ini, yaitu : 1. 2 buah Buku Statistik yang telah terbit pada Bulan Februari 2011 dan Juli 2011; 2. 2 buah Buletin Statistik yang terbit setiap bulannya.

2.6 PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO

Salah satu output yang dihasilkan PPATK pada tahun 2011 adalah evaluasi dan penyempurnaan Standard Operating Procedures (SOP) manajemen risiko. Hal ini dilakukan karena manajemen risiko merupakan bagian penting dari manajemen strategis suatu organisasi dalam upaya mendukung pencapaian tugas dan fungsi organisasi secara efektif dan efisien. PPATK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang menghadapi berbagai macam risiko yang muncul akibat dari pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK. Risiko tersebut antara lain risiko operasional, risiko hukum, risiko strategis, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam upaya mengelola risiko tersebut, PPATK menyusun pedoman sebagai dasar bagi proses riset analisis risikoselanjutnya disebut riset manajemen risikoyang terdiri atas identifikasi, klasifikasi, kuantifikasi, dan evaluasi risiko. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam melakukan identifikasi, analisis dan
36

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

evaluasi risiko, pengendalian risiko serta pemantauan dan pelaporan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Target 2011 Pada Tahun 2011, PPATK belum ditargetkan menghasilkan manajemen Resiko karena : PPATK belum menetapkan PerKa terkait pedoman penilaian atas resiko (menggunakan Manajemen Risiko atau SPIP) sebagai landasan hukumnya Realisasi 2011 Pada Tahun 2011 telah menghasilkan 1 output dari Manajemen Resiko yaitu : Rancangan SOP manajemen Resiko yang telah disempurnakan.

Evaluasi dan Penyempurnaan Standard Operating Procedures (SPO)

Penyusunan Standart Prosedur Operasional (SPO) ini bertujuan untuk menetapkan standarisasi pola kerja serta sebagai petunjuk pelaksanaan operasional bagi manajemen dan staf analis. Terkait tugas analisis PPATK memiliki Pedoman Umum DRA (PUDRA), Pedoman Teknis Analisis (PTA), Pedoman Teknis Riset (PTR) dan Pedoman Teknis Pemeriksaan (PTP).
Tindak Lanjut atas Hasil Analisis yang telah disampaikan kepada apgakum

Melakukan evaluasi terhadap feedback dari penyidik baik yang dilakukan secara proaktif dengan mengirimkan feedback form kepada penyidik maupun berdasarkan informasi tindak lanjut hasil analisis yang diterima dari penyidik. Hasil evaluasi tersebut dikoordinasikan melalui DKAL untuk ditindaklanjuti dengan instansi terkait. Selama tahun 2011 telah diterima 24 surat feedback dari Kepolisian, Kejaksaan dan Dit.Pajak. Dari 24 surat feedback tersebut berisi penanganan dari 42 kasus dari 42 HA yang telah dikirimkan. Dari surat feedback yang disampaikan tersebut, yang telah ditindaklanjuti ke proses sidik/lidik sebanyak 10 HA.

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Masih tingginya ketergantungan atas kecukupan data/informasi dari Pihak Pelapor dan sebagian besar data awal yang disampaikan oleh Pihak Pelapor belum lengkap dan memerlukan data/informasi tambahan yang diperlukan dalam rangka pengembangan kasus dan melengkapi Hasil Analisis.

37

b. Lamanya waktu dalam perolehan data/informasi tambahan dari Pihak Pelapor. c. Jumlah umpan balik (Feedback) yang diterima lebih kecil daripada jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada aparat penegak hukum. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi dengan Pihak Pelapor mengenai informasi/data tambahan yang diperlukan dalam melengkapi Hasil Analisis. b. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan regulator Penyedia Jasa Keuangan (PJK) untuk mengatasi keterlambatan penyampaian data/informasi tambahan yang diminta PPATK kepada PJK c. Meningkatkan koordinasi dengan pihak Penyidik terkait diterima PPATK. feedback yang belum

Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah hasil analisis yang disampaikan kepada penyidik dan instansi lainnya yang tidak dimintakan klarifikasi kembali dialokasikan anggaran sebesar Rp. 4.600.000.000,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi sebesar Rp. 2.141.479.674,- atau 46, 55%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 177 % maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU).

Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Kerja sama yang dilakukan oleh PPATK dengan pihak terkait dapat dituangkan dalam bentuk penandatanganan MoU. Pada tahun 2011, PPATK memiliki target pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi dalam negeri dan Financial Inteligent Unit (FIU) luar negeri sebanyak 6 MoU. Dari rencana tersebut realisasi yang dapat dicapai sebanyak 19 MoU atau 317% dari target yang telah ditetapkan. Dengan adanya penambahan MoU di tahun 2011 sebanyak 19 MoU, maka total MoU yang dilakukan oleh PPATK dengan instansi dalam negeri sampai dengan 31 Desember 2011 adalah sebanyak 50 MoU. Sedangkan total MoU yang telah ditandatangani dengan FIU luar negeri sampai dengan 31 Desember 2011 sebanyak 42 MoU.
38

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Indikator Kinerja Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU).

Target 2011 6 MoU

Realisasi 2011 19 MoU

Capaian (%) 317%

Dengan adanya MoU, diharapkan kerjasama PPATK dengan instansi dalam negeri maupun luar negeri dapat terjalin dengan lebih baik karena adanya landasan kerjasama yang mengatur dan bentuk-bentuk kerjasama yang akan dilakukan juga menjadi lebih jelas. Berikut ini daftar instansi dalam negeri yang telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PPATK sampai dengan 31 Desember 2011.
Tabel 16 Instansi Dalam Negeri yang Melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan PPATK

Tahun s.d 2010 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Instansi 36 instansi Irjen Perhubungan RI Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Ombudsman RI Pertamina Ditjen Pajak (revisi) Komisi Pemberantasan Korupsi (revisi) Kepolisian Negara RI (revisi) Kejaksaan Agung RI (revisi) Badan Narkotika Nasional (revisi) Universitas Pattimura Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait pendirian Pusat Kajian TPPU di UI)

Lingkup Kerjasama

Pertukaran informasi, penanganan perkara TPPU, penyusunan produk hukum, pengembangan SDM, penelitian dan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan.

Pertukaran informasi, penanganan perkara TPPU, penugasan pegawai instansi terkait di PPATK, penelitian dan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sistem teknologi informasi

Pengembangan kajian keilmuan di berbagai bidang terkait TPPU, peningkatan kualitas SDM dan sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang

39

12 13 14

Universitas Udayana Universitas Sriwijaya Universitas Bina Nusantara

Berikut ini daftar FIU luar negeri yang telah melakukan penandatanganan kesepahaman (MoU) dengan PPATK sampai dengan 31 Desember 2011.
Tabel 17 Jumlah MoU PPATK dengan FIU

Tahun s.d 2010 2011 1 2 3 4 5

FIU 37 FIU India Belanda Saudi Arabia Luxembourg Samoa

Lingkup Kerjasama Pertukaran Informasi

Berikut ini diagram perbandingan prosentase jumlah Nota Kesepahaman antara PPATK dengan FIU dan instansi dalam negeri.
Grafik 6 Perbandingan Jumlah MoU Dalam dan Luar Negeri

FIU Luar Negeri 46%

Instansi Dalam Negeri 54%

Adapun tindak lanjut dari penandatanganan MoU antara PPATK dengan instansi lain baik dalam maupun luar negeri dapat berupa:

40

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

a. Pertukaran informasi dengan FIU dan instansi dalam negeri. b. Pembentukan Pusat Kajian Anti Pencucian Uang di beberapa Universitas seperti Universitas Indonesia dan Universitas Surabaya c. Pembentukan Forum Akademisi Anti Pencucian Uang (Expert Group Meeting) dan mailing list dari para peserta forum tersebut d. Penelitian yang dilakukan oleh Dosen/Mahasiswa dari universitas terkait TPPU e. Kerjasama menjadi narasumber terkait TPPU yang diselenggarakan oleh universitas maupun instansi terkait lainnya Berkenaan dengan permintaan informasi (inquiry) dari instansi penegak hukum selama tahun 2011, PPATK telah menerima inquiry sebanyak 139 permintaan. Sedangkan kegiatan pertukaran informasi yang dilakukan antara PPATK dengan FIU negara lain pada tahun 2011 sebanyak 96 informasi. Berikut ini tabel jenis pertukaran informasi dengan FIU negara lain yang telah dilakukan oleh PPATK selama Tahun 2011:
Tabel 18 Jenis Pertukaran Informasi

No 1 2 3 4

Jenis Pertukaran Informasi Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information) Total

Jumlah 32 59 5 0 96

Secara umum grafik akumulasi pertukaran informasi antara PPATK dengan FIU luar negeri sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Grafik 4 Grafik Akumulasi Pertukaran Informasi PPATK dengan FIU Luar Negeri Sampai dengan Tahun 2011

41

Keterangan : 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information): PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information): PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information: PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information: PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta).

Kegiatan pendukung selama tahun 2011 yang dilakukan untuk mencapai indikator jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU)adalah: 1. Kerjasama PPATK dengan Instansi Dalam Negeri Dalam rangka menindaklanjuti implementasi Nota Kesepahaman yang telah dilakukan PPATK dengan instansi dalam negeri, telah dilakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga/universitas dalam negeri. Beberapa kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011 antara lain dengan mengadakan kegiatan Expert Group Meeting yang membahas permasalahan terkini terkait korupsi, TPPU, dan pendanaan terorisme serta beberapa Seminar dan Workshop yang melibatkan berbagai instansi/lembaga/universitas. Selain itu, selama tahun 2011 PPATK telah pula mengadakan pertemuan Tim Teknis, Tim Kerja, dan Komite Tindak Pidana Pencucian Uang yang bertujuan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2011 serta penyusunan Strategi Nasional periode 2012-2016. Sebagai implementasi dari Pasal 44 ayat (1) huruf j UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bahwa Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf d, PPATK dapat meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang, maka PPATK telah melakukan beberapa kegiatan untuk memperoleh informasi mengenai tindak lanjut atas Laporan Hasil Analisis (LHA) yang disampaikan oleh PPATK kepada Penyidik. Kegiatan tersebut dilakukan baik di kantor PPATK maupun kunjungan langsung ke kesatuan penyidik di daerah/wilayah. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk koordinasi yang intensif serta pembahasan penanganan LHA dan perkara TPPU yang sedang ditangani. Selama tahun 2011, telah dilakukan pertemuan koordinasi dan kunjungan ke beberapa Kepolisian Daerah (Polda) dan Kejaksaan Tinggi (Kejati) di provinsi. Melalui kegiatan ini diharapkan LHA yang disampaikan dapat ditindaklanjuti sesuai dengan yang diharapkan dan kerjasama/koordinasi dengan PPATK menjadi lebih baik dan meningkat lagi. Bentuk kerjasama hubungan dalam negeri lainnya yaitu berupa pengembangan sistem pertukaran informasi melalui media Secure Online Communication (SOC) dengan POLRI dan KPK. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pertukaran informasi antara
42

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

PPATK dengan instansi penegak hukum (POLRI dan KPK) yang cepat, akurat, tertib dan aman secara efektif serta efisien yang biasanya dilakukan secara manual, selanjutnya dikembangkan secara elektronis melalui sistem SOC. Jumlah permintaan informasi melalui SOC kepada PPATK sampai dengan akhir 2011, PPATK telah menerima permintaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi sebanyak 9 permintaan dan Kepolisian Republik Indonesia sebanyak 1 permintaan. Pada tahun 2011, PPATK memfasilitasi rapat koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi Non Profit Organization (NPO) Domestic Review sebagaimana direkomendasikan dalam FATF 40+9 Reccomendations untuk menghindari penyalahgunaan NPO sebagai sarana dan sasaran tindak pidana pencucian uang maupun pendanaan terorisme. Dalam rangka mengevaluasi implementasi Strategi Nasional 2007-2011 dan penyusunan Strategi Nasional 2012-2016 serta perubahan peraturan presiden mengenai Komite TPPU, PPATK menyelenggarakan pertemuan Komite Koordinasi Nasional TPPU, Tim Kerja Komite TPPU, dan Tim Teknis Komite TPPU. Di samping itu, koordinasi antar lembaga dilaksanakan antara lain melalui koordinasi dengan Penegak Hukum dan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) mengenai penyusunan format surat penundaan transaksi, pemblokiran, permintaan keterangan harta kekayaan ke PJK, dan rekomendasi intersepsi/penyadapan, serta koordinasi dengan Apgakkum terkait riset tipologi penanganan perkara korupsi, narkoba, pendanaan terorisme dan TPPU di 5 (lima) kota, yaitu: Jakarta, Jayapura, Medan, Semarang dan Samarinda (terkait penanganan kasus korupsi dan narkoba berikut penyampaian hasil riset dimaksud). Dalam rangka implementasi NPO Domestic Review, maka telah dilaksanakan kunjungan koordinasi dalam bentuk outreach ke Surabaya dan Yogyakarta, serta pelaksanaan Workshop Implementasi Rekomendasi NPO. Selanjutnya, guna meningkatkan pengetahuan secara teoristis dan praktis maka dilaksanakan Forum Komunikasi Akademisi Anti Pencucian Uang dengan tema Kajian tentang NPO dan Penggabungan TPPU dengan Dakwaan/Sangkaan Tindak Pidana Korupsi yang melibatkan expert pencucian uang dan akademisi dalam bidang hukum pidana. Dalam rangka peningkatan bentuk kerjasama antara UNODC dan IWGFF dalam pencegahan PP TPPU maka dilaksanakan penyusunan materi silabus serta kegiatan joint training tindak pidana kehutanan dan TPPU. Adapun dalam rangka meningkatkan koordinasi dan pemahaman yang sama dalam penanganan perkara pencegahan dan pemberantasan TPPU dan tindak pidana asal, maka dilaksanakan rapat koordinasi mengenai Pasal 72, Pasal 95 dan Pasal 99 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU bersama dengan Badan Reserse Kriminal POLRI, Kejaksaan Agung, dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP).

43

2. Hubungan Kerjasama PPATK dengan Dunia Internasional Selain memperkuat kerjasama dengan intansi terkait di dalam negari, selama tahun 2011 PPATK juga secara konsisten tetap berperan aktif dalam berbagai kegiatan baik di fora internasional, antara lain forum Asia-Pacific Group on Money Laundering (APG) dan The Egmont Group (EG), maupun dalam menjalin kerjasama bilateral dengan Financial Intelligence Unit (FIU) negara lain. Dalam menjalin kerjasama bilateral, berbagai kegiatan telah lakukan dalam upaya mewujudkan kerjasama yang terjalin melalui penandatandatanganan melalui Memorandum of Understanding (MoU) sebelumnya. Pada tahun 2011, PPATK menerima kedatangan tamu dari FIU Jepang serta FIU dan Parlemen Bangladesh yang bertujuan untuk melakukan benchmarking rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. Selain itu, PPATK juga menerima kunjungan lembaga anti korupsi Timor Leste yang bertujuan untuk mengetahui peranan FIU dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Dalam rangka memperluas kerjasama dengan FIU negara lain, selama tahun 2011 pula PPATK telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan 5 (lima) FIU, yaitu: India, Belanda, Luxemburg, Arab Saudi, dan Samoa. Dengan demikian hingga akhir tahun 2011 PPATK telah menandatangani MoU dengan 42 FIU. Dalam kaitan dengan keanggotaan Indonesia dalam organisasi APG, selama tahun 2011 Indonesia, dalam hal ini diwakili PPATK, telah berperan aktif dalam beberapa kegiatan APG, antara turut memberikan asistensi kepada Timor Leste dalam rangka pendirian Komite TPPU, menjadi narasumber dalam Donor Coordination Meeting di Islamabad, Pakistan bersama dengan APG mission, menjadi narasumber dalam Strategic Implementation Plan (SIP) MER Meeting di Samoa bersama dengan APG Mission, serta menjadi salah satu assessor dalam kegiatan Mutual Evaluation tehadap Timor Leste. Selain berperan aktif dalam beberapa kegiatan APG, PPATK tetap memberikan kontribusi pada saat menghadiri 14th APG Annual Meeting di Kochi, India pada bulan Juli 2011 serta APG Typologies Workshop di Busan, Korea pada bulan Desember 2011. Sementara itu sebagai anggota The Egmont Group sejak tahun 2004, PPATK juga semakin memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi tersebut dan dunia internasional. Selama tahun 2011 PPATK telah menjadi sponsor FIU Samoa (bersama dengan FIU Malaysia) dan FIU Solomon Island (FIU Australia dan FIU Cook Islands). Sebagai sponsor keanggotaan Egmont Group, PPATK melakukan preliminary assessment terhadap pendirian FIU, onsite visit untuk memastikan operasionalisasi FIU serta berkoordinasi dengan para FIU sponsor dan Egmont Committee. Selanjutnya PPATK melakukan presentasi hasil kajian dan onsite visit di Outreach Working Group serta Legal Working Group mewakili FIU sponsor lainnya pada pertemuan Egmont Working Group (EWG) di Oranjestad, Aruba bulan Maret 2011 dan Yerevan, Armenia bulan Juni 2011. Berdasarkan hasil presentasi tersebut, Samoa FIU dan Solomon Islands FIU secara resmi diterima menjadi anggota organisasi FIU se-dunia, The Egmont Group, pada pertemuan 19th Egmont Plenary bulan Juni 2011 di Yerevan, Armenia.

44

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Pada lingkup yang lain, kerjasama antara PPATK dengan beberapa donor tetap terjalin dengan baik. Pada tahun 2011, salah satu kerjasama yang intensif dilakukan adalah melalui PPATK-AUSTRAC Partnership Program (PAPP) tahap 2 yang memfokuskan pada penyusunan restrukturisasi organisasi PPATK, implementasi kewajiban pelaporan untuk Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU, serta peningkatan kapasitas untuk penyidik TPPU. Selain itu pada bulan November 2011, PPATK juga telah berhasil menyelenggarakan pertemuan koordinasi antara para donor dengan instansi-instansi di Indonesia. Pertemuan koordinasi dimaksudkan untuk menyampaikan perkembangan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia, perkembangan pelaksanaan bantuan teknis dari donor, serta pembahasan bantuan teknis yang dibutuhkan oleh instansi terkait dan kemungkinan pemberian bantuan oleh para donor yang bertujuan untuk menghindari duplikasi pemberian bantuan. Dalam for a regional & internasional lainnya, PPATK telah berpartisipasi pula sebagai bagian dari Delegasi Pemerintah RI (Delri) bersama instansi lain. Beberapa kegiatan yang telah dihadiri sebagai bagian dari Delri antara lain adalah Expert Group Meeting on Preventing the Abuse of the Non-Profit Sector for the Purposes of Terrorist Financing di London, Inggris; Countering the Financing of Terrorism (CFT) Draft Law Comparison Study di Washington & Chicago, USA; 4th UNCAC Conference di Marrakech, Morocco; ICPO Interpol Plenary di Hanoi, Vietnam; Seminar on Combating Corruption Through Coordination: Strengthening AML Outcomes di Kuala Lumpur, Malaysia; Regional Advanced Analysis Workshop di Virginia, USA; Secara ringkas gambaran kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran di atas antara lain: a. PPATK Aktif melakukan komunikasi dan koordinasi dengan counterpart yang akan melakukan perjanjian kerjasama dalam bentuk nota kesepahaman /MoU dengan PPATK; b. PPATK Bersikap responsif terhadap permintaan MoU dari instansi lain baik dalam maupun luar negeri; c. PPATK memanfaatkan forum-forum internasional untuk melakukan komunikasi maupun penandatanganan MoU. d. PPATK aktif berkoordinasi dan membangun kerjasama yang baik dengan instansi penegak hukum maupun instansi terkait lannya dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU; e. PPATK selalu meningkatkan kerjasama dengan aktif memenuhi berbagai undangan seperti rapat dengan instansi lain, menjadi narasumber, menjadi perwakilan dalam forum internasional dan sebagainya.

45

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : a. Dalam penyusunan MoU dengan FIU di luar negeri, kendala yang terkadang muncul antara lain: Perbedaan peraturan di masing-masing negara, sehingga membutuhkan penyesuaian dalam perumusan MoU yang memakan waktu cukup lama. Perumusan terminologi yang tepat agar dapat mengakomodir kepentingan masing-masing negara. Kendala jarak dan perbedaan waktu membuat negosiasi MoU memakan waktu yang cukup lama Inisiasi MoU dari FIU luar negeri cukup banyak sehingga memerlukan penangnan ekstra dalam proses negosiasi MoU.

b. Dalam penyusunan MoU dengan instansi dalam negeri, terkadang kendala pada adanya keinginan dari instansi lain yang sulit diakomodir karena tidak dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan, sehingga menyebabkan negosiasi memakan waktu yang cukup lama. c. Mengenai permintaan informasi mengenai tindak lanjut penanganan LHA (feedback), masih banyak feedback yang belum disampaikan kepada PPATK dari instansi yang menerima. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut : a. PPATK menetapkan format MoU yang baku dengan FIU negara lain maupun dengan universitas sehingga dapat memudahkan proses negosiasi. b. Memanfaatkan korespondensi melalui media elektronik untuk mengatasi kendala jarak dan waktu dalam negosiasi substansi MoU. c. Memanfaatkan forum-forum internasional seperti Egmont Group Meeting agar dapat melaksanakna penandatanganan MoU dengan beberapa FIU sekaligus. d. Berusaha untuk tetap fleksible dalam perumusan MoU tanpa melanggar peraturan perundang-undangan yang ada

46

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

e. Proaktif melakukan komunikasi dan melakukan pertemuan secara berkala dengan aparat penegak hukum yang telah menerima LHA PPATK untuk mendapatkan umpan balik dari LHA yang telah disampaikan. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah instansi dan unit intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit) yang secara formal melakukan kerjasama dengan PPATK dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU) dialokasikan anggaran sebesar Rp. 6.700.000.000,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi sebesar Rp. 3.561.795.882,- atau 53,16%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 300% (18 MoU) maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

(MoU).

Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor

Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2010, PPATK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi melakukan pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor. Dalam rangka melaksanakan fungsi tersebut, PPATK berwenang untuk melakukan audit kepatuhan atau audit khusus. Selama tahun 2011, PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor sebanyak 90 PJK atau 120% dari target yang ditetapkan sebelumnya yaitu sebanyak 75 PJK.
INDIKATOR KINERJA Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor. TARGET KINERJA 75 Pelapor PENCAPAIAN KINERJA 90 Pelapor PENCAPAIAN 120%

Audit kepatuhan yang dilakukan oleh PPATK selama tahun 2011 meliputi beberapa jenis audit antara lain Audit Kepatuhan, Audit khusus, dan Joint Audit dengan Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP). Berikut ini disampaikan jenis pelaksanaan kegiatan audit yang dilaksanakan oleh PPATK selama tahun 2011:
Tabel 19 Jenis Pelaksanaan Audit Kepatuhan Tahun 2011

No 1

Jenis Kegiatan Audit kepatuhan (reguler)

Jumlah Kegiatan 60 kegiatan

47

2 3

Audit Khusus Joint Audit TOTAL

26 kegiatan 4 Kegiatan 90 Kegiatan

a.

Audit Kepatuhan

Pelaksanaan kegiatan audit kepatuhan telah dilakukan sejak tahun 2003 Pelaksanaan Audit kepatuhan pada periode tahun 2004-2010 berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat 1 huruf C UU No.25 tahun 2003, dimana disebutkan bahwa PPATK memiliki kewenangan melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang dan kesesuaian terhadap pedoman pelaporan PPATK. Pelaksanaan audit kepatuhan bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan terhadap implementasi Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU-TPPU) dan mengetahu kendala-kendala yang dihadapai oleh Penyedia Jasa Keuangan dalam menerapkan dan melaksanakan UU TPPU. Penyedia Jasa Keuangan yang dimaksud pada ketenuan UU No. 25 tahun 2003 hanya meliputi terhadap : Bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, PVA, dana pension, perusahaan asuransi dan, kantor pos. Lingkup audit kepatuhan pada periode tahun 2004-2010 adalah terhadap kepatuhan PJK atas kepatuhan kewajiban UU TPPU dan kepatuhan atas pedoman pelaporan transaksi dengan ruang lingkup audit adalah : Pengawasan aktif Direksi dan Komisaris, Kebijakan dan Prosedur terkait Anti Pencucian Uang, pengawasan internal, sistem informasi pelaporan dan, sumber daya manusia.Berdasarkan data rekapitulasi audit kepatuhan sejak tahun 2004 s.d tahun 2011 PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap berbagai jenis industri. Adapun jumlah industri yang telah diaudit oleh PPATK adalah sebagai berikut :
Tabel 20 Jumlah Industri yang Telah di Audit 2004 - 2011

No

Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Jenis 2004 2 2005 13 2

Jumlah PJK Yang Telah Diaudit PPATK

2006 19 6

2007 28 16

2008 48 15

2009 32 10

2010 28 11

2011 25 25

1 2

Bank Umum & BPR Asuransi & DPLK

48

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

3 4 5 6

Lembaga Pembiayaan Perusahaan Efek & MI Pedagang Valuta Asing Modal Ventura Jumlah

6 8

1 2 18

4 11 40

4 13 1 62

6 17 12 1 99

17 15 17 11 102

4 17 14 74

21 14 5 90

Berdasarkan pelaksanaan audit kepatuhan pada tahun 2004 s.d 2011 diperoleh output berupa tingkat penilaian kepatuhan sebagai berikut :
Tabel 21 Tingkat Penilaian Kepatuhan PJK yang di Audit 2004 - 2011

No

Tingkat Penilaian Baik Sedang Rendah N/A Masih dalam proses Jumlah

Tahun Pelaksanaan Audit Kepatuhan 2004 8 8 2005 1 1 16 18 2006 5 9 26 40 2007 6 19 37 62 2008 12 18 69 99 2009 12 24 66 102 2010 11 27 36 74 2011 0 19 36 13 22 90 JUMLAH 47 117 286 21 22 493

1 2 3 4 5

Penentuan penilaian audit kepatuhan didasarkan pada kertas kerja audit kepatuhan yang ditetapkan kedalam pedoman audit kepatuhan PPATK. Ruang lingkup audit kepatuhan PPATK meliputi 5 (lima) aspek/faktor penilaian yang meliputi : pengawasan aktif Direksi dan Komisaris, Kebijakan dan Prosedur penerapan UU PP TPPU, pengendalian internal, sistem informasi pelaporan, Sumber daya manusia dan uji petik transaksi. Penilaian kertas kerja audit kepatuhan dibuat berdasarkan penelaahan dan penganalisaan terhadap pedoman, SOP, database, sistem informasi dan dokumen lain yang diperlukan, selain itu auditor PPATK juga melakukan sampling transaksi nasabah/pengguna jasa dari auditee untuk menemukan transaksi yang berindikasi/memenuhi unsur mencurigakan. Berdasarkan penelaahan terhadap ruang lingkup audit, auditor PPATK menghasilkan penilaian dengan nilai sebagai berikut : 0 59 % (RENDAH), 60 70% (SEDANG) dan, > 70 % (BAIK). Penentuan penilaian tersebut menyimpulkan bagaimana tingkat
49

kepatuhan auditee terhadap ketentuan UU PP TPPU dan ketentuan terkait lainnya, auditee yang memperoleh penilaian BAIK menunjukan bahwa auditee tersebut telah memiliki kebijakan, sistem informasi dan SDM yang memadai untuk melaksanakan penerapan Kebijakan Anti Pencucian Uang didalam operasional perusahaannya. Berdasarkan informasi tingkat penilaian kepatuhan dari tahun 2005-2011 diketahui bahwa auditee yang memperoleh nilai baik hanya 47 PJK atau sebesar (9,5%) yang memperoleh penilaian sedang atau sebesar (23,7 %) sedangkan sebanyak auditee yang memperoleh nilai kepatuhan rendah adalah sebanyak 286 audit dari total pelaksanaan audit sebanyak 493 atau sebesar (58%) Pihak Pelapor yang tingkat kepatuhannya masih rendah,
Tabel 22 Tingkat Penilaian Kepatuhan Berdasar Jenis Industri Tahun 2005 - 2011

Jenis PJK Baik

Kategori Penilaian Kepatuhan Sedang Rendah Masih dalam proses penilaian 0 1 3 3 0 0

Jumlah PJK Yang Diaudit

Bank Asuransi & DPLK Sekuritas & MI Pembiayaan PVA Modal Ventura

0 0 0 0 0 0 Jumlah

0 10 2 6 0 0

0 14 9 12 0 0

0 25 14 21 0 0 60

b.

Kegiatan Joint Audit dan Pemantauan Pasca Audit Kepatuhan

Pelaksanaan joint audit kepatuhan merupakan kegiatan audit kepatuhan yang dilakukan bersama dengan LPP yang inisiasi pelaksanaanya dapat berasal dari LPP atau dari PPATK. Selama tahun 2011 telah dilakukan joint audit dengan Pedagang Valuta Asing yang dilakukan bersama dengan Direktorat Pengelolaan Moneter Bank Indonesia selaku LPP untuk industri Pedagang Valuta Asing. Objek sasaran pada pelaksanaan joint audit di tahun 2011 adalah audit umum dan audit atas kepatuhan PVA terhadap kewajiban pelaporan dan ketentuan perundang-undangan terkait Anti Pencucian Uang.

50

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Rekapitulasi pelaksanaan joint audit dapat disampaikan pada tabel berikut :


Tabel 23 Tingkat Penilaian Kepatuhan Hasil Joint Audit dengan LPP Tahun 2011

No 1 2 3

Penilaian Kepatuhan Baik Sedang Rendah Jumlah

Jumlah 1 2 1 4

Pelaksanaan audit kepatuhan sudah dilakukan sejak tahun 2004 hingga tahun 2011, selama kurun waktu tersebut terdapat pengulangan pelaksanaan audit pada PJK yang sama untuk mengetahui bagaimana perbaikan yang telah dilakukan oleh PJK dan bagaimana komitmen pelaksanaan PJK dalam menindaklanjuti rekomendasirekomendasi tim audit PPATK. Pada tahun 2011, PPATK memiliki rencana kerja pemantauan pasca audit kepatuhan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepatuhan dan komitmen PJK atas temuan dan rekomendasi audit kepatuhan sebelumnya. Selama periode tahun 2011 telah dilaksanakan 7 (tujuh) kegiatan pemantauan pasca audit sebagaimana disampaikan dalam tabel berikut :
Tabel 24 Pemantauan Pasca Audit Kepatuhan Tahun 2011

No 1 2 3

PJK Perusahaan Efek Asuransi Perusahaan Pembiayaan Jumlah

Jumlah 3 2 2 7

Lingkup Pemantauan Tindak lanjut atas rekomendasi audit kepatuhan Tindak lanjut atas rekomendasi audit kepatuhan Tindak lanjut atas rekomendasi audit kepatuhan

c.

Kegiatan Audit Khusus

Pelaksanaan kegiatan audit khusus berdasarkan Pasal 43 ayat (1) UU No. 8 tahun 2010 dan Peraturan Presiden No 50 tahun 2010 mengenai Tata Cara Kewenangan PPATK. Disamping itu audit khusus merupakan pengembangan dari kegiatan audit kepatuhan regular.

51

Selama periode tahun 2011, PPATK telah melakukan 26 (dua puluh enam) audit khusus kepada PJK yang dilatarbelakangi oleh kasus-kasus tertentu baik yang berasal atas inisiatif PPATK sendiri atau atas permintaan instansi lain. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Terciptanya Koordinasi yang baik dengan Lembaga Pengawas dan Pengatur, sehingga pelaksanaan audit khusus dapat dilaksanakan tepat sasaran dan sesuai dengan target waktu pelaksanaannya b. Auditee berkooperatif dan mendukung pelaksanaan audit khusus dengan penyediaan data dan dokumen yang dimintakan oleh auditor PPATK

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Walaupun target kinerja tahun 2011 tercapai dengan memuaskan bukan berarti tidak mendapatkan permasalahan atau kendala, Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : a. Kurangnya pemahaman ketentuan UU TPPU oleh SDM auditee sehingga belum terimplementasikan dengan baik mengenai pelaksanaan ketentuan perundangundangan TPPU dalam operasional perusahaan; b. Penyampaian pelaporan oleh PJK secara elektronis masih belum sempurna, karena masih terdapatnya beberapa laporan yang kosong sehingga tidak dapat dilakukan analisis oleh PPATK; c. Standar Prosedur Operasional terkait pelaksanaan audit kepatuhan dan audit khusus masih perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan ketentuan UU No. 8 Tahun 2010; d. Terbatasnya SDM auditor PPATK sehingga belum mampu melaksanakan audit kepatuhan secara rutin, menyeluruh terhadap seluruh Pihak Pelapor dan belum dapat dilakukan kegiatan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi audit.

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut : a. PPATK akan mengintensifkan kegiatan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor dengan memberikan arahan dan rekomendasi yang mengacu pada UU
52

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

PP TPPU, selain itu PPATK secara rutin akan melakukan kegiatan pelatihan terhadap Pihak pelapor baru yang dinilai masih memiliki pemahaman yang rendah; b. PPATK akan melakukan evaluasi terkait pelaporan secara elektronis terhadap sistem aplikasi yang digunakan oleh PJK melalui kegiatan asistensi yang dilakukan oleh unit kerja yang membidangi pengawasan kepatuhan bersama dengan unit kerja pengembangan aplikasi; c. PPATK akan menyempurnakan standar prosedur operasional terkait pelaksanaan audit kepatuhan dan audit khusus dengan mengacu pada ketentuan UU PP TPPU agar diperolehnya pedoman pelaksanaan audit bagi auditor PPATK yang update dan selaras dengan ketentuan perundangan terkini; d. Berkaitan dengan penambahan jumlah dan jenis Pihak Pelapor berdasarkan ketentuan UU PP TPPU PPATK memiliki kewenangan dan tanggung jawab pelaksanaan audit kepatuhan yang meningkat. Hal ini akan ditindaklanjuti dengan melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah lain untuk penambahan SDM auditor, selain itu PPATK juga akan mengintesifkan pelaksanaan joint audit dengan LPP agar pelaksanaan audit kepatuhan lebih menyeluruh dan komprehensif. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah pelaksanaan audit kepatuhan terhadap pihak pelapor dialokasikan anggaran sebesar Rp1.885,406,000 dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp1,282,753,130 atau 68,03 %. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 120% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya.

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target pemberian pendapat hukum dan bantuan hukum termasuk pemberian keterangan ahli sebanyak 25 dokumen. Tercatat sejak Januari s.d Desember 2011 PPATK telah melakukan pemberian keterangan ahli, pendapat hukum dan bantuan hukum sebanyak 53 dokumen atau 212% melebihi dari target yang ditetapkan.

53

Indikator Kinerja Jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya.

Target 2011 25 Dokumen

Realisasi 2011 53 Dokumen

Capaian (%) 212%

Pemberian pendapat hukum dan bantuan hukum yang diberikan oleh PPATK terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme bertujuan untuk : a. b. c. d. menyamakan persepsi antara PPATK, aparat penegak hukum, regulator dan pihak pelapor. memberikan masukan kepada aparat penegak hukum, regulator, dan pihak pelapor terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme. Memberikan pemahaman hukum kepada aparat penegak hukum, regulator, dan pihak pelapor terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme. memberikan perlindungan dari resiko hukum bagi pimpinan maupun pegawai PPATK dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Adapun dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Sosialisasi Rezim Anti Pencucian Uang.

Pada Tahun 2011 PPATK merencanakan untuk dilakukan sosialisasi di 10 kota di Indonesia dan terealisasi di 8 (delapan) kota, yaitu Jember, Batam, Banjarmasin, Palembang, Manado, Jambi, Makassar dan Yogyakarta. Adapun audience dari Sosialisasi rezim anti pencucian uang meliputi aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, akademisi dan masyarakat yang diwakilkan oleh Pemerintah Daerah setempat. Tujuan dari sosialisasi antara lain untuk mensosialiasasikan ketentuanketentuan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 (UU TPPU) yang baru diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2010. Selain itu, tujuan lainnya yaitu menyamakan persepsi baik dari sektor penyedia jasa keuangan dan juga sektor penegakkan hukum. Untuk mencapai tujuan efektif dari sosialisasi, PPATK dalam melaksanakan sosialisasi rezim anti pencucian uang juga melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia sebagai regulator dari perbankan, meminta partisipasi aparat penegak hukum termasuk didalamnya penyidik-penyidik TPPU sebagaimana tercantum dalam UU TPPU, serta turut melibatkan pemerintah daerah dan universitas setempat.

54

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Selain bertindak aktif untuk memberikan sosialisasi Rezim Anti Pencucian Uang sebagaimana telah direncanakan dan tertuang dalam Rencana Kegiatan 2011, PPATK menerima permohonan kunjungan untuk pemaparan mengenai Rezim Anti Pencucian Uang. Sepanjang tahun 2011, PPATK telah menerima permohonan untuk melaksanakan kegiatan pemaparan Rezim Anti Pencucian Uang dari 6 (enam) universitas se-Indonesia.
b. Kajian hukum

Dalam pengimplemtasian UU TPPU, masih ditemukan beberapa kendala salah satunya multi tafsir atas ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam UU TPPU dan juga belum adanya peraturan pelaksana dari UU TPPU, sehingga menyulitkan para pihak, baik pihak internal PPATK maupun pihak eksternal PPATK dalam mengimplementasikan UU TPPU tersebut. Pada Tahun 2011, PPATK telah menyelenggarakan 2 (dua) kali kegiatan kajian hukum yang menghasilkan rekomendasi yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembuatan peraturan pelaksana. Adapun kegiatan kajian hukum yang telah dilaksanakan oleh PPATK membahas hal-hal sebagai berikut: 1) Kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor (implementasi Pasal 27 UU TPPU); dan 2) Penundaan sementara dan penghentian Transaksi (implementasi Pasal 26, Pasal 44 ayat (1) huruf i, dan Pasal 70 UU TPPPU.
c. Memberikan Keterangan ahli

PPATK telah memberikan bantuan kepada aparat penegak hukum terkait dengan keterangan ahli. Sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah pemberian keterangan ahli adalah sebesar 80 kasus. Jumlah permintaan pemberian keterangan ahli terkait tindak pidana pencucian uang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah putusan pengadilan terkait tindak pidana pencucian uang. Adapun rincian pemberian keterangan ahli terkait tindak pidana pencucian uang adalah sebagai berikut:
Tabel 25 Pemberian Keterangan Ahli terkait TPPU Tahun 2011

Instansi Bareskrim POLRI Polda Kejaksaan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Jumlah permintan 11 35 24 8

55

Komisi Informasi Pusat (KIP) Pengadilan Militer

1 1

Pemberian keterangan ahli terkait tindak pidana pencucian uang sampai dengan Desember 2011 telah dijadikan pertimbangan hakim dalam 11 (sebelas) putusan pengadilan.
d. Menyelenggarakan Seminar/Workshop/Diskusi Hukum

Selain penyelenggaraan program sosialisasi, PPATK juga telah menyelenggarakan seminar hukum/workshop/diskusi hukum yang mengangkat isu-isu terkait penanganan perkara tindak pidana pencucian uang. Sampai dengan pertengahan tahun 2011, PPATK telah mengadakan 5 (lima) kegiatan yaitu : 1) Seminar Nasional Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Implementasi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana; dan 2) Workshop Terpadu Penanganan Tindak Pidana Asal dan Pencucian Uang oleh Aparat Penegak Hukum. 3) Seminar Nasional Rezim Perampasan Aset Untuk Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; 4) Seminar Nasional Pelaksanaan Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi Di Bidang Perbankan, Asuransi dan Pasar Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010; dan 5) Seminar Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Di Lingkungan Birokrasi Dalam Rangka Mewujudkan Aparatur Negara yang Berintegritas dan Profesional. 6) Penyusunan Modul Terpadu Penaganan Tindak Pidana Asal dan Pencucian Uang dan Modul Sosialisasi Penyusunan modul tersebut bertujuan untuk dapat dijadikan pedoman bagi instansi-instansi terkait dalam penyelenggaraan pelatihan yang akan diselenggarakan berkenaan dengan upaya penanganan perkara TPPU dan juga untuk meningkatkan kompetensi aparat penegak hukum, serta menyamakan persepsi diantara aparat penegak hukum. Tujuan penyusunan modul sosialisasi ini antara lain dijadikan pedoman bagi regulator, pihak pelapor, aparat penegak hukum, akademisi serta masyarakat hukum dalam memahami rezim anti pencucian uang serta menyamakan persepsi

56

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

semua pihak dalam mengimplementasi peraturan perundang-undangan terkait tindak pidana pencucian uang. Media penyampaian dan juga penyamaan persepsi termasuk upaya-upaya pemerintah dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dilakukan tidak hanya melalui kegiatan berupa sosialisasi, seminar, workshop ataupun diskusi. Pada tahun 2011 ini, demi terciptanya keefektifan penegakan hukum di bidang TPPU, telah dilakukan penyusunan modul hasil kerjasama PPATK dengan para instansi penyidik TPPU diantaranya kepolisian, KPK, pajak, bea cukai, BNN, kejaksaan. Sistematika modul Penanganan Tindak Pidana Asal dan Pencucian Uang meliputi: 1) Silabus Workshop Terpadu Penanganan Tindak Pidana Asal dan Pencucian Uang; 2) Rezim Anti Pencucian Uang di Indonesia; 3) Fungsi dan Tugas Pokok PPATK; 4) Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang; 5) Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi dan TPPU oleh KPK; 6) Penyidikan Tindak Pidana Narkotika dan TPPU oleh BNN; 7) Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai dan TPPU Oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 8) Penyidikan Di Bidang Perpajakan dan TPPU Oleh Direktorat Jenderal Pajak; 9) Pemeriksaan Perkara dan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang. Selain itu, PPATK juga telah menyusun Modul Sosialisasi Rezim Anti Pencucian Uang dengan bekerjasama dengan Lembaga Anti Pencucian Uang Indonesia (LAPI). Adapun modul tersebut adalah sebagai berikut:
1) Silabus Program Sosialisasi Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di

Indonesia.

2) Modul 1: Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di Indonesia. 3) Modul 2: Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan

Terorisme di Indonesia. Perbankan.

4) Modul 3: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri

57

5) Modul 4: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri Pasar

Modal.

6) Modul 5: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Lembaga

Keuangan Non Bank. Barang dan/atau Jasa.

7) Modul 6: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Penyedia

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : 1) Penyusunan blueprint dan roadmap yang dimaksudkan sebagai panduan dan percepatan implementasi UU TPPU yang baru. Ruang lingkup blueprint dan roadmap tersebut meliputi aspek legislasi, diseminasi, penataan organisasi atau tata kerja, tata laksana, termasuk bussiness process dan Standard Operational Procedure (SOP), dan Sumber Daya Manusia (SDM), redifinisi dan revitalisasi hubungan dengan stakeholder, dan pengembangan teknologi informasi. Adapun realisasi program kerja tersebut dibagi menjadi jangka Pendek (1 tahun), jangka menengah (2-3 tahun), dan jangka panjang (4-5 tahun). Blueprint dan roadmap tersebut disampaikan kepada International Co-operation Review Group (ICRG) dan The Financial Action Task Force (FATF) sebagai bukti komitmen Indonesia dalam menerapkan 40+9 Recommendation FATF. 2) Di bidang legislasi, pada Tahun 2011 PPATK telah memprakarsai penyusunan peraturan pelaksana dari UU TPPU yaitu: a) Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; b) Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2011 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada Asia Pacific Group on Money Laundering; dan c) Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penetapan Keanggotan pada EGMONT Group. Disamping itu, PPATK menetapkan peraturan-peraturan yang bersifat teknis dalam rangka mendukung implementasi UU TPPU yang baru. Adapun peraturanperaturan yang telah disahkan pada tahun 2011 sebagai berikut: 1) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-10/1.02.2/PPATK/10/2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain; 2) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-11/1.02.2/PPATK/10/2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyelenggara Pos;
58

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

3) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-12/1.02.2/PPATK/10/2011 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain; 4) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-14/1.02.2/PPATK/10/2011 tentang Penerapan PMPJ Bagi Pergadaian; 5) Surat Edaran Kepala PPATK Nomor S-124A/1.02/PPATK/03/2011 tanggal 28 Maret 2011 perihal Penundaan Transaksi oleh Penyedia Jasa Keuangan; 6) Surat Edaran Kepala PPATK Nomor S-124B/1.02/PPATK/03/2011 tanggal 28 maret 2011 perihal Penghentian sementara Transaksi oleh Penyedia Jasa Keuangan atas Permintaan PPATK; 7) Surat Edaran Kepala PPATK Nomor S-125C/1.02.1/PPATK/03/2011 tanggal 28 Maret 2011 perihal Penundaan Transaksi oleh Penyedia Jasa Keuangan atas Permintaan Aparat Penegak Hukum; dan 8) Surat Edaran Kepala PPATK Nomor S-316/1.02.1/PPATK/09/2011 tanggal 8 September 2011 perihal Pelaksanaan Penundaan Transaksi yang Berindikasi Tindak Pidana Pendanaan Terorisme oleh Penyedia Jasa Keuangan.
e. Partisipasi aktif dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang

1) Rancangan Undang-undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana 2) Rancangan Undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Walaupun target kinerja tahun 2011 tercapai dengan memuaskan bukan berarti tidak mendapatkan permasalahan atau kendala, Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a.

masih terdapat perbedaan persepsi antara PPATK, aparat penegak hukum, pihak pelapor dan regulator dalam penanganan perkara TPPU; dan pengimplementasian peraturan perundang-undangan terkait tindak pidana pencucian uang.

b. perlunya peningkatan pemahaman pihak pelapor dan aparat penegak hukum dalam

59

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut: a. menyelenggarakan kegiatan seperti seminar/workshop, sosialisasi serta diskusi dan kegiatan lainnya dalam rangka menyamakan persepsi aparat penegak hukum, regulator, pihak pelapor, akademisi dan masyarakat; b. mengefektifkan koordinasi antara PPATK dengan aparat penegak hukum dalam rangka penanganan perkara TPPU; dan c. menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan terpadu bagi aparat penegak hukum dalam rangka meningkatkan pemahaman aparat penegak hukum dalam penanganan perkara TPPU. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksnakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah dokumen pendapat dan bantuan hukum terkait masalah TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya dialokasikan anggaran sebesar Rp 6.700.000.000,00 dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp3.481.004.123,00 atau 51,96%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 212% untuk ouput berupa dokumen pendapat hukum, bantuan hukum dan keterangan ahli terkait TPPU dan pendanaan terorisme maupun masalah terkait lainnya, maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola teknologi informasi PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level guarantee).

Pada Tahun 2011 Sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme terkait dengan bidang Teknologi Informasi (TI) ditandai dengan adanya jumlah kegiatan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola TI PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku. Sesuai rencana kinerja pada tahun 2011, PPATK merencanakan sebanyak 6 kegiatan layanan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola TI PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku. Realisasi pada tahun 2011 adalah sebanyak 18 kegiatan atau 300% terealisasi sesuai target. Berikut ini adalah jenis-jenis kegiatan layanan TI di lingkungan PPATK:

60

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tabel 26 Kegiatan Layanan TI PPATK

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Jenis Kegiatan Instalasi PC / Notebook Perbaikan PC/Notebook Instalasi Printer Perbaikan Printer Perbaikan Scanner Instalasi software Perbaikan software Perbaikan software non standar Instalasi software anti virus Update anti virus Update Anggota Mailing List Perbaikan email Reset Password email Reset Password Domain Account Unlock Domain Account Perbaikan akses internet Permintaan akses file sharing Perbaikan akses file sharing

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain: 1. Implementasi Sistem Layanan Bantuan sehingga dapat mengukur pencapaian service level agreement layanan TI kepada pengguna layanan TI. Aplikasi layanan bantuan TI yang bersifat terpusat dan dalam bentuk website telah dilakukan di bulan Juni 2011. Dalam aplikasi layanan bantuan TI, terdapat daftar layanan TI (IT Service Catalogue) yang bisa diakses oleh user. 2. Mengelola Data Center dan Disaster Recovery Center termasuk perangkat pendukung lingkungan seperti daya listrik dan sistem pendingin agar sistem dapat beroperasi secara efektif. Kegiatan ini dilakukan sepanjang tahun 2011. 3. Peremajaan Server baik sistem Core dan Non Core (pendukung) yang ada di Data Center

61

4. Pemeliharaan jalur komunikasi data di PPATK 5. Implementasi Sistem Monitoring perangkat TI PPATK KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 terkait kegiatan layanan operasional dan infrastruktur PPATK adalah sebagai berikut : 1. Adanya gangguan teknis pada Data Center sehingga mengganggu pemberian layanan TI PPATK antara lain ketidakstabilan suhu ruangan di dalam Data Center dan ketidakstabilan aliran listrik yang mensupply perangkat di Data Center. 2. Adanya gangguan pada jalur komunikasi data PPATK antara lain terputusnya koneksi internet dan terjadinya gangguan email PPATK.

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain : 1. Melakukan perbaikan terhadap perangkat TI dan peralatan pendukung lainnya yang rusak serta melakukan koordinasi dengan pihak ketiga yang menangani perangkat TI tersebut. 2. Menyediakan jalur backup dan mengganti perangkat yang rusak sehingga jalur komunikasi data dapat beroperasi kembali. untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah kegiatan layanan operasional dan infrastruktur PPATK dalam mengelola layanan TI PPATK yang sesuai dengan jumlah mutu layanan yang baku (service level agreement) dialokasikan anggaran sebesar Rp. 8.000.000.000, dan dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 3.954.167.632 atau 49,4%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 300% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

62

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional

Pada tahun 2011 PPATK merencanakan tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) Plan and Organize 8 (PO8) dengan tingkat pencapaian level 2.0. Dari hasil penilaian self assessment pada tahun 2011 diperoleh kesimpulan bahwa posisi level maturity TI PPATK terhadap organisasi PPATK mencapai level 2.68 atau 134% dari target.

Indikator Kinerja Tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional.

Target 2011 2,0 Level

Realisasi 2011 2,68 Level

Capaian (%) 134

Tujuan penilaian kualitas peranan dari TI PPATK adalah untuk memberikan penilaian terhadap kelangsungan bisnis lembaga PPATK secara berkesinambungan merujuk kepada tingkat level maturity sesuai standar internasional COBIT PO8 mengenai Manajemen Kualitas. Berdasarkan hasil penilaian tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa TI PPATK sudah memiliki komitmen untuk melakukan pemecahan-pemecahan masalah dalam manajemen kualitas layanan TI. Adapun kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan selama tahun 2011 untuk mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain penyusunan daftar layanan TI, komunikasi secara menyeluruh dengan user, serta kegiatan Penjaminan Kualitas TI PPATK. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahun 2011 terkait sistem manajemen kualitas sistem TI adalah sebagai berikut : a. Jumlah Sumber Daya Manusia yang menangani fungsi Quality Assurance (QA) masih perlu ditingkatkan. b. Daftar Layanan TI belum mencakup pihak luar PPATK

63

c. Frekuensi kegiatan Survey secara berkala terhadap tingkat kepuasan/kualitas layanan bantuan masih perlu ditingkatkan. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalahan atau kendala-kendala tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a. Mengoptimalkan jumlah SDM yang menangani fungsi QA dan melakukan capacity building terkait dengan bidang fungsi QA. b. Akan dilakukan pengembangan Sistem Layanan Bantuan yang direncanakan pada tahun 2012 sehingga bisa mencakup pihak luar PPATK. c. Melakukan survey secara formal dan informal terhadap kepuasan tingkat layanan TI kepada user. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa tingkat pencapaian manajemen kualitas sistem TI PPATK sesuai standar internasional dialokasikan anggaran sebesar Rp. 8.000.000.000, dan dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 3.954.167.632 atau 49,4%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 134% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.
Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi

Pada Tahun 2011 Sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme terkait dengan bidang Teknologi Informasi ditandai dengan adanya penyempurnaan cetak biru system informasi. Sesuai rencana kinerja pada tahun 2011, PPATK merencanakan penyempurnaan cetak biru system informasi sebanyak 1 dokumen dan realisasi pada tahun 2011 sebanyak 1 dokumen cetak biru SI atau 100% terealisasi sesuai target.
Indikator Kinerja Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi. Target 2011 1 Dokumen Realisasi 2011 1 Laporan Capaian (%) 100%

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain :
64

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

a. Evaluasi Implementasi Cetak Biru Sistem Informasi

Kegiatan ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap Implementasi Road Map yang terdapat dalam Cetak Biru Strategi SI/TI PPATK 2010 2014 . Cetak Biru Strategi SI/TI PPATK telah ada sejak tahun 2010, namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi informasi keberadaan cetak biru perlu dilakukan penyesuaian sesuai kebutuhan Teknologi Informasi di PPATK oleh karena itu pada tahun 2011 PPATK telah melakukan evaluasi implementasi cetak biru sistem informasi. b. Koordinasi Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI)

Dalam rangka perencanaan dan pengembangan TI PPATK pada tahun berjalan dan yang akan datang diperlukan Koordinasi antara pemilik aplikasi dengan pengembang aplikasi agar tercipta pemahaman yang sama dalam proses pengembangan aplikasi sesuai dengan Cetak Biru Sistem Informasi. Untuk memenuhi tujuan tersebut pada tahun 2011 PPATK, telah melakukan rapat koordinasi Komite Pengarah Teknologi Informasi sebanyak 2(dua) kali yaitu : rapat pada awal tahun yang bertujuan menyusun rencana kerja yang terkait Teknologi Informasi sedangkan pada rapat akhir tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi rencana kerja terkait Teknologi Informasi pada tahun berjalan. Selain itu dilakukan rapat adhoc untuk membahas kendala atau isu yang terjadi pada tahun berjalan.

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Kendala yang dihadapi ketika melakukan penyempurnaan Cetak Biru Sistem Informasi pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur tugas, fungsi dan kewenangan PPATK pada tahun 2011 yang berdampak pada Road Map Cetak Biru Sistem Informasi PPATK b. Adanya reorganisasi PPATK yang masih dalam proses terkait pelaksanaan tugas KPTI (Komite Pengarah TI) pada tahun 2011 yang menangguhkan sementara kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawab Komite Pengarah TI

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk mengatasi kendala tersebut, PPATK telah melakukan langkah-langkah nyata sebagai bentuk solusinya antara lain :

65

a. Dilakukan evaluasi Road Map Cetak Biru Strategi SI/TI PPATK 2010 2014 disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tugas, fungsi dan kewenangan PPATK, terutama dengan adanya penambahan pihak pelapor dan mitra kerja PPATK yang mana hal tersebut belum dimasukkan ke dalam Road Map Cetak Biru Strategi SI/TI PPATK 2010-2014 b. Evaluasi Implementasi Pengembangan Aplikasi yang seharusnya dilakukan oleh KPTI pada akhir tahun namun dikarenakan adanya reorganisasi PPATK maka proses evaluasi dilakukan oleh unit kerja yang membidangi pengembangan aplikasi sistem di lingkungan PPATK.

untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah pembuatan cetak biru sistem informasi telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 149.445.000,-. Dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 29.470.000,- atau 19,72%. Dengan melihat tingkat capaian output maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran untuk pencapaian target tersebut telah dilaksanakan secara efisien.

Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codingan-an (STR, CTR, CBCC)

Pada Tahun 2011 Sasaran Meningkatnya partisipasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme terkait dengan bidang Teknologi Informasi salah satunya ditandai dengan adanya Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codingan-an. Sesuai rencana kinerja pada tahun 2011, PPATK merencanakan jumlah pengembangan aplikasi sebanyak 9(sembilan) aplikasi. Dari rencana tersebut, 3 aplikasi telah selesai sedangkan 6 aplikasi masih dalam proses pengembangan atau dengan kata lain secara keseluruhan realisasi sebesar 61% dari target.
Indikator Kinerja Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan pengcodingan-an. Target 2011 6 Aplikasi Realisasi 2011 6 Aplikasi Capaian (%) 100%

Adapun rincian aplikasi yang telah dikembangkan dan disempurnakan oleh PPATK selama tahun 2011 adalah sebagai berikut:

66

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tabel 27 Aplikasi yang Dikembangkan PPATK Tahun 2011

No. 1 2

Aplikasi SIKA Dit. Keuangan Website PPATK

Tingkat Penyelesaian 100% 100%

Keterangan Aplikasi ini merupakan aplikasi yang bertujuan untuk membantu pengelolaan keuangan PPATK Aplikasi ini merupakan sarana yang digunakan oleh PPATK untuk menyampaikan informasi terkait tugas, fungsi dan kewenangan PPATK serta akuntabilitas PPATK

Direktorat Daya Manusia

Sumber

95%

Aplikasi ini merupakan aplikasi yang bertujuan untuk membantu pengelolaan administrasi kepegawaian di lingkungan PPATK

Manajemen Perjalanan Dinas (SIMPADI)

80%

Aplikasi ini merupakan aplikasi yang bertujuan untuk membantu pengelolaan administrasi yang berhubungan dengan perjalanan dinas pegawai PPATK

Back Office Direktorat Audit Internal

45%

Merupakan aplikasi yang dikembang untuk membantu Auditor Internal dalam pelaksanaan tugas pengawasan internal di lingkungan PPATK

Back Office Direktorat Pengawasan Kepatuhan

65%

Merupakan aplikasi yang bertujuan untuk membantu pengelolaan pengawasan kepatuhan yang dilakukan oleh PPATK terhadap pihak pelapor

GRIPS CBCC)

(STR,

CTR,

35%

Aplikasi ini merupakan aplikasi yang bertujuan untuk membantu pihak pelapor dalam penyampaian informasi kepada PPATK pelapor dan bertujuan membantu PPATK dalam hal menganalisis laporan yang diterima dari pihak

Layanan Bantuan

25%

Aplikasi ini dikembangkan oleh PPATK

yang

berfungsi sebagai tools bagi PJK untuk menyampaikan pertanyaan terkait pelaporan maupun hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang. 9 Aplikasi Database Eksplorasi 10% Aplikasi ini dikembangkan oleh PPATK yang berfungsi sebagai tools bagi PPATK untuk melakukan analisis secara visual dalam penelusuran terhadap informasi transaksi yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang

67

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Kendala yang dihadapi ketika melakukan pengembangan aplikasi pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. b. Kurangnya peminat pihak penyedia jasa atas spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh PPATK. Pengembangan aplikasi yang dilakukan secara mandiri oleh tenaga IT PPATK mengalami kendala dalam hal pemilihan teknologi dan luasnya cakupan pemrograman aplikasi

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk mengatasi kendala tersebut, PPATK telah melakukan langkah-langkah nyata sebagai bentuk solusinya antara lain : a. Terkait dengan pengembangan aplikasi melalui pihak ketiga, PPATK akan menyelenggarakan seleksi pengadaan barang/jasa melalui media eprocuirment dan media cetak serta melakukan evaluasi spesifikasi teknis dalam penetapan kemampuan pihak ketiga b. Terkait dengan pengembangan aplikasi yang dilakukan secara mandiri, PPATK akan menyelenggarakan training baik secara formal maupun inhouse untuk memperdalam kemampuan tenaga IT PPATK guna menguasai bahasa pemrograman java sehingga diharapkan kedepan seluruh aplikasi di PPATK dapat dikelola dan dikembangkan sendiri secara cepat, efisien dan efektif serta saling terintegrasi.

untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah spesifikasi kebutuhan aplikasi (bussines process) yang dilakukan peng-codingan-an, dialokasikan anggaran sebesar Rp. 1.942.392.000. Dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 283.810.430 atau 14,61%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 61% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

68

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara.

Pada Tahun 2011 Sasaran Meningkatnya partisispasi pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme terkait dengan bidang Teknologi Informasi juga ditandai dengan adanya Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang telah dipelihara. Sesuai rencana kinerja pada tahun 2011, PPATK merencanakan pemeliharaan aplikasi dan database selama 12 bulan sebanyak 5(lima) aplikasi dan 3(tiga) database. Dari rencana tersebut selama 12 bulan PPATK telah melakukan pemeliharaan aplikasi dan database sebanyak 5(lima) aplikasi dan 3(tiga) aplikasi atau 100% terealisasi sesuai target.
Indikator Kinerja Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. Target 2011 2 Aplikasi Realisasi 2011 5 Aplikasi Capaian (%) 250%

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Pemeliharaan Aplikasi dan Lisensi Aplikasi b. Pemeliharaan Database c. Migrasi Database

Pada tahun 2011 PPATK melakukan pemeliharaan aplikasi melalui perpanjangan beberapa lisensi aplikasi dengan pengadaan barang/jasa dan penyempurnaan atau update aplikasi yang dikembangkan oleh PPATK.

Terkait dengan pemeliharaan aplikasi, PPATK pada tahun 2011 juga melakukan pemeliharaan terhadap database yang berkaitan dengan aplikasi di PPATK melalui proses data cleansing (pembersihan data) untuk data-data yang belum akurat.

Pada tahun 2011 PPATK dalam pemeliharaan aplikasi telah melakukan migrasi database untuk disesuaikan dengan aplikasi yang ada, sehingga pemanfaatan terhadap database tersebut lebih maksimal. KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Kendala yang dihadapi ketika melakukan Pemeliharaan aplikasi pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

69

a. Pemeliharaan aplikasi yang berhubungan dengan database terkendala dengan adanya data duplikasi, data kosong dan tidak sesuai yang diterima oleh PPATK dari pihak pelapor b. Pada proses migrasi database dalam rangka pemeliharaan aplikasi mengalami kendala berupa perbedaan struktur tabel dan database yang ada serta belum akuratnya data yang dikirimkan oleh pihak pelapor kepada PPATK PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk mengatasi kendala tersebut, PPATK telah melakukan langkah-langkah nyata sebagai bentuk solusinya antara lain : a. Terkait pemeliharaan aplikasi yang berhubungan dengan database yang terindikasi duplikasi dan data kosong, PPATK telah melakukan proses data cleansing secara periodik selama tahun 2011. b. Pada tahun 2011 dalam proses migrasi database, PPATK telah melakukan penyesuaian struktur tabel dan database pada aplikasi yang digunakan serta melakukan perbaikan dalam aplikasi agar pihak pelapor mengirimkan data lebih akurat. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksnakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa Jumlah piranti lunak (software) aplikasi yang dipelihara. dialokasikan anggaran sebesar Rp. 3.908.163.000, dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 1.530.699.854 atau 39,16%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 100% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas

Di tahun 2011, pencapaian sasaran terpenuhinya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis PPATK yang berkualitas ditandai dengan adanya pengelolaan kinerja pegawai yang handal, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis meritokrasi, pengelolaan Keuangan yang akuntabel, pelayanan ketatalaksanaan, kerumahtanggaan, dan kehumasan yang memuaskan, serta adanya pengawasan intern yang memadai di lingkungan PPATK. Adapun Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut, beserta target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

70

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tabel 28 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 2

No
1. 2. 3.

Indikator Kinerja
Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK. Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai. Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kommetensi Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Persentase tingkat kualitas Laporan Keuangan PPATK sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat Jumlah layanan ketatausahaan, kehumasan dan kerumahtanggaan. Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan. Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK.

Target 2011
2 Laporan 30 Dokumen 40%

Realisasi 2011
0 Laporan 10 Dokumen 30%

Capaian (%)
30% 33,33% 75%

4.

23 Dokumen

22 Dokumen

90%

5.

100%

100%

100%

6.

100%

100%

100%

7.

100%

100%

100%

8.

12 Bulan

12 Bulan

100%

9.

100 % memuaskan 1 Laporan 1 Laporan

60 % memuaskan 1 Laporan 1 Laporan

60%

10. 11.

100% 100%

Dari tabel tersebut, menunjukan bahwa selama tahun 2011, manajemen internal PPATK telah berusaha mewujudkan sasaran indicator kinerjanya dalam memberikan

71

dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya sesuai target yang telah ditetapkan. Adapun penjelasan untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas berupa 2 (dua) laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK dan telah tercapai sebanyak 1 (satu) laporan konsep penilaian kinerja PPATK sedangkan 1 (satu) laporan lainnya masih berupa konsep peraturan Kepala PPATK tentang Penilaian Kinerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa realisasi pelaksanaan penilaian kinerja hanya dapat dilaksanakan sebesar 30%.
Indikator Kinerja
Jumlah laporan hasil penilaian kinerja pegawai PPATK.

Target 2011
2 Laporan

Realisasi 2011
0 Laporan

Capaian (%)
30%

Sistem penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen PPATK maupun bagi pegawai PPATK. Manfaat bagi pegawai antara lain penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Sedangkan bagi organisasi PPATK, hasil penilaian tersebut sangat penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dalam proses manajemen sumber daya manusia yang efektif. Adapun dalam mendukung keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud selama tahun 2011 telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Konsep Penilaian Kinerja kepada seluruh pegawai di lingkungan PPATK. KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Meskipun konsep penilaian kinerja telah disusun oleh PPATK, namun target kinerja tahun 2011 belum dapat tercapai dikarenakan terdapat permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama tahun 2011. Kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut : a. Belum ditetapkannya struktur organisasi dan tata kerja PPATK yang baru berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;
72

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

b. Belum disusunnya ketentuan mengenai Manajemen SDM yang terkait dengan struktur organisasi baru berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut : a. Mengusulkan Rancangan Peraturan Presiden tentang struktur organisasi PPATK yang baru berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010 kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; b. Mengupayakan penetapan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen SDM PPATK sesuai dengan struktur organisasi berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah laporan hasil penilaian kinerja, PPATK telah mengalokasikan anggaran pada tahun 2011 untuk kegiatan pengelolaan data penilaian kinerja sebesar Rp. 201.560.000. Dari alokasi anggaran tersebut selama tahun 2011 belum seluruh anggaran dimaksud terealisasi.
Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas berupa 30 dokumen kontrak kinerja pegawai. Selama kurun waktu sejak Januari s.d Desember 2011 kontrak kinerja yang telah terealisasi adalah sebanyak 10 dokumen atau sebesar 33, 33%.
Indikator Kinerja
Jumlah dokumen kontrak kinerja pegawai.

Target 2011
30 Dokumen

Realisasi 2011
10 Dokumen

Capaian (%)
33,33%

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Target dokumen kontrak kinerja tahun 2011 belum tercapai disebabkan oleh belum tersusunnya uraian jabatan yang jelas untuk setiap jabatan, sebagai dampak dari belum ditetapkannya struktur organisasi dan tata kerja PPATK berdasarkan UU No. 8 Tahun 2010.

73

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, hal-hal yang telah dilakukan oleh PPATK adalah : a. Menyusun konsep struktur organisasi berdasarkan UU No. 8 Tahun 2011 dan mengusulkan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk ditindaklanjuti; b. Melakukan analisis beban kerja dan analisis jabatan yang digunakan untuk menyusun uraian jabatan. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah laporan hasil penilaian kinerja PPATK telah mengalokasikan anggaran untuk tahun 2011 untuk kegiatan tersebut bersama dengan pengelolaan data penilaian kinerja sebesar Rp. 201.560.000. Dari alokasi anggaran tersebut selama tahun 2011 belum seluruh anggaran dimaksud terealisasi.

Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target sistem pendidikan dan pelatihan berbasis merit dan kompetensi sebesar 40 %. Selama kurun waktu sejak Januari s.d Desember 2011, realisasi kegiatan tersebut sebesar 30 %. Secara umum dapat dilkatakan bahwa capaian realisasi sebesar 75% dari target.
Indikator Kinerja
Persentase tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kommetensi

Target 2011
40 %

Realisasi 2011
30 %

Capaian (%)
75%

Sistem pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis merit dan kompetensi dibutuhkan sebagai panduan pelaksanaan diklat agar sesuai dengan kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai. Kompetensi yang dimiliki oleh pegawai adalah faktor yang amat penting bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit kerja. Untuk mencapai target dimaksud PPATK telah melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menetapkan Peraturan Kepala PPATK tentang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai PPATK. b. Menyusun rencana kegiatan diklat berdasarkan usulan kebutuhan diklat dari setiap unit kerja di lingkungan PPATK.
74

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

c. Membuat komitmen pelaksanaan diklat agar dapat berjalan sesuai dengan rencana. KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Target penyusunan sistem diklat berbasis merit dan kompetensi belum sepenuhnya tercapai karena terdapat kendala-kendala sebagai berikut: a. Pelaksanaan analisis kebutuhan diklat secara rinci berdasarkan standar kompetensi masih dalam proses; b. Standar kompetensi untuk masing-masing jabatan yang telah disusun masih perlu disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru; c. Kurikulum pelaksanaan diklat untuk masing-masing kompetensi jabatan masih dalam penyempurnaan. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, hal-hal yang telah dilakukan oleh PPATK adalah telah dilaksanakannya analisis beban kerja sebagai dasar pembuatan standar kompetensi jabatan. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa persentase tersedianya sistem pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis merit dan kompetensi, PPATK telah mengalokasikan anggaran untuk tahun 2011 untuk kegiatan tersebut bersama dengan kegiatan pengembangan pegawai sebesar Rp. Rp7.795.303.000

Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel.

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas berupa 23 dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel. Pencapaian atas target tersebut pada tahun 2011 mencapai 22 dokumen atau 90%.
No
1.

Indikator Kinerja
Jumlah dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan keuangan PPATK yang akuntabel.

Target 2011
23 Dokumen

Realisasi 2011
22 Dokumen

Capaian (%)
90%

75

Dokumen-dokumen tersebut terdiri dari : a. Dokumen perencanaan sebanyak 4 dokumen, yang terdiri dari dokumen Trilateral Meeting, Rencana Kerja 2012, RKA-K/L 2012, dan DIPA PPATK 2012. b. Laporan Pertanggungjawaban anggaran sebanyak 18 dokumen, yang terdiri dari : Laporan rekonsiliasi bulanan (12 dokumen), Laporan Keuangan (2 dokumen), dan Laporan Konsolidasi Program dan Kegiatan (4 dokumen). c. Laporan Auditan BPK dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan PPATK Tahun 2010. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Penyusunan dokumen perencanaan PPATK Tahun 2012 Dokumen perencanaan PPATK meliputi Dokumen Trilateral Meeting, Dokumen Renja, Dokumen RKA-K/L, dan Dokumen DIPA PPATK. Penyusunan dokumen perencanaan PPATK 2012 dilaksanakan dengan memperhatikan rumusan rencana kegiatan, output, dan prakiraan maju dari seluruh unit eselon II di lingkungan PPATK, yang berpedoman pada dokumen trilateral meeting serta indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra PPATK. b. Layanan Pelaksanaan Anggaran PPATK Layanan Pelaksanaan Anggaran meliputi pembayaran gaji dan tunjangan pegawai dimana dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada peraturan perundangundangan baik eksternal maupun internal, sehingga dapat berjalan dengan lancar,efektif, efisien, dan akuntabel. c. Penyusunan Laporan Konsolidasi Program dan Kegiatan Laporan konsolidasi program dan kegiatan mencakup progress capaian output dan realisasi anggaran beserta permasalahan dalam mencapai target output yang telah ditetapkan. Laporan tersebut disusun per-triwulan dan disampaikan paling lambat 14 hari kerja setelah triwulan berakhir kepada Menteri PPN / Kepala Bappenas sebagai bahan monitoring dan evaluasi. d. Penyusunan Laporan Rekonsiliasi Bulanan PPATK Penyusunan Laporan Rekonsiliasi Bulanan dimaksudkan untuk mensinkronkan laporan SIMAK-BMN dan Persediaan dari Direktorat Umum dengan SAKPA Direktorat Keuangan. Laporan ini kemudian disampaikan ke KPPN paling lambat 7 hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir.

76

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

e. Penyusunan Laporan Keuangan PPATK PPATK menyusun Laporan Keuangan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-65/PB/2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan PPATK disusun sebanyak 2 kali dalam satu tahun, yaitu Laporan Keuangan Semesteran dan Laporan Keuangan Tahunan PPATK. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran di atas selama tahun 2011, antara lain : a. Dokumen revisi atas Rencana Strategis PPATK 2010-2014 belum dapat dilaksanakan mengingat peraturan yang menjadi dasar revisi Renstra yaitu Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PPATK sebagaimana amanat Pasal 60 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala PPATK tentang Organisasi dan Tata Kerja PPATK belum disahkan. b. Realisasi belanja pegawai yang masih kecil disebabkan proses alih status PNS yang dipekerjakan pada PPATK menjadi pegawai tetap PPATK masih dalam proses penyelesaian. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain a. Meningkatkan koordinasi antara PPATK dengan instansi terkait sehingga Peraturan Presiden tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PPATK dapat disahkan. b. Meningkatkan koordinasi baik internal maupun eksternal agar proses alih status pegawai PPATK dapat berjalan dengan lancar. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran, dialokasikan anggaran sebesar Rp.28.049.235.000,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 17.311.199.986,atau 61,72%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 90% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien. Penyusunan anggaran PPATK dilakukan dengan mengikuti petunjuk penyusunan anggaran yang dikeluarkan oleh Kementerian PPN / Kepala Bappenas dan Kementerian Keuangan yang mengikuti perubahan struktur dan format belanja.

77

Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

Selama tahun 2011, PPATK telah menyelesaikan seluruh dokumen perencanaan, pelaksanaan dan sistem akuntansi pelaporan keuangan sebanyak 22 dokumen, yang terdiri dari dokumen perencanaan sebanyak 4 dokumen dan dokumen pertanggungjawaban anggaran sebanyak 18 dokumen. Seluruh dokumen perencanaan dapat diselesaikan secara tepat waktu, sedangkan dari 18 dokumen pertanggungjawaban anggaran yang dapat diselesaikan, terdapat 3 dokumen yang diselesaikan melewati batas waktu yang ditentukan, yaitu Laporan Rekonsiliasi Bulanan. Oleh karena itu, pencapaian persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian seluruh dokumen ini mencapai 81% dari target awal sasaran sebesar 100%.
Indikator Kinerja
Persentase kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan, pelaksanaan, sistem akuntansi dan pelaporan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

Target 2011
100%

Realisasi 2011
100%

Capaian (%)
100%

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Penyusunan /perumusan/penyempurnaan di bidang pengelolaan keuangan; Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pedoman bagi seluruh unit dilingkungan PPATK dalam rangka implementasi pelaksanaan anggaran yang efektif, efisien, transparan, taat aturan, dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma pengelolaan keuangan negara yang akuntabel. b. Sosialisasi di bidang keuangan, antara lain : sosialisasi perencanaan dan penganggaran, sosialisasi pajak, dan sosialisasi pelaksanaan anggaran; Tujuan diadakannya sosialisasi adalah untuk memberikan pemahaman kepada seluruh unit eselon II baik dalam menyusun perencanaan maupun terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan anggaran kepada seluruh pegawai dilingkungan PPATK. Diharapkan dengan terlaksananya kegiatan sosialisasi secara rutin, seluruh kegiatan perencanaan, penganggaran sampai dengan pelaksanaan anggaran PPATK dapat
78

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

dilaksanakan dengan baik berdasarkan prinsip efektif, efisien, transparan, taat aturan, dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma pengelolaan keuangan negara yang akuntabel. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Adapun permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian target sasaran dimaksud berupa masih terdapatnya keterlambatan penyampaian dokumen pelaksanaan anggaran (berita acara rekonsiliasi bulanan). Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan sistem akuntansi instansi dan aplikasi pada awal tahun anggaran. PENYELESAIAN ATAS KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalahan tersebut, PPATK telah melakukan tindakantindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi yang berkenaan. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran dialokasikan anggaran sebesar Rp.466.037.000,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp.330.846.950,- atau 71%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 81% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien. Persentase tingkat kualitas laporan keuangan PPATK sesuai standar Akuntansi Pemerintahan.

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas sebesar 100%. Realisasi dari target tersebut tahun 2011 sebesar 100%. Pencapaian target tersebut menggunakan parameter hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan PPATK, yang mana pada tahun-tahun sebelumnya opini hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan PPATK selalu Wajar Tanpa Pengecualian.
Indikator Kinerja
Persentase tingkat kualitas Laporan Keuangan PPATK sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan

Target 2011
100%

Realisasi 2011
100%

Capaian (%)
100%

79

Keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh PPATK selama ini yakni berupa penyelenggaraan kegiatan pelatihan/diklat/training, yang diselenggarakan baik secara inhouse training maupun oleh pihak regulator, tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Tata Cara Penyusunan Laporan Keuangan yang berkualitas. Secara relatif tidak terdapat hambatan yang berarti dalam mencapai persentasi tingkat Laporan Keuangan PPATK yang sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan. Dan untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran ini relative tidak membutuhkan anggaran.

Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat.

Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas sebesar 100%. Pencapaian atas target tersebut pada tahun 2011 mencapai 100%.
Indikator Kinerja
Persentase kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing direktorat

Target 2011
100%

Realisasi 2011
100%

Capaian (%)
100%

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Meningkatkan kompetensi pegawai di bidang perencanaan dengan cara mengikuti Seminar/Sosialisasi/Pelatihan di bidang perencanaan dan penganggaran yang diselenggarakan oleh pihak regulator. b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan dokumen perencanaan, sehingga dokumen yang dihasilkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Secara relatif tidak terdapat hambatan yang berarti dalam mencapai persentasi tingkat kesesuaian perencanaan kebijakan, program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen Renja dengan Tupoksi masing-masing Direktorat. Dan untuk

80

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran ini tidak membutuhkan anggaran.

Pada tahun 2011, konsetrasi kebijakan pengawasan intern di PPATK ditekankan pada Pada tahun 2011, PPATK merencanakan target dari sasaran di atas berupa pemberian layanan internal PPATK selama 12 bulan. Realisasi layanan internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 berupa layanan rutin yang dilaksanakan tiap bulan dibidang ketatusahaan dan kerumahtanggaan, yaitu : a. Layanan Kerumahtanggaan, antara lain meliputi: 1) 2) Layanan kesehatan umum dan gigi bagi pegawai PPATK dan keluarganya Layanan operasional perkantoran dan pimpinan, antara lain : a) Penyediaan alat tulis kantor b) Sewa mesin fotocopy c) Langganan listrik d) Langganan air e) Langganan telepon f) Langganan internet g) Langganan TV kabel h) Memfasilitasi penyelenggaraan rapat internal maupun eksternal/jamuan tamu/diskusi seminar/workshop PPATK i) Pemeliharaan gedung kantor j) Pemeliharaan peralatan dan mesin b. Layanan Ketatusahaan, antara lain meliputi : 1) 2) 3) Pengelolaan persuratan; Penyelenggaraan perpustakaan; Pengelolaan arsip;

Jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

81

4)

Penyusunan laporan semesteran dan tahunan PPTK

Selain melaksanakan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan, PPATK juga melaksanakan kegiatan di bidang layanan perlengkapan dan kehumasan. Berikut ini layanan kegiatan di bidang perlengkapan dan kehumasan. a. Layanan Perlengkapan, antara lain meliputi : 1) 2) 3) 4) Penyusunan pedoman administrasi pengelolaan BMN Inventarisasi kekayaan negara / barang milik Negara Perencanaan dan Standarisasi Pemaketan Evaluasi dan Sosialisasi Pelaporan Pengadaan Barang dan Jasa

b. Layanan Kehumasan, antara lain meliputi : 1) 2) 3) 4) Media Visit yang dilaksanakan pada Koran Fajar Bali, Bali TV, Harian Umum Waspada (Medan), Radio Trijaya (Medan), Yogya TV dll Kegiatan Keanggotaan PPATK pada BAKOHUMAS Seminar / Pelatihan / Diskusi AML bagi Anggota Bakohumas Pameran / Visualisasi / Publikasi dan Promosi

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Dalam memberikan layanan rutin di bidang ketatusahaan dan kerumahtanggaan, terdapat kendala-kendala sebagai berikut : a. Perencanaan kebutuhan kerumahtanggaan disusun sebelum terbitnya DIPA tahun berkenaan. Pada pelaksanaan DIPA tahun berjalan terdapat kebutuhan kebutuhan yang tidak terencana namun sangat diperlukan, sehingga layanan kerumahtanggaan belum dapat dilaksanakan secara optimal. b. Penyelenggaraan layanan kerumahtanggan dan ketatausahaan tergantung pada unit kerja lain yang memerlukan layanan tersebut. Terkadang penyampaian usulan keperluan layanan dari unit lain seringkali mengalami keterlambatan/secara mendadak, sehingga mengakibatkan tidak cukupnya waktu untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut :

82

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

a. Melakukan koordinasi dengan unit kerja di lingkungan PPATK agar tercipta akurasi penyusunan perencanaan kebutuhan kerumahtanggaan yang berorientasi pada kebutuhan; b. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi kepada unit kerja dilingkungan PPATK dengan adanya pertemuan secara berkala. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan dialokasikan anggaran sebesar Rp. 17.419.859.000,-. Dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 7.534.306.791,- atau 43,27%. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 100%, maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Persentase tingkat kepuasan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

Berkaitan dengan pelaksanaan layanan ketatausahaan dan kerumahtanggan, pada tahun 2011 PPATK telah melaksanakan survey atas tingkat kepuasaan layanan tersebut dengan menyebarkan kuesioner kepada responden pegawai PPATK. Jumlah kuesioner yang disebar adalah sebanyak 24 sampel, responden adalah sekretaris kepala / wakil kepala serta penatausaha masing masing direktorat serta beberapa responden yang terkait dengan layanan yang diberikan. Hasil dari kuesioner tersebut diharapkan menjadi feed back atau masukan bagi peningkatan layanan tersebut. Dari pengolahan data kuesioner yang masuk diperoleh gambaran sebagai berikut :
No Jenis Layanan Responden menyatakan layanan sesuai dengan harapan Sts Ts Ks S Ss 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 3 4 3 2 0 9 4 2 4 5 15 8 6 6 5 25 18 18 14 16 66 11 12 15 19 57 2 4 0 3 9 1 2 1 0 4 Jumlah 24 24 24 24 96 24 23 24 24 95

a Layanan Kerumahtanggaan - Layanan kesehatan umum dan gigi - Layanan operasional perkantoran dan Pimpinan - Pemeliharaan gedung kantor - Pemeliharaan peralatan dan mesin Total b Layanan Ketatausahaan - Pengelolaan persuratan - Penyelenggaraan perpustakaan - Pengelolaan arsip - Penyusunan laporan semesteran dan tahunan PPATK Total

Keterangan : Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral/biasa saja Setuju Sangat setuju

------

(Sts) (Ts) (Kurang setuju) (S) (Ss)

83

Terhadap layanan kerumahtanggaan responden yang menyatkakan bahwa layanan yang diberikan telah sesuai dengan harapan mendapatkan jumlah 66 atau mencapai tingkat kepuasan 68,7 %, sedangkan layanan ketatausahaan, responden yang menyatakan layanan telah sesuai dengan harapan mencapai mendapatkan jumlah 57 atau mencapai tingkat kepuasan 60 %. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kepuasan atas layanan ketatausahaan dan layanan kerumahtanggaan adalah cukup baik. Namun demikian di masa mendatang layanan ini akan senantiasa ditingkatkan terus menerus agar menjadi lebih baik.

Jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan.

Pada tahun 2011, konsentrasi kebijakan pengawasan intern di PPATK ditekankan pada pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) khususnya pada pengelolaan keuangan negara yang ada di lingkungan PPATK. Dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang akuntabel, Direktorat Audit Internal, sebagai unit kerja yang bertanggungjawab dalam pengawasan intern di lingkungan PPATK, telah menetapkan rencana reviu atas Laporan Keuangan PPATK minimal 1 kali reviu. Namun demikian berdasarkan hasil pengukuran dan pemantauan atas pelaksanaan reviu, ternyata pelaksanaan reviu telah dilaksanakan 2 kali dalam tahun 2011. Reviu tersebut dilakukan pada laporan keuangan PPATK semester I dan Tahunan tahun 2011. Hasil reviu yang dilakukan oleh Direktorat Audit Internal menunjukan bahwa Laporan keuangan PPATK tahun 2011 yang disusun telah memenuhi standar akuntansi pemerintahan dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum lainnya. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Perencanaan dan penyusunan pedoman kerja reviu b. Pendampingan Reviu Laporan Keuangan c. Pendidikan dan Pelatihan Reviu Laporan Keuangan d. Koordinasi pelaksanaan bersama direktorat terkait KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Target kinerja tahun 2011 telah tercapai namundemikian terdapat kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan selama tahun 2011 yaitu terdapatnya keterbatasan waktu antara selesainya Laporan Keuangan dengan penerbitan pernyataan telah direviu.
84

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk menghadapi kendala tersebut, PPATK telah melakukan tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah yaitu dengan melaksanakan kegiatian reviu laporan keuangan secara interim pada bulan Juli 2011.
Jumlah laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) PPATK

Tahun 2011 merupakan tahun pertama UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantsa TPPU mulai di berlakukan di wilayah hukum indonesia. Konsekuensi dari diberlakukannnya UU tersebut adalah adanya perubahan peran yang cukup signifikan bagi PPATK. Oleh karena peran yang diberikan kepada PPATK bertambah maka tuntutan pertanggunjawaban atas pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan yang dimiliki oleh PPATK juga harus makin transparan dan akuntabel. Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut dalam pasal 47 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang PP TPPU, telah menetapkan bahwa PPATK diminta untuk melaksanakan akuntabilitasnya secara konsisten. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan amanah peraturan perundang-perundangan tersebut, PPATK menyelennggarakan sisitem akuntabilitas kinerjanya secara memadai. Sistem akuntabilitas kinerja PPATK dimulai dari perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja. Khusus untuk pelaporan kinerja, masing-masing unit kerja di lingkungan PPATK diwajibkan menyampaian laporan pencapaian kinerjanya kepada pimpinan PPATK secara berkala yaitu triwulanan. Hasil pencapaian kinerja selama setahun kemudian dikompilasi untuk dijadikan bahan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi (LAKIP) PPATK. Pada tahun 2011, rencana penyusunanan LAKIP ditargetkan sejumlah 1 (satu) laporan dan dengan disampaikannya 1 (satu) dokumen LAKIP ini maka target penyusunan LAKIP tahun 2011 telah tercapai 100% oleh PPATK. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud antara lain : a. Melaksanakan pengumpulan data secara berkala yaitu triwulanan b. Pendampingan penyusunan LAKIP c. Pendidikan dan Pelatihan Sistem AKIP d. Koordinasi penyusunan LAKIP

85

KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Target kinerja tahun 2011 telah tercapai, namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan selama tahun 2011. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut: a. Belum tersedianya sistem pengumpulan data kinerja yang memadai. b. Indikator kinerja tujuan dan sasaran belum seluruhnya memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik, yaitu indikator tujuan dan sasaran yang memenuhi kriteria SMART. PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DI HADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan masalah, antara lain sebagai berikut : a. Membangun sistem pengumpulan data kinerja yang memadai dan sistematis. b. Menyempurnakan indikator kinerja utama untuk masing-masing level unit organisasi dengan memperhatikan kriteria-kriteria indikator kinerja yang baik, yaitu spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dapat dikuantifikasi dan diukur serta mampu menggambarkan hal yang diukur. Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksnakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa jumlah laporan reviu terhadap laporan keuangan, dialokasikan anggaran sebesar Rp 750.392.000,- dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp 436.426.844,- atau 58,16 %. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 200% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK.

Di tahun 2011, pencapaian sasaran tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK ditandai dengan adanya tersedianya gedung DRC dan Arsip PPATK. Kehadiran gedung tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi PPATK secara efektif dan efisien. Adapun Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut, beserta target dan realisasinya adalah sebagai berikut:

86

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

Tabel 29 Capaian Kinerja Indikator Utama Sasaran 3

Indikator Kinerja

Target 2011

Realisasi 2011

Capaian (%)

Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

99%

100%

100%

100%

30%

30%

Dari table tersebut, menunjukan bahwa selama tahun 2011, manajemen internal PPATK telah berusaha mewujudkan sasaran indicator kinerjanya dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PPATK sesuai target yang telah ditetapkan. Adapun penjelasan untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya.

Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan analisis datadata transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi dan kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering disebut dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).
Indikator Kinerja Target 2011 Realisasi 2011 Capaian (%)

Persentase terselenggaranya pembangunan gedung DRC dan Arsip (gedung 2.200 M2 dan tanah 6.000 m2 ) dan kelengkapannya.

99%

100%

100%

87

PPATK telah melaksanakan pengadaan lahan untuk DRC dan gudang arsip seluas +2.000 m2. Lahan yang digunakan oleh PPATK untuk DRC dan gudang arsip tersebut diperoleh dari tanah eks-BPPN yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Tanah gedung DRC dan Arsip PPATK diperoleh dari Menteri Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : KMK-69/KM.6/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang Penetapan Status Penggunaan Aset Properti EksBPPN Berupa Tanah yang terletak di Jawa Barat kepada PPATK seluas 5.648 m2. Berdasarkan keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan Serah Terima dokumen antara Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan Kepala PPATK pada tanggal 26 Mei 2010. Berkenaan dengan telah selesainya pembangunan Gedung DRC dan Arsip PPATK pada akhir tahun 2010, maka dilakukan juga pengadaan kelengkapan gedung DRC dan Arsip yang dilaksanakan pada tahun 2011. Pengadaan tersebut merupakan sebagian dari pengadaan menyeluruh yang dilakukan secara bertahap sehingga pada akhirnya peralatan pendukung dapat terpenuhi dalam rangka pemanfaatan gedung secara optimal. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2011 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian target sasaran dimaksud yaitu pengadaan meubelair, berupa sofa, meja kerja, kursi kerja, meja resepsionis. Namun, kegiatan ini masih akan berkesinambungan hingga tahun 2013, karena pengadaan kelengkapan gedung DRC dan Arsip PPATK untuk tahun 2011 belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan sevara keseluruhan.

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Target kinerja tahun 2011 belum tercapai dikarenakan ada permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan selama tahun 2011. Kendala yang dihadapi adalah jauhnya lokasi gedung DRC dan Arsip PPATK dari kantor pusat, sehingga para penyedia barang/jasa mengalami kesulitan dalam melakukan pengiriman barang. Hal ini tercermin dari besarnya harga penawaran barang/jasa yang ditawarkan oleh penyedia barang/jasa.

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah yaitu : a. Mencoba melakukan negosiasi harga kepada penyedia barang/jasa atas kebutuhan kelengkapan gedung DRC dan Arsip;

88

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

b. Mencari alternative penyedia barang/jasa yang berdomisili di sekitar wilayah gedung DRC dan Arsip. untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa kelengkapan gedung DRC dan Arsip PPATK dialokasikan anggaran sebesar Rp. 814.720.000,-. Dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 624.457.700,- atau. 76,64 %. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 70% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

Pada tahun 2011, PPATK telah melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana perkantoran dalam rangka mendukung kinerja PPATK.
Indikator Kinerja Target 2011 Realisasi 2011 Capaian (%)

Persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan.

100%

30%

30%

Capaian realisasi ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran mencapai 70%, terdiri dari : a. b. c. Sarana layanan internet dan backup internet serta layanan internet keamanan tinggi sebagai penunjang kegiatan pegawai PPATK; Pengadaan filling cabinet, lemari cabinet, almari arsip, meja kerja, kursi rapat, kursi kerja. Pengadaan peralatan rumah tangga dan mekanikal elektrikal, yaitu pompa sampit, mesin faximili, vacum cleaner, printer, LCD Projector, dll.

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI Secara umum persentase ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan telah sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian terdapat permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pencapain target sasaran dan pelaksanaan kegiatan

89

selama tahun 2011, yaitu adanya kebutuhan prasarana yang belum dialokasikan pada anggaran tahun 2011 sehingga tidak dapat terpenuhinya kebutuhan tersebut.

PENYELESAIAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI untuk memecahkan permasalah tersebut, PPATK telah melakukan tindakan-tindakan sebagai bentuk pemecahan/penyelesaian masalah, yaitu melaksanaan perencanaan kebutuhan kerumahtanggan dengan lebih cermat, dengan meminta masukan kebutuhan kerumahtanggan kepada unit kerja lain.

Untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian target sasaran berupa ketersediaan sarana dan prasarana perkantoran terhadap kebutuhan dialokasikan anggaran sebesar Rp. 7.500.000.000,-. Dari alokasi anggaran tersebut yang terealisasi/terserap sebesar Rp. 2.329.678.065,- atau. 31,06 %. Dengan melihat tingkat capaian output sebesar 70% maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan anggaran telah dilaksanakan secara efisien.

90

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

C.

Realisasi Keuangan PPATK

Pada awal anggaran PPATK tahun 2011 adalah sebesar Rp97.900.000.000,sebagaiman tertuang dalam DIPA PPATK Nomor : 0001/078-01.1.01/00/2011 tanggal 20 Desember 2010. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE442/MK.02/2011 tentang Perubahan Anggaran dan Belanja Kementerian Negra/Lembaga dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan Tahun 2011, PPATK mendapatkan tambahan pagu anggaran sebesar Rp385.406.000,-. Sehingga pagu anggaran PPATK tahun 2011 sebesar Rp.98.285.406.000. Selama tahun 2011, realisasi belanja PPATK sebesar Rp48.017.333.116.- yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan tiga program, yaitu : 1) Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya PPATK 2) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur PPATK 3) Program pencegahan dan pemberantsan tindak pidanan pencucian uang. Perbandingan pagu dan realisai belanja untuk masing-masing program selama tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 29 Perbandingan PAGU, Realisasi dan Capaian Tahun 2011

Pagu No Uraian (Rp) 1 Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya PPATK Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur PPATK Program pencegahan dan pemberantsan tindak pidanan pencucian uang. 56.900.000.000

Realisasi (Rp) 29.420.726.326

Capaian (%) 51,71

7.500.000.000

2.329.678.065

31,06

33.885.406.000

16.266.928.725

48,01

Total

98.285.406.000

48.017.333.116

48,85

91

Rincian pagu dan realisasi anggaran berdasarkan unit kerja di lingkungan PPATK pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 30 PAGU dan Realisasi Anggaran berdasarkan Unit Kerja Tahun 2011

No

Uraian

Pagu (Rp)

Realisasi (Rp) 2,141,479,674 1,845,728,284

Capaian (%) 46.55 30.76

1 2

Direktorat Riset dan Analisis Direktorat Pengembangan Aplikasi Sistem Direktorat Pengawasan Kepatuhan Direktorat Operasi Sistem Direktorat Kerjasama Antar Lembaga Direktorat Hukum dan Regulasi Direktorat Umum Direktorat Sumber Daya Manusia Direktorat Keuangan Direktorat Audit Internal Total

4,600,000,000 6,000,000,000

1,885,406,000

1,282,753,130

68.04

4 5

8,000,000,000 6,700,000,000

3,954,167,632 3,561,795,882

49.43 53.16

6,700,000,000

3,481,004,123

51.96

7 8

24,919,859,000 10,214,477,000

9,863,984,856 3,807,945,755

39.58 37.28

9 10

28,515,272,000 750,392,000 98.285.406.000

17,642,046,936 436,426,844 48.017.333.116

61.87 58.16 48,85

D.

Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan PPATK

Dalam konteks pengelolaan keuangan negara di lingkungan PPATK, Kepala PPATK menjabat sebagai selaku Pengguna Anggaran dan Pengguna Barang. Keuangan negara yang dikelola oleh PPATK harus dikelola secara tertib, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Sebagai
92

L A K I P

P P A T K

2 0 1 1

bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara di lingkungan PPATK, Pengguna Anggaran PPATK telah menyusun laporan pertanggungjawaban APBN PPATK setiap tahunnya yang disusun dalam bentuk Laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan realisasi anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun oleh PPATK telah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, informasi yang diungkapkan telah cukup, seluruh peraturan yang berkenaan telah dipatuhi, dan penerapan sistem pengendalian internnya telah efektif, maka diperlukan pemeriksaan atas laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan atas laporan keuangan PPATK telah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indoneisa (BPK RI) secara berkala sejak tahun anggaran 2006, yaitu sejak PPATK diberi amanah untuk mengelola keuangan negara secara mandiri. Dalam setiap pemeriksaannya BPK selalu memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan PPATK. Berikut rincian opini BPK atas laporan keuangan PPATK sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 31 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan PPATK

No 1 2 3 4 5 6

Tahun Laporan Keuangan PPATK tahun 2006 Laporan Keuangan PPATK tahun 2007 Laporan Keuangan PPATK tahun 2008 Laporan Keuangan PPATK tahun 2009 Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 Laporan Keuangan PPATK tahun 2011

Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Masih dalam proses pemeriksaan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa opini yang diberikan oleh BPK terhadap kewajaran laporan keuangan PPATK selalu opini Wajar Tanpa Pengecualian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan negara di lingkungan PPATK telah dilasanakan secara tertib, ekonomis, efektif, dan transparan serta taat aturan.

93

BAB

Penutup
Dalam kerangka pelaksanaan fungsi PPATK sebagaimana tertuang dalam pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK mengemban amanah untuk melaksanakan fungsi utamanya yakni melakukan analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang disampaikan oleh pihak pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 17 ayat (1) UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Sesuai dengan tugas yang diemban tersebut, produk utama yang dihasilkan oleh PPATK berupa Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan yang diharapkan dapat dijadikan dasar bagai aparat penegak hukum dalam melakukan proses penegakan hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya dan ketentuan yang berlaku. Dari tahun ke tahun PPATK selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dari setiap hasil analisis yang dihasilkan dan diharapkan hasil analisis yang disampaikan kepada aparat penegak hukum mampu memberikan informasi yang relevan atas kemungkinan terjadinya tindak pidana asal atapun dilakukannya upaya penegakan hukum atas tindak pidana pencucian uang yang diduga dilakukan oleh pihak terlapor. Secara umum kinerja PPATK pada tahun 2011 dapat dinyatakan berhasil, hal ini tercermin dari pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa kegiatan pokok yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU antara lain kegiatan analisis Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan terhadap laporan transaksi keuangan mencurigakan yang berprioritas tinggi dan menghasilkan 442 hasil analisis, kegiatan audit kepatuhan kepada 90 Penyedia Jasa Keuangan, penandatangan MoU dengan 19 instansi yang terdiri dari 14 Instansi dalam negeri dan 5 dengan FIU negara lain, asistensi hukum di bidang TPPU terhadap Aparat Penegak Hukum, Regulator, Penyedia Jasa Keuangan, Profesi, masyarakat dan Pemberian keterangan ahli di bidang TPPU serta sosialisasi rezim anti pencucian uang di Indonesia kepada aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, dan new reporting parties. Dengan tercapainya target dari sasaran-sasaran tersebut diatas, pada tahun yang akan datang PPATK diyakini akan mampu meningkatkan kinerjanya dan mampu membantu meningkatkan efektivitas rezim anti pencucian uang dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, khususnya tindak pidana korupsi di Indonesia.
94

Anda mungkin juga menyukai