Anda di halaman 1dari 118

PDRB

Produk Domestik Regional Bruto


Menurut Lapangan Usaha
Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
Katalog BPS Nomor : 9205.3273
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA BANDUNG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KOTA BANDUNG
TAHUN 2008 - 2011
ISSN : 0854.9304
No. Publikasi : 3273.1201
Katalog BPS : 9205.3273
Jumlah halaman : 75 halaman
Ukuran buku : 18,2 cm x 25,7 cm
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
TimPenyusun
Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty
Ir. Ima Primasari
Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Pengolah data/
Penyiapan Draft : Ir. Ima Primasari
Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Jonrial Nasution
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
i
KATA PENGANTAR
Pembangunan ekonomi dilakukan semata-mata untuk
meningkatan kesejahteraan rakyat, demikian halnya pembangunan
ekonomi di Kota Bandung. Strategi pembangunan yang dilakukan
beberapa dekade terakhir ini tidak hanya memacu pertumbuhan
ekonomi, namun bagaimana pertumbuhan ekonomi yang tercipta
tersebut dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Publikasi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011 diharapkan dapat memberikan gambaran awal
tentang kondisi makro hasil pembangunan ekonomi di Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011.
Publikasi PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 ini memuat
gambaran mengenai laju pertumbuhan ekonomi, struktur
perekonomian, perkembangan ekonomi, dan pendapatan per kapita
masyarakat Kota Bandung dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2011.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini
bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan
yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan
dimasa yang akan datang.
Bandung, September 2012
BPS Kota Bandung
Kepala,
Ir. Hj. Sri Daty
NIP. 19591107 198503 2 002
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
ii
DAFTAR ISI
Uraian Hal
Kata Pengantar .......................... i
Daftar Isi .......................... ii
Bab I Pendahuluan........................ 1
1.1. Latar Belakang ........................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan............................ 3
1.3. Jenis dan Sumber Data.......................... 4
Bab II Metodologi .......................... 5
2.1. Konsep dan Definisi .......................................... 5
2.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional.................... 11
2.3 Cara Penyajian PDRB.............................. 12
2.4 Metode Penghitungan PDRB 14
2.5 Penyajian Angka Indeks..... . .. 17
Bab III Uraian Sektoral ...................... 20
3.1 Sektor Pertanian............................ 20
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................... 24
3.3 Sektor Industri Pengolahan ........................ 26
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................... 30
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
iii
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ........................ 32
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ....................... 33
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................... 35
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan....... 40
3.9. Sektor Jasa-Jasa ...................................... 43
Bab IV Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi .............. 46
4.1. Struktur Ekonomi............................................................. 46
4.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 75
4.3. PDRB Per Kapita..... 85
Bab V Perbandingan Regional Wilayah Bandung
Raya .........................................................................
89
5.1. Struktur Ekonomi............................................................. 89
5.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 94
5.3. PDRB Per Kapita..... 96
Daftar Pustaka ........ 100
Lampiran .. 101
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di
mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 :108).
Todaro (dalam Arsyad, 1999 : 5) mengemukakan bahwa keberhasilan
pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok, yaitu ; (1)
berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)
masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan
salah satu dari hak asasi manusia. Maka harus disadari bahwa
pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas pada
bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada
bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi serta
meningktakan kualitas hidup masyarakat. Perlu juga disadari bahwa
pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak
terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar,
mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat
terbuka. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi krisis ekonomi dunia
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
2
beberapa waktu lalu, berimbas pada kondisi ekonomi dalam negeri
termasuk Kota Bandung.
Kondisi perekonomian global yang cenderung membaik sejak
terjadinya krisis keuangan tahun 2008 lalu akibat krisis di Amerika
Serikat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan
ekonomi nasional. Perbaikan ekonomi global dan nasional ternyata
cukup memberikan dampak positif bagi perbaikan perekonomian di
Kota Bandung. Pertumbuhan pembangunan ekonomi Kota Bandung
diantaranya dapat ditunjukkan melalui peningkatan angka
pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) Kota Bandung mencapai 8,73 persen, meningkat positif dari
tahun 2010 yang berada pada level 8,45 persen.
Perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73
persen pada tahun 2011 tidak lepas dari tumbuhnya perekonomian
hampir seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang memberikan
kontribusi pertumbuhan relatif tinggi pada tahun 2011 diantaranya
adalah sektor bangunan/konstruksi serta sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Pada tahun 2011 ini seluruh sektor tumbuh positif,
termasuk sektor pertanian dimana pada tahun sebelumnya mengalami
konstraksi pertumbuhan hingga minus 14,94 persen, sedangkan tahun
2011 ini mampu tumbuh sekitar 5,89 persen. Demikian halnya dengan
sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan LPE
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 3,70 persen.
Jika diamati setiap tahunnya kondisi perekonomian cukup
berfluktuasi akibat kondisi internal perusahaan/usaha juga
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
3
dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik kondisi wilayah, kondisi di
dalam negeri maupun kondisi global. Oleh karena pemantauan kondisi
perekonomian secara berkala perlu dilakukan dalam setiap tahapan
pembangunan ekonomi. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembangunan ketersediaan data dan indikator
perekonomian makro secara berkala perlu tersedia dalam kurun waktu
yang relatif cepat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau
perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 -
2011 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam
penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor
riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota
Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran.
1.2 Maksud dan Tujuan
Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah
untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota
Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian. Adapun secara
rinci tujuan tersebut adalah :
1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi
pembangunan di Kota Bandung tahun 2008 - 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
4
2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian,
perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota
Bandung tahun 2011.
1.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini
adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio
biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor
Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri
Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi,
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan
Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-Jasa, serta data jumlah
penduduk pertengahan tahun.
Data di atas bersumber dari data primer hasil survei/sensus
rutin Badan Pusat Statistik, seperti : Survei Industri Besar Sedang
Tahunan, Survei Hotel Tahunan, Survei Konstruksi Tahunan, Survei
Harga, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dan Sensus
Penduduk (SP) Tahun 2010, proyeksi penduduk untuk penghitungan
Dana Alokasi Umum (DAU). Disamping itu juga bersumber dari data
sekunder berdasarkan pengumpulan data instansi terkait, serta survei
khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei Khusus
Pendapatan Regional (SKPR) Tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
5
BAB II METODOLOGI
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih
dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income)
merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah
dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:
a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB
adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun.
PDRB = NTB
PDRB = (Output Biaya Antara)
PDRB = ((Produksi x Harga) Biaya Antara)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
6
b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB
adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu
wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas
jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang
kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak
tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik
Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen
pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk
Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai
tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha.
PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha +
Pajak tak langsung netto + Penyusutan
c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach),
PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani
rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor
neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor
dikurangi impor.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
7
PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi
Pemerintah + PMTB + Perubahan
Inventori (Stok) + Ekspor - Impor
Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa
jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu
wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan
harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai
keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar
harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.
2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik
pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai
tambah.
2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan
PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau
tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun
komponen nilai tambah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
8
2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB
Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB
atas dasar harga konstan.
2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB
Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan
terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan
Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.
LPE =
PDRB adhk
t
PDRB adhk
t-1
x 100
PDRB adhk
t-1
2.1.6 PDRB per Kapita
PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
PDRB per Kapita =
PDRB
Penduduk pertengahan tahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
9
2.1.7 Pendapatan Regional
PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk
wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor
produksi yang mengalir keluar.
2.1.8 Pendapatan per Kapita
Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan
regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam
kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima
oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum
tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh
karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan
demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau
balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan
product originated.
2.1.9 Produk Regional Bruto
Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa
faktor produksi yang mengalir ke luar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
10
2.1.10 Produk Regional Neto
Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan
penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika
dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk
regional neto atas dasar biaya faktor produksi.
2.1.11 Pajak tak langsung neto
Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak
tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi
sebaliknya.
Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor
disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan
pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota
Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang
benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus
pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian
ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang
berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus
dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga
sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk
luar Kota Bandung harus dikeluarkan.
Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat
disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
11
PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa
faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di
daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran
"Production Originated".
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional
PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk
memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya :
1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar.
2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
maupun sektoral dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor
menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan
peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor
ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan
basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
12
5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.3 Cara Penyajian PDRB
PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu
(tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai
tahun dasar.
a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar
harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai
tambah dan komponen pengeluaran PDRB.
b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai
seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun
dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari
tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil
dan bukan disebabkan kenaikan harga.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
13
Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator
ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik
birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha.
Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),
Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita.
Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan
menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
14
2.4 Metode Penghitungan PDRB
2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode
langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil
yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu
wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu
kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan
ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator
yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi
tersebut.
2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan
PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung
dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan
PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat
cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga
konstan, yaitu :
a. Revaluasi
b. Ekstrapolasi
c. Deflasi
d. Deflasi berganda
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
15
a. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan
biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000.
Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga
konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.
Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap
biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input
yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara
atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara
output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio
tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun
dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi
yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi
seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan
output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
16
rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan
nilai tambah atas dasar harga konstan.
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku
masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam
keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru
diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan
dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau
indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya,
sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari
komponen input terbesar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
17
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena
indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam
penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak
dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik
regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia
maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
2.5 Penyajian Angka Indeks
Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB
disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam
bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah
sebagai berikut :
2.5.1. Indeks Perkembangan
Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan
pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan
dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :
IP =
PDRB
it
x 100 %
PDRB
i0
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
18
dimana :
IP = Indeks Perkembangan
i = Sektor 1,2,...,9
t = Tahun t
0 = Tahun dasar
2.5.2. Indeks Berantai
Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat
pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai
pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya
dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :
IB =
PDRB
it
x 100 %
PDRB
i(t-1)
di mana :
IB = Indeks Berantai
i = Sektor 1,2,,9
t = Tahun t
t-1 = Tahun sebelumnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
19
2.5.3. Indeks Implisit
Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga
dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks
Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian
dikalikan 100.
Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :
IH =
PDRB atas dasar harga berlaku
it
x 100
PDRB atas dasar harga konstan
it
di mana :
IH = Indeks Implisit
i = Sektor 1,2,,9
t = Tahun t
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
20
BAB III URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup
ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor,
cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber
data yang digunakannya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan
Perikanan
3.1.1. Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini mencakup komoditi
tanaman bahan makanan seperti padi, jagung,
ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah,
kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil
produksi ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari
pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk,
gaplek dan sagu.
Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas
Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data
harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
21
kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian
hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan
menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan
hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
revaluasi.
3.1.2. Tanaman Perkebunan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa,
kopi, kapok teh, tebu, tembakau, cengkeh,
kemiri, kina, lada, pala, panili, serat
karung, tembakau serta tanaman
perkebunan lainnya, termasuk produk
ikutannya dan hasil-hasil pengolahan
sederhana seperti gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan dan
teh olahan.
Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan
data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan
Pusat Statistik.
Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung
dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu
setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya,
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
22
kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh
dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang
merupakan hasil SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
revaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan data
harga dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil,
unggas maupun hasil-hasil ternak seperti susu segar dan telur. Yang
dimaksud dengan Produksi Peternakkan adalah banyaknya ternak
yang lahir dan penambahan berat ternak.
Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan
menggunakan rumus:
Data jumlah ternak yang
dipotong, populasi ternak dan keluar
masuk ternak diperoleh dari Dinas
Pertanian, sedangkan data harga
diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun)
+ (ternak keluar - ternak yang masuk)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
23
Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak
dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya
antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya
antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
3.1.4. Kehutanan.
Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu
bakar, arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga
diperoleh dari Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan
Propinsi Regional Barat.
Nilai tambah bruto atas dasar
harga dihitung dengan cara Pendekatan
Produksi yaitu mengalikan terlebih
dahulu jenis produksi kehutanan dengan
masing-masing harganya, kemudian
dikurangi biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan
ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil
dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
24
3.1.5. Perikanan
Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan
darat, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman
ikan).
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan cara output
dikurangi biaya antara. Nilai output
perikanan diperoleh dari Dinas
Pertanian sedangkan biaya antara
diperoleh dari hasil perkalian rasio
biaya antara terhadap outputnya. Besarnya rasio biaya diperoleh
dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan cara Revaluasi.
3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan
Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor
ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan
pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis,
barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di
alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak
mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
25
3.3.1. Pertambangan
Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi,
batu bara, biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
NTB atas dasar harga berlaku
diperoleh dengan cara Pendekatan Produksi,
yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis
produksi dengan harganya, kemudian
dikurangi biaya antara yang diperoleh dari
hasil survei yang dilakukan oleh BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil
dan dinyatakan tidak ada.
3.2.2. Penggalian.
Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala
jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang
pada umumnya berada pada permukaan bumi. Komoditi yang
dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil,
batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir
kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya.
Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS), Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat
Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
26
antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan outputnya.
Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Penggalian
yang dilakukan Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan PPTM.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB
atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi
dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk
Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya
sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.3. Sektor Industri Pengolahan
3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas)
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan
minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah,
minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai
output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak
Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
27
3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas.
Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)
1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok,
yaitu :
1. Industri makanan, minuman dan tembakau
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki
3. Industri kayu
4. Industri kertas dan percetakan
5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia
6. Industri barang galian bukan logam
7. Industri logam dasar
8. Industri barang dari logam
9. Industri pengolahan lainnya
Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan adanya
kekurangsesuaian dalam mengklasifikasikan beberapa kegiatan
ekonomi, maka KLUI 1997 disempurnakan menjadi Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2000. Kegiatan industri
mencakup kegiatan :
1. Industri makanan dan minuman (kode 15)
2. Industri pengolahan tembakau (kode 16)
3. Industri tekstil (kode 17)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
28
4. Industri pakaian jadi (kode 18)
5. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode 19)
6. Industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur)
dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya
(kode 20)
7. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya (kode 21)
8. Industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman
(kode 22)
9. Industri batubara, pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas
bumi, barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi dan
bahan bakar nuklir (kode 23)
10. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24)
11. Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik (kode 25)
12. Industri barang galian bukan logam (kode 26)
13. Industri logam dasar (kode 27)
14. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (kode
28)
15. Industri mesin dan perlengkapannya (kode 29)
16. Industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan
data (kode 30)
17. Industri mesin listrik lainnya dan perlengkapannya (kode 31)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
29
18. Indutri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta
perlengkapannya (kode 32)
19. Industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi,
peralatan optik, jam dan lonceng (kode 33)
20. Industri kendaraan bermotor (kode 34)
21. Industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat
atau lebih (kode 35)
22. Industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36)
23. Daur ulang (kode 37)
Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang
sudah terklasifikasi berdasarkan KBLI berdasarkan jumlah tenaga
kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan
meliputi kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan
industri rumah-tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri
dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup
kegiatan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang.
Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil
yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga
yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang.
NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang
di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output
dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
30
dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah
tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei
Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang-
barang Industri.
3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih
3.4.1. Listrik
Subsektor listrik ini mencakup
kegiatan pembangkitan dan penyaluran
tenaga listrik yang diselenggarakan oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non
PLN. NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan menggunakan metode Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian
produksi listrik PLN dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya
diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya
antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai
outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan oleh
Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan
metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
31
3.4.2. Gas Kota
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang
biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output
dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap
tahun oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Produksi Gas.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.4.3. Air Bersih
Subsektor ini mencakup kegiatan
proses pembersihan, pemurnian dan proses
kimiawi lainnya untuk menghasilkan air
minum serta pendistribusian dan
penyalurannya baik yang dilakukan oleh
Perusahaan Air Minum(PAM) maupun bukan PAM.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
32
antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode
Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi
Sektor ini mencakup segala
kegiatan pembangunan fisik
(kontruksi), baik berupa gedung,
jalan, jembatan dan kontruksi
lainnya yang dilakukan oleh
perusahaan maupun yang dilakukan
oleh perorangan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara
di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI
ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang
Bangunan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
33
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran.
Perdagangan besar ini
meliputi kegiatan pengumpulan dan
penjualan kembali barang baru
maupun bekas oleh pedagang dari
produsen atau importir ke pedagang
besar lainnya atau pedagang eceran.
Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya
melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah
sifat, baik barang baru atau barang bekas.
NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang
(Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya
margin perdagangan yang timbul akibat perdagangan barang-barang
dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta
barang dari impor dikurangi biaya antara.
3.6.2. Hotel
Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel-hotel
berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
34
yang digunakan untuk menginap untuk
menginap seperti losmen dan hotel.
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi
yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai
output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan
rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio
biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Jumlah Kamar yang Terjual.
3.6.3. Restoran
Sub sektor ini mencakup kegiatan
usaha penyediaan makanan dan
minuman jadi yang pada umumnya
dikonsumsi di tempat penjualan.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
sub sektor ini seperti rumah makan,
warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per
kapita selama setahun denga jumlah penduduk pertengahan tahun.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
35
Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh
dari SKPR dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.
3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
3.7.1. Angkutan Rel
Sub sektor ini mencakup
pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan alat angkut kereta
api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI.
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara. Nilai output
dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT. KAI.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Penumpang dan Barang.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
36
3.7.2. Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini mencakup kegiatan
pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan alat angkut
kendaraan jalan raya baik bermotor
maupun tidak bermotor. Termasuk disini
kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan
(rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per
kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara
dikalikan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.7.3. Angkutan Laut
Subsektor ini mencakup kegiatan
pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan kapal laut yang
beroperasi di dalam dan ke luar daerah
domestik oleh Perusahaan angkutan Laut.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
37
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks
Jumlah Penumpang dan Barang.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik
bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan
dengan alat angkut kapal ferri.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari
biaya antara diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas
dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah
Penumpang dan Barang.
Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan
dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
38
3.7.5. Angkutan Udara
Sub sektor ini mencakup
kegiatan pengangkutan penumpang
dan barang dengan menggunakan
pesawat udara yang diusahakan oleh
perusahaan penerbangan yang
beroperasi di daerah tersebut.
NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan
Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan
biaya antara diperoleh dari SKPR.
Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas
dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya
Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.
3.7.6. Jasa penunjang angkutan
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan
memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu
jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan
parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat,
keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol,
jasa parkir dan lain-lain.
NTB atas dasar harga berlaku
menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
39
output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara
diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga
Konsumen (IHK).
3.7.7. Komunikasi
Subsektor ini meliputi kegiatan jasa
Pos & Giro meliputi kegiatan pemberian
jasa kepada pihak lain dalam hal
pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro
dan jasa tabungan. Telekomunikasi meliputi
kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman
berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang
komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil
(pager) dan telepon seluler (ponsel).
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai output dari
kegiatan pos dan giro, dan telekomunikasi
diperoleh dari Laporan Keuangan Perum Pos
dan Giro, dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan
penunjang komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi
(seperti radio panggil, telepon selular).
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
40
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah
surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk
kegiatan telekomunikasi.
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa
Perusahaan
3.8.1. Bank
Sub sektor ini mencakup
kegiatan bank sentral dan bank
komersial yang memberikan jasa
keuangan pada pihak lain seperti:
menerima simpanan terutama dalam
bentuk giro dan deposito, memberikan
kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang,
mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,
mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan
sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan
sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya
antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
41
3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya
Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi,
Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam,
dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga
mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal,
dan jasa penunjang lainnya misalnya pialang,
penjamin emisi dan sebagainya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya.
Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga
Konsumen (IHK).
3.8.3. Sewa Bangunan
Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan
dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen,
gelanggang olah raga, serta usaha persewaan tanah persil.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
42
NTB atas dasar harga
berlaku dihitung dengan
Pendekatan Produksi yaitu
output dikurangi biaya antara.
Nilai output diperoleh dari
perkalian antara pengeluaran
konsumsi rumah tangga per
kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas
perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan.
3.8.4. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum
(Advokat dan Notaris), jasa akuntansi
dan pembukuan, jasa pengolahan dan
penyajian data, jasa bangunan/arsitek
dan teknik, jasa periklanan dan riset
pemasaran, jasa fotocopy, serta jasa
persewaan mesin dan peralatan.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output
diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
43
per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara
mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9. Sektor Jasa-Jasa
3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa
yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
kepentingan rumah tangga serta masyarakat
umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan
umum, pertahanan dan keamanan dan
sebagainya.
3.9.2. Jasa Swasta
Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak
swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan
rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
44
3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Sub sektor ini mencakup
kegiatan jasa pendidikan, kesehatan,
riset/penelitian, palang merah, panti
asuhan, panti wreda, yayasan
pemeliharaan anak cacat (YPAC),
rumah ibadat dan sejenisnya, baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dari hasil perkaliaan jumlah indikator produksi misalnya jumlah
murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti
asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing
indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian
ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi
Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa
bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub,
bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan
kegiatan hiburan lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
45
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan
Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh
dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata
tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara
diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada
umumnya melayani perorangan dan rumah tangga
misalnya bengkel sepeda, salon, jasa reparasi,
pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang
jahit, semir sepatu dan sejenisnya.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan Pendekatan Produksi yaitu output
dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian
jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan
rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis
kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya
antara dengan nilai outputnya.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan
metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
46
BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN
EKONOMI
Pembangunan ekonomi Kota Bandung sejak terjadi hantaman
krisis moneter tahun 1998 lalu semakin menunjukan upaya
pemulihan, walaupun pada tahun 2008 lalu sempat terimbas oleh
krisis ekonomi global yang melanda beberapa negara dunia sebagai
pangsa tujuan ekspor Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi
mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 ini perekonomian Kota
Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen, ditopang dengan
pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi. Untuk mengetahui
gambaran mengenai perkembangan pembangunan ekonomi di Kota
Bandung, berikut ini disajikan gambaran struktur ekonomi, laju
pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan per kapita masyarakat Kota
Bandung tahun 2011.
4.1 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh
potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pengelolaan SDA dan SDM yang
dilakukan melalui pembangunan pada dasarnya adalah suatu upaya
perbaikan kondisi perekonomian untuk meningkatkan kekayaan dan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
47
kesejahteraan manusia. Bagaimana cara pengelolaan potensi ini dan
bagaimana masyarakat dilibatkan pada akhirnya berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan
struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral
(lapangan usaha). Distribusi persentase PDRB secara sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara
keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar
pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi
suatu daerah. Oleh karenanya dengan hanya melihat pertumbuhan
suatu sektor akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor
tersebut dalam PDRB. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai
penimbang apabila kita ingin melihat pertumbuhan sektoral dengan
teliti, disamping untuk menilai sampai sejauh mana tahap
industrialisasi yang sudah dijalani oleh wilayah yang diteliti.
Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah
seperti yang dikemukakan A.G.B Fisher dapat dilihat dengan
mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok.
Clark bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu
wilayah maka peranan sektor primer semakin menurun, tetapi
sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat
(BPS Provinsi Jawa Barat, 2003).
Pengelompokan sembilan sektor (lapangan usaha) menjadi tiga
kelompok sektor, yaitu :
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
48
1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku
melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti
tanah dan deposit di dalamnya; yaitu sektor Pertanian dan
Pertambangan & Penggalian (sektor 1 dan 2).
2. Sektor Sekunder yaitu yang mengolah bahan baku baik
yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder sendiri,
menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini
mencakup sektor Industri Pengolahan, Listrik , Gas dan Air
Bersih dan sektor Konstruksi (sektor 3,4 dan 5).
3. Sektor Tersier, atau dikenal juga sebagai sektor Jasa, yaitu
sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik
melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor
Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta
sektor Jasa-jasa (sektor 6,7,8 dan 9).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya, yaitu dari Rp 82.002,176 milyar pada tahun 2010
menjadi Rp 95.612,863 milyar, atau meningkat sebesar 16,60 persen.
Persentase peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya Nilai
Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku seluruh sektor ekonomi
pada tahun 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
49
Tabel 4.1 PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor
Tahun 2008 2011 (Milyar Rupiah)
Kelompok Sektor 2008 2009 2010*) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Atas Dasar Harga Berlaku
Sektor Primer
156,03 168,08 161,74 192,74
Sektor Sekunder
19.516,07 22.049,08 25.709,92 29.108,99
Sektor Tersier
40.772,38 48.064,00 56.130,51 66.311,13
PDRB ADH
Berlaku 60.444,49 70.281,16 82.002,18 95.612,86
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sektor Primer
71,51 74,46 63,34 67,07
Sektor Sekunder
9.481,08 9.914,47 10.421,65 10.991,84
Sektor Tersier
17.426,32 19.239,34 21.212,29 23.404,72
PDRB ADH
Konstan 2000 26.978,91 29.228,27 31.697,28 34.463,63
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Jika dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sektor
perekonomian, maka sama halnya dengan kondisi tahun sebelumnya
sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011. NTB
atas dasar harga berlaku kelompok sektor tersier berjumlah sebesar Rp
66.311,13 milyar atau berkontribusi sebesar 69,35 persen terhadap total
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
50
PDRB Kota Bandung. Namun demikian pada tahun 2011 ini
pertumbuhan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masih lebih
rendah jika dibandingan dengan sektor primer, dimana pada tahun
2011 sektor tersier secara harga berlaku mampu tumbuh sekitar 18,14
persen. Adapun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk
sektor primer tumbuh sekitar 19,17 persen.
Jika dinilai atas dasar harga konstan maka NTB kelompok
sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB atas
dasar harga konstan Kota Bandung sebesar 67,91 persen atau Rp
23.404,72 milyar. Demikian pula halnya dengan laju pertumbuhan,
kelompok sektor tersier memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi
jika dibandingkan kelompok sektor lainnya yaitu mencapai 10,34
persen. Relatif tingginya peningkatan NTB secara nominal dan laju
pertumbuhan ekonomi kelompok sektor tersier merupakan penunjang
utama meningkatnya kinerja perekonomian Kota Bandung dari tahun
2010 ke tahun 2011.
Sektor sekunder sebagai penopang perekonomian kedua
setelah sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 30,44 persen
pada tahun 2011 (atas dasar harga berlaku). Pada tahun 2011, NTB
atas dasar harga berlaku kelompok sektor sekunder mengalami
peningkatan menjadi Rp 29.108,99 milyar, dimana pada tahun 2010
mencapai Rp 25.709,92 milyar. Adapun jika dihitung berdasarkan
harga konstan tahun 2000, maka kelompok sektor sekunder pada
tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 5,47 persen
dibandingkan NTB tahun 2010.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
51
NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor primer yang
diwakili oleh sektor pertanian, pada tahun 2011 ini mengalami
pertumbuhan positif sebesar 19,17 persen setelah mengalami kontraksi
pada tahun 2010 yang berada pada level minus 14,94 persen. NTB atas
dasar harga berlaku sektor primer pada tahun 2011 ini mencapai
Rp 192,74 milyar, sedangkan NTB atas dasar harga konstan untuk
sektor primer pada tahun 2011 mencapai Rp 67,07 milyar.
Berdasarkan nilai nominal tersebut, maka pada tahun 2011 kontribusi
kelompok sektor primer terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung
tidak terlalu banyak berubah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 0,20 persen.
Pergeseran struktur ekonomi semakin jelas terlihat seiring
dengan perkembangan Kota Bandung. Pergeseran struktur ekonomi
dari kota industri menjadi kota jasa dan perdagangan semakin jelas
terlihat dari struktur ekonomi tahun 2011. Hal ini dapat dimaklumi
dengan semakin sempitnya lahan untuk kegiatan industri, sehingga
kegiatan industri di perkotaan pindah ke daerah pinggiran kota
sebagai daerah penyangga ibukota provinsi. Namun demikian sektor
industri di Kota Bandung masih dapat dikembangkan untuk
mendukung perekonomian Kota Bandung, yaitu industri yang tidak
terlalu membutuhkan lahan relatif luas terutama industri kreatif yang
semakin banyak tumbuh di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
52
Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Jika dirinci menurut sembilan sektor ekonomi maka terlihat
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) merupakan
sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kota
Bandung. Kemudian sektor industri pengolahan dan sektor
pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
53
Tabel 4.2 Struktur Perekonomian Kota Bandung Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2008-2011 (Persen)
Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Sektor Primer 0,26 0,24 0,20 0,20
Pertanian
0,26 0,24 0,20 0,20
Pertambangan dan Penggalian
- - - -
Sektor Sekunder 32,29 31,37 31,35 30,44
Industri Pengolahan
25,72 24,49 24,38 23,51
Listrik, Gas dan Air Bersih
2,26 2,30 2,31 2,30
Konstruksi
4,31 4,59 4,67 4,63
Sektor Tersier 67,45 68,39 68,45 69,35
Perdagangan, Hotel dan Restoran
40,09 40,95 40,61 41,25
Pengangkutan dan Komunikasi
11,73 11,77 11,97 12,38
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
6,41 6,26 6,23 6,37
Jasa-jasa
9,22 9,40 9,64 9,35
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(sektor 6) memberikan kontribusi sebesar 41,25 persen. Adapun sektor
industri pengolahan (sektor 3) memberikan kontribusi sebesar 23,51
persen pada perkonomian tahun 2011 dan merupakan kontributor
kedua terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Jika dilihat
berdasarkan tahapan industrialisasi yang ditetapkan oleh UNIDO atau
Bank Dunia maka pada tahun 2011 ini Kota Bandung berada pada
tahapan semi industrialisasi, dimana konstribusi NTB sektor industri
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
54
terhadap PDRB berada pada kisaran 20 30 persen. Kondisi ini
menunjukkan telah terjadi pergeseran, dimana pada era 1990-an
hingga awal tahun 2000-an Kota Bandung berada pada tahapan
industri penuh (kontribusi NTB industri > 30 persen) dan saat ini
sudah beralih pada tahapan semi industrialisasi.
Sektor yang juga memberikan kontribusi relatif tinggi adalah
sektor pengangkutan dan komunikasi (sektor 7) dengan peranan
sebesar 12,38 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2011.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pengangkutan
dan komunikasi mengalami peningkatan peran, dimana pada tahun
sebelumnya berkontribusi sekitar 11,97 persen, atau meningkat sekitra
0,41 persen. Kemudian sektor jasa-jasa (sektor 9) memberikan
kontribusi sebesar 9,35 persen pada pembentukan PDRB tahun 2011.
Sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan pada tahun
2011 memberikan kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap
pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011, mengalami
peningkatan sebesar 0,14 persen dari tahun sebelumnya. Sektor listrik,
gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar 2,30 persen.
Adapun NTB sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 0,20
persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010
maupun 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
55
Grafik 2. Struktur Ekonomi Kota Bandung Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Apabila analisis dirinci menurut sub sektor untuk masing-
masing sektor maka akan terlihat jelas peranan dan pertumbuhan
masing-masing sub sektor terhadap perekonomian Kota Bandung.
Berdasarkan analisis ini dapat terlihat sub sektor atau bahkan kegiatan
produksi apa saja yang menjadi unggulan di Kota Bandung dan
berpotensi untuk terus dikembangkan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
56
Sektor Pertanian
Tabel 4.3 menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor
pertanian yang dirinci menurut sub sektor, yaitu Tanaman Bahan
Makanan (Tabama), Peternakan, dan Perikanan. Berdasarkan tabel 4.3
terlihat bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar
harga berlaku menunjukan perkembangan positif setiap tahunnya.
Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku
tahun 2009 sebesar Rp 168,08 milyar mengalami penurunan menjadi
Rp 161,74 milyar pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan sektor
lain NTB sektor pertanian relatif kecil, di samping itu pada tahun 2010
sektor pertanian di Kota Bandung mengalami penurunan nilai tambah
sebagai akibat dari menurunnya produksi padi di Kota Bandung
hampir setengahnya dari tahun lalu.
Berkurangnya lahan pertanian di Kota Bandung yang bergeser
menjadi wilayah permukiman dan lahan usaha selain pertanian
menjadikan semakin rendahnya sumbangan sub sektor tanaman
bahan makanan terhadap NTB pertanian. Sub sektor tabama pada
tahun 2010 berjumlah sebesar Rp 40,96 milyar, menurun sebesar
32,65 persen dari tahun sebelumnya. Menurunnya NTB sub sektor
tabama lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya produksi padi-
padian. Produksi padi-padian pada tahun 2010 mengalami penurunan
yang cukup signifikan.
Namun karena keterbatasan lahan pertanian yang ada kiranya
peningkatan sektor pertanian dari sub sektor tabama khususnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
57
kegiatan padi-padian relatif sulit dilakukan secara maksimal. Oleh
karena itu kiranya perlu direncanakan peningkatan produktivitas
pertanian tabama dengan mengintensifkan hasil, tanpa memperluas
areal penanaman.
Tabel 4.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku
Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011
(Milyar Rupiah)
Sub Sektor
2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Tanaman Bahan
Makanan
56,56 60,83 40,96 49,61
Perkebunan
- - - -
Peternakan
84,80 90,36 101,40 120,37
Kehutanan
- - - -
Perikanan
14,67 16,89 19,38 22,76
Sektor Pertanian
156,03 168,08 161,74 192,74
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sub sektor peternakan merupakan sub sektor pertanian yang
memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 62,45 persen terhadap
total nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2011. Pada tahun 2010
NTB sub sektor peternakan sebesar Rp 101,40 milyar dan meningkat
menjadi Rp 120,37 milyar pada tahun 2011. Relatif tingginya NTB sub
sektor peternakan di Kota Bandung dikarenakan tingginya
pemotongan hewan ternak terutama sapi potong dan ayam potong
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
58
sehingga nilai produksi peternakan menjadi tinggi. Hal ini berkaitan
erat dengan cukup tingginya nilai konsumsi daging sapi dan daging
ayam dari masyarakat Kota Bandung, walaupun pembesaran ternak di
Kota Bandung relatif sedikit namun pemotongan dan impor relatif
besar.
Grafik 3. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2011 (Milyar Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung
Sub sektor perikanan cukup memberikan kontribusi terhadap
NTB pertanian. Pada tahun 2011 NTB sub sektor perikanan sebesar
Rp 22,76 milyarmengalami peningkatan dari tahun 2010 yang
mencapai Rp 19,38 milyar. Mengingat keterbatasan lahan perikanan
yang ada di Kota Bandung, maka kegiatan perikanan yang memiliki
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
59
potensi untuk dikembangkan pembudidayaannya adalah kegiatan
perikanan hias.
Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan sebagai kontributor kedua terhadap
penciptaan PDRB di Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami
peningkatan positif dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 NTB
sektor industri pengolahan sebesar Rp 19.990,52 milyar maka pada
tahun 2011 meningkat menjadi Rp 22.482,06milyar pada tahun 2011.
Peningkatan NTB industri pengolahan atas dasar harga berlaku
sebesar 12,46 persen ditopang oleh peningkatan proses produksi dari
beberapa kegiatan industri.
NTB atas dasar harga berlaku tahun 2011 tertinggi adalah NTB
kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kegiatan ini memiliki
NTB terbesar dari sektor industri pengolahan, walaupun
pertumbuhannya relatif paling rendah jika dibandingkan dengan
kegiatan lainnya. Besarnya kontribusi kegiatan industri tekstil, barang
dari kulit dan alas kaki terhadap pembentukan NTB sektor industri
pengolahan dan PDRB Kota Bandung maka ketika terjadi peningkatan
atau penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi
kegiatan ini akan berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi
sektor industri pengolahan dan Kota Bandung secara umum.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
60
Tabel 4.4 Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatan di Kota
Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)
Kelompok Kegiatan 2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Makanan, minuman dan
tembakau
1.037,43 1.240,24 1.418,77 1.769,22
Tekstil, barang kulit dan
alas kaki
9.271,09 9.825,66 11.229,11 12.005,96
Barang kayu dan hasil
hutan lainnya
184,70 203,48 238,01 270,84
Kertas dan barang cetakan 244,00 288,70 349,19 425,94
Pupuk, kimia dan barang
dari karet
1.203,79 1.404,53 1.628,44 1.818,97
Semen dan barang galian
bukan logam
39,32 52,38 58,37 72,89
Logam dasar dan baja 1,48 1,58 1,83 2,17
Alat angkutan, mesin dan
peralatannya
3.297,04 3.890,73 4.702,86 5.673,70
Barang lainnya 269,86 301,10 363,94 442,37
Sub Sektor Industri
tanpa migas
15.548,70 17.208,40 19.990,52 22.482,06
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Misalnya saja, ketika terjadi hantaman badai krisis yang menimpa
usaha tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang mengakibatkan
anjloknya volume dan nilai produksi, maka akan langsung
berpengaruh pada kondisi sektor industri pengolahan dan PDRB Kota
Bandung. Hal ini disebabkan sebagian besar kegiatan industri tekstil,
barang dari kulit, dan alas kaki di Kota Bandung memiliki
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
61
ketergantungan impor yang sangat tinggi khususnya dari penyediaan
bahan baku, juga ketergantungan pangsa pasar ekspor hasil produksi.
Grafik 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan
Tahun 2008 2011(Persen)
Sumber : BPS Kota Bandung
Secara umum struktur sektor industri pengolahan masih belum
mengalami pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan
industri tekstil, pakaian jadi, barang dari kulit dan alas kaki masih
menjadi penopang utama sektor industri pengolahan di Kota Bandung.
Saat ini yang mengalami pergeseran adalah jenis kegiatannya, di mana
industri tekstil yang memerlukan lahan yang cukup luas untuk
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
62
beroperasi bergeser ke wilayah-wilayah pinggiran Kota Bandung.
Industri tekstil yang saat ini cukup berkembang di Kota Bandung
adalah industri tekstil kreatif yang berbasis pada fashion.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Sektor selanjutnya yaitu listrik, gas, dan air Bersih masih
mengalami pertumbuhan positif dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Perkembangan NTB sektor listrik, gas dan air bersih
(sektor 4 ) pada tahun 2011 terlihat dari peningkatan NTB sektor ini
dari tahun 2010. Pada tahun 2011 NTB sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar Rp 2.201,59 milyar meningkat sekitar 16,32 persen dari tahun
2010.
Tabel 4.5 Nilai Tambah Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Atas Dasar
Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung
Tahun 2008- 2011 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Listrik 1.199,93 1.418,74 1.671,11 1.937,61
Gas - - - -
Air Bersih 163,43 197,99 221,55 263,98
Sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih
1.363,36 1.616,73 1.892,66 2.201,59
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
63
Sektor Konstruksi
Peningkatan NTB sektor listrik, gas dan air bersih seiring
dengan perkembangan pembangunan fisik di Kota Bandung, seperti
pemukiman penduduk, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan.
Demikian halnya dengan sektor konstruksi, NTB sektor konstruksi
pun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jika dihitung
berdasarkan harga konstan, peningkatan kinerja sektor konstruksi
pada tahun 2010 relatif cukup tinggi. Hal ini didukung oleh adanya
pembangunan infrastruktur di Kota Bandung yang giat dilakukan di
tahun ini, seperti pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS)
Gedebage yang mulai pembangunan pada tahun 2011 serta perbaikan
jalan di berbagai ruas jalan di Kota Bandung. Pada tahun 2010 NTB
atas dasar harga berlaku sektor konstruksi (sektor 5) sebesar Rp
3.826,74 milyar dan meningkat sekitar 15,64 persen menjadi Rp
4.425,33 milyar pada tahun 2011. Dengan kata lain, NTB sektor
konstruksi atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi pada
pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011 sebesar 4,63 persen.
Adapun jika dihitung atas dasar harga konstan, NTB sektor konstruksi
pada tahun 2011 mencapai Rp 1.782,53 milyar atau meningkat sebesar
11,94 persen dari tahun sebelumnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
64
Grafik 5. Nilai Tambah Bruto Sektor Konstruksi Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2008 -2011 (Milyar Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Selanjutnya, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan
cukup signifikan setiap tahunnya adalah Sektor perdagangan, hotel,
dan restoran (sektor 6). Pergeseran struktur ekonomi Kota Bandung
dari kota industri menjadi kota jasa ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap perekonomian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
65
Tabel 4.6 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas
Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor
Di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor
2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Perdagangan
21.782,69
25.791,44 29.642,02 35.001,95
Hotel
598,23
753,34 988,20 1.171,32
Restoran
1.850,88
2.236,55 2.671,35 3.262,82
Sektor
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
24.231,80
28.781,33 33.301,56 39.436,.09
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel, dan restoran
pada tahun 2010 sebesar Rp 33.301,56 milyar dan meningkat sekitar
18,42 persen pada tahun 2011 menajdi Rp 39436,09 milyar. Kegiatan
perdagangan di Kota Bandung yang menunjukkan perkembangan
positif setiap tahunnya memberikan dampak turunan terhadap
perkembangan beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
66
Grafik 6. Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Keterkaitan ke belakang (backward linkadge) dari
berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang-
barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami
peningkatan. Adapun keterkaitan ke depan (forward linkadge) dari
meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan
kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, serta
sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar
terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan NTB
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
67
sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan
dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung.
Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh
pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka kiranya
perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang
perdagangan khususnya yang berbasis lokal. Ketersediaan barang-
barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor
industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang
dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan.
Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikais memberikan
kontribusi sekitar 12,38 persen, meningkat sekitar 0,42 persen
dibandingkan peranan tahun sebelumnya. NTB sektor pengangkutan
dan komunikasi pada tahun 2011 sebesar Rp 11.841,32 milyar.
Meningkatnya NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun
2011 dibandingkan tahun sebelumnya banyak ditunjang oleh
peningkatan sub sektor pengangkutan, yaitu kegiatan angkutan rel,
angkutan jalan, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan.
Adapun NTB sub sektor komunikasi atas dasar harga berlaku
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
68
mengalami pertumbuhan positif, walaupun lebih lambat jika
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 18,23 persen.
Tabel 4.7 Nilai Tambah Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Atas
Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor
di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor
2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pengangkutan 3.921,26 4.615,73 5.446,45 6.677,78
Angkutan Rel 275,29 298,67 350,10 419,99
Angkutan Jalan Raya 2.167,42 2.521,53 3.039,64 3.701,55
Angkutan Udara 1.213,83 1.500,07 1.714,37 2.138,85
Jasa Penunjang
Angkutan
264,72 295,46 342,34 417,39
Komunikasi 3.170,33 3.656,32 4.367,51 5.163,54
Sektor
Pengangkutan dan
Komunikasi
7.091,59 8.272,06 9.813,96 11.841,32
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Jika dihitung atas dasar harga berlaku NTB sektor
pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sekitar 12,38
persen, maka jika dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, NTB
sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sekitar 10,97 persen.
Pada tahun 2011 ini secara rill mengalami perlambatan jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11,25 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
69
Grafik 7. Struktur Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Perlambatan ini sebagai dampak menurunnya kinerja sektor
angkutan udara, dimana pada tahun 2011 ini mengalami penurunan
jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara.
Relatif besarnya kontribusi kegiatan angkutan udara terhadap
pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi, maka
penurunan sedikit saja berpengaruh pada kinerja sektor secara umum.
Jika diperhatikan secara rinci, jika dinilai atas dasar harga konstan
(tanpa ada faktor harga/inflasi) maka kegiatan angkutan udara hanya
tumbuh sekitar 7,32 persen, lebih rendah dari angka pertumbuhan
tahun 2010 yang mencapai 10,24 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
70
Sektor Keuangan, Usaha Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
Sektor keuangan yang merupakan sektor penunjang dari
seluruh aktivitas ekonomi pada tahun 2011. Sektor ini memiliki
kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian Kota Bandung.
Pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
mempunyai kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap struktur
perekonomian Kota Bandung. Jika dibandingkan tahun sebelumnya,
mengalami peningkatan peranan sekitar 0,14 persen.
Tabel 4.8 Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor
di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah)
Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Bank 1.934,46 2.151,65 2.513,29 2.961,27
Lembaga Keuangan
Bukan Bank
513,32 613,76 707,98
877,36
Sewa Bangunan 997,45 1.126,64 1.304,91 1.602,59
Jasa Perusahaan 431,43 510,06 584,69 653,40
Sektor Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
3.876,66 4.402,11 5.110,88 6.094,63
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
71
Jika dilihat menurut sub sektor, maka sub sektor yang
memberikan kontribusi terbesar adalah sub sektor Bank. Hal ini
dimaklumi karena Kota Bandung merupakan salah satu pusat
pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat sehingga perputaran uang
maupun kegiatan perbankan lainnya relatif besar. NTB sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp
6.094,63 milyar. Adapun kontribusi sub sektor Bank pada tahun 2011
ini sekitar 48,59 persen terhadap pembentukan NTB sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
Grafik 8. Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
72
Kontributor kedua adalah sub sektor usaha persewaan, yang
berkontribusi sekitar 26,30 persen terhadap total NTB sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini sebagai dampak
dari Kota Bandung menjadi salah satu tujuan urbanisasi di Jawa Barat,
dimana banyak pendatang yang mencari nafkah, sekolah, maupun
mencari penghidupan lainnya di Kota Bandung sehingga mereka
melakukan kontrak, sewa, maupun kos di Kota Bandung. Tingkat
persewaan gedung perkantoran maupun apartemen di Kota Bandung
pun relatif tinggi.
Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa merupakan sektor ekonomi yang memberikan
kontribusi sekitar 9,35 persen dalam pembentukan PDRB Kota
Bandung tahun 2011. Jika dibandingkan dengan peranannya pada
tahun 2010, maka peranan sektor jasa-jasa pada tahun 2011 ini
mengalami penurunan sekitar 0,29 persen. NTB sektor jasa-jasa
tahun 2010 bernilai sebesar Rp 7.904,12 milyar dan meningkat
menjadi Rp 8.939,10 milyar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
73
Tabel 4.9 Nilai Tambah Bruto Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku
Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011
(Milyar Rp)
Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pemerintahan Umum 4.101,83 4.932,17 5.998,02 6.720,09
Administrasi
Pemerintahan dan
Pertahanan
2.743,14 3.159,04 3.881,92 4.339,88
Jasa Pemerintahan
Lainnya
1.358,70 1.773,14 2.116,10 2.380,21
Swasta 1.470,49 1.676,33 1.906,10 2.219,00
Sosial Kemasyarakatan 421,22 476,72 534,00 631,51
Hiburan dan Rekreasi 87,31 105,45 123,70 141,70
Perorangan dan
Rumahtangga
961,97 1.094,16 1.248,40 1.445,81
Sektor Jasa-jasa 5.572,33 6.608,51 7.904,12 8.939,10
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Kontribusi terbesar sektor jasa-jasa adalah sub sektor jasa
pemerintahan umum. NTB sub sektor jasa pemerintahan umum atas
dasar harga berlaku pada tahun 2011 bernilai sekitar Rp 6.720,09
milyar atau sekitar 75,18 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa.
Adapun kontribusi sub sektor jasa swasta terhadap sektor jasa-jasa
sekitar 24,82 persen yaitu sekitar Rp 2.219,01 milyar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
74
Grafik 9. Struktur Ekonomi Sektor Jasa-jasa Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Struktur ekonomi Kota Bandung tahun 2011 menunjukkan
bahwa struktur Kota Bandung sebagai kota jasa. Hal ini terlihat dari
semakin meningkatnya peranan dari sektor-sektor tersier di Kota
Bandung. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, serta sektor jasa-jasa merupakan sektor-sektor ekonomi
yang tergolong sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi cukup
besar terhadap perekonomian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
75
4.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kenaikan PDRB
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Namun pada intinya pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan suatu perkembangan dari berbagai
kegiatan ekonomi. Terdapat berbagai teori tentang pembangunan
ekonomi yang pada intinya adalah metode tentang menganalisis
perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
tertentu.
Beberapa teori pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Teori basis ekonomi (economic base theory) menyatakan bahwa
penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu darah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari
luar daerah. (2) Teori lokasi yang menyatakan bahwa terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi,
dan lokasi. (3) Teori tempat sentral yang menganggap ada hirarki
tempat, yaitu perlu adanya pembedaan fungsi antara daerah-daerah
yang bertetangga dalam hal penyediaan barang dan jasa. (4) Teori
kausasi kumulatif dimana kekuatan-kekuatan pasar cenderung
memperoleh kesenjangan antara daerah-daerah tersebut sehingga
daerah maju cenderung mengalami akumulasi keunggulan kompetitif
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
76
dibandingkan daerah lainnya. Dalam hal ini Myrdal (1957)
menyebutnya sebagai backwash effects.
Terlepas dari faktor dominan apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, sejak tahun 1998 lalu
pertumbuhan ekonomi Kota Bandung cenderung menunjukkan
perbaikan ke arah yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya LPE di Kota Bandung. Angka LPE ini merupakan salah
satu indikator dalam menunjukkan kinerja perekonomian Kota
Bandung secara umum, dimana terjadinya peningkatan faktor
produksi tanpa adanya pengaruh inflasi.
Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2011 tumbuh sebesar
8,73 persen. Angka pertumbuhan ekonomi 2011 jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sekitar 0,28
persen. Jika dibandingkan angka LPE dari tahun 2008, maka terlihat
adanya upaya pemulihan kondisi ekonomi pasca krisis global yang
terjadi pada medio 2008, dimana pada tahun 2008 angka LPE Kota
Bandung sempat mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja
beberapa sektor ekonomi. Krisis global tersebut berimbas pada
beberapa sektor ekonomi yang dampaknya masih terasa pada sektor
ekonomi yang bahan baku produksinya berbasis impor seperti industri
tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sektor industri pengolahan
masih mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun lalu. Kegiatan industri pengolahan yang
berbasis bahan baku impor dan berpangsa pasar ekspor masih
mengalami kendala terkait dengan krisis tahun 2008, terutama
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
77
dengan ketersediaan bahan baku impor dan masalah pemasaran.
Dengan pangsa pasar ekspor beberapa industri besar sedang cukup
terkendala ketika negara tujuan ekspor masih berada pada kondisi
krisis sehingga membatasi impor dari negara lain, termasuk impor dari
Kota Bandung. Selain itu yang menjadi salah satu sebab melambatnya
produktivitas sektor industri pengolahan adalah faktor daya saing
dengan industri sejenis dari barang impor, baik impor dari luar negeri
maupun impor dari luar wilayah Kota Bandung.
Sektor yang mencapai LPE tertinggi pada tahun 2011 adalah
sektor konstruksi yaitu sekitar 11,94 persen. Sektor konstruksi
mengalami peningkatan LPE cukup signifikan yaitu sekitar 0,74
persen. Peningkatan LPE sektor konstruksi sebagai indikasi dari
meningkatnya kinerja sektor ini pada tahun 2011, hal ini dikarenakan
beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang relatif besar mulai
dilakukan pada tahun 2011, seperti pembangunan Stasion Utama
Sepakbola Gedebage (SUS Gedebage) dan perbaikan beberapa ruas
jalan raya di Kota Bandung, seperti ruas Jalan Soekarno Hatta.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki
kontribusi paling besar dalam penciptaan PDRB Kota Bandung pada
tahun 2011 tumbuh sekitar 11,23 persen. Sektor ini mengalami
peningkatan LPE sekitar 0,26 persen dibandingkan tahun 2010.
Walaupun peningkatannya cukup kecil, namun sedikit saja perubahan
sektor ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
PDRB Kota Bandung, dikarenakan sektor ini memberikan kontribusi
yang besar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
78
Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
Tahun 2008-2011 (Persen)
Sektor
2008 2009 2010 *) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Pertanian 3,68 4,13 (14,94)
5,89
Pertambangan dan Penggalian - - -
-
Industri Pengolahan 3,48 3,29 3,52
3,70
Listrik, Gas dan Air Bersih 9,12 9,79 10,47
10,74
Konstruksi 7,33 9,47 11,20
11,94
Perdagangan,Hotel dan Restoran 10,00 10,41 10,97
11,23
Pengangkutan dan Komunikasi 9,15 10,36 11,25
10,97
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
5,45 8,44 8,53
8,56
Jasa-jasa 15,85 11,39 7,55
7,26
PDRB 8,17 8,34 8,45
8,73
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011
mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan LPE tahun 2010,
yaitu tumbuh sekitar 10,97 persen. Kinerja produksi sektor
pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 ini melambat sebagai
dampak dari turunnya LPE sub sektor angkutan udara. Pada tahun
2011 kinerja produksi angkutan udara yang ditunjukkan dengan
jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara
mengalami penurunan, sehingga LPE sub sektor angkutan udara tahun
2011 berada pada level 7,32 persen atau menurun sekitar 2, 92 persen.
Adapun sub sektor angkutan jalan, angkutan rel, jasa penunjang
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
79
angkutan, serta sub sektor komunikasi mengalami peningkatan angka
LPE. Sub sektor angkutan jalan mengalami pertumbuhan sekitar 13,91
persen. Sebagai dampak dari aktifnya jalur tol Cipularang beberapa
tahun lalu, yang memperpendek jarak dan waktu tempuh Jakarta
Bandung mengakibatkan bertambahnya penumpang yang memilih
moda transportasi jalan raya yang juga semakin tumbuh berkembang
di Kota Bandung, seperti jasa angkutan travel atau angkutan pemandu
moda lainnya.
Adapun sub sektor komunikasi tumbuh sekitar 10,93 persen
pada tahun 2011. Sub sektor komunikasi mengalami peningkatan
angka pertumbuhan sekitar 0,19 persen jika dibandingkan dengan
angka pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagai
dampak dari semakin peningkatnya penggunaan jasa komunikasi
seluler yaitu penggunaan pulsa telepon seluler serta pelayanan
komunikasi lainnya seperti layanan Blackberry dan internet.
Demikian halnya dengan jasa penunjang angkutan, pada tahun
2011 mengalami peningkatan LPE sekitar 0,31 persen jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE sub sektor jasa
penunjang angkutan pada tahun 2011 sekitar 6,18 persen. Peningkatan
ini sebagai dampak dari meningkatnya kinerja produksi sub sektor jasa
penunjang angkutan seperti jasa parkir serta jasa tol.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
80
Grafik 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Selanjutnya sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa
perusahaan sebagai salah satu penopang aktivitas kegiatan ekonomi
juga mengalami peningkatan LPE pada tahun 2011. Pada tahun ini
LPE sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan mencapai
8,56 persen atau meningkat sekitar 0,03 persen dari tahun
sebelumnya. Peningkatan LPE tertinggi terjadi pada sub sektor jasa
perusahaan yaitu sekitar 1,00 persen. Adapun sub sektor bank sebagai
sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan
NTB sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan
mengalami peningkatan LPE sekitar 0,17 persen, sedangkan LPE sub
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
81
sektor lembaga keuangan bukan bank mengalami peningkatan sekitar
0,07 persen yaitu dari 10,89 persen pada tahun 2010 menjadi 10,97
persen pada tahun 2011. Adapun sub sektor usaha persewaan
mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
yaitu tumbuh sekitar 10,46 persen sedangkan tahun 2010 mampu
tumbuh sekitar 11,24 persen. Walaupun Kota Bandung sebagai daerah
tujuan migran dari luar Kota Bandung untuk menuntut ilmu dan
mencari nafkah di Kota Bandung mengakibatkan usaha persewaan
bangunan seperti kontrakan rumah dan kos-kosan terus tumbuh
menjamur, daya dukungnya menjadi jenuh sehingga pertumbuhannya
pun relatif melambat. Pertumbuhan usaha persewaan bangunan tahun
2011 jika dinilai atas dasar harga konstan mengalami perlambatan,
akan tetapi jika dinilai atas dasar harga berlaku mengalami
peningkatan dikarenakan angka inflasinya cukup tinggi. Perlu
dipahami bahwa di satu sisi kondisi ini mendukung pada tumbuhnya
perekonomian Kota Bandung, namun satu hal yang juga perlu
diperhatikan adalah bagaimana daya dukung dan daya tampung
(carrying cappacity) dari lingkungan Kota Bandung itu sendiri.
Apabila LPE Kota Bandung dijadikan sebagai dasar (base line)
dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektoral
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama,
adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata
(8,73 persen). Kelompok kedua, adalah sektor yang berhasil
mencapai pertumbuhan positif namun masih berada di bawah LPE
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
82
rata-rata. Kelompok ketiga, adalah sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif.
Tabel 4.11 LPE Sektor Ekonomi Tahun 2010 - 2011
Sektor LPE 2010 Kelompok LPE 2011 Kelompok
[1] [2] [3] [4] [5]
Pertanian (14,94) 3 5,89 2
Pertambangan - - - -
Industri Pengolahan 3,52 2 3,70 2
Listrik, Gas dan Air
Bersih
10,47 1 10,74 1
Konstruksi 11,20 1 11,94 1
Perdagangan, Hotel,
Restoran
10,97 1 11,23 1
Pengangkutan dan
Komunikasi
11,25 1 10,97 1
Keuangan, Usaha
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
8,53 1 8,56 2
Jasa-jasa 7,55 2 7,26 2
PDRB 8,45 8,73
Sumber : BPS Kota Bandung
Pada tahun 2010 terdapat lima sektor ekonomi yang berada
pada kelompok pertama, yaitu sektor yang memiliki kinerja lebih
tinggi dari kinerja rata-rata. Kelima sektor yang berada pada kelompok
pertama adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi;
sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
83
komunikasi; serta sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa
perusahaan. Adapun sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa
termasuk kelompok kedua yang memiliki LPE positif namun amsih
lebih rendah dari LPE rata-rata, sedangkan pada tahun 2010 sektor
pertanian termasuk apda kelompok ketiga, yaitu mengalami
pertumbuhan negatif.
Pada tahun 2011 terjadi pergeseran kelompok, yaitu sektor
keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan menjadi kelompok
kedua dimana sebelumnya berada pada kelompok pertama. Maka pada
tahun 2011 ini terdapat empat sektor ekonomi yang termasuk
kelompok pertama, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor
konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Adapun keempat sektor lainnya yaitu
sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor keuangan, usaha
persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa termasuk pada
kelompok kedua, yatiu LPE sektor (kinerja sektor) lebih rendah dari
LPE rata-rata (kinerja Kota Bandung) walaupun masih tumbuh positif.
Terdapat satu hal yang perlu disadari terkait dengan angka
LPE. Tingginya LPE Kota Bandung menunjukkan tingginya kinerja
ekonomi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Bandung, yaitu
terjadi peningkatan kinerja produksi dari berbagai kegiatan ekonomi
yang ada. Namun ada kalanya tingginya LPE ini tidak sejalan dengan
tingginya tingkat daya beli masyarakat atau pendapatan masyarakat.
Perlu dipahami bahwa sebagian besar usaha-usaha besar di Kota
Bandung kepemilikannya adalah penduduk luar Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
84
sehingga tingginya pertumbuhan tersebut seringkali hanya dinikmati
oleh beberapa lapisan masyarakat saja. Adapun sebagian besar
masyarakat yang juga ikut berpartisipasi dalam proses ekonomi
khususnya yang berstatus sebagai buruh atau karyawan, hanya
menikmati sebagian kecil saja dari pertumbuhan tersebut. Walaupun
secara ilmu ekonomi akan terjadi transfer in and transfer out ketika
ada usaha di luar Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk Kota
Bandung dan usaha di Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk luar
Kota Bandung. Walaupun seringkali hal ini menjadi perdebatan, LPE
tinggi tetapi daya beli masyarakat masih rendah. LPE dihitung
berdasarkan perkembangan PDRB suatu wilayah, yaitu perkembangan
dari aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Adapun daya beli
masyarakat adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya, dan belum tentu mereka menikmati
pertumbuhan yang tinggi. Oleh karena itu upaya percepatan
pertumbuhan saja tidak cukup, yang lebih penting adalah bagaimana
angka pertumbuhan tersebut bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Yang perlu dicapai adalah adanya pemerataan
pendapatan masyarakat sehingga pendapatan per kapita adalah riil
bisa dinikmati.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
85
4.3 PDRB per Kapita
Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan
kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita
atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima
penduduk di suatu wilayah berarti tingkat kesejahteraannya
bertambah baik dan sebaliknya penurunan pendapatan per kapita
berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Dengan asumsi
bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar
(transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer
masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan
PDRB per kapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya mendapatkan
data pendapatan yang masuk dan keluar.
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa
diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas
produksi. PDRB per kapita dihitung dengan cara PDRB dibagi jumlah
penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang dipakai
dalam publikasi ini menggunakan angka proyeksi penduduk
pertengahan tahun yang didasarkan dari hasil Penyusunan Dana
Alokasi Umum(DAU) 2011 .
PDRB per kapita masyarakat Kota Bandung tahun 2011 jika
dinilai atas dasar harga berlaku adalah sekitar Rp 39.219.772. Angka
ini diperoleh dari angka PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan
jumlah penduduk Kota Bandung pertengahan tahun. Dalam angka
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
86
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku ini masih terkandung
adanya inflasi.
Tabel 4.12 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2008 2011
Tahun
ADHBerlaku
(Rupiah)
Pertumbuhan
(%)
ADHKonstan
2000
(Rupiah)
Pertumbuhan
(%)
[1] [2] [3] [4] [5]
2008
26.365.372
18,18
11.767.971
6,91
2009
30.455.029
15,51
12.665.526
7,63
2010*)
34.240.720
12,43
13.235.475
4,50
2011**)
39.219.772
14,54
14.136.757
6,81
Sumber : BPS Kota Bandung
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2010
sebesar Rp 34.240.720 meningkat menjadi sebesar Rp 39.219.772
pada tahun 2011. Dengan asumsi PDRB per kapita sama dengan
pendapatan per kapita secara ekonomi, maka pendapatan per kapita
penduduk Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 14,54 persen
pada tahun 2011. Relatif tingginya persentase kenaikan PDRB per
kapita atas dasar harga berlaku namun dalam kenaikkan PDRB per
kapita tersebut masih terkandung kenaikan yang disebabkan oleh
harga/inflasi sehingga kurang mencerminkan peningkatan secara riil.
Sebagaimana diketahui bahwa perhitungan PDRB atas dasar harga
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
87
berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh
terhadap daya beli masyarakat.
Grafik 11. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan Kota Bandung Tahun 2008 2011 ( Ribu Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung
Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara
riil biasanya digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan.
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa PDRB per kapita atas dasar harga
konstan pada tahun 2010 sebesar Rp 13.235.475, meningkat sekitar
6,81 persen menjadi Rp 14.136.757 pada tahun 2011. Kondisi ini
menunjukkan bahwa secara nominal pendapatan (PDRB) per kapita
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
88
masyarakat Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan
yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,54 persen, akan tetapi secara riil
peningkatannya hanya sebesar 6,81 persen.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB per kapita ini
adalah pendekatan untuk menghitung pendapatan per kapita
masyarakat dikarenakan sulitnya memperoleh data pendapatan
masyarakat. Menjadi penting mengetahui berapa perkembangan
pendapatan per kapita masyarakat, namun yang lebih penting adalah
bagaimana pendapatan per kapita tersebut merata dirasakan secara riil
oleh seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka setiap upaya pembangunan
ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, maka pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat
dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus
mampu merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi setiap tahapan
proses pembangunan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
89
BAB V PERBANDINGAN REGIONAL
WILAYAH BANDUNG RAYA
5.1 Struktur Ekonomi
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa
Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung
terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut
jumlah penduduk. Menurut http://id.wikipedia.org, wilayah Bandung
Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi) dan Gerbangkertosusila (Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Perkembangan
Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota
Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya
perkembangan wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring
dengan meluasnya ciri perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah
sekitarnya. Pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah
mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian
Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan
sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke
dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
90
sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha
(http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya).
Gambar 5.1 Peta Wilayah Bandung Raya
Sumber : http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map
Perkembangan pembangunan di wilayah Bandung Raya tidak
lepas dari perkembangan pembangunan ekonomi wilayah. Gambaran
perkembangan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB yang tercipta di
masing-masing wilayah. Tabel 5.1 menunjukkan PDRB atas dasar
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
91
harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah Bandung
Raya dan Provinsi Jawa Barat.
Tabel 5.1 PDRB Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
termasuk Migas Tahun 2008 2011 (Milyar Rupiah)
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010*) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Bandung 60.444,49 70.281,16 82.002,18 95.612,86
Kabupaten
Bandung
38.282,17 41.262,10 46.092,24 51.291,76
Kabupaten
Sumedang
10.300,94 11.188,17 12.265,68 13.531,78
Kabupaten
Bandung Barat
14.486,95 15.847,97 17.543,65 19.354,91
Kota Cimahi 10.716,29 11.683,71 12.845,60 14.164,83
Provinsi Jawa
Barat
633.283,48 689.841,31 771.593,86 861.006,35
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Bandung 26.978,91 29.228,27 31.697,28 34.463,63
Kabupaten
Bandung
19.674,49 20.527,54 21.734,66 23.026,24
Kabupaten
Sumedang
5.136,82 5.381,58 5.608,74 5.879,09
Kabupaten
Bandung Barat
7.284,89 7.623,01 8.040,22 8.502,53
Kota Cimahi 5.908,07 6.181,40 6.509,31 6.871,22
Provinsi Jawa
Barat
291.208,84 303.405,25 322.223,82 343.111,24
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
92
PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku pada tahun 2011
memiliki peranan sekitar 11,10 persen terhadap pembentukan PDRB
Provinsi Jawa Barat. Peranan Kota Bandung menunjukkan adanya
peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 peranannya
hanya mencapai 9,54 persen. Adapun Kabupaten Bandung memiliki
peranan pada pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2011
sekitar 5,96 persen. Kabupaten Bandung Barat memiliki peranan
sekitar 2,25 persen, Kabupaten Sumedang memiliki peranan sekitar
1,57 persen dan Kota Cimahi memiliki peranan sekitar 1,65 persen
terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011.
Grafik 5.1 Kontribusi PDRB Bandung Raya
Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
93
Jika dirinci menurut sektor ekonomi, akan terlihat peranan
masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB di masing-masing
wilayah Bandung Raya. Struktur ekonomi Kota Bandung sebagian
besar ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
berkontribusi sekitar 40,61 persen. Adapun struktur ekonomi di
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi
sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan.
Grafik 5.2 Struktur Ekonomi Masing-masing Wilayah Bandung Raya dan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
94
Peranan sektor industri pengolahan terhadap PDRB masing-
masing wilayah lebih dominan dibandingkan sektor lainnya, yaitu
Kabupaten Bandung sekitar 58,72 persen, Kabupaten Bandung Barat
sekitar 42,35 persen, dan Kota Cimahi sekitar 58,03 persen. Adapun
PDRB Kabupaten Sumedang ditopang oleh peranan sektor pertanian
dan sektor perdagangan yang hampir berimbang (peranan sektor
pertanian 28,82 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar
27,01 persen).
Di Provinsi Jawa Barat sendiri, sektor ekonomi penopang
struktur perekonomian adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun
2011 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 37,16
persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Adapun
sektor perdagangan berkontribusi sekitar 22,58 persen dan sektor
pertanian berkontribusi sekitar 11,98 persen.
5.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja perekonomian
seluruh aktivitas/kegiatan perekonomian di wilayah. Pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung pada tahun 2011 lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota di wilayah Bandung Raya dan
pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011
LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat berada pada level 6,48 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
95
Tabel 5.2 LPE Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
termasuk Migas Tahun 2008 2011 (Persen)
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010*) 2011**)
[1] [2] [3] [4] [5]
Kota Bandung 8,17 8,34 8,45 8,73
Kabupaten Bandung 5,30 4,34 5,88 5,94
Kabupaten Sumedang 4,58 4,76 4,22 4,82
Kabupaten Bandung
Barat
6,95 4,64 5,47 5,75
Kota Cimahi 4,77 4,63 5,30 5,56
Provinsi Jawa Barat 6,21 4,19 6,20 6,48
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
Jika rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai dasar
analisis, maka Kota Bandung berada pada kelompok pertama, yaitu
memiliki LPE lebih tinggi dari LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal
ini mengindikasikan kinerja sektor ekonomi di Kota Bandung lebih
tinggi dari rata-rata kinerja sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal
ini dapat dimaklumi karena Kota Bandung sebagai salah satu pusat
pertumbuhan berbagai kegaitan ekonomi. Adapun Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kota
Cimahi berada pada kelompok kedua, yaitu kinerja ekonomi masih
tumbuh positif namun lebih rendah dari rata-rata kinerja ekonomi
Provinsi Jawa Barat.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
96
Grafik 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Bandung Raya dan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
5.3 PDRB Per Kapita
PDRB per kapita merupakan salah satu pendekatan untuk
mengetahui pendapatan per kapita masyarakat. Indikator pendapatan
per kapita sering digunakan sebagai base line yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Kendati masih banyak kelemahan
dari indikator ini, namun sampai dengan saat ini indikator PDRB per
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
97
kapita banyak diguankan untuk mengetaui perkembangan
pembangunan di suatu wilayah.
PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku
tahun 2011 mencapai Rp 17.836.787, sedangkan jika dihitung atas
dasar harga konstan sebesar Rp 7.455.880. PDRB per kapita Kota
Bandung dan Kota Cimahi berada di atas rata-rata PDRB per kapita
Provinsi Jawa Barat. Adapun PDRB per kapita Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang masih berada di
bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat.
Tabel 5.3 PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2011 (Rupiah)
Kabupaten/Kota
Atas Dasar
Harga Berlaku
Atas Dasar Harga
Konstan 2000
[1] [2] [3]
Kota Bandung 39.219.772 14.136.757
Kabupaten Bandung 15.852.245 7.116.495
Kabupaten Sumedang 12.589.364 5.530.457
Kabupaten Bandung Barat 12.155.332 5.281.075
Kota Cimahi 25.712.444 12.472.857
Provinsi Jawa Barat 17.836.787 7.455.880
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,diolah
**) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
98
Tabel 5.4 menunjukkan perbandingan laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dan PDRB per
kapita kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dengan laju
pertumbuhan dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Kabupaten/
kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per
kapita Provinsi Jawa Barat terletak pada kuadran I, yaitu Kota
Bandung.
Tabel 5.4 Laju Pertumbuhan Dan PDRB Per Kapita Wilayah
Bandung Raya Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Rp 17.836.787
L
P
E
PDRB Per Kapita Jawa Barat
6,48
Kota Cimahi Kota Bandung
Kab. Bandung
Kab. Bandung Barat
Kab. Sumedang
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
99
Pada kuadran II, adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung
Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dengan
PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan
PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Yang termasuk pada kuadran II
adalah Kota Cimahi.
Adapun kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang
memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih
rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi
Jawa Barat ada pada kuadran III. Pada kuadran ini terdapat
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Bawar, dan Kabupaten
Sumedang. Pada kuadran IV, tidak ada kabupaten/kota di wilayah
Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, namun PDRB
per kapitanya lebih rendah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2007 - 2010
100
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2009. Kajian Awal Penyusunan Indeks
Pembangunan Regional. Jakarta : BPS
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011. Produk Domestik
Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa
Barat Tahun 2007 - 2010. Bandung : BPS
______________. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Triwulan I - IV dalam Berita Resmi Statistik. Bandung :
BPS
______________. 2012. Tabulasi Kompilasi PDRB Kabupaten Kota
di Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha. Tdiak
dipublikasikan
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2011. Produk Domestik Regional
Bruto Kota Bandung Tahun 2007-2010. Bandung : BPS.
Lincoln, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan
Daerah. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Widodo, Suseno Triyanto. Indikator Ekonomi : Dasar Perhitungan
Perekonomian Indonesia. Jakarta : Kanisius
(http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya).
diunduh tanggal 24 September 2012 pukul 15.30
http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map diunduh tanggal 24
September 2012 pukul 15.40
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 156.030 168.080 161.743 192.743
1.1 Tanaman Bahan makanan 56.560 60.825 40.963 49.613
1.2 Perkebunan - -
1.3 Peternakan 84.799 90.365 101.401 120.368
1.4 Kehutanan - -
1.5 Perikanan 14.672 16.891 19.379 22.762
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 15.548.704 17.208.403 19.990.518 22.482.061
3.1 Industri Migas - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 15.548.704 17.208.403 19.990.518 22.482.061
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.037.433 1.240.242 1.418.771 1.769.223
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9.271.085 9.825.658 11.229.108 12.005.961
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184.702 203.484 238.007 270.845
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 243.998 288.698 349.194 425.936
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.203.795 1.404.535 1.628.442 1.818.966
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 39.319 52.380 58.368 72.889
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 1.481 1.580 1.827 2.168
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.297.036 3.890.730 4.702.861 5.673.701
3.2.9 Barang Lainnya 269.856 301.097 363.938 442.372
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1.363.365 1.616.732 1.892.657 2.201.593
4.1 Listrik 1.199.932 1.418.738 1.671.109 1.937.612
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 163.433 197.994 221.547 263.981
BANGUNAN/KONTRUKSI 2.604.004 3.223.944 3.826.745 4.425.332
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 24.231.805 28.781.328 33.301.560 39.436.088
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 21.782.689 25.791.441 29.642.016 35.001.949
6.2 Hotel 598.234 753.336 988.199 1.171.325
6.3 Restoran 1.850.881 2.236.551 2.671.345 3.262.815
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.091.588 8.272.059 9.813.959 11.841.320
7.1 Pengangkutan 3.921.257 4.615.735 5.446.450 6.677.780
7.1.1 Angkutan Rel 275.291 298.670 350.098 419.996
7.1.2 Angkutan J alan Raya 2.167.420 2.521.534 3.039.644 3.701.550
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 1.213.827 1.500.072 1.714.369 2.138.849
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 264.719 295.459 342.340 417.386
7.2 Komunikasi 3.170.331 3.656.324 4.367.509 5.163.539
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 3.876.664 4.402.111 5.110.879 6.094.630
8.1 Bank 1.934.462 2.151.650 2.513.292 2.961.272
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 513.323 613.760 707.981 877.364
8.3 Sewa Bangunan 997.447 1.126.639 1.304.912 1.602.593
8.4 J asa Perusahaan 431.432 510.062 584.694 653.401
JASA - JASA 5.572.326 6.608.505 7.904.116 8.939.096
9.1 Pemerintahan Umum 4.101.834 4.932.174 5.998.017 6.720.087
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2.743.137 3.159.037 3.881.917 4.339.875
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 1.358.697 1.773.137 2.116.100 2.380.211
9.2 Swasta 1.470.492 1.676.331 1.906.099 2.219.009
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 421.217 476.724 534.002 631.508
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 87.305 105.452 123.699 141.692
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 961.970 1.094.156 1.248.399 1.445.810
PDRB 60.444.487 70.281.163 82.002.176 95.612.863
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
(J uta Rp)
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
101
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 71.510 74.461 63.340 67.070
1.1 Tanaman Bahan makanan 29.018 30.421 16.773 17.375
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 34.524 35.336 37.417 39.859
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 7.968 8.704 9.151 9.836
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 7.544.621 7.792.641 8.067.254 8.365.548
3.1 Industri Migas
3.2 Industri Tanpa Migas 7.544.621 7.792.641 8.067.254 8.365.548
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 360.401 401.747 443.887 491.686
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4.906.714 4.936.212 4.931.807 4.935.382
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 99.889 102.123 110.278 119.215
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 124.676 132.768 144.995 157.202
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 537.893 569.088 584.883 607.921
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 21.884 22.703 24.048 25.707
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 548 557 604 656
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1.367.816 1.491.670 1.670.929 1.852.715
3.2.9 Barang Lainnya 124.800 135.774 155.823 175.064
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 628.223 689.731 761.964 843.768
4.1 Listrik 556.814 609.324 674.281 747.816
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 71.409 80.407 87.682 95.953
BANGUNAN/KONTRUKSI 1.308.240 1.432.099 1.592.431 1.782.526
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 10.302.814 11.375.644 12.623.317 14.040.746
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 9.085.828 10.011.651 11.091.654 12.304.356
6.2 Hotel 263.401 290.059 326.554 376.388
6.3 Restoran 953.585 1.073.935 1.205.108 1.360.003
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.851.891 3.147.347 3.501.283 3.885.215
7.1 Pengangkutan 1.454.963 1.638.973 1.830.918 2.032.292
7.1.1 Angkutan Rel 81.505 86.563 92.256 99.764
7.1.2 Angkutan J alan Raya 809.504 908.123 1.034.122 1.178.016
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 440.986 513.474 566.058 607.478
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 122.967 130.812 138.481 147.033
7.2 Komunikasi 1.396.929 1.508.374 1.670.366 1.852.923
1. Pos dan Telekomunikasi 1.380.530 1.508.374 1.670.366 1.852.923
2. J asa Penunjang Komunikasi
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 1.419.150 1.538.871 1.670.210 1.813.112
8.1 Bank 457.735 487.060 509.662 534.195
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 252.049 276.799 306.956 340.622
8.3 J asa Penunjang Keuangan - - - -
8.3 Sewa Bangunan 481.775 533.054 592.966 654.962
8.4 J asa Perusahaan 227.590 241.957 260.626 283.332
JASA - JASA 2.852.460 3.177.476 3.417.482 3.665.646
9.1 Pemerintahan Umum 2.014.060 2.268.834 2.422.819 2.581.028
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.336.717 1.460.137 1.535.341 1.628.371
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 677.343 808.697 887.479 952.658
9.2 Swasta 838.400 908.642 994.663 1.084.618
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 279.021 306.599 332.631 361.094
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 44.378 48.514 51.740 55.633
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 515.001 553.529 610.292 667.892
PDRB 26.978.909 29.228.272 31.697.282 34.463.631
*) Angka Perbaikan 26.949.309
**) Angka Sementara 4.877.114
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011
(J uta Rp)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
102
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 10,58 7,72 (3,77) 19,17
1.1 Tanaman Bahan makanan 11,30 7,54 (32,65) 21,12
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 11,39 6,56 12,21 18,71
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 3,64 15,12 14,73 17,46
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 15,97 10,67 16,17 12,46
3.1 Industri Migas - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 15,97 10,67 16,17 12,46
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 74,07 65,46 36,76 42,65
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 23,98 21,08 21,12 22,19
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 29,53 22,74 28,86 33,10
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 42,65 54,54 43,11 47,54
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 32,19 44,03 35,28 29,51
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 45,71 62,87 48,45 39,16
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 18,18 18,80 23,35 37,19
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 27,39 30,42 42,64 45,83
3.2.9 Barang Lainnya 51,50 52,11 34,86 46,92
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 14,80 18,58 17,07 16,32
4.1 Listrik 13,65 18,23 17,79 15,95
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 24,00 21,15 11,90 19,15
BANGUNAN/KONTRUKSI 12,92 23,81 18,70 15,64
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 20,66 18,78 15,71 18,42
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 21,15 18,40 14,93 18,08
6.2 Hotel 12,43 25,93 31,18 18,53
6.3 Restoran 17,89 20,84 19,44 22,14
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 19,63 16,65 18,64 20,66
7.1 Pengangkutan 20,57 17,71 18,00 22,61
7.1.1 Angkutan Rel 15,15 8,49 17,22 19,97
7.1.2 Angkutan J alan Raya 16,85 16,34 20,55 21,78
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 30,45 23,58 14,29 24,76
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 16,22 11,61 15,87 21,92
7.2 Komunikasi 18,49 15,33 19,45 18,23
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 21,36 13,55 16,10 19,25
8.1 Bank 28,08 11,23 16,81 17,82
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 10,18 19,57 15,35 23,92
8.3 Sewa Bangunan 16,49 12,95 15,82 22,81
8.4 J asa Perusahaan 19,20 18,23 14,63 11,75
JASA - JASA 29,42 18,60 19,61 13,09
9.1 Pemerintahan Umum 34,37 20,24 21,61 12,04
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 34,37 15,16 22,88 11,80
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 22,96 30,50 19,34 12,48
9.2 Swasta 17,37 14,00 13,71 16,42
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 19,01 13,18 12,01 18,26
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 14,31 20,79 17,30 14,55
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 16,95 13,74 14,10 15,81
PDRB 19,57 16,27 16,68 16,60
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
103
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 3,68 4,13 (14,94) 5,89
1.1 Tanaman Bahan makanan 5,10 4,83 (44,86) 3,59
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 2,57 2,35 5,89 6,53
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 3,48 9,24 5,13 7,49
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 3,48 3,29 3,52 3,70
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 3,48 3,29 3,52 3,70
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 12,15 11,47 10,49 10,77
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2,86 0,60 (0,09) 0,07
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 7,06 2,24 7,99 8,10
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 23,51 6,49 9,21 8,42
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,49 5,80 2,78 3,94
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 9,53 3,75 5,92 6,90
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 5,49 1,64 8,38 8,58
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1,76 9,05 12,02 10,88
3.2.9 Barang Lainnya 7,91 8,79 14,77 12,35
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,12 9,79 10,47 10,74
4.1 Listrik 8,84 9,43 10,66 10,91
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 11,38 12,60 9,05 9,43
BANGUNAN/KONTRUKSI 7,33 9,47 11,20 11,94
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 10,00 10,41 10,97 11,23
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 10,14 10,19 10,79 10,93
6.2 Hotel 7,92 10,12 12,58 15,26
6.3 Restoran 9,24 12,62 12,21 12,85
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 9,15 10,36 11,25 10,97
7.1 Pengangkutan 5,24 12,65 11,71 11,00
7.1.1 Angkutan Rel 4,57 6,21 6,58 8,14
7.1.2 Angkutan J alan Raya 5,66 12,18 13,87 13,91
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 4,42 16,44 10,24 7,32
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 5,91 6,38 5,86 6,18
7.2 Komunikasi 13,53 7,98 10,74 10,93
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 5,45 8,44 8,53 8,56
8.1 Bank 5,46 6,41 4,64 4,81
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 4,96 9,82 10,89 10,97
8.3 Sewa Bangunan 5,29 10,64 11,24 10,46
8.4 J asa Perusahaan 6,34 6,31 7,72 8,71
JASA - JASA 15,85 11,39 7,55 7,26
9.1 Pemerintahan Umum 19,02 12,65 6,79 6,53
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 21,45 9,23 5,15 6,06
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 14,49 19,39 9,74 7,34
9.2 Swasta 8,88 8,38 9,47 9,04
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 7,47 9,88 8,49 8,56
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 4,03 9,32 6,65 7,52
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 10,11 7,48 10,25 9,44
PDRB 8,17 8,34 8,45 8,73
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung
(Persen)
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
104
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 0,26 0,24 0,20 0,20
1.1 Tanaman Bahan makanan 0,09 0,09 0,05 0,05
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 0,14 0,13 0,12 0,13
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 0,02 0,02 0,02 0,02
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 25,72 24,49 24,38 23,51
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 25,72 24,49 24,38 23,51
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,72 1,76 1,73 1,85
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 15,34 13,98 13,69 12,56
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,31 0,29 0,29 0,28
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,40 0,41 0,43 0,45
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1,99 2,00 1,99 1,90
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,07 0,07 0,07 0,08
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,45 5,54 5,74 5,93
3.2.9 Barang Lainnya 0,45 0,43 0,44 0,46
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,26 2,30 2,31 2,30
4.1 Listrik 1,99 2,02 2,04 2,03
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 0,27 0,28 0,27 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI 4,31 4,59 4,67 4,63
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 40,09 40,95 40,61 41,25
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 36,04 36,70 36,15 36,61
6.2 Hotel 0,99 1,07 1,21 1,23
6.3 Restoran 3,06 3,18 3,26 3,41
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 11,73 11,77 11,97 12,38
7.1 Pengangkutan 6,49 6,57 6,64 6,98
7.1.1 Angkutan Rel 0,46 0,42 0,43 0,44
7.1.2 Angkutan J alan Raya 3,59 3,59 3,71 3,87
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 2,01 2,13 2,09 2,24
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 0,44 0,42 0,42 0,44
7.2 Komunikasi 5,25 5,20 5,33 5,40
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 6,41 6,26 6,23 6,37
8.1 Bank 3,20 3,06 3,06 3,10
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,85 0,87 0,86 0,92
8.3 Sewa Bangunan 1,65 1,60 1,59 1,68
8.4 J asa Perusahaan 0,71 0,73 0,71 0,68
JASA - JASA 9,22 9,40 9,64 9,35
9.1 Pemerintahan Umum 6,79 7,02 7,31 7,03
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4,54 4,49 4,73 4,54
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 2,25 2,52 2,58 2,49
9.2 Swasta 2,43 2,39 2,32 2,32
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 0,70 0,68 0,65 0,66
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 0,14 0,15 0,15 0,15
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 1,59 1,56 1,52 1,51
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
(Persen)
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
105
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 0,27 0,25 0,20 0,19
1.1 Tanaman Bahan makanan 0,11 0,10 0,05 0,05
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 0,13 0,12 0,12 0,12
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 0,03 0,03 0,03 0,03
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 27,96 26,66 25,45 24,27
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 27,96 26,66 25,45 24,27
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,34 1,37 1,40 1,43
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 18,19 16,89 15,56 14,32
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,37 0,35 0,35 0,35
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,46 0,45 0,46 0,46
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1,99 1,95 1,85 1,76
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,08 0,08 0,08 0,07
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,07 5,10 5,27 5,38
3.2.9 Barang Lainnya 0,46 0,46 0,49 0,51
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,33 2,36 2,40 2,45
4.1 Listrik 2,06 2,08 2,13 2,17
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 0,26 0,28 0,28 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI 4,85 4,90 5,02 5,17
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 38,19 38,92 39,82 40,74
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 33,68 34,25 34,99 35,70
6.2 Hotel 0,98 0,99 1,03 1,09
6.3 Restoran 3,53 3,67 3,80 3,95
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,57 10,77 11,05 11,27
7.1 Pengangkutan 5,39 5,61 5,78 5,90
7.1.1 Angkutan Rel 0,30 0,30 0,29 0,29
7.1.2 Angkutan J alan Raya 3,00 3,11 3,26 3,42
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 1,63 1,76 1,79 1,76
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 0,46 0,45 0,44 0,43
7.2 Komunikasi 5,18 5,16 5,27 5,38
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 5,26 5,27 5,27 5,26
8.1 Bank 1,70 1,67 1,61 1,55
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,93 0,95 0,97 0,99
8.3 Sewa Bangunan 1,79 1,82 1,87 1,90
8.4 J asa Perusahaan 0,84 0,83 0,82 0,82
JASA - JASA 10,57 10,87 10,78 10,64
9.1 Pemerintahan Umum 7,47 7,76 7,64 7,49
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4,95 5,00 4,84 4,72
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 2,51 2,77 2,80 2,76
9.2 Swasta 3,11 3,11 3,14 3,15
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 1,03 1,05 1,05 1,05
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 0,16 0,17 0,16 0,16
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 1,91 1,89 1,93 1,94
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011
Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
106
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 204,30 220,08 211,78 252,37
1.1 Tanaman Bahan makanan 170,24 183,08 123,30 149,33
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 253,63 270,28 303,29 360,02
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 151,01 173,84 199,45 234,27
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 346,77 383,79 445,83 501,40
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 346,77 383,79 445,83 501,40
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.160,69 1.387,59 1.587,33 1.979,42
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 364,38 386,17 441,33 471,86
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 660,07 727,19 850,57 967,92
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 516,22 610,79 738,78 901,13
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 373,66 435,97 505,47 564,61
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 302,25 402,64 448,68 560,30
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 24,49 26,13 30,21 35,84
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 237,62 280,41 338,94 408,91
3.2.9 Barang Lainnya 585,24 653,00 789,28 959,38
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 431,46 511,64 598,96 696,73
4.1 Listrik 429,34 507,63 597,93 693,29
4.2 Gas Kota - - 1,00 1,00
4.3 Air Bersih 447,68 542,35 606,86 723,10
BANGUNAN/KONTRUKSI 337,56 417,92 496,07 573,66
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 469,17 557,26 644,78 763,55
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 492,15 582,73 669,73 790,83
6.2 Hotel 417,79 526,10 690,12 818,01
6.3 Restoran 310,73 375,48 448,47 547,77
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 489,33 570,78 677,17 817,06
7.1 Pengangkutan 452,04 532,10 627,86 769,81
7.1.1 Angkutan Rel 720,46 781,65 916,24 1.099,17
7.1.2 Angkutan J alan Raya 381,69 444,05 535,29 651,85
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 632,63 781,82 893,51 1.114,74
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 380,72 424,93 492,36 600,29
7.2 Komunikasi 544,92 628,46 750,70 887,52
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 456,42 518,28 601,73 717,55
8.1 Bank 988,83 1.099,85 1.284,70 1.513,70
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 297,44 355,63 410,23 508,37
8.3. J asa Penunjang Keuangan - - 1,00 1,00
8.3 Sewa Bangunan 294,01 332,09 384,64 472,39
8.4 J asa Perusahaan 304,04 359,45 412,04 460,46
JASA - JASA 304,17 360,73 431,45 487,94
9.1 Pemerintahan Umum 323,51 389,00 473,06 530,01
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 348,95 401,86 493,81 552,07
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 282,00 368,01 439,20 494,01
9.2 Swasta 260,69 297,18 337,92 393,39
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 205,15 232,18 260,08 307,57
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 367,29 443,63 520,39 596,08
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 287,17 326,63 372,68 431,61
PDRB 404,50 470,33 548,76 639,85
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 4.1 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
(Persen)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
107
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 93,63 97,50 82,94 87,82
1.1 Tanaman Bahan makanan 87,34 91,57 50,49 52,30
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 103,26 105,69 111,91 119,22
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 82,01 89,59 94,19 101,24
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 168,26 173,79 179,92 186,57
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 168,26 173,79 179,92 186,57
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 403,22 449,48 496,62 550,10
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 192,85 194,00 193,83 193,97
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 356,97 364,96 394,10 426,04
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 263,77 280,89 306,76 332,59
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 166,96 176,64 181,55 188,70
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 168,22 174,52 184,86 197,61
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 9,06 9,21 9,98 10,84
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 98,58 107,51 120,43 133,53
3.2.9 Barang Lainnya 270,66 294,46 337,94 379,67
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 198,81 218,28 241,14 267,02
4.1 Listrik 199,23 218,02 241,26 267,57
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 195,60 220,25 240,18 262,83
BANGUNAN/KONTRUKSI 169,59 185,65 206,43 231,07
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 199,48 220,25 244,41 271,85
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 205,28 226,20 250,60 278,00
6.2 Hotel 183,95 202,57 228,05 262,86
6.3 Restoran 160,09 180,30 202,32 228,32
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 196,78 217,17 241,59 268,08
7.1 Pengangkutan 167,73 188,94 211,07 234,28
7.1.1 Angkutan Rel 213,31 226,55 241,44 261,09
7.1.2 Angkutan J alan Raya 142,56 159,92 182,11 207,45
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 229,84 267,62 295,02 316,61
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 176,85 188,14 199,17 211,47
7.2 Komunikasi 240,11 259,26 287,11 318,48
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 167,08 181,18 196,64 213,47
8.1 Bank 233,98 248,97 260,52 273,06
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 146,05 160,39 177,86 197,37
8.3. J asa Penunjang Keuangan - - 1,00 1,00
8.3 Sewa Bangunan 142,01 157,13 174,79 193,06
8.4 J asa Perusahaan 160,39 170,51 183,67 199,67
JASA - JASA 155,70 173,44 186,54 200,09
9.1 Pemerintahan Umum 158,85 178,94 191,09 203,56
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 170,04 185,74 195,31 207,14
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 140,58 167,85 184,20 197,72
9.2 Swasta 148,63 161,09 176,34 192,28
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 135,89 149,33 162,00 175,87
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 186,69 204,09 217,67 234,04
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 153,74 165,24 182,19 199,38
PDRB 180,54 195,60 212,12 230,63
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 4.2 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung
(Persen)
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
108
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 218,19 225,73 255,36 287,38
1.1 Tanaman Bahan makanan 194,91 199,95 244,23 285,54
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 245,62 255,73 271,00 301,99
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 184,13 194,05 211,76 231,41
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 206,09 220,83 247,80 268,75
3.1 Industri Migas - - - -
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - -
3.1.2 Gas Alam Cair - - - -
3.2 Industri Tanpa Migas 206,09 220,83 247,80 268,75
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 287,86 308,71 319,62 359,83
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 188,95 199,05 227,69 243,26
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184,91 199,25 215,82 227,19
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 195,71 217,45 240,83 270,95
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 223,80 246,80 278,42 299,21
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 179,67 230,71 242,71 283,54
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 270,29 283,66 302,67 330,70
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 241,04 260,83 281,45 306,24
3.2.9 Barang Lainnya 216,23 221,76 233,56 252,69
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 217,02 234,40 248,39 260,92
4.1 Listrik 215,50 232,84 247,84 259,10
4.2 Gas Kota - - - -
4.3 Air Bersih 228,87 246,24 252,67 275,11
BANGUNAN/KONTRUKSI 199,05 225,12 240,31 248,26
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 235,20 253,01 263,81 280,87
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 239,74 257,61 267,25 284,47
6.2 Hotel 227,12 259,72 302,61 311,20
6.3 Restoran 194,10 208,26 221,67 239,91
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 248,66 262,83 280,30 304,78
7.1 Pengangkutan 269,51 281,62 297,47 328,58
7.1.1 Angkutan Rel 337,76 345,03 379,49 420,99
7.1.2 Angkutan J alan Raya 267,75 277,66 293,93 314,22
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 275,25 292,14 302,86 352,09
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 215,28 225,86 247,21 283,87
7.2 Komunikasi 226,95 242,40 261,47 278,67
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 273,17 286,06 306,00 336,14
8.1 Bank 422,62 441,76 493,13 554,34
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 203,66 221,73 230,65 257,58
8.3. J asa Penunjang Keuangan - - - -
8.3 Sewa Bangunan 207,04 211,36 220,07 244,68
8.4 J asa Perusahaan 189,57 210,81 224,34 230,61
JASA - JASA 195,35 207,98 231,28 243,86
9.1 Pemerintahan Umum 203,66 217,39 247,56 260,36
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 205,21 216,35 252,84 266,52
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 200,59 219,26 238,44 249,85
9.2 Swasta 175,39 184,49 191,63 204,59
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 150,96 155,49 160,54 174,89
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 196,73 217,36 239,08 254,69
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 186,79 197,67 204,56 216,47
PDRB 224,04 240,46 258,70 277,43
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
109
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
PERTANIAN 6,65 3,45 13,12 12,54
1.1 Tanaman Bahan makanan 5,90 2,58 22,15 16,92
1.2 Perkebunan - - - -
1.3 Peternakan 8,60 4,11 5,97 11,43
1.4 Kehutanan - - - -
1.5 Perikanan 0,15 5,38 9,13 9,28
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - -
2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - -
2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - -
2.3 Penggalian - - - -
INDUSTRI PENGOLAHAN 12,07 7,15 12,21 8,45
3.1 Industri Migas
3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi
3.1.2 Gas Alam Cair
3.2 Industri Tanpa Migas 12,07 7,15 12,21 8,45
3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 23,41 7,25 3,53 12,58
3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 11,07 5,35 14,39 6,84
3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4,06 7,76 8,32 5,27
3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 5,75 11,11 10,76 12,50
3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 20,44 10,28 12,81 7,47
3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 11,62 28,41 5,20 16,82
3.2.7 Logam Dasar dan Baja 5,58 4,95 6,70 9,26
3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8,61 8,21 7,91 8,81
3.2.9 Barang Lainnya 26,33 2,56 5,32 8,19
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5,20 8,01 5,97 5,05
4.1 Listrik 4,42 8,05 6,44 4,55
4.2 Gas Kota
4.3 Air Bersih 11,33 7,59 2,61 8,88
BANGUNAN/KONTRUKSI 5,21 13,10 6,75 3,31
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 9,69 7,57 4,27 6,47
6.1 Perdagangan Besar & Eceran 9,99 7,45 3,74 6,44
6.2 Hotel 4,18 14,35 16,52 2,84
6.3 Restoran 7,91 7,30 6,44 8,23
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 9,61 5,70 6,65 8,73
7.1 Pengangkutan 14,57 4,50 5,63 10,46
7.1.1 Angkutan Rel 10,11 2,15 9,99 10,94
7.1.2 Angkutan J alan Raya 10,59 3,70 5,86 6,90
7.1.3 Angkutan laut - - - -
7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - -
7.1.5 Angkutan Udara 24,92 6,14 3,67 16,25
7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 9,74 4,92 9,45 14,83
7.2 Komunikasi 4,36 6,81 7,87 6,58
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 15,08 4,72 6,97 9,85
8.1 Bank 21,44 4,53 11,63 12,41
8.2 Lembaga Keuangan lainnya 4,98 8,87 4,02 11,68
8.3. J asa Penunjang Keuangan
8.3 Sewa Bangunan 10,64 2,09 4,12 11,19
8.4 J asa Perusahaan 12,09 11,21 6,42 2,80
JASA - JASA 11,72 6,46 11,21 5,44
9.1 Pemerintahan Umum 12,90 6,74 13,88 5,17
9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 15,97 5,43 16,86 5,41
9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 7,40 9,31 8,75 4,79
9.2 Swasta 7,79 5,19 3,87 6,76
9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 10,74 3,00 3,25 8,94
9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 9,88 10,49 9,99 6,53
9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 6,21 5,82 3,48 5,83
PDRB 10,54 7,33 7,59 7,24
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
Tabel 6 Inflasi Sektoral Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
110
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Nilai Absolut
PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 60.444.487 70.281.163 82.002.176 95.612.863
PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 26.978.909 29.228.272 31.697.282 34.463.631
J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 2.292.571 2.307.703 2.394.873 2.437.874
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 26.365.372 30.455.029 34.240.720 39.219.772
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 11.767.971 12.665.526 13.235.475 14.136.757
2. Indeks Perkembangan
PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 404,50 470,33 548,76 639,85
PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 180,54 195,60 212,12 230,63
J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 107,32 108,03 112,11 114,12
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 376,92 435,38 489,50 560,68
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 168,23 181,07 189,21 202,10
3. Indeks Berantai
PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 119,57 116,27 116,68 116,60
PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 108,17 108,34 108,45 108,73
J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 101,17 100,66 103,78 101,80
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 118,18 115,51 112,43 114,54
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 106,91 107,63 104,50 106,81
Indeks Harga Implisit PDRB 224,04 240,46 258,70 277,43
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
dan PDRB Per Kapita Kota Bandung
Tahun 2008 - 2011
Tabel 7. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung
Tahun 2008-2011
111
DA T A
MENCERDASKANBANGSA
BADANPUSAT STATISTIK
KOTA BANDUNG
Jl. Jendral Gatot Subroto No 93 Bandung
Telepon : (022) 7305091
Email : bps3273@mailhost.bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai