Menurut Lapangan Usaha Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Katalog BPS Nomor : 9205.3273 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2011 ISSN : 0854.9304 No. Publikasi : 3273.1201 Katalog BPS : 9205.3273 Jumlah halaman : 75 halaman Ukuran buku : 18,2 cm x 25,7 cm Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Bandung Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya TimPenyusun Penyunting : Ir. Hj. Sri Daty Ir. Ima Primasari Penulis : Isti Larasati Widiastuty, SST, MP Pengolah data/ Penyiapan Draft : Ir. Ima Primasari Isti Larasati Widiastuty, SST, MP Jonrial Nasution Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 i KATA PENGANTAR Pembangunan ekonomi dilakukan semata-mata untuk meningkatan kesejahteraan rakyat, demikian halnya pembangunan ekonomi di Kota Bandung. Strategi pembangunan yang dilakukan beberapa dekade terakhir ini tidak hanya memacu pertumbuhan ekonomi, namun bagaimana pertumbuhan ekonomi yang tercipta tersebut dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 diharapkan dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi makro hasil pembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2008 - 2011. Publikasi PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 ini memuat gambaran mengenai laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, perkembangan ekonomi, dan pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan dimasa yang akan datang. Bandung, September 2012 BPS Kota Bandung Kepala, Ir. Hj. Sri Daty NIP. 19591107 198503 2 002 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 ii DAFTAR ISI Uraian Hal Kata Pengantar .......................... i Daftar Isi .......................... ii Bab I Pendahuluan........................ 1 1.1. Latar Belakang ........................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan............................ 3 1.3. Jenis dan Sumber Data.......................... 4 Bab II Metodologi .......................... 5 2.1. Konsep dan Definisi .......................................... 5 2.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional.................... 11 2.3 Cara Penyajian PDRB.............................. 12 2.4 Metode Penghitungan PDRB 14 2.5 Penyajian Angka Indeks..... . .. 17 Bab III Uraian Sektoral ...................... 20 3.1 Sektor Pertanian............................ 20 3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ...................... 24 3.3 Sektor Industri Pengolahan ........................ 26 3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ....................... 30 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 iii 3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi ........................ 32 3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ....................... 33 3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................... 35 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan....... 40 3.9. Sektor Jasa-Jasa ...................................... 43 Bab IV Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi .............. 46 4.1. Struktur Ekonomi............................................................. 46 4.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 75 4.3. PDRB Per Kapita..... 85 Bab V Perbandingan Regional Wilayah Bandung Raya ......................................................................... 89 5.1. Struktur Ekonomi............................................................. 89 5.2. Pertumbuhan Ekonomi ............... 94 5.3. PDRB Per Kapita..... 96 Daftar Pustaka ........ 100 Lampiran .. 101 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya- sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 :108). Todaro (dalam Arsyad, 1999 : 5) mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok, yaitu ; (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Maka harus disadari bahwa pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas pada bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada bagaimana mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi serta meningktakan kualitas hidup masyarakat. Perlu juga disadari bahwa pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar, mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat terbuka. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi krisis ekonomi dunia Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 2 beberapa waktu lalu, berimbas pada kondisi ekonomi dalam negeri termasuk Kota Bandung. Kondisi perekonomian global yang cenderung membaik sejak terjadinya krisis keuangan tahun 2008 lalu akibat krisis di Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Perbaikan ekonomi global dan nasional ternyata cukup memberikan dampak positif bagi perbaikan perekonomian di Kota Bandung. Pertumbuhan pembangunan ekonomi Kota Bandung diantaranya dapat ditunjukkan melalui peningkatan angka pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung mencapai 8,73 persen, meningkat positif dari tahun 2010 yang berada pada level 8,45 persen. Perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen pada tahun 2011 tidak lepas dari tumbuhnya perekonomian hampir seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi pertumbuhan relatif tinggi pada tahun 2011 diantaranya adalah sektor bangunan/konstruksi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2011 ini seluruh sektor tumbuh positif, termasuk sektor pertanian dimana pada tahun sebelumnya mengalami konstraksi pertumbuhan hingga minus 14,94 persen, sedangkan tahun 2011 ini mampu tumbuh sekitar 5,89 persen. Demikian halnya dengan sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan LPE dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 3,70 persen. Jika diamati setiap tahunnya kondisi perekonomian cukup berfluktuasi akibat kondisi internal perusahaan/usaha juga Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 3 dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik kondisi wilayah, kondisi di dalam negeri maupun kondisi global. Oleh karena pemantauan kondisi perekonomian secara berkala perlu dilakukan dalam setiap tahapan pembangunan ekonomi. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan ketersediaan data dan indikator perekonomian makro secara berkala perlu tersedia dalam kurun waktu yang relatif cepat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran. 1.2 Maksud dan Tujuan Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian. Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah : 1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan di Kota Bandung tahun 2008 - 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 4 2. Mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian, perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota Bandung tahun 2011. 1.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini adalah : data produksi, data harga dan data biaya antara atau rasio biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-Jasa, serta data jumlah penduduk pertengahan tahun. Data di atas bersumber dari data primer hasil survei/sensus rutin Badan Pusat Statistik, seperti : Survei Industri Besar Sedang Tahunan, Survei Hotel Tahunan, Survei Konstruksi Tahunan, Survei Harga, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010, proyeksi penduduk untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU). Disamping itu juga bersumber dari data sekunder berdasarkan pengumpulan data instansi terkait, serta survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 5 BAB II METODOLOGI 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu: a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun. PDRB = NTB PDRB = (Output Biaya Antara) PDRB = ((Produksi x Harga) Biaya Antara) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 6 b. Pendekatan pendapatan (Income Approach), PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan (surplus usaha) yang kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha. PDRB = Upah Gaji + Surplus Usaha + Pajak tak langsung netto + Penyusutan c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor dikurangi impor. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 7 PDRB = Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB + Perubahan Inventori (Stok) + Ekspor - Impor Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto. 2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. 2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 8 2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan. 2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan. LPE = PDRB adhk t PDRB adhk t-1 x 100 PDRB adhk t-1 2.1.6 PDRB per Kapita PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per Kapita = PDRB Penduduk pertengahan tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 9 2.1.7 Pendapatan Regional PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir keluar. 2.1.8 Pendapatan per Kapita Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan product originated. 2.1.9 Produk Regional Bruto Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir ke luar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 10 2.1.10 Produk Regional Neto Merupakan produk regional bruto dikurangi dengan penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi. 2.1.11 Pajak tak langsung neto Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya produk regional neto atas dasar biaya faktor disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk Kota Bandung belum dapat dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus dihitung sebagai pendapatan Kota Bandung. Demikian juga sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk luar Kota Bandung harus dikeluarkan. Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 11 PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran "Production Originated". 2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya : 1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. 2. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. 3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun. 4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 12 5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita. 2.3 Cara Penyajian PDRB PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB. b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil dan bukan disebabkan kenaikan harga. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 13 Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha. Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita. Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 14 2.4 Metode Penghitungan PDRB 2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama. Dalam metode tak langsung nilai tambah di suatu wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi tersebut. 2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu : a. Revaluasi b. Ekstrapolasi c. Deflasi d. Deflasi berganda Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 15 a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar. b. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 16 rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. c. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. d. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 17 Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi. 2.5 Penyajian Angka Indeks Untuk mempermudah dalam menganalisisnya, PDRB disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah sebagai berikut : 2.5.1. Indeks Perkembangan Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut : IP = PDRB it x 100 % PDRB i0 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 18 dimana : IP = Indeks Perkembangan i = Sektor 1,2,...,9 t = Tahun t 0 = Tahun dasar 2.5.2. Indeks Berantai Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut : IB = PDRB it x 100 % PDRB i(t-1) di mana : IB = Indeks Berantai i = Sektor 1,2,,9 t = Tahun t t-1 = Tahun sebelumnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 19 2.5.3. Indeks Implisit Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100. Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut : IH = PDRB atas dasar harga berlaku it x 100 PDRB atas dasar harga konstan it di mana : IH = Indeks Implisit i = Sektor 1,2,,9 t = Tahun t Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 20 BAB III URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber data yang digunakannya. 3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3.1.1. Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan dan hasil-hasil produksi ikutannya. Termasuk pula disini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 21 kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. 3.1.2. Tanaman Perkebunan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa, kopi, kapok teh, tebu, tembakau, cengkeh, kemiri, kina, lada, pala, panili, serat karung, tembakau serta tanaman perkebunan lainnya, termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan dan teh olahan. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 22 kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan data harga dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti susu segar dan telur. Yang dimaksud dengan Produksi Peternakkan adalah banyaknya ternak yang lahir dan penambahan berat ternak. Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan menggunakan rumus: Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan data harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun) + (ternak keluar - ternak yang masuk) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 23 Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. 3.1.4. Kehutanan. Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga diperoleh dari Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Regional Barat. Nilai tambah bruto atas dasar harga dihitung dengan cara Pendekatan Produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu jenis produksi kehutanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 24 3.1.5. Perikanan Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara output dikurangi biaya antara. Nilai output perikanan diperoleh dari Dinas Pertanian sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil perkalian rasio biaya antara terhadap outputnya. Besarnya rasio biaya diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. 3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pemboran dan pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 25 3.3.1. Pertambangan Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi, batu bara, biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan harganya, kemudian dikurangi biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.2.2. Penggalian. Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Komoditi yang dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 26 antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan outputnya. Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Penggalian yang dilakukan Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan PPTM. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.3. Sektor Industri Pengolahan 3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas) Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 27 3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas. Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok, yaitu : 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki 3. Industri kayu 4. Industri kertas dan percetakan 5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia 6. Industri barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar 8. Industri barang dari logam 9. Industri pengolahan lainnya Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan adanya kekurangsesuaian dalam mengklasifikasikan beberapa kegiatan ekonomi, maka KLUI 1997 disempurnakan menjadi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2000. Kegiatan industri mencakup kegiatan : 1. Industri makanan dan minuman (kode 15) 2. Industri pengolahan tembakau (kode 16) 3. Industri tekstil (kode 17) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 28 4. Industri pakaian jadi (kode 18) 5. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode 19) 6. Industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya (kode 20) 7. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya (kode 21) 8. Industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman (kode 22) 9. Industri batubara, pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas bumi, barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23) 10. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24) 11. Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik (kode 25) 12. Industri barang galian bukan logam (kode 26) 13. Industri logam dasar (kode 27) 14. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (kode 28) 15. Industri mesin dan perlengkapannya (kode 29) 16. Industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data (kode 30) 17. Industri mesin listrik lainnya dan perlengkapannya (kode 31) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 29 18. Indutri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya (kode 32) 19. Industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi, peralatan optik, jam dan lonceng (kode 33) 20. Industri kendaraan bermotor (kode 34) 21. Industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih (kode 35) 22. Industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36) 23. Daur ulang (kode 37) Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang sudah terklasifikasi berdasarkan KBLI berdasarkan jumlah tenaga kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan meliputi kegiatan industri besar dan sedang, industri kecil, dan industri rumah-tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup kegiatan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang. NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 30 dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang- barang Industri. 3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih 3.4.1. Listrik Subsektor listrik ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non PLN. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan metode Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 31 3.4.2. Gas Kota Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara. NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Produksi Gas. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.4.3. Air Bersih Subsektor ini mencakup kegiatan proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum serta pendistribusian dan penyalurannya baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum(PAM) maupun bukan PAM. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 32 antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum. 3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor ini mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (kontruksi), baik berupa gedung, jalan, jembatan dan kontruksi lainnya yang dilakukan oleh perusahaan maupun yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang Bangunan. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 33 3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran 3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran. Perdagangan besar ini meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru maupun bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya atau pedagang eceran. Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang (Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan yang timbul akibat perdagangan barang-barang dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara. 3.6.2. Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel-hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 34 yang digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan hotel. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Kamar yang Terjual. 3.6.3. Restoran Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun denga jumlah penduduk pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 35 Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi. 3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi 3.7.1. Angkutan Rel Sub sektor ini mencakup pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT. KAI. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan Barang. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 36 3.7.2. Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi. 3.7.3. Angkutan Laut Subsektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan angkutan Laut. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 37 NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut kapal ferri. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 38 3.7.5. Angkutan Udara Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. 3.7.6. Jasa penunjang angkutan Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain. NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 39 output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK). 3.7.7. Komunikasi Subsektor ini meliputi kegiatan jasa Pos & Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro dan jasa tabungan. Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa penunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan pos dan giro, dan telekomunikasi diperoleh dari Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro, dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti radio panggil, telepon selular). Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 40 NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi. 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 3.8.1. Bank Sub sektor ini mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersial yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 41 3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya Sub sektor ini mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjang lainnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK). 3.8.3. Sewa Bangunan Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, gelanggang olah raga, serta usaha persewaan tanah persil. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 42 NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan. 3.8.4. Jasa Perusahaan Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa fotocopy, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 43 per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi. 3.9. Sektor Jasa-Jasa 3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum. Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumah tangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. 3.9.2. Jasa Swasta Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 44 3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkaliaan jumlah indikator produksi misalnya jumlah murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi. 3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 45 NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi. 3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga misalnya bengkel sepeda, salon, jasa reparasi, pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 46 BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN EKONOMI Pembangunan ekonomi Kota Bandung sejak terjadi hantaman krisis moneter tahun 1998 lalu semakin menunjukan upaya pemulihan, walaupun pada tahun 2008 lalu sempat terimbas oleh krisis ekonomi global yang melanda beberapa negara dunia sebagai pangsa tujuan ekspor Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 ini perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen, ditopang dengan pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi. Untuk mengetahui gambaran mengenai perkembangan pembangunan ekonomi di Kota Bandung, berikut ini disajikan gambaran struktur ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandung tahun 2011. 4.1 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pengelolaan SDA dan SDM yang dilakukan melalui pembangunan pada dasarnya adalah suatu upaya perbaikan kondisi perekonomian untuk meningkatkan kekayaan dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 47 kesejahteraan manusia. Bagaimana cara pengelolaan potensi ini dan bagaimana masyarakat dilibatkan pada akhirnya berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral (lapangan usaha). Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karenanya dengan hanya melihat pertumbuhan suatu sektor akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor tersebut dalam PDRB. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita ingin melihat pertumbuhan sektoral dengan teliti, disamping untuk menilai sampai sejauh mana tahap industrialisasi yang sudah dijalani oleh wilayah yang diteliti. Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah seperti yang dikemukakan A.G.B Fisher dapat dilihat dengan mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok. Clark bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah maka peranan sektor primer semakin menurun, tetapi sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat (BPS Provinsi Jawa Barat, 2003). Pengelompokan sembilan sektor (lapangan usaha) menjadi tiga kelompok sektor, yaitu : Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 48 1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya; yaitu sektor Pertanian dan Pertambangan & Penggalian (sektor 1 dan 2). 2. Sektor Sekunder yaitu yang mengolah bahan baku baik yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup sektor Industri Pengolahan, Listrik , Gas dan Air Bersih dan sektor Konstruksi (sektor 3,4 dan 5). 3. Sektor Tersier, atau dikenal juga sebagai sektor Jasa, yaitu sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa (sektor 6,7,8 dan 9). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 82.002,176 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 95.612,863 milyar, atau meningkat sebesar 16,60 persen. Persentase peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku seluruh sektor ekonomi pada tahun 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 49 Tabel 4.1 PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 2011 (Milyar Rupiah) Kelompok Sektor 2008 2009 2010*) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Primer 156,03 168,08 161,74 192,74 Sektor Sekunder 19.516,07 22.049,08 25.709,92 29.108,99 Sektor Tersier 40.772,38 48.064,00 56.130,51 66.311,13 PDRB ADH Berlaku 60.444,49 70.281,16 82.002,18 95.612,86 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektor Primer 71,51 74,46 63,34 67,07 Sektor Sekunder 9.481,08 9.914,47 10.421,65 10.991,84 Sektor Tersier 17.426,32 19.239,34 21.212,29 23.404,72 PDRB ADH Konstan 2000 26.978,91 29.228,27 31.697,28 34.463,63 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Jika dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sektor perekonomian, maka sama halnya dengan kondisi tahun sebelumnya sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011. NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor tersier berjumlah sebesar Rp 66.311,13 milyar atau berkontribusi sebesar 69,35 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 50 PDRB Kota Bandung. Namun demikian pada tahun 2011 ini pertumbuhan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masih lebih rendah jika dibandingan dengan sektor primer, dimana pada tahun 2011 sektor tersier secara harga berlaku mampu tumbuh sekitar 18,14 persen. Adapun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk sektor primer tumbuh sekitar 19,17 persen. Jika dinilai atas dasar harga konstan maka NTB kelompok sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB atas dasar harga konstan Kota Bandung sebesar 67,91 persen atau Rp 23.404,72 milyar. Demikian pula halnya dengan laju pertumbuhan, kelompok sektor tersier memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi jika dibandingkan kelompok sektor lainnya yaitu mencapai 10,34 persen. Relatif tingginya peningkatan NTB secara nominal dan laju pertumbuhan ekonomi kelompok sektor tersier merupakan penunjang utama meningkatnya kinerja perekonomian Kota Bandung dari tahun 2010 ke tahun 2011. Sektor sekunder sebagai penopang perekonomian kedua setelah sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 30,44 persen pada tahun 2011 (atas dasar harga berlaku). Pada tahun 2011, NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan menjadi Rp 29.108,99 milyar, dimana pada tahun 2010 mencapai Rp 25.709,92 milyar. Adapun jika dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, maka kelompok sektor sekunder pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 5,47 persen dibandingkan NTB tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 51 NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor primer yang diwakili oleh sektor pertanian, pada tahun 2011 ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 19,17 persen setelah mengalami kontraksi pada tahun 2010 yang berada pada level minus 14,94 persen. NTB atas dasar harga berlaku sektor primer pada tahun 2011 ini mencapai Rp 192,74 milyar, sedangkan NTB atas dasar harga konstan untuk sektor primer pada tahun 2011 mencapai Rp 67,07 milyar. Berdasarkan nilai nominal tersebut, maka pada tahun 2011 kontribusi kelompok sektor primer terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tidak terlalu banyak berubah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,20 persen. Pergeseran struktur ekonomi semakin jelas terlihat seiring dengan perkembangan Kota Bandung. Pergeseran struktur ekonomi dari kota industri menjadi kota jasa dan perdagangan semakin jelas terlihat dari struktur ekonomi tahun 2011. Hal ini dapat dimaklumi dengan semakin sempitnya lahan untuk kegiatan industri, sehingga kegiatan industri di perkotaan pindah ke daerah pinggiran kota sebagai daerah penyangga ibukota provinsi. Namun demikian sektor industri di Kota Bandung masih dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian Kota Bandung, yaitu industri yang tidak terlalu membutuhkan lahan relatif luas terutama industri kreatif yang semakin banyak tumbuh di Kota Bandung. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 52 Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 - 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Jika dirinci menurut sembilan sektor ekonomi maka terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kota Bandung. Kemudian sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 53 Tabel 4.2 Struktur Perekonomian Kota Bandung Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2011 (Persen) Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Sektor Primer 0,26 0,24 0,20 0,20 Pertanian 0,26 0,24 0,20 0,20 Pertambangan dan Penggalian - - - - Sektor Sekunder 32,29 31,37 31,35 30,44 Industri Pengolahan 25,72 24,49 24,38 23,51 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,26 2,30 2,31 2,30 Konstruksi 4,31 4,59 4,67 4,63 Sektor Tersier 67,45 68,39 68,45 69,35 Perdagangan, Hotel dan Restoran 40,09 40,95 40,61 41,25 Pengangkutan dan Komunikasi 11,73 11,77 11,97 12,38 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,41 6,26 6,23 6,37 Jasa-jasa 9,22 9,40 9,64 9,35 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) memberikan kontribusi sebesar 41,25 persen. Adapun sektor industri pengolahan (sektor 3) memberikan kontribusi sebesar 23,51 persen pada perkonomian tahun 2011 dan merupakan kontributor kedua terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Jika dilihat berdasarkan tahapan industrialisasi yang ditetapkan oleh UNIDO atau Bank Dunia maka pada tahun 2011 ini Kota Bandung berada pada tahapan semi industrialisasi, dimana konstribusi NTB sektor industri Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 54 terhadap PDRB berada pada kisaran 20 30 persen. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi pergeseran, dimana pada era 1990-an hingga awal tahun 2000-an Kota Bandung berada pada tahapan industri penuh (kontribusi NTB industri > 30 persen) dan saat ini sudah beralih pada tahapan semi industrialisasi. Sektor yang juga memberikan kontribusi relatif tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (sektor 7) dengan peranan sebesar 12,38 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2011. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan peran, dimana pada tahun sebelumnya berkontribusi sekitar 11,97 persen, atau meningkat sekitra 0,41 persen. Kemudian sektor jasa-jasa (sektor 9) memberikan kontribusi sebesar 9,35 persen pada pembentukan PDRB tahun 2011. Sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 memberikan kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen dari tahun sebelumnya. Sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar 2,30 persen. Adapun NTB sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 0,20 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010 maupun 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 55 Grafik 2. Struktur Ekonomi Kota Bandung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Apabila analisis dirinci menurut sub sektor untuk masing- masing sektor maka akan terlihat jelas peranan dan pertumbuhan masing-masing sub sektor terhadap perekonomian Kota Bandung. Berdasarkan analisis ini dapat terlihat sub sektor atau bahkan kegiatan produksi apa saja yang menjadi unggulan di Kota Bandung dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 56 Sektor Pertanian Tabel 4.3 menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian yang dirinci menurut sub sektor, yaitu Tanaman Bahan Makanan (Tabama), Peternakan, dan Perikanan. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku menunjukan perkembangan positif setiap tahunnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar Rp 168,08 milyar mengalami penurunan menjadi Rp 161,74 milyar pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan sektor lain NTB sektor pertanian relatif kecil, di samping itu pada tahun 2010 sektor pertanian di Kota Bandung mengalami penurunan nilai tambah sebagai akibat dari menurunnya produksi padi di Kota Bandung hampir setengahnya dari tahun lalu. Berkurangnya lahan pertanian di Kota Bandung yang bergeser menjadi wilayah permukiman dan lahan usaha selain pertanian menjadikan semakin rendahnya sumbangan sub sektor tanaman bahan makanan terhadap NTB pertanian. Sub sektor tabama pada tahun 2010 berjumlah sebesar Rp 40,96 milyar, menurun sebesar 32,65 persen dari tahun sebelumnya. Menurunnya NTB sub sektor tabama lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya produksi padi- padian. Produksi padi-padian pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun karena keterbatasan lahan pertanian yang ada kiranya peningkatan sektor pertanian dari sub sektor tabama khususnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 57 kegiatan padi-padian relatif sulit dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu kiranya perlu direncanakan peningkatan produktivitas pertanian tabama dengan mengintensifkan hasil, tanpa memperluas areal penanaman. Tabel 4.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Tanaman Bahan Makanan 56,56 60,83 40,96 49,61 Perkebunan - - - - Peternakan 84,80 90,36 101,40 120,37 Kehutanan - - - - Perikanan 14,67 16,89 19,38 22,76 Sektor Pertanian 156,03 168,08 161,74 192,74 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sub sektor peternakan merupakan sub sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 62,45 persen terhadap total nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2011. Pada tahun 2010 NTB sub sektor peternakan sebesar Rp 101,40 milyar dan meningkat menjadi Rp 120,37 milyar pada tahun 2011. Relatif tingginya NTB sub sektor peternakan di Kota Bandung dikarenakan tingginya pemotongan hewan ternak terutama sapi potong dan ayam potong Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 58 sehingga nilai produksi peternakan menjadi tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan cukup tingginya nilai konsumsi daging sapi dan daging ayam dari masyarakat Kota Bandung, walaupun pembesaran ternak di Kota Bandung relatif sedikit namun pemotongan dan impor relatif besar. Grafik 3. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 (Milyar Rupiah) Sumber : BPS Kota Bandung Sub sektor perikanan cukup memberikan kontribusi terhadap NTB pertanian. Pada tahun 2011 NTB sub sektor perikanan sebesar Rp 22,76 milyarmengalami peningkatan dari tahun 2010 yang mencapai Rp 19,38 milyar. Mengingat keterbatasan lahan perikanan yang ada di Kota Bandung, maka kegiatan perikanan yang memiliki Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 59 potensi untuk dikembangkan pembudidayaannya adalah kegiatan perikanan hias. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan sebagai kontributor kedua terhadap penciptaan PDRB di Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan positif dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 NTB sektor industri pengolahan sebesar Rp 19.990,52 milyar maka pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 22.482,06milyar pada tahun 2011. Peningkatan NTB industri pengolahan atas dasar harga berlaku sebesar 12,46 persen ditopang oleh peningkatan proses produksi dari beberapa kegiatan industri. NTB atas dasar harga berlaku tahun 2011 tertinggi adalah NTB kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kegiatan ini memiliki NTB terbesar dari sektor industri pengolahan, walaupun pertumbuhannya relatif paling rendah jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Besarnya kontribusi kegiatan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki terhadap pembentukan NTB sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung maka ketika terjadi peningkatan atau penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi kegiatan ini akan berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan dan Kota Bandung secara umum. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 60 Tabel 4.4 Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatan di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Kelompok Kegiatan 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Makanan, minuman dan tembakau 1.037,43 1.240,24 1.418,77 1.769,22 Tekstil, barang kulit dan alas kaki 9.271,09 9.825,66 11.229,11 12.005,96 Barang kayu dan hasil hutan lainnya 184,70 203,48 238,01 270,84 Kertas dan barang cetakan 244,00 288,70 349,19 425,94 Pupuk, kimia dan barang dari karet 1.203,79 1.404,53 1.628,44 1.818,97 Semen dan barang galian bukan logam 39,32 52,38 58,37 72,89 Logam dasar dan baja 1,48 1,58 1,83 2,17 Alat angkutan, mesin dan peralatannya 3.297,04 3.890,73 4.702,86 5.673,70 Barang lainnya 269,86 301,10 363,94 442,37 Sub Sektor Industri tanpa migas 15.548,70 17.208,40 19.990,52 22.482,06 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Misalnya saja, ketika terjadi hantaman badai krisis yang menimpa usaha tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang mengakibatkan anjloknya volume dan nilai produksi, maka akan langsung berpengaruh pada kondisi sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung. Hal ini disebabkan sebagian besar kegiatan industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki di Kota Bandung memiliki Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 61 ketergantungan impor yang sangat tinggi khususnya dari penyediaan bahan baku, juga ketergantungan pangsa pasar ekspor hasil produksi. Grafik 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2008 2011(Persen) Sumber : BPS Kota Bandung Secara umum struktur sektor industri pengolahan masih belum mengalami pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan industri tekstil, pakaian jadi, barang dari kulit dan alas kaki masih menjadi penopang utama sektor industri pengolahan di Kota Bandung. Saat ini yang mengalami pergeseran adalah jenis kegiatannya, di mana industri tekstil yang memerlukan lahan yang cukup luas untuk Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 62 beroperasi bergeser ke wilayah-wilayah pinggiran Kota Bandung. Industri tekstil yang saat ini cukup berkembang di Kota Bandung adalah industri tekstil kreatif yang berbasis pada fashion. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor selanjutnya yaitu listrik, gas, dan air Bersih masih mengalami pertumbuhan positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan NTB sektor listrik, gas dan air bersih (sektor 4 ) pada tahun 2011 terlihat dari peningkatan NTB sektor ini dari tahun 2010. Pada tahun 2011 NTB sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 2.201,59 milyar meningkat sekitar 16,32 persen dari tahun 2010. Tabel 4.5 Nilai Tambah Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008- 2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Listrik 1.199,93 1.418,74 1.671,11 1.937,61 Gas - - - - Air Bersih 163,43 197,99 221,55 263,98 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 1.363,36 1.616,73 1.892,66 2.201,59 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 63 Sektor Konstruksi Peningkatan NTB sektor listrik, gas dan air bersih seiring dengan perkembangan pembangunan fisik di Kota Bandung, seperti pemukiman penduduk, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Demikian halnya dengan sektor konstruksi, NTB sektor konstruksi pun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jika dihitung berdasarkan harga konstan, peningkatan kinerja sektor konstruksi pada tahun 2010 relatif cukup tinggi. Hal ini didukung oleh adanya pembangunan infrastruktur di Kota Bandung yang giat dilakukan di tahun ini, seperti pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS) Gedebage yang mulai pembangunan pada tahun 2011 serta perbaikan jalan di berbagai ruas jalan di Kota Bandung. Pada tahun 2010 NTB atas dasar harga berlaku sektor konstruksi (sektor 5) sebesar Rp 3.826,74 milyar dan meningkat sekitar 15,64 persen menjadi Rp 4.425,33 milyar pada tahun 2011. Dengan kata lain, NTB sektor konstruksi atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011 sebesar 4,63 persen. Adapun jika dihitung atas dasar harga konstan, NTB sektor konstruksi pada tahun 2011 mencapai Rp 1.782,53 milyar atau meningkat sebesar 11,94 persen dari tahun sebelumnya. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 64 Grafik 5. Nilai Tambah Bruto Sektor Konstruksi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 -2011 (Milyar Rupiah) Sumber : BPS Kota Bandung Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Selanjutnya, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya adalah Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6). Pergeseran struktur ekonomi Kota Bandung dari kota industri menjadi kota jasa ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap perekonomian Kota Bandung. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 65 Tabel 4.6 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Perdagangan 21.782,69 25.791,44 29.642,02 35.001,95 Hotel 598,23 753,34 988,20 1.171,32 Restoran 1.850,88 2.236,55 2.671,35 3.262,82 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 24.231,80 28.781,33 33.301,56 39.436,.09 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2010 sebesar Rp 33.301,56 milyar dan meningkat sekitar 18,42 persen pada tahun 2011 menajdi Rp 39436,09 milyar. Kegiatan perdagangan di Kota Bandung yang menunjukkan perkembangan positif setiap tahunnya memberikan dampak turunan terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 66 Grafik 6. Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Keterkaitan ke belakang (backward linkadge) dari berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barang- barang komoditi perdagangan dari hasil industri mengalami peningkatan. Adapun keterkaitan ke depan (forward linkadge) dari meningkatnya perdagangan adalah meningkatnya permintaan kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, serta sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan NTB Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 67 sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung. Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka kiranya perlu diperhatikan lebih lanjut masalah ketersediaan barang perdagangan khususnya yang berbasis lokal. Ketersediaan barang- barang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikais memberikan kontribusi sekitar 12,38 persen, meningkat sekitar 0,42 persen dibandingkan peranan tahun sebelumnya. NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 sebesar Rp 11.841,32 milyar. Meningkatnya NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya banyak ditunjang oleh peningkatan sub sektor pengangkutan, yaitu kegiatan angkutan rel, angkutan jalan, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. Adapun NTB sub sektor komunikasi atas dasar harga berlaku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 68 mengalami pertumbuhan positif, walaupun lebih lambat jika dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 18,23 persen. Tabel 4.7 Nilai Tambah Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Pengangkutan 3.921,26 4.615,73 5.446,45 6.677,78 Angkutan Rel 275,29 298,67 350,10 419,99 Angkutan Jalan Raya 2.167,42 2.521,53 3.039,64 3.701,55 Angkutan Udara 1.213,83 1.500,07 1.714,37 2.138,85 Jasa Penunjang Angkutan 264,72 295,46 342,34 417,39 Komunikasi 3.170,33 3.656,32 4.367,51 5.163,54 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 7.091,59 8.272,06 9.813,96 11.841,32 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Jika dihitung atas dasar harga berlaku NTB sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sekitar 12,38 persen, maka jika dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, NTB sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sekitar 10,97 persen. Pada tahun 2011 ini secara rill mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11,25 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 69 Grafik 7. Struktur Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Perlambatan ini sebagai dampak menurunnya kinerja sektor angkutan udara, dimana pada tahun 2011 ini mengalami penurunan jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara. Relatif besarnya kontribusi kegiatan angkutan udara terhadap pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi, maka penurunan sedikit saja berpengaruh pada kinerja sektor secara umum. Jika diperhatikan secara rinci, jika dinilai atas dasar harga konstan (tanpa ada faktor harga/inflasi) maka kegiatan angkutan udara hanya tumbuh sekitar 7,32 persen, lebih rendah dari angka pertumbuhan tahun 2010 yang mencapai 10,24 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 70 Sektor Keuangan, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan yang merupakan sektor penunjang dari seluruh aktivitas ekonomi pada tahun 2011. Sektor ini memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai kontribusi sekitar 6,37 persen terhadap struktur perekonomian Kota Bandung. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, mengalami peningkatan peranan sekitar 0,14 persen. Tabel 4.8 Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Bank 1.934,46 2.151,65 2.513,29 2.961,27 Lembaga Keuangan Bukan Bank 513,32 613,76 707,98 877,36 Sewa Bangunan 997,45 1.126,64 1.304,91 1.602,59 Jasa Perusahaan 431,43 510,06 584,69 653,40 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.876,66 4.402,11 5.110,88 6.094,63 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 71 Jika dilihat menurut sub sektor, maka sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sub sektor Bank. Hal ini dimaklumi karena Kota Bandung merupakan salah satu pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat sehingga perputaran uang maupun kegiatan perbankan lainnya relatif besar. NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp 6.094,63 milyar. Adapun kontribusi sub sektor Bank pada tahun 2011 ini sekitar 48,59 persen terhadap pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Grafik 8. Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 72 Kontributor kedua adalah sub sektor usaha persewaan, yang berkontribusi sekitar 26,30 persen terhadap total NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini sebagai dampak dari Kota Bandung menjadi salah satu tujuan urbanisasi di Jawa Barat, dimana banyak pendatang yang mencari nafkah, sekolah, maupun mencari penghidupan lainnya di Kota Bandung sehingga mereka melakukan kontrak, sewa, maupun kos di Kota Bandung. Tingkat persewaan gedung perkantoran maupun apartemen di Kota Bandung pun relatif tinggi. Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi sekitar 9,35 persen dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011. Jika dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2010, maka peranan sektor jasa-jasa pada tahun 2011 ini mengalami penurunan sekitar 0,29 persen. NTB sektor jasa-jasa tahun 2010 bernilai sebesar Rp 7.904,12 milyar dan meningkat menjadi Rp 8.939,10 milyar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 73 Tabel 4.9 Nilai Tambah Bruto Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rp) Sub Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Pemerintahan Umum 4.101,83 4.932,17 5.998,02 6.720,09 Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 2.743,14 3.159,04 3.881,92 4.339,88 Jasa Pemerintahan Lainnya 1.358,70 1.773,14 2.116,10 2.380,21 Swasta 1.470,49 1.676,33 1.906,10 2.219,00 Sosial Kemasyarakatan 421,22 476,72 534,00 631,51 Hiburan dan Rekreasi 87,31 105,45 123,70 141,70 Perorangan dan Rumahtangga 961,97 1.094,16 1.248,40 1.445,81 Sektor Jasa-jasa 5.572,33 6.608,51 7.904,12 8.939,10 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Kontribusi terbesar sektor jasa-jasa adalah sub sektor jasa pemerintahan umum. NTB sub sektor jasa pemerintahan umum atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 bernilai sekitar Rp 6.720,09 milyar atau sekitar 75,18 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa. Adapun kontribusi sub sektor jasa swasta terhadap sektor jasa-jasa sekitar 24,82 persen yaitu sekitar Rp 2.219,01 milyar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 74 Grafik 9. Struktur Ekonomi Sektor Jasa-jasa Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Struktur ekonomi Kota Bandung tahun 2011 menunjukkan bahwa struktur Kota Bandung sebagai kota jasa. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya peranan dari sektor-sektor tersier di Kota Bandung. Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa merupakan sektor-sektor ekonomi yang tergolong sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kota Bandung. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 75 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Namun pada intinya pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan suatu perkembangan dari berbagai kegiatan ekonomi. Terdapat berbagai teori tentang pembangunan ekonomi yang pada intinya adalah metode tentang menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu. Beberapa teori pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Teori basis ekonomi (economic base theory) menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu darah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. (2) Teori lokasi yang menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. (3) Teori tempat sentral yang menganggap ada hirarki tempat, yaitu perlu adanya pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga dalam hal penyediaan barang dan jasa. (4) Teori kausasi kumulatif dimana kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperoleh kesenjangan antara daerah-daerah tersebut sehingga daerah maju cenderung mengalami akumulasi keunggulan kompetitif Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 76 dibandingkan daerah lainnya. Dalam hal ini Myrdal (1957) menyebutnya sebagai backwash effects. Terlepas dari faktor dominan apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, sejak tahun 1998 lalu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung cenderung menunjukkan perbaikan ke arah yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya LPE di Kota Bandung. Angka LPE ini merupakan salah satu indikator dalam menunjukkan kinerja perekonomian Kota Bandung secara umum, dimana terjadinya peningkatan faktor produksi tanpa adanya pengaruh inflasi. Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2011 tumbuh sebesar 8,73 persen. Angka pertumbuhan ekonomi 2011 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sekitar 0,28 persen. Jika dibandingkan angka LPE dari tahun 2008, maka terlihat adanya upaya pemulihan kondisi ekonomi pasca krisis global yang terjadi pada medio 2008, dimana pada tahun 2008 angka LPE Kota Bandung sempat mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja beberapa sektor ekonomi. Krisis global tersebut berimbas pada beberapa sektor ekonomi yang dampaknya masih terasa pada sektor ekonomi yang bahan baku produksinya berbasis impor seperti industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sektor industri pengolahan masih mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Kegiatan industri pengolahan yang berbasis bahan baku impor dan berpangsa pasar ekspor masih mengalami kendala terkait dengan krisis tahun 2008, terutama Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 77 dengan ketersediaan bahan baku impor dan masalah pemasaran. Dengan pangsa pasar ekspor beberapa industri besar sedang cukup terkendala ketika negara tujuan ekspor masih berada pada kondisi krisis sehingga membatasi impor dari negara lain, termasuk impor dari Kota Bandung. Selain itu yang menjadi salah satu sebab melambatnya produktivitas sektor industri pengolahan adalah faktor daya saing dengan industri sejenis dari barang impor, baik impor dari luar negeri maupun impor dari luar wilayah Kota Bandung. Sektor yang mencapai LPE tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor konstruksi yaitu sekitar 11,94 persen. Sektor konstruksi mengalami peningkatan LPE cukup signifikan yaitu sekitar 0,74 persen. Peningkatan LPE sektor konstruksi sebagai indikasi dari meningkatnya kinerja sektor ini pada tahun 2011, hal ini dikarenakan beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang relatif besar mulai dilakukan pada tahun 2011, seperti pembangunan Stasion Utama Sepakbola Gedebage (SUS Gedebage) dan perbaikan beberapa ruas jalan raya di Kota Bandung, seperti ruas Jalan Soekarno Hatta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki kontribusi paling besar dalam penciptaan PDRB Kota Bandung pada tahun 2011 tumbuh sekitar 11,23 persen. Sektor ini mengalami peningkatan LPE sekitar 0,26 persen dibandingkan tahun 2010. Walaupun peningkatannya cukup kecil, namun sedikit saja perubahan sektor ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap PDRB Kota Bandung, dikarenakan sektor ini memberikan kontribusi yang besar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 78 Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Persen) Sektor 2008 2009 2010 *) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Pertanian 3,68 4,13 (14,94) 5,89 Pertambangan dan Penggalian - - - - Industri Pengolahan 3,48 3,29 3,52 3,70 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,12 9,79 10,47 10,74 Konstruksi 7,33 9,47 11,20 11,94 Perdagangan,Hotel dan Restoran 10,00 10,41 10,97 11,23 Pengangkutan dan Komunikasi 9,15 10,36 11,25 10,97 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,45 8,44 8,53 8,56 Jasa-jasa 15,85 11,39 7,55 7,26 PDRB 8,17 8,34 8,45 8,73 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan LPE tahun 2010, yaitu tumbuh sekitar 10,97 persen. Kinerja produksi sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 ini melambat sebagai dampak dari turunnya LPE sub sektor angkutan udara. Pada tahun 2011 kinerja produksi angkutan udara yang ditunjukkan dengan jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara mengalami penurunan, sehingga LPE sub sektor angkutan udara tahun 2011 berada pada level 7,32 persen atau menurun sekitar 2, 92 persen. Adapun sub sektor angkutan jalan, angkutan rel, jasa penunjang Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 79 angkutan, serta sub sektor komunikasi mengalami peningkatan angka LPE. Sub sektor angkutan jalan mengalami pertumbuhan sekitar 13,91 persen. Sebagai dampak dari aktifnya jalur tol Cipularang beberapa tahun lalu, yang memperpendek jarak dan waktu tempuh Jakarta Bandung mengakibatkan bertambahnya penumpang yang memilih moda transportasi jalan raya yang juga semakin tumbuh berkembang di Kota Bandung, seperti jasa angkutan travel atau angkutan pemandu moda lainnya. Adapun sub sektor komunikasi tumbuh sekitar 10,93 persen pada tahun 2011. Sub sektor komunikasi mengalami peningkatan angka pertumbuhan sekitar 0,19 persen jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagai dampak dari semakin peningkatnya penggunaan jasa komunikasi seluler yaitu penggunaan pulsa telepon seluler serta pelayanan komunikasi lainnya seperti layanan Blackberry dan internet. Demikian halnya dengan jasa penunjang angkutan, pada tahun 2011 mengalami peningkatan LPE sekitar 0,31 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE sub sektor jasa penunjang angkutan pada tahun 2011 sekitar 6,18 persen. Peningkatan ini sebagai dampak dari meningkatnya kinerja produksi sub sektor jasa penunjang angkutan seperti jasa parkir serta jasa tol. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 80 Grafik 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Selanjutnya sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan sebagai salah satu penopang aktivitas kegiatan ekonomi juga mengalami peningkatan LPE pada tahun 2011. Pada tahun ini LPE sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan mencapai 8,56 persen atau meningkat sekitar 0,03 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan LPE tertinggi terjadi pada sub sektor jasa perusahaan yaitu sekitar 1,00 persen. Adapun sub sektor bank sebagai sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan LPE sekitar 0,17 persen, sedangkan LPE sub Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 81 sektor lembaga keuangan bukan bank mengalami peningkatan sekitar 0,07 persen yaitu dari 10,89 persen pada tahun 2010 menjadi 10,97 persen pada tahun 2011. Adapun sub sektor usaha persewaan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 10,46 persen sedangkan tahun 2010 mampu tumbuh sekitar 11,24 persen. Walaupun Kota Bandung sebagai daerah tujuan migran dari luar Kota Bandung untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah di Kota Bandung mengakibatkan usaha persewaan bangunan seperti kontrakan rumah dan kos-kosan terus tumbuh menjamur, daya dukungnya menjadi jenuh sehingga pertumbuhannya pun relatif melambat. Pertumbuhan usaha persewaan bangunan tahun 2011 jika dinilai atas dasar harga konstan mengalami perlambatan, akan tetapi jika dinilai atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dikarenakan angka inflasinya cukup tinggi. Perlu dipahami bahwa di satu sisi kondisi ini mendukung pada tumbuhnya perekonomian Kota Bandung, namun satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah bagaimana daya dukung dan daya tampung (carrying cappacity) dari lingkungan Kota Bandung itu sendiri. Apabila LPE Kota Bandung dijadikan sebagai dasar (base line) dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata (8,73 persen). Kelompok kedua, adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif namun masih berada di bawah LPE Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 82 rata-rata. Kelompok ketiga, adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Tabel 4.11 LPE Sektor Ekonomi Tahun 2010 - 2011 Sektor LPE 2010 Kelompok LPE 2011 Kelompok [1] [2] [3] [4] [5] Pertanian (14,94) 3 5,89 2 Pertambangan - - - - Industri Pengolahan 3,52 2 3,70 2 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,47 1 10,74 1 Konstruksi 11,20 1 11,94 1 Perdagangan, Hotel, Restoran 10,97 1 11,23 1 Pengangkutan dan Komunikasi 11,25 1 10,97 1 Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,53 1 8,56 2 Jasa-jasa 7,55 2 7,26 2 PDRB 8,45 8,73 Sumber : BPS Kota Bandung Pada tahun 2010 terdapat lima sektor ekonomi yang berada pada kelompok pertama, yaitu sektor yang memiliki kinerja lebih tinggi dari kinerja rata-rata. Kelima sektor yang berada pada kelompok pertama adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 83 komunikasi; serta sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Adapun sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa termasuk kelompok kedua yang memiliki LPE positif namun amsih lebih rendah dari LPE rata-rata, sedangkan pada tahun 2010 sektor pertanian termasuk apda kelompok ketiga, yaitu mengalami pertumbuhan negatif. Pada tahun 2011 terjadi pergeseran kelompok, yaitu sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan menjadi kelompok kedua dimana sebelumnya berada pada kelompok pertama. Maka pada tahun 2011 ini terdapat empat sektor ekonomi yang termasuk kelompok pertama, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun keempat sektor lainnya yaitu sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa termasuk pada kelompok kedua, yatiu LPE sektor (kinerja sektor) lebih rendah dari LPE rata-rata (kinerja Kota Bandung) walaupun masih tumbuh positif. Terdapat satu hal yang perlu disadari terkait dengan angka LPE. Tingginya LPE Kota Bandung menunjukkan tingginya kinerja ekonomi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Bandung, yaitu terjadi peningkatan kinerja produksi dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Namun ada kalanya tingginya LPE ini tidak sejalan dengan tingginya tingkat daya beli masyarakat atau pendapatan masyarakat. Perlu dipahami bahwa sebagian besar usaha-usaha besar di Kota Bandung kepemilikannya adalah penduduk luar Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 84 sehingga tingginya pertumbuhan tersebut seringkali hanya dinikmati oleh beberapa lapisan masyarakat saja. Adapun sebagian besar masyarakat yang juga ikut berpartisipasi dalam proses ekonomi khususnya yang berstatus sebagai buruh atau karyawan, hanya menikmati sebagian kecil saja dari pertumbuhan tersebut. Walaupun secara ilmu ekonomi akan terjadi transfer in and transfer out ketika ada usaha di luar Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk Kota Bandung dan usaha di Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk luar Kota Bandung. Walaupun seringkali hal ini menjadi perdebatan, LPE tinggi tetapi daya beli masyarakat masih rendah. LPE dihitung berdasarkan perkembangan PDRB suatu wilayah, yaitu perkembangan dari aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Adapun daya beli masyarakat adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, dan belum tentu mereka menikmati pertumbuhan yang tinggi. Oleh karena itu upaya percepatan pertumbuhan saja tidak cukup, yang lebih penting adalah bagaimana angka pertumbuhan tersebut bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Yang perlu dicapai adalah adanya pemerataan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan per kapita adalah riil bisa dinikmati. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 85 4.3 PDRB per Kapita Indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah berarti tingkat kesejahteraannya bertambah baik dan sebaliknya penurunan pendapatan per kapita berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB per kapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya mendapatkan data pendapatan yang masuk dan keluar. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. PDRB per kapita dihitung dengan cara PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang dipakai dalam publikasi ini menggunakan angka proyeksi penduduk pertengahan tahun yang didasarkan dari hasil Penyusunan Dana Alokasi Umum(DAU) 2011 . PDRB per kapita masyarakat Kota Bandung tahun 2011 jika dinilai atas dasar harga berlaku adalah sekitar Rp 39.219.772. Angka ini diperoleh dari angka PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk Kota Bandung pertengahan tahun. Dalam angka Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 86 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku ini masih terkandung adanya inflasi. Tabel 4.12 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2008 2011 Tahun ADHBerlaku (Rupiah) Pertumbuhan (%) ADHKonstan 2000 (Rupiah) Pertumbuhan (%) [1] [2] [3] [4] [5] 2008 26.365.372 18,18 11.767.971 6,91 2009 30.455.029 15,51 12.665.526 7,63 2010*) 34.240.720 12,43 13.235.475 4,50 2011**) 39.219.772 14,54 14.136.757 6,81 Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp 34.240.720 meningkat menjadi sebesar Rp 39.219.772 pada tahun 2011. Dengan asumsi PDRB per kapita sama dengan pendapatan per kapita secara ekonomi, maka pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 14,54 persen pada tahun 2011. Relatif tingginya persentase kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku namun dalam kenaikkan PDRB per kapita tersebut masih terkandung kenaikan yang disebabkan oleh harga/inflasi sehingga kurang mencerminkan peningkatan secara riil. Sebagaimana diketahui bahwa perhitungan PDRB atas dasar harga Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 87 berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Grafik 11. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung Tahun 2008 2011 ( Ribu Rupiah) Sumber : BPS Kota Bandung Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil biasanya digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sebesar Rp 13.235.475, meningkat sekitar 6,81 persen menjadi Rp 14.136.757 pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara nominal pendapatan (PDRB) per kapita Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 88 masyarakat Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,54 persen, akan tetapi secara riil peningkatannya hanya sebesar 6,81 persen. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB per kapita ini adalah pendekatan untuk menghitung pendapatan per kapita masyarakat dikarenakan sulitnya memperoleh data pendapatan masyarakat. Menjadi penting mengetahui berapa perkembangan pendapatan per kapita masyarakat, namun yang lebih penting adalah bagaimana pendapatan per kapita tersebut merata dirasakan secara riil oleh seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi setiap tahapan proses pembangunan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 89 BAB V PERBANDINGAN REGIONAL WILAYAH BANDUNG RAYA 5.1 Struktur Ekonomi Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Menurut http://id.wikipedia.org, wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Perkembangan Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya perkembangan wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring dengan meluasnya ciri perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah sekitarnya. Pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 90 sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha (http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya). Gambar 5.1 Peta Wilayah Bandung Raya Sumber : http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map Perkembangan pembangunan di wilayah Bandung Raya tidak lepas dari perkembangan pembangunan ekonomi wilayah. Gambaran perkembangan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB yang tercipta di masing-masing wilayah. Tabel 5.1 menunjukkan PDRB atas dasar Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 91 harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat. Tabel 5.1 PDRB Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat termasuk Migas Tahun 2008 2011 (Milyar Rupiah) Kabupaten/Kota 2008 2009 2010*) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bandung 60.444,49 70.281,16 82.002,18 95.612,86 Kabupaten Bandung 38.282,17 41.262,10 46.092,24 51.291,76 Kabupaten Sumedang 10.300,94 11.188,17 12.265,68 13.531,78 Kabupaten Bandung Barat 14.486,95 15.847,97 17.543,65 19.354,91 Kota Cimahi 10.716,29 11.683,71 12.845,60 14.164,83 Provinsi Jawa Barat 633.283,48 689.841,31 771.593,86 861.006,35 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Bandung 26.978,91 29.228,27 31.697,28 34.463,63 Kabupaten Bandung 19.674,49 20.527,54 21.734,66 23.026,24 Kabupaten Sumedang 5.136,82 5.381,58 5.608,74 5.879,09 Kabupaten Bandung Barat 7.284,89 7.623,01 8.040,22 8.502,53 Kota Cimahi 5.908,07 6.181,40 6.509,31 6.871,22 Provinsi Jawa Barat 291.208,84 303.405,25 322.223,82 343.111,24 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 92 PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 memiliki peranan sekitar 11,10 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Peranan Kota Bandung menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 peranannya hanya mencapai 9,54 persen. Adapun Kabupaten Bandung memiliki peranan pada pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sekitar 5,96 persen. Kabupaten Bandung Barat memiliki peranan sekitar 2,25 persen, Kabupaten Sumedang memiliki peranan sekitar 1,57 persen dan Kota Cimahi memiliki peranan sekitar 1,65 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011. Grafik 5.1 Kontribusi PDRB Bandung Raya Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 93 Jika dirinci menurut sektor ekonomi, akan terlihat peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB di masing-masing wilayah Bandung Raya. Struktur ekonomi Kota Bandung sebagian besar ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi sekitar 40,61 persen. Adapun struktur ekonomi di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan. Grafik 5.2 Struktur Ekonomi Masing-masing Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 94 Peranan sektor industri pengolahan terhadap PDRB masing- masing wilayah lebih dominan dibandingkan sektor lainnya, yaitu Kabupaten Bandung sekitar 58,72 persen, Kabupaten Bandung Barat sekitar 42,35 persen, dan Kota Cimahi sekitar 58,03 persen. Adapun PDRB Kabupaten Sumedang ditopang oleh peranan sektor pertanian dan sektor perdagangan yang hampir berimbang (peranan sektor pertanian 28,82 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 27,01 persen). Di Provinsi Jawa Barat sendiri, sektor ekonomi penopang struktur perekonomian adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 37,16 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Adapun sektor perdagangan berkontribusi sekitar 22,58 persen dan sektor pertanian berkontribusi sekitar 11,98 persen. 5.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja perekonomian seluruh aktivitas/kegiatan perekonomian di wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2011 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota di wilayah Bandung Raya dan pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011 LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat berada pada level 6,48 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 95 Tabel 5.2 LPE Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat termasuk Migas Tahun 2008 2011 (Persen) Kabupaten/Kota 2008 2009 2010*) 2011**) [1] [2] [3] [4] [5] Kota Bandung 8,17 8,34 8,45 8,73 Kabupaten Bandung 5,30 4,34 5,88 5,94 Kabupaten Sumedang 4,58 4,76 4,22 4,82 Kabupaten Bandung Barat 6,95 4,64 5,47 5,75 Kota Cimahi 4,77 4,63 5,30 5,56 Provinsi Jawa Barat 6,21 4,19 6,20 6,48 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Jika rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai dasar analisis, maka Kota Bandung berada pada kelompok pertama, yaitu memiliki LPE lebih tinggi dari LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan kinerja sektor ekonomi di Kota Bandung lebih tinggi dari rata-rata kinerja sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dimaklumi karena Kota Bandung sebagai salah satu pusat pertumbuhan berbagai kegaitan ekonomi. Adapun Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kota Cimahi berada pada kelompok kedua, yaitu kinerja ekonomi masih tumbuh positif namun lebih rendah dari rata-rata kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 96 Grafik 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 - 2011 Sumber : BPS Kota Bandung 5.3 PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui pendapatan per kapita masyarakat. Indikator pendapatan per kapita sering digunakan sebagai base line yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kendati masih banyak kelemahan dari indikator ini, namun sampai dengan saat ini indikator PDRB per Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 97 kapita banyak diguankan untuk mengetaui perkembangan pembangunan di suatu wilayah. PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku tahun 2011 mencapai Rp 17.836.787, sedangkan jika dihitung atas dasar harga konstan sebesar Rp 7.455.880. PDRB per kapita Kota Bandung dan Kota Cimahi berada di atas rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Adapun PDRB per kapita Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat. Tabel 5.3 PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 (Rupiah) Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 [1] [2] [3] Kota Bandung 39.219.772 14.136.757 Kabupaten Bandung 15.852.245 7.116.495 Kabupaten Sumedang 12.589.364 5.530.457 Kabupaten Bandung Barat 12.155.332 5.281.075 Kota Cimahi 25.712.444 12.472.857 Provinsi Jawa Barat 17.836.787 7.455.880 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,diolah **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 98 Tabel 5.4 menunjukkan perbandingan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dan PDRB per kapita kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dengan laju pertumbuhan dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Kabupaten/ kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat terletak pada kuadran I, yaitu Kota Bandung. Tabel 5.4 Laju Pertumbuhan Dan PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Sumber : BPS Kota Bandung Rp 17.836.787 L P E PDRB Per Kapita Jawa Barat 6,48 Kota Cimahi Kota Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Sumedang Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 99 Pada kuadran II, adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dengan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Yang termasuk pada kuadran II adalah Kota Cimahi. Adapun kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat ada pada kuadran III. Pada kuadran ini terdapat Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Bawar, dan Kabupaten Sumedang. Pada kuadran IV, tidak ada kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, namun PDRB per kapitanya lebih rendah. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2007 - 2010 100 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2009. Kajian Awal Penyusunan Indeks Pembangunan Regional. Jakarta : BPS Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 - 2010. Bandung : BPS ______________. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I - IV dalam Berita Resmi Statistik. Bandung : BPS ______________. 2012. Tabulasi Kompilasi PDRB Kabupaten Kota di Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha. Tdiak dipublikasikan Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2007-2010. Bandung : BPS. Lincoln, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Widodo, Suseno Triyanto. Indikator Ekonomi : Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Kanisius (http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya). diunduh tanggal 24 September 2012 pukul 15.30 http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map diunduh tanggal 24 September 2012 pukul 15.40 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 156.030 168.080 161.743 192.743 1.1 Tanaman Bahan makanan 56.560 60.825 40.963 49.613 1.2 Perkebunan - - 1.3 Peternakan 84.799 90.365 101.401 120.368 1.4 Kehutanan - - 1.5 Perikanan 14.672 16.891 19.379 22.762 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 15.548.704 17.208.403 19.990.518 22.482.061 3.1 Industri Migas - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 15.548.704 17.208.403 19.990.518 22.482.061 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.037.433 1.240.242 1.418.771 1.769.223 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9.271.085 9.825.658 11.229.108 12.005.961 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184.702 203.484 238.007 270.845 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 243.998 288.698 349.194 425.936 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.203.795 1.404.535 1.628.442 1.818.966 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 39.319 52.380 58.368 72.889 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 1.481 1.580 1.827 2.168 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.297.036 3.890.730 4.702.861 5.673.701 3.2.9 Barang Lainnya 269.856 301.097 363.938 442.372 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1.363.365 1.616.732 1.892.657 2.201.593 4.1 Listrik 1.199.932 1.418.738 1.671.109 1.937.612 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 163.433 197.994 221.547 263.981 BANGUNAN/KONTRUKSI 2.604.004 3.223.944 3.826.745 4.425.332 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 24.231.805 28.781.328 33.301.560 39.436.088 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 21.782.689 25.791.441 29.642.016 35.001.949 6.2 Hotel 598.234 753.336 988.199 1.171.325 6.3 Restoran 1.850.881 2.236.551 2.671.345 3.262.815 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.091.588 8.272.059 9.813.959 11.841.320 7.1 Pengangkutan 3.921.257 4.615.735 5.446.450 6.677.780 7.1.1 Angkutan Rel 275.291 298.670 350.098 419.996 7.1.2 Angkutan J alan Raya 2.167.420 2.521.534 3.039.644 3.701.550 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 1.213.827 1.500.072 1.714.369 2.138.849 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 264.719 295.459 342.340 417.386 7.2 Komunikasi 3.170.331 3.656.324 4.367.509 5.163.539 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 3.876.664 4.402.111 5.110.879 6.094.630 8.1 Bank 1.934.462 2.151.650 2.513.292 2.961.272 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 513.323 613.760 707.981 877.364 8.3 Sewa Bangunan 997.447 1.126.639 1.304.912 1.602.593 8.4 J asa Perusahaan 431.432 510.062 584.694 653.401 JASA - JASA 5.572.326 6.608.505 7.904.116 8.939.096 9.1 Pemerintahan Umum 4.101.834 4.932.174 5.998.017 6.720.087 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2.743.137 3.159.037 3.881.917 4.339.875 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 1.358.697 1.773.137 2.116.100 2.380.211 9.2 Swasta 1.470.492 1.676.331 1.906.099 2.219.009 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 421.217 476.724 534.002 631.508 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 87.305 105.452 123.699 141.692 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 961.970 1.094.156 1.248.399 1.445.810 PDRB 60.444.487 70.281.163 82.002.176 95.612.863 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (J uta Rp) Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 101 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 71.510 74.461 63.340 67.070 1.1 Tanaman Bahan makanan 29.018 30.421 16.773 17.375 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 34.524 35.336 37.417 39.859 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 7.968 8.704 9.151 9.836 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 7.544.621 7.792.641 8.067.254 8.365.548 3.1 Industri Migas 3.2 Industri Tanpa Migas 7.544.621 7.792.641 8.067.254 8.365.548 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 360.401 401.747 443.887 491.686 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4.906.714 4.936.212 4.931.807 4.935.382 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 99.889 102.123 110.278 119.215 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 124.676 132.768 144.995 157.202 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 537.893 569.088 584.883 607.921 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 21.884 22.703 24.048 25.707 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 548 557 604 656 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1.367.816 1.491.670 1.670.929 1.852.715 3.2.9 Barang Lainnya 124.800 135.774 155.823 175.064 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 628.223 689.731 761.964 843.768 4.1 Listrik 556.814 609.324 674.281 747.816 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 71.409 80.407 87.682 95.953 BANGUNAN/KONTRUKSI 1.308.240 1.432.099 1.592.431 1.782.526 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 10.302.814 11.375.644 12.623.317 14.040.746 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 9.085.828 10.011.651 11.091.654 12.304.356 6.2 Hotel 263.401 290.059 326.554 376.388 6.3 Restoran 953.585 1.073.935 1.205.108 1.360.003 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.851.891 3.147.347 3.501.283 3.885.215 7.1 Pengangkutan 1.454.963 1.638.973 1.830.918 2.032.292 7.1.1 Angkutan Rel 81.505 86.563 92.256 99.764 7.1.2 Angkutan J alan Raya 809.504 908.123 1.034.122 1.178.016 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 440.986 513.474 566.058 607.478 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 122.967 130.812 138.481 147.033 7.2 Komunikasi 1.396.929 1.508.374 1.670.366 1.852.923 1. Pos dan Telekomunikasi 1.380.530 1.508.374 1.670.366 1.852.923 2. J asa Penunjang Komunikasi KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 1.419.150 1.538.871 1.670.210 1.813.112 8.1 Bank 457.735 487.060 509.662 534.195 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 252.049 276.799 306.956 340.622 8.3 J asa Penunjang Keuangan - - - - 8.3 Sewa Bangunan 481.775 533.054 592.966 654.962 8.4 J asa Perusahaan 227.590 241.957 260.626 283.332 JASA - JASA 2.852.460 3.177.476 3.417.482 3.665.646 9.1 Pemerintahan Umum 2.014.060 2.268.834 2.422.819 2.581.028 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1.336.717 1.460.137 1.535.341 1.628.371 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 677.343 808.697 887.479 952.658 9.2 Swasta 838.400 908.642 994.663 1.084.618 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 279.021 306.599 332.631 361.094 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 44.378 48.514 51.740 55.633 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 515.001 553.529 610.292 667.892 PDRB 26.978.909 29.228.272 31.697.282 34.463.631 *) Angka Perbaikan 26.949.309 **) Angka Sementara 4.877.114 Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 (J uta Rp) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 102 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 10,58 7,72 (3,77) 19,17 1.1 Tanaman Bahan makanan 11,30 7,54 (32,65) 21,12 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 11,39 6,56 12,21 18,71 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 3,64 15,12 14,73 17,46 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 15,97 10,67 16,17 12,46 3.1 Industri Migas - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 15,97 10,67 16,17 12,46 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 74,07 65,46 36,76 42,65 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 23,98 21,08 21,12 22,19 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 29,53 22,74 28,86 33,10 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 42,65 54,54 43,11 47,54 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 32,19 44,03 35,28 29,51 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 45,71 62,87 48,45 39,16 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 18,18 18,80 23,35 37,19 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 27,39 30,42 42,64 45,83 3.2.9 Barang Lainnya 51,50 52,11 34,86 46,92 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 14,80 18,58 17,07 16,32 4.1 Listrik 13,65 18,23 17,79 15,95 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 24,00 21,15 11,90 19,15 BANGUNAN/KONTRUKSI 12,92 23,81 18,70 15,64 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 20,66 18,78 15,71 18,42 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 21,15 18,40 14,93 18,08 6.2 Hotel 12,43 25,93 31,18 18,53 6.3 Restoran 17,89 20,84 19,44 22,14 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 19,63 16,65 18,64 20,66 7.1 Pengangkutan 20,57 17,71 18,00 22,61 7.1.1 Angkutan Rel 15,15 8,49 17,22 19,97 7.1.2 Angkutan J alan Raya 16,85 16,34 20,55 21,78 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 30,45 23,58 14,29 24,76 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 16,22 11,61 15,87 21,92 7.2 Komunikasi 18,49 15,33 19,45 18,23 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 21,36 13,55 16,10 19,25 8.1 Bank 28,08 11,23 16,81 17,82 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 10,18 19,57 15,35 23,92 8.3 Sewa Bangunan 16,49 12,95 15,82 22,81 8.4 J asa Perusahaan 19,20 18,23 14,63 11,75 JASA - JASA 29,42 18,60 19,61 13,09 9.1 Pemerintahan Umum 34,37 20,24 21,61 12,04 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 34,37 15,16 22,88 11,80 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 22,96 30,50 19,34 12,48 9.2 Swasta 17,37 14,00 13,71 16,42 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 19,01 13,18 12,01 18,26 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 14,31 20,79 17,30 14,55 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 16,95 13,74 14,10 15,81 PDRB 19,57 16,27 16,68 16,60 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Persen) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 103 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 3,68 4,13 (14,94) 5,89 1.1 Tanaman Bahan makanan 5,10 4,83 (44,86) 3,59 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 2,57 2,35 5,89 6,53 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 3,48 9,24 5,13 7,49 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 3,48 3,29 3,52 3,70 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3,48 3,29 3,52 3,70 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 12,15 11,47 10,49 10,77 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2,86 0,60 (0,09) 0,07 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 7,06 2,24 7,99 8,10 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 23,51 6,49 9,21 8,42 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,49 5,80 2,78 3,94 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 9,53 3,75 5,92 6,90 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 5,49 1,64 8,38 8,58 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1,76 9,05 12,02 10,88 3.2.9 Barang Lainnya 7,91 8,79 14,77 12,35 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,12 9,79 10,47 10,74 4.1 Listrik 8,84 9,43 10,66 10,91 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 11,38 12,60 9,05 9,43 BANGUNAN/KONTRUKSI 7,33 9,47 11,20 11,94 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 10,00 10,41 10,97 11,23 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 10,14 10,19 10,79 10,93 6.2 Hotel 7,92 10,12 12,58 15,26 6.3 Restoran 9,24 12,62 12,21 12,85 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 9,15 10,36 11,25 10,97 7.1 Pengangkutan 5,24 12,65 11,71 11,00 7.1.1 Angkutan Rel 4,57 6,21 6,58 8,14 7.1.2 Angkutan J alan Raya 5,66 12,18 13,87 13,91 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 4,42 16,44 10,24 7,32 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 5,91 6,38 5,86 6,18 7.2 Komunikasi 13,53 7,98 10,74 10,93 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 5,45 8,44 8,53 8,56 8.1 Bank 5,46 6,41 4,64 4,81 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 4,96 9,82 10,89 10,97 8.3 Sewa Bangunan 5,29 10,64 11,24 10,46 8.4 J asa Perusahaan 6,34 6,31 7,72 8,71 JASA - JASA 15,85 11,39 7,55 7,26 9.1 Pemerintahan Umum 19,02 12,65 6,79 6,53 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 21,45 9,23 5,15 6,06 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 14,49 19,39 9,74 7,34 9.2 Swasta 8,88 8,38 9,47 9,04 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 7,47 9,88 8,49 8,56 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 4,03 9,32 6,65 7,52 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 10,11 7,48 10,25 9,44 PDRB 8,17 8,34 8,45 8,73 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung (Persen) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 104 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 0,26 0,24 0,20 0,20 1.1 Tanaman Bahan makanan 0,09 0,09 0,05 0,05 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 0,14 0,13 0,12 0,13 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 0,02 0,02 0,02 0,02 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 25,72 24,49 24,38 23,51 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - - 3.1.2 Gas Alam Cair - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 25,72 24,49 24,38 23,51 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,72 1,76 1,73 1,85 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 15,34 13,98 13,69 12,56 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,31 0,29 0,29 0,28 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,40 0,41 0,43 0,45 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1,99 2,00 1,99 1,90 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,07 0,07 0,07 0,08 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,45 5,54 5,74 5,93 3.2.9 Barang Lainnya 0,45 0,43 0,44 0,46 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,26 2,30 2,31 2,30 4.1 Listrik 1,99 2,02 2,04 2,03 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 0,27 0,28 0,27 0,28 BANGUNAN/KONTRUKSI 4,31 4,59 4,67 4,63 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 40,09 40,95 40,61 41,25 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 36,04 36,70 36,15 36,61 6.2 Hotel 0,99 1,07 1,21 1,23 6.3 Restoran 3,06 3,18 3,26 3,41 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 11,73 11,77 11,97 12,38 7.1 Pengangkutan 6,49 6,57 6,64 6,98 7.1.1 Angkutan Rel 0,46 0,42 0,43 0,44 7.1.2 Angkutan J alan Raya 3,59 3,59 3,71 3,87 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 2,01 2,13 2,09 2,24 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 0,44 0,42 0,42 0,44 7.2 Komunikasi 5,25 5,20 5,33 5,40 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 6,41 6,26 6,23 6,37 8.1 Bank 3,20 3,06 3,06 3,10 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,85 0,87 0,86 0,92 8.3 Sewa Bangunan 1,65 1,60 1,59 1,68 8.4 J asa Perusahaan 0,71 0,73 0,71 0,68 JASA - JASA 9,22 9,40 9,64 9,35 9.1 Pemerintahan Umum 6,79 7,02 7,31 7,03 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4,54 4,49 4,73 4,54 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 2,25 2,52 2,58 2,49 9.2 Swasta 2,43 2,39 2,32 2,32 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 0,70 0,68 0,65 0,66 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 0,14 0,15 0,15 0,15 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 1,59 1,56 1,52 1,51 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 105 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 0,27 0,25 0,20 0,19 1.1 Tanaman Bahan makanan 0,11 0,10 0,05 0,05 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 0,13 0,12 0,12 0,12 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 0,03 0,03 0,03 0,03 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 27,96 26,66 25,45 24,27 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - - 3.1.2 Gas Alam Cair - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 27,96 26,66 25,45 24,27 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1,34 1,37 1,40 1,43 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 18,19 16,89 15,56 14,32 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,37 0,35 0,35 0,35 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 0,46 0,45 0,46 0,46 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1,99 1,95 1,85 1,76 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0,08 0,08 0,08 0,07 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 5,07 5,10 5,27 5,38 3.2.9 Barang Lainnya 0,46 0,46 0,49 0,51 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 2,33 2,36 2,40 2,45 4.1 Listrik 2,06 2,08 2,13 2,17 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 0,26 0,28 0,28 0,28 BANGUNAN/KONTRUKSI 4,85 4,90 5,02 5,17 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 38,19 38,92 39,82 40,74 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 33,68 34,25 34,99 35,70 6.2 Hotel 0,98 0,99 1,03 1,09 6.3 Restoran 3,53 3,67 3,80 3,95 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,57 10,77 11,05 11,27 7.1 Pengangkutan 5,39 5,61 5,78 5,90 7.1.1 Angkutan Rel 0,30 0,30 0,29 0,29 7.1.2 Angkutan J alan Raya 3,00 3,11 3,26 3,42 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 1,63 1,76 1,79 1,76 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 0,46 0,45 0,44 0,43 7.2 Komunikasi 5,18 5,16 5,27 5,38 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 5,26 5,27 5,27 5,26 8.1 Bank 1,70 1,67 1,61 1,55 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 0,93 0,95 0,97 0,99 8.3 Sewa Bangunan 1,79 1,82 1,87 1,90 8.4 J asa Perusahaan 0,84 0,83 0,82 0,82 JASA - JASA 10,57 10,87 10,78 10,64 9.1 Pemerintahan Umum 7,47 7,76 7,64 7,49 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 4,95 5,00 4,84 4,72 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 2,51 2,77 2,80 2,76 9.2 Swasta 3,11 3,11 3,14 3,15 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 1,03 1,05 1,05 1,05 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 0,16 0,17 0,16 0,16 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 1,91 1,89 1,93 1,94 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung (Persen) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 106 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 204,30 220,08 211,78 252,37 1.1 Tanaman Bahan makanan 170,24 183,08 123,30 149,33 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 253,63 270,28 303,29 360,02 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 151,01 173,84 199,45 234,27 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 346,77 383,79 445,83 501,40 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - - 3.1.2 Gas Alam Cair - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 346,77 383,79 445,83 501,40 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.160,69 1.387,59 1.587,33 1.979,42 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 364,38 386,17 441,33 471,86 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 660,07 727,19 850,57 967,92 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 516,22 610,79 738,78 901,13 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 373,66 435,97 505,47 564,61 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 302,25 402,64 448,68 560,30 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 24,49 26,13 30,21 35,84 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 237,62 280,41 338,94 408,91 3.2.9 Barang Lainnya 585,24 653,00 789,28 959,38 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 431,46 511,64 598,96 696,73 4.1 Listrik 429,34 507,63 597,93 693,29 4.2 Gas Kota - - 1,00 1,00 4.3 Air Bersih 447,68 542,35 606,86 723,10 BANGUNAN/KONTRUKSI 337,56 417,92 496,07 573,66 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 469,17 557,26 644,78 763,55 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 492,15 582,73 669,73 790,83 6.2 Hotel 417,79 526,10 690,12 818,01 6.3 Restoran 310,73 375,48 448,47 547,77 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 489,33 570,78 677,17 817,06 7.1 Pengangkutan 452,04 532,10 627,86 769,81 7.1.1 Angkutan Rel 720,46 781,65 916,24 1.099,17 7.1.2 Angkutan J alan Raya 381,69 444,05 535,29 651,85 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 632,63 781,82 893,51 1.114,74 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 380,72 424,93 492,36 600,29 7.2 Komunikasi 544,92 628,46 750,70 887,52 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 456,42 518,28 601,73 717,55 8.1 Bank 988,83 1.099,85 1.284,70 1.513,70 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 297,44 355,63 410,23 508,37 8.3. J asa Penunjang Keuangan - - 1,00 1,00 8.3 Sewa Bangunan 294,01 332,09 384,64 472,39 8.4 J asa Perusahaan 304,04 359,45 412,04 460,46 JASA - JASA 304,17 360,73 431,45 487,94 9.1 Pemerintahan Umum 323,51 389,00 473,06 530,01 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 348,95 401,86 493,81 552,07 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 282,00 368,01 439,20 494,01 9.2 Swasta 260,69 297,18 337,92 393,39 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 205,15 232,18 260,08 307,57 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 367,29 443,63 520,39 596,08 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 287,17 326,63 372,68 431,61 PDRB 404,50 470,33 548,76 639,85 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 4.1 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Persen) Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 107 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 93,63 97,50 82,94 87,82 1.1 Tanaman Bahan makanan 87,34 91,57 50,49 52,30 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 103,26 105,69 111,91 119,22 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 82,01 89,59 94,19 101,24 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 168,26 173,79 179,92 186,57 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - - 3.1.2 Gas Alam Cair - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 168,26 173,79 179,92 186,57 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 403,22 449,48 496,62 550,10 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 192,85 194,00 193,83 193,97 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 356,97 364,96 394,10 426,04 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 263,77 280,89 306,76 332,59 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 166,96 176,64 181,55 188,70 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 168,22 174,52 184,86 197,61 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 9,06 9,21 9,98 10,84 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 98,58 107,51 120,43 133,53 3.2.9 Barang Lainnya 270,66 294,46 337,94 379,67 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 198,81 218,28 241,14 267,02 4.1 Listrik 199,23 218,02 241,26 267,57 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 195,60 220,25 240,18 262,83 BANGUNAN/KONTRUKSI 169,59 185,65 206,43 231,07 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 199,48 220,25 244,41 271,85 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 205,28 226,20 250,60 278,00 6.2 Hotel 183,95 202,57 228,05 262,86 6.3 Restoran 160,09 180,30 202,32 228,32 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 196,78 217,17 241,59 268,08 7.1 Pengangkutan 167,73 188,94 211,07 234,28 7.1.1 Angkutan Rel 213,31 226,55 241,44 261,09 7.1.2 Angkutan J alan Raya 142,56 159,92 182,11 207,45 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 229,84 267,62 295,02 316,61 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 176,85 188,14 199,17 211,47 7.2 Komunikasi 240,11 259,26 287,11 318,48 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 167,08 181,18 196,64 213,47 8.1 Bank 233,98 248,97 260,52 273,06 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 146,05 160,39 177,86 197,37 8.3. J asa Penunjang Keuangan - - 1,00 1,00 8.3 Sewa Bangunan 142,01 157,13 174,79 193,06 8.4 J asa Perusahaan 160,39 170,51 183,67 199,67 JASA - JASA 155,70 173,44 186,54 200,09 9.1 Pemerintahan Umum 158,85 178,94 191,09 203,56 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 170,04 185,74 195,31 207,14 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 140,58 167,85 184,20 197,72 9.2 Swasta 148,63 161,09 176,34 192,28 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 135,89 149,33 162,00 175,87 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 186,69 204,09 217,67 234,04 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 153,74 165,24 182,19 199,38 PDRB 180,54 195,60 212,12 230,63 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 4.2 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung (Persen) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 108 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 218,19 225,73 255,36 287,38 1.1 Tanaman Bahan makanan 194,91 199,95 244,23 285,54 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 245,62 255,73 271,00 301,99 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 184,13 194,05 211,76 231,41 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 206,09 220,83 247,80 268,75 3.1 Industri Migas - - - - 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi - - - - 3.1.2 Gas Alam Cair - - - - 3.2 Industri Tanpa Migas 206,09 220,83 247,80 268,75 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 287,86 308,71 319,62 359,83 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 188,95 199,05 227,69 243,26 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184,91 199,25 215,82 227,19 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 195,71 217,45 240,83 270,95 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 223,80 246,80 278,42 299,21 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 179,67 230,71 242,71 283,54 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 270,29 283,66 302,67 330,70 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 241,04 260,83 281,45 306,24 3.2.9 Barang Lainnya 216,23 221,76 233,56 252,69 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 217,02 234,40 248,39 260,92 4.1 Listrik 215,50 232,84 247,84 259,10 4.2 Gas Kota - - - - 4.3 Air Bersih 228,87 246,24 252,67 275,11 BANGUNAN/KONTRUKSI 199,05 225,12 240,31 248,26 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 235,20 253,01 263,81 280,87 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 239,74 257,61 267,25 284,47 6.2 Hotel 227,12 259,72 302,61 311,20 6.3 Restoran 194,10 208,26 221,67 239,91 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 248,66 262,83 280,30 304,78 7.1 Pengangkutan 269,51 281,62 297,47 328,58 7.1.1 Angkutan Rel 337,76 345,03 379,49 420,99 7.1.2 Angkutan J alan Raya 267,75 277,66 293,93 314,22 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 275,25 292,14 302,86 352,09 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 215,28 225,86 247,21 283,87 7.2 Komunikasi 226,95 242,40 261,47 278,67 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 273,17 286,06 306,00 336,14 8.1 Bank 422,62 441,76 493,13 554,34 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 203,66 221,73 230,65 257,58 8.3. J asa Penunjang Keuangan - - - - 8.3 Sewa Bangunan 207,04 211,36 220,07 244,68 8.4 J asa Perusahaan 189,57 210,81 224,34 230,61 JASA - JASA 195,35 207,98 231,28 243,86 9.1 Pemerintahan Umum 203,66 217,39 247,56 260,36 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 205,21 216,35 252,84 266,52 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 200,59 219,26 238,44 249,85 9.2 Swasta 175,39 184,49 191,63 204,59 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 150,96 155,49 160,54 174,89 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 196,73 217,36 239,08 254,69 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 186,79 197,67 204,56 216,47 PDRB 224,04 240,46 258,70 277,43 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 109 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) PERTANIAN 6,65 3,45 13,12 12,54 1.1 Tanaman Bahan makanan 5,90 2,58 22,15 16,92 1.2 Perkebunan - - - - 1.3 Peternakan 8,60 4,11 5,97 11,43 1.4 Kehutanan - - - - 1.5 Perikanan 0,15 5,38 9,13 9,28 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN - - - - 2.1 Minyak dan Gas Bumi - - - - 2.2 Pertambangan Tanpa Migas - - - - 2.3 Penggalian - - - - INDUSTRI PENGOLAHAN 12,07 7,15 12,21 8,45 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 12,07 7,15 12,21 8,45 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 23,41 7,25 3,53 12,58 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 11,07 5,35 14,39 6,84 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 4,06 7,76 8,32 5,27 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 5,75 11,11 10,76 12,50 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 20,44 10,28 12,81 7,47 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 11,62 28,41 5,20 16,82 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 5,58 4,95 6,70 9,26 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 8,61 8,21 7,91 8,81 3.2.9 Barang Lainnya 26,33 2,56 5,32 8,19 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5,20 8,01 5,97 5,05 4.1 Listrik 4,42 8,05 6,44 4,55 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih 11,33 7,59 2,61 8,88 BANGUNAN/KONTRUKSI 5,21 13,10 6,75 3,31 PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 9,69 7,57 4,27 6,47 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 9,99 7,45 3,74 6,44 6.2 Hotel 4,18 14,35 16,52 2,84 6.3 Restoran 7,91 7,30 6,44 8,23 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 9,61 5,70 6,65 8,73 7.1 Pengangkutan 14,57 4,50 5,63 10,46 7.1.1 Angkutan Rel 10,11 2,15 9,99 10,94 7.1.2 Angkutan J alan Raya 10,59 3,70 5,86 6,90 7.1.3 Angkutan laut - - - - 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan - - - - 7.1.5 Angkutan Udara 24,92 6,14 3,67 16,25 7.1.6 J asa Penunjang Angkutan 9,74 4,92 9,45 14,83 7.2 Komunikasi 4,36 6,81 7,87 6,58 KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 15,08 4,72 6,97 9,85 8.1 Bank 21,44 4,53 11,63 12,41 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 4,98 8,87 4,02 11,68 8.3. J asa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 10,64 2,09 4,12 11,19 8.4 J asa Perusahaan 12,09 11,21 6,42 2,80 JASA - JASA 11,72 6,46 11,21 5,44 9.1 Pemerintahan Umum 12,90 6,74 13,88 5,17 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 15,97 5,43 16,86 5,41 9.1.2 J asa Pemerintahan lainnya 7,40 9,31 8,75 4,79 9.2 Swasta 7,79 5,19 3,87 6,76 9.2.1 J asa sosial kemasyarakatan 10,74 3,00 3,25 8,94 9.2.2 J asa hiburan dan Rekreasi 9,88 10,49 9,99 6,53 9.2.3 J asa perseorangan dan rumah tangga 6,21 5,82 3,48 5,83 PDRB 10,54 7,33 7,59 7,24 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 6 Inflasi Sektoral Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 110 Lapangan Usaha 2008 2009 2010*) 2011**) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Nilai Absolut PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 60.444.487 70.281.163 82.002.176 95.612.863 PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 26.978.909 29.228.272 31.697.282 34.463.631 J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 2.292.571 2.307.703 2.394.873 2.437.874 PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 26.365.372 30.455.029 34.240.720 39.219.772 PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 11.767.971 12.665.526 13.235.475 14.136.757 2. Indeks Perkembangan PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 404,50 470,33 548,76 639,85 PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 180,54 195,60 212,12 230,63 J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 107,32 108,03 112,11 114,12 PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 376,92 435,38 489,50 560,68 PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 168,23 181,07 189,21 202,10 3. Indeks Berantai PDRB ADH Berlaku (J uta Rp) 119,57 116,27 116,68 116,60 PDRB ADH Konstan'2000 (J uta Rp) 108,17 108,34 108,45 108,73 J umlah Penduduk Pertengahan Tahun x) 101,17 100,66 103,78 101,80 PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp) 118,18 115,51 112,43 114,54 PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp) 106,91 107,63 104,50 106,81 Indeks Harga Implisit PDRB 224,04 240,46 258,70 277,43 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara dan PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Tabel 7. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 111 DA T A MENCERDASKANBANGSA BADANPUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Jl. Jendral Gatot Subroto No 93 Bandung Telepon : (022) 7305091 Email : bps3273@mailhost.bps.go.id
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro