Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien berarti
menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli
botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan
pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium
karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses
pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium
karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang
terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak
tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan
adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan
menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).

Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen


campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom
adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak
sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan
(pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Pemisahan
tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara butiran-
butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya.
Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada
permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian
tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada
saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang
ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih
besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil
akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut (Yazid, 2005, hal: 199).

Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran, kolom yang telah
dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti alumina dalam keadaan
kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang
pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom.
Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar
dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu homogenitas pengepakan biasanya
kolom setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah
cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan
dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi
dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas
kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara terus-menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan
baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap
bila suatu komponen yang satu dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan
waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang
dan semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom, adsorben, pelarut
dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita (zona-zona) yang setiap zona berisi
satu macam komponen. Setiap zona yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan
sempurna sebelum zona yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat
diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau spektofotometri
(Yazid, 2005, hal: 200 201).

Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom
adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada
kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr,
selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat
padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya.
Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh mungkin inert
terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap
dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk
mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih
polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat
cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika
fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak
digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik (Yazid, 2005, hal:
203 204).
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif)
tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.

Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin
penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion adalah ion
negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion ion oleh resin
dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan
kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai
ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan
ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap (Clark, 2007).

Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion
yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin
besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya.
Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya resin
yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom.
Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka
resin tersebut dikatakan telah exchausted. Dalam keadaan demikian resin dapat
dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke
dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion
dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan
amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya
ekuivalen (Tim Dosen, 2012).

Dapus : http://awjee.blog.com/2012/11/24/kromatografi-kolom/
Jenis-Jenis Kromatografi Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis
fasa yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya. Jenis-jenis metode
kromatografi tersebut adalah:
1. Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)
Metode jenis ini diketemukan oleh Tswett dan diperkenalkan kembali oleh Kuhn dan
Ledere pada tahun 1931. Metode ini banyak digunakan untuk analisis biokimia dan
organik. Teknik pelaksanaannya dilakukan dengan kolom. Sebagai fasa diam di dalam
kolom dapat dipilih salika gel atau alumina. Kekurangan metode kromatografi cair-
padat ini antara lain ialah: (a) pilihan fasa diam (adsorben) terbatas; (b) koefisien
distribusi untuk serapan seringkali tergantung pada kadar total. sehingga
pemisahannya kurang sempurna.
2. Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)
Metode kromatografi ini diperkenalkan oleh Martin den Synge pada tahun 1941. Fasa
diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang terserap pada:
padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fasa pendukung. Keuntungan metode ini
ialah: (a) pelihan kombinasi cairan cukup banyak; (b) koefisien distribusinya tidak
tergantung pada konsentrasi, sehingga hasil-hasil pemisahannya lebih tajam.
3. Kromatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi jenis ini digunakan sebelum tahun 1800 untuk menurunkan gas. Metode
ini pada awalnya kurang berkembang. Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagai
hasil riset memperluas penggunaan metode ini. Kelemahan metode ini mirip dengan
kromatografi cair-padat.
4. Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagi kromatografi fasa uap.
Pertama kali diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952. Metode ini
paling banyak digunakan karena efisien. serba guna, cepat dan peka. Cuplikan dengan
ukuran beberapa mikrogram sampai dengan ukuran 10-15 gram masih dapat
dideteksi. Sayangnya komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa torr
pada suhu kolom.
5. Kromatografi Penukar Ion
Metode kromatografi ini merupakan bidang khusus kromatografi cair-padat. Sesuai
dengan namanya, metode ini khusus digunakan untuk memisahkan spesies ion.
Kemajuan metode kromatografi sangat ditunjang oleh penemuan resin sintetik dengan
sifat penukar ion sebelum perang Dunia II
6. Kromatografi Kertas (KT)
Jenis kromatografi ini merupakan bidang khusus kromatografi cair-cair. Fasa diam
berupa lapisan tipis air yang terserap oleh kertas. Selain air dapat juga dipakai cairan
lain. Pengerjaannya sangat sederhana. Penempatan satu tetes larutn cuplikan pada
ujung kertas dan kemudian mencelupkannya ke dalam pelarut (eluen) sudah cukup
untuk memisahkan komponen-komponen cuplikan.
7. Kromntografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas digantikan
lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti
alumina, silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat
reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.
8. Kromatografi Filtrasi Gel
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu
bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida. Bahan ini bila dimasukkan
dalam air akan menggembung dengan membentuk saringan berpori dengan ukuran
poripori tertentu. Pori-pori akan menehan molekul komponen-komponen berdasarkan
ukurannya (berat molekul). Molekul dengan berat molekul dari 100 sampai berapa
juta dapat dipisahkan dengan teknik ini.
9. Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana selama
pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah aliran
spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas muatan
molekul dan gerakitasnya.

Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom


Kelebihan kromatografi kolom :
- Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative
- Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran
- Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.
Kekurangan kromatografi kolom :
- Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual
- Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming)
Kesimpulan:
1. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola
pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa
molekul) yang berada pada larutan.
2. Kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang lain
fase bergerak (mobile).
3. Ada beberapa jenis kromatografi diantaranya yaitu; Kromatografi cair-padat
(Kromatografi Adsorpsi), Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi),
Kromatografi Gas-padat (KGP), Kromatografi Gas-Cair (KGC), Kromatografi
Penukar Ion, Kromatografi Kertas (KT), Kromntografi Lapis Tipis (KLT atau TLC =
Thin Layer Chromatography), Kromatografi Filtrasi Gel, dan Kromatografi
Elektroforesis Kontinyu.
4. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan
atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair padat
(KCP) kolom terbuka.

Dapus : http://icheanindita.blogspot.com/2012/05/kromatografi-kolom.html

Anda mungkin juga menyukai