Tutorial C2
0
DAFTAR ISI
Daftar isi .. 1
Kata pengantar . 2
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang 3
1.2 Tujuan. 4
2. Isi Bioetika Kedokteran
2.1 Definisi Bioetika 5
2.2 Teori kaidah dasar bioetika 6
2.3 Norma dalam etika kedokteran. 10
2.4 Pemecahan kasus dilema etik 12
2.5 Prinsip Legal dan Etik 14
2.6 Non malefisiense 15
3. Lampiran 17
4. Penutup
4.1 Kesimpulan. 19
4.2 Saran 19
Daftar pustaka .. 20
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia-Nya hingga kami
dapat menhyelesaikan penulisan makalah ini.Rasa syukur ini juga kami panjatkan seiring dengan
selesainya pembahasan tentang ini.
Makalah ini bertujuan untuk membantu memahami tentang kaidah dasar bioetik.
Makalah ini menyediakan sejumlah pengalaman belajar yang berfungsi untuk memahami konsep
dan proses sains.Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui keterampilan proses yang meliputi
keterampilan mengamati,mengajukan hipotesis,menggunakan alat dan bahan secara baik dan
benar dengan selalu mempertimbangkan referensi yang kami dapatkan dari beberapa literatur.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini.Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
penulis
2
1. Pendahuluan
3
mahasiswa dalam rangka pembenaran moral dan etika. Pemahaman awal kaidah dasar bioetika
akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap kasus-kasus
kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa mendatang diharapkan akan membekali
kemampuan reflektif-analitik dokter, termasuk mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme
pendidikan dalam rangka saling mengingatkan terus menerus dan mencegah penyimpangan antar
anggota profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangung jawab etis sesuai dengan moralitas
profesi kedokteran.
Meskipun materi kaidah dasar bioetika telah diajarkan di beberapa fakultas kedokteran,
namun belum pernah ada sebuah instrumen yang dipublikasikan untuk mengukur tingkat
pengetahuan kaidah dasar bioetika. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah instrumen
yang reliabel dan valid untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa tentang kaidah dasar
bioetika. Instrumen yang akan digunakan, sebelumnya akan dianalisis dengan analisis butir uji
untuk memenuhi kriteria pertanyaan yang baik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah terpenuhinya tugas BHP yang
diberikan untuk membahas tentang kaidah-kaidah dasar bioetik dan pada makalah ini khususnya
akan dibahas teori bioetik non maleficience.
4
2. ISI
Bioetika Kedokteran
5
tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna (seperti tanggungjawab), dapat
memperlihatkan watak seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan
moralitas.
2. Etika norma-norma
Dasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga tak bisa membedakan legalitas
- moralitas.
Dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pasien baik yang
tergolong sederhana atau mudah, dokter akan mengahadapi berbagai masalah etika.
Dalam memecahkan masalah tersebut dokter dituntut untuk dapat melakukan suatu
tindakan pengambilan keputusan yang tepat. Dampak-dampak yang ditimbulkan
dalam mengambil sebuah tindakan tertentu dapat memberi hasil yang positif maupun
negatif. Keputusan yang diambil oleh seorang dokter pada dasarnya dibagi menjadi
dua, yakni
a. keputusan medis yang dipengaruhi oleh indikasi medik dan pengetahuan biomedik
b. keputusan etis yang dipengaruhi oleh info medik, keputusan pasien, kualitas hidup,
dan fitur kontekstual.
Dalam pengambilan keputusan, dokter tidak boleh hanya memperhatikan hal medis
saja, tetapi juga harus melihat segi etisnya, sebab dalam kedokteran pasien tidak
hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek. Hal inilah yang sering kali membuat
dokter sulit untuk mengambil keputusan sebab pengambilan keputusan etis bukanlah
hal yang mudah.
6
a. Beneficence
Beneficence atau tindakan berbuat baik mengacu pada tindakan yang dilakukan
demi kebaikan pasien. Beneficence bersifat sangat umum dalam dunia
kedokteran. Artinya bahwa hampir setiap saat prinsip ini diterapkan dalam
mengambil keputusan.
Adapun prinsip-prinsip dari beneficence adalah sebagai berikut:
1. General beneficence :
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
2. Specific beneficence :
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
3. Mengutamakan kepentingan pasien (altrualisme).
4. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan
dokter/rumah sakit/pihak lain tetapi juga sebagai saudara yang patut ditolong.
5. Maksimalisasi akibat baik yang dapat diterima pasien.
6. Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya (apalagi ada yg hidup)
Beneficence biasanya diterapkan dalam kasus yang simpel dan umum. Kondisi
pasien sadar dan tidak begitu parah. Pengobatan yang diberikan wajar tidak
berlebihan ataupun dikurang-kurangi. Intinya, dokter mengutamakan kepentingan
7
pasien dan bertindak demi kebaikan pasien.
Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa
tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini
boleh dilakukan jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain
yang lebih tepat.
Prinsip double effect:
tindakan tersebut secara intrinsik tidak salah, setidaknya netral
niatnya memperoleh akibat baik tidak boleh dari akibat buruk
akibat buruk bukan tujuan untuk mencapai pokok tujuan
pertimbangan yang layak: tidak ada cara lain yang lebih tepat
c. Justice
Justice atau keadilan berarti menangani kasus yang sama dengan cara yang sama.
Prinsip justice selengkapnya adalah sebagai berikut:
Treat similar cases in a similar way = justice within morality. Hal ini
mengindikasikan kesamaan rindakan pada kasus yang sama.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan
8
mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan
/membahagiakannya)
b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka
(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal
budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik
Jenis keadilan :
a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber
kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat
dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :
Setiap orang andil yang sama
Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
Setiap orang sesuai upayanya.
Setiap orang sesuai kontribusinya
Setiap orang sesuai jasanya
Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama :
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan
efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan
prosedur adil > hasil substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap
bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material
kebutuhan dan kesamaan).
d. Hukum (umum) :
Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang
berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)
9
mencapai kesejahteraan umum.
d. Autonomy
Menurut pandangan Kant, otonomi kehendak otonomi moral yakni kebebasan
bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan
kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan
atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar
prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Kaidah ikutannya ialah Tell the
truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah
consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan
penting. Autonomy erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi
(termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak
yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects),
letting die.
10
tetap bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran
moral = suara hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak
tenang.
Sifat EK :
1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)
2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).
3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed, zelfoplegging)
4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang
seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri,
umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)
5. Etika profesi (biasa):
bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi
bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-
kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral
Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia
pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)
Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi
kedokteran.
Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-
abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan
norma atau moralitas profesi)
Isi : 2 norma pokok :
sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang
lain;
bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).
6. Etika profesi luhur/mulia :
Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :
Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme. Ada
idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = lesprit de
corpse pour officium nobile 7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis
11
moral akibat pengaruh teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran. Bioetika
kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam kedokteran
yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang
berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang
bersumber pada 4 kaidah dasar moral beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar moral
bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat nilai-nilai dasar etika
merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran. Pemahaman awal kaidah dasar
moral akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap
kasus-kasus kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa mendatang
diharapkan akan membekali kemampuan reflektif-analitik dokter, termasuk
mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme pendidikan dalam rangka saling
mengingatkan terus menerus dan mencegah penyimpangan (amar maruf nahi
mungkar) antar anggota profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangungjawab etis
sesuai dengan moralitas profesi kedokteran. Tanggungjawab etis yang merupakan
suara hati seorang dokter akan mempertahankan perilaku etis seluruh anggota profesi
agar korps dokter ke depan tetap merupakan profesi mulia dengan setiap anggotanya
masing-masing memiliki kesucian hati nurani.
12
nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.
Konflik yang terjadi adalah :
a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien.
b.Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
1)Tidak mempercepat kematian klien
2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
1)Tidak mempercepat kematian pasien
2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang
nyeri)
3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan
apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu
misalnya pada malam hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat
cukup beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
13
perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat
ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga
klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien
dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai
respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen
nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri
(relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan
tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan
klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
1. Euthanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau
pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan
kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan
dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung
kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua
tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan.
14
2. Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda,
diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk
mempercepat kematiannya.
3. Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence)
dapat dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan
tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kematian
klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan
adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak
mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good).
Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya pertama-tama
jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat atau membuat derita pasien,
serta mewajibkan dokter untuk meminimalisasi akibat buruk.
Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan hal-hal berikut :
1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu yang penting
2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
3. tindakan dokter terbukti efektif
4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter
Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa tindakan
yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini boleh dilakukan
jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain yang lebih tepat.
Prinsip double effect:
- tindakan tersebut secara intrinsik tidak salah, setidaknya netral
- niatnya memperoleh akibat baik tidak boleh dari akibat buruk
- akibat buruk bukan tujuan untuk mencapai pokok tujuan
- pertimbangan yang layak: tidak ada cara lain yang lebih tepat
15
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus
diikuti.
Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa tindakan
yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini boleh dilakukan
jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain yang lebih tepat.
16
3. Lampiran
17
Gambaran tentang non maleficcience
18
4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Dalam dunia kedokteran, terdapat berbagai macam prinsip yang digunakan dalam
pengambilan keputusan. Namun, yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan terdiri dari empat prinsip yang biasa disebut sebagai Kaidah Dasar Bioetik
(KDB). Terdapat empat prinsip utama di dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu
beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice.
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan
harus diikuti.
4.2 Saran
Sesuai dengan peribahasa Tak ada gading yang tak retak maka kami selaku
manusia biasa tentunya tidak akan sempurna mengerjakan makalh ini maka dari itu,
kami mohon saran dan kritiknya agar dalam membuat makalah biasa labih baik dalam
kurun waktu kedepan.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://medical-center-health.blogspot.com/2011/04/bioetika-kedokteran.html
http://worldmeister.wordpress.com/category/medical-center
http://veniwulandari.blogspot.com/2008/12/bioetika-kedokteran.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_ethics
20