Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KELOMPOK

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS I DI DESA LAMREH


KECAMATAN MESJID RAYA
KABUPATEN ACEH BESAR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

KETUA : ANANDA RIZKI NABILA


ANGGOTA : 1. DIAN MUNAWARAH 6. DINANTI SHAHPUTRI
2. CITRAMAYASARI 7. INTAN LESTARI
3. RIZKA MUMTIZA 8. ILDA ULFA
4. ANISSA NURFITRIANI 9. SITI RUSNIA
5. CUT NOVA NOVIANTI 10. SYARIFAH MELA
ISMAINA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES ACEH JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
BANDA ACEH
2015
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kebidanan Komunitas I di Desa Lamreh Kecamatan Mesjid


Raya Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015

Disusun oleh:

KELOMPOK II

Telah disetujui oleh :


1. Cut Sriyanti, SST, M.Keb ..
Nip. 19800422 200212 2 002
2. Irma Seriana, SST, M.Keb ...
Nip. 19820417 200501 2 002
3. Eva Purwita, SST, M.Keb ...
Nip. 19791216 200501 2 004
Mengetahui
Ka. Prodi D-III Kebidanan

Anita, SST, MPH


NIP. 19760917 200112 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas I pada keluarga binaan di Desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas akademik


sebagai bukti praktik kebidanan komunitas I yang diadakan selama 3 minggu
mulai tanggal 26 Januari 2015 s.d 14 Februari 2015. Dalam peyusunan laporan
ini penulis banyak mendapatkan hambatan dan rintangan, namun arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulisan dapat menyelesaikan laporan
kelompok praktek kebidanan komunitas ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada :

1. Bapak H. Ampera Miko, DNCom, MM selaku Direktur Poltekkes


Kemenkes Aceh
2. Bapak Muclish Basyah selaku Bupati Aceh Besar
3. Bapak Adnan selaku Camat
4. Ibu Nurlaili Ramli, S.SiT, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Aceh
5. Ibu Anita, SST, MPH selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Aceh
6. drg. Wisnel Basnelly selaku kepala Puskesmas Mesjid Raya
7. Bapak Darma Ishak selaku kepala Desa Lamreh
8. Ibu Mernawati Amd.Keb selaku bidan Desa Lamreh
9. Ibu Cut Sriyanti, SST, M.Keb selaku pembimbing di lahan praktek
10. Ibu Irma Seriana, SST, M.Keb selaku pembimbing di lahan praktek
11. Ibu Eva Purwita, SST, M.Keb selaku pembimbing di lahan praktek
12. Tokoh Masyarakat serta Masyarakat Desa Lamreh.
13. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat

Dalam hal penulisan dan kegiatan yang tertera dalam laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran kontruksi
semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya.

Banda Aceh, 10 Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
A.Latar Belakang..............................................................................
B.Tujuan............................................................................................
1. Tujuan Umum..........................................................................
2. Tujuan Khusus........................................................................
C. Manfaat........................................................................................
1. Bagi Mahasiswa.....................................................................
2. Bagi Masyarakat....................................................................
3. Bagi Institusi pendidikan........................................................
BAB II HASIL KEGIATAN.......................................................................
A. Gambaran umum lokasi keluarga binaan.....................................
1. Data Geografis.........................................................................
2. Data Demografi........................................................................
B. Hasil Pendataan............................................................................
C. Analisis Data.................................................................................
D. Analisis Kasus...............................................................................
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Planning Of Action (POA)................................................


Lampiran 2. Peta Desa Lamreh...........................................................
Lampiran 3. SATPEL............................................................................
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan.....................................................
Lampiran 5. Pas Foto & Biodata..........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan terutama Bayi dan
anak, maka di perlukan upaya kesehatan seperti peningkatan terhadap upaya
pencegahan suatu penyakit dan peningkatan terhadap pelayanan pengobatan.
Untuk memenuhi tujuan tersebut pemerintah harus memberikan pelayanan yang
terbaik. Untuk mewujudkan peningkatan derajad kesehatan Bayi dan anak ini
perlu adanya sumber daya manusia yaitu tenaga kesehatan misalnya dokter,
bidan, perawat yang profesional. Sarana dan prasarana yang memadai dan
alat-alat yang tersedia sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk pelayanan
kesehatannya. apabila dari komponen di atas kurang maka pelayanan
kesehatan yang di berikan akan kurang berkualitas. ( A.Aziz Alimul, 2009 ).

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam


kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun
pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan
gizi tingkat buruk yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi selanjutnya terpenuhi. (Fikawati dan Syafiq,
2010).
Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu
harus sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan
penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup
bayi. Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan
hanya diberi ASI tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya
diberikan pada bayi yang berumur enam bulan ke atas (Suraji, 2003).
Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI
ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007)
menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari
28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan
prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32%
pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang
dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan
terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian
besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir,
namun masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010).
Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu
57,48% dan tahun 2007 57,05% (Profil kesehatan Sul-Sel, 2008), sedangkan di
kota parepare, prevalensi ASI eksklusif sampai 6 bulan rata-rata perbulan tahun
2011 yaitu 6,48% dan prevalensi IMD 27,4% (Dinas Kesehatan Kota Parepare).
ASI Ekslusif selama 6 bulan dan umur pengenalan makanan pendamping ASI
merupakan intervensi utama dalam mencapai tujuan MDGs 1 dan 4 dalam
menanggulangi mortalitas dan malnutrisi pada anak (Bhutta et al, 2008 ;
Dadhich and Agarwal, 2009).

Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda
kehamilan pertamanya dahulu atau menjarangkan kelahiran dengan anak
berikutnya. Kontrasepsi atau yang biasa disebut dengan Keluarga Berencana
merupakan salah satu program pemerintah dalam mengatasi permasalahan
jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat. (Saifuddin, BA. 2008.
Dengan adanya berkontrasepsi maka bisa membuat menjadi keluarga
sejahterah dan kontrasepsi disediakan dengan sistim kafetaria. Ditahun 2000
program KB telah berhasil mencegah kelahiran sekitar 80 juta jiwa. Bila terjadi
peningkatan program KB baik untuk penduduk Indonesia sudah mencapai 2,27
jiwa. Komposisi penduduk Indonesia di tahun 1971 sekitar 118 juta dan ditahun
2008 mencapai 227 juta jiwa. (Saifuddin, BA. 2008).
Sesuai dengan hasil survey pelayanan kontrasepsi nasional ternyata lebih
dari 80% penduduk bertempat tinggal didesa dan 61% persalinannya ditolong
oleh dukun sedangkan 32% ditolong oleh tim medis. Dengan demikian dapat
diperkirakan bahwa 93% pelayanan KB didaerah pedesaan ditangani oleh
tenaga kesehatan termasuk yang berpraktek swasta. Bagi kaum wanita yang
menyukai kepraktisan dan merasa kurang menyukai efek samping penggunaan
kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi non hormonal bisa dijadikan alternatif.
Berdasarkan hasil penelitian, minyak biji mimba dapat berfungsi sebagai
spermisida atau pembunuh sperma. Penggunaa obat-obat spermatisida ungtuk
tujuan kontrasepsi telah dikenal sejak zaman dahulu. Berbagai bahan telah
digunakan dalam berbagai bentuk untuk dimasukkan ke dalam vagina. Dengan
demikian, dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi alami non hormonal.
(Hartanto, Hanafi. 2004).
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek kebidanan komunitas I mahasiswa
diharapkan mendapatkan pengalaman yang nyata di masyarakat dalam
memberikan pelayanan kebidanan.

2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan Praktek Kebidanan Komonitas Mahasiswa
Mampu:
a. Menyusun laporan tentang masalah-masalah Kebidanan yang

terdapat di masyarakat.
b. Membuat manajemen Kebidanan terhadap masalah Kebidanan yang
terdapat pada keluarga binaan dalam bentuk SOAP.
c. Melaksanakan pendekatan edukatif dalam pelayanan Kebidanan
Komonitas.
d. Melaksanakan pengawasan kehamilan di Posyandu, Polindes, dan
di rumah.
e. Melaksanakan pertolongan persalinan di Polindes dan rumah di
bawah bimbingan bidan desa.
f. Melaksanakan pengawasan ibu nifas di Posyandu, Polindes dan di
rumah di bawah bimbingan bidan desa.
g. Melaksanakan iminisasi pada ibu hamil, bayi dan balita di bawah
bidan desa.
h. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi dengan bantuan bidan desa.
i. Melakukan pengawasan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
j. Melakukan pembinaan kader dan dukun di wilayah kerjanya.
k. Melakukan rujukan pada kegawat daruratan ibu dan anak.
l. Melakukan penyuluhan dan konselor ASI.

C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Pengetahuan masyarakat tentang imunisasi, kb dan ASI Eksklusif
menjadi lebih bertambah.
2. Bagi instansi terkait
Informasi yang mungkin selama ini sulit disosialisasikan ke
masyarakat bisa tersampaikan dengan baik.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi di Perputakaan kampus.

BAB II
HASIL KEGIATAN

A. Data Geografi
Desa : Lamreh
Kecamatan : Masjid Raya
Kabupaten : Aceh Besar
Lokasi Desa :
Sebelah utara berbatasan dengan Samudra
Hindia.
Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Kuta Baro.
Di sisi barat berbatasan dengan Desa
Beureunut.
Sedangkan di sisi timur berbatasan dengan
Desa Meunasah Mon.

B. Data Demografi
Jumlah penduduk : 1289 jiwa
Jumlah KK : 307 KK
Jumlah rumah :-
Jumlah WUS : 334 jiwa
Jumlah PUS : 207 jiwa
Jumlah bumil : 12 orang
Jumlah bulin :-
Jumlah bufas : 3 orang
Jumlah bayi : 31 orang
Jumlah balita : 102 orang
Jumlah remaja : 127 orang
Jumlah lansia : 79 orang

C. Hasil pendataan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Lamreh Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2014 / 2019

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki-laki 655 50,8 %
2 Perempuan 634 49,2 %
JUMLAH 1289 100 %

Seperti terlihat dalam tabel di atas, tercatat jumlah total penduduk Desa Lamreh
1289 jiwa, terdiri dari laki-laki 655 jiwa atau 50,8 % dari total jumlah penduduk
yang tercatat. Sementara perempuan 634 jiwa atau 49,2 % dari total jumlah
penduduk yang tercatat.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia di Desa Lamreh


tahun 2015
No usia Jumlah Persentase (%)
1 0-1 tahun
2 1-5 tahun
3 6-9 tahun
4 10-21 tahun
5 22-45 tahun
6 >45 tahun
JUMLAH
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Terakhir di Desa
Lamreh
No pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tamatan sekolah
nonformal dan belum
sekolah.
2 Tamatan sekolah
SD/MI
3 Tamatan sekolah SLTP
sederajat.
4 Tamatan sekolah SLTA
sederajat.
5 Tamatan perguruan
tinggi/akademi.
JUMLAH

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Gampong Bayu


Tahun 2014 s/d 2019
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 1289 100 %
2 Kristen 0 0, %
JUMLAH 100 %

Dalam Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Lamreh yang

beragama Islam mendominasi dengan jumlah 100 % dari total jumlah penduduk.

D. Analisa Data
E. Lokmin / MMD (Musyawarah Masyarakat Desa)
Loka karya mini di Desa Lamreh dilaksanakan pada hari Minggu,
Tanggal 1 Frebruari 2015, yang bertempat di Balai Desa Lamreh Kecamatan
Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar.
Penentuan dari masalah itu sendiri dilakukan berdasarkan skoring
dari masalah-masalah yang ditemukan dan pada saat kami paparkan didepan
masyarakat, masyarakatpun tidak ada yang membantahnya. Prioritas masalah
yang ditampilkan pada saat lokmin adalah:
a. Imunisasi
b. KB
c. ASI Eksklusif
Lokmin berjalan dengan lancar dan tertip. Tamu yang di undang di
antaranya adalah:
a. Bapak camat Kecamatan Masjid Raya
b. Bapak KAPOLSEK Kecamatan Masjid Raya
c. Ibu Kepala PUSKESMAS Kecamatan Masjid Raya
d. Bapak Kepala Desa Lamreh
e. Bapak Masing-masing Ketua Lorong Desa Lamreh
f. Bapak TUHA 4 Desa Lamreh
g. Ibu Bidan Desa Lamreh
h. Pembimbing Akademik
i. Ketua Pemuda Desa Lamreh
j. Seluruh Masyarakat Desa Lamreh

Yang hadir pada acara Loka karya Mini di Desa Lamreh pada hari
Minggu, tanggal 1 Februari 2015 adalah:
a. Bapak kepala desa Lamreh
b. Bapak Kepala Lorong Desa Lamreh
c. Bides Desa Lamreh
d. Ketua pemuda
e. Warga Desa Lamreh sebanyak 26 orang
f. Pembimbing Akademik 3 orang.
Dari musyawarah dengan masyarakat Desa Lamreh pada hari
tersebut akhirnya kami dengan masyarakat sepakat untuk membuat penyuluhan
tentang Imunisasi, KB dan ASI Eksklusif yang akan dilaksanakan pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 12 Februari 2015
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Di Balai Desa Lamreh
Acara : Penyuluhan tentang Imunisasi pada bayi, KB DAN ASI
Eksklusif.
Pada hari tersebut masyarakat juga mengusulkan untuk mengadakan
lomba bayi sehat, Aseptor KB teladan dan lomba cara menggosok gigi yang
benar bagi anak-anak. Dan kamipun menyanggupinya dengan mempersiapkan
semua kebutuhan untuk suksesnya acara tersebut.

F. Implementasi
G. Evaluasi Kegiatan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Imunisasi Pada Bayi


1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes
RI, 2005).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Alimul.A.Aziz .2008 )
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit
(Supartini,2002).

2. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderitaan suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yangdapat di hindari dengan
imunisasi yaitu: Hepatitis, Campak, Polio, Difteri, Tetanus, Batuk Rejan, Cacar
air dan TBC.

3. Macam-Macam Imunisasi
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahun-tahun (A.H Markum, 2002)

b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa
harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan
atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun
virus. (Ranuh IGN, 2008)

4. Jenis-Jenis Imunisasi
a. Imunisasi BCG
BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC. BCG dianjurkan
diberikan umur 2-3 bulan Namun untuk mencapai cakupan yang lebih
luas, Departemen Kesehatan Menganjurkan pemberian BCG pada umur
antara 0-12 bulan. atau dilakukan uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih
dari 3 bulan. IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC
atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk penyakit
TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu bayi
baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu harus
segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya. (Wahab, 2002).

b. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit Hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk
cair. frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis-B sebanyak 3 kali dan
penguatnya dapat diberikan di usia 6 tahun.
Imunisasi Hepatitis-B ini diberikan secara intramuscular. Angka
kesakitan pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian balita.

c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral.

d. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin
yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid).
Imunisasi DPT diberikan secara intramuscular, pemberian DPT dapat
berefek samping ringan ataupun berat, efek samping ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam. Efek
berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan syok.
Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu
dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat
cepat serta dapat meningkatkan kematian pada bayi dan balita.

e. Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi ini
memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian anak. ( Aziz Alimul Hidayat. 2008 )

5. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit;
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit;
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara (Depkes RI, 2001).

6. Efek Samping Imunisasi:


Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda
baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebagai berikut :
a. BCG
Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah
ditempat suntikan. Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan
menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah
10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang
kecil.

b. DPT
Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah
mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam
waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di
tempat suntikan.
Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan
pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak
timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan
perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.

c. POLIO
Jarang timbuk efek samping.

d. CAMPAK
Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410 hari
sesudah penyuntikan.

e. HEPATITIS-B
Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.

f. TETANUS TOXOID
Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat efek
samping imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi
tidak diimunisasi.

7. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


a. Tuberculosis (TBC)
b. Difteri
c. Tetanus
d. Pertusis atau batuk rejan
e. Campak (Measles)
f. Polio
g. Hepatitis-B

B. Keluarga Berencana (KB)


Kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalinan
tidak terduga dan kadang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata
pada ibu yang tidak menyusui, ovulasi terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau
lebih awal dan 2 dari 3 ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi sebelum
datangnya menstruasi. Pada ibu yang menyusui secara eksklusif, isapan bayi
dapat mencegah terjadinya ovulasi namun hal ini sangat tergantung dari
intensitas menyusui. Oleh karena itu sangat baik untuk memulai kontrasepsi
seawal mungkin setelah persalinan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi
biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu
setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu
menggunakan kontrasepsi. Pelayanan KB pasca persalinan merupakan upaya
yang sangat efektif untuk mengurangi "missed opportunity" (kehilangan
kesempatan) pelayanan KB pada masa pasca persalinan (Kementrian Kesehatan
RI, 2012).
Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi
tentang metode KB pasca persalinan kepada calon akseptor yang dalam hal
ini khusus ibu hamil, bersalin dan nifas. Pemberian informasi ini dilakukan
melalui konseling dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan
(ABPK) ber-KB. Hal ini harus dimulai dari awal kunjungan antenatal dan
dilanjutkan sampai saat persalinan dan pasca persalinan (masa nifas). Pemberi
pelayanan harus dapat memberikan informasi yang lengkap, akurat dan
seimbang tentang: (Kementrian Kesehatan RI, 2012) :
Jenis kontrasepsi
Cara menggunakan
Risiko pemakaian
Keuntungan
Efek samping dan tindakan untuk mengatasinya
Efektifitas
Akibat bagi kegiatan sehari-hari dan bagi hubungan seksual
Kemungkinan ganti cara
Fleksibilitas
Secara umum, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai
metode KB pasca persalinan. Metode KB pasca persalinan dibagi dalam dua jenis
:
a. Non hormonal
1. Metode Amenore Laktasi (MAL)
2. Kondom
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
b. Hormonal
1. Progestin: pil, injeksi dan implan
2. Kombinasi: pil dan injeksi

NON HORMONAL

1. METODE
AMENORE LAKTASI (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
ataupun minuman apa pun lainnya.
Syarat untuk dapat menggunakan :
Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian lebih
dari 8 kali sehari
Cara kerja
Penundaan/ penekanan ovulasi
Keuntungan
Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan)
Segera efektif
Tidak mengganggu sanggama
Tidak ada efek samping secara sistematik Tidak perlu pengawasan
medis
Tidak perlu obat atau alat
Tanpa biaya
Keterbatasan
Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
Efektivitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
Efek Samping
Tidak ada

2. KONDOM
Definisi:
Kondom merupakan selubung/ sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kahamilan dan atau penularan penyakit
ketamin pada saat bersenggama. Pengguna kondom perlu memperhatikan
cara menggunakan kondom yang benar dan tepat.
Cara kerja
Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
Keuntungan
a. Kontrasepsi
Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi
lainnya harus ditunda
b. Non kontrasepsi
Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi
iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks)
Mencegah penularan IMS, HIV Memberi dorongan kepada suami
untuk ikut ber-KB
Mencegah ejakulasi dini
Saling berinteraksi sesama pasangan
Mencegah imuno infertilitas
Keterbatasan
Efektivitas tidak terlalu tinggi
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
Bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Malu membeli kondom di tempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam
hal limbah
Efek Samping
Tidak ada

3. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua
saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan,
terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada
yang tidak.
Cara kerja
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk
fertilisasi
Waktu pemasangan AKDR :
a. Pascaplacenta:
Dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan
normal). Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu operasi caesar.
b. Pasca persalinan :
Dipasang antara 10 menit-48jam pasca persalinan Dipasang antara 4
minggu - 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan (Perpanjang Interval
pasca persalinan)
Efektivitas Insersi dini pascaplasenta :
Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan.
Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko
ekspulsi. Kontra indikasi pemasangan AKDR pascaplasenta ialah
ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi intra partum, dan perdarahan
post partum.
Keuntungan
Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama).
Dapat efektif segera setelah pemasangan Metode jangka panjang
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
Tidak ada efek samping hormonal
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan
Tidak mencegah Infeksi Menuiar Seksual
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
Efek samping
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan) Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan (spotting) antar menstruasi
Saat haid lebih sakit
Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)

4. KONTRASEPSI MANTAP
a. TUBEKTOMI (Metode Operasi Wanita/ MOW)
Definisi:
Adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang
wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma
tidak dapat bertemu dengan ovum.
Jenis
Minilaparotomi
Laparoskopi (tidak tepat untuk klien pasca persalinan)
Waktu menggunakan
Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi
sesar
Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan,
ditunda 4-6 minggu
Keuntungan
1. Kontrasepsi
Efektivitas tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksua!
2. Non kontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan
Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
Dilakukan oleh dokter yang terlatih
Tidak melindungi diri dari IMS, hepatitis dan HIV/AIDS
Efek Samping
Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
Risiko komplikasi kecil (meningkat apabiia digunakan anestesi
umum)

b. VASEKTOMI (Metode Operasi Pria/ MOP)


Definisi:
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Jenis
1. Insisi
2. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Waktu
Bisa dilakukan kapan saja
Keuntungan
Efektivitas tinggi 99,6 - 99,8%.
Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
Morbiditas dan mortalitas jarang
Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi.
Keterbatasan
Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi).
Komplikasi minor 5-10% seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca
operasi
Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi
Komplikasi
5-10% mengalami infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi
Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi

HORMONAL

1. HORMON PROGESTIN
Definisi
Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu bahan
tiruan dari progesteron.
Cara kerja
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
A. PIL
Jenis
Kemasan 28 pil berisi 75 ug norgestrel kemasan 35 pil berisi 300 ug
levonorgestrel atau 350 ug norethindrone
Keuntungan
Efektif jika dimtnum setiap hari di waktu yang sama (0,05 - 5
kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
Tidak mempengaruhi ASI
Tidak mempengaruhi hubungan seksual Kembalinya fertilitas segera
jika pemakaian dihentikan
Mudah digunakan dan nyaman
Efek samping kecil
Keterbatasan
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi risiko ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi
Tidak mencegah IMS
Efek Samping
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorhea)
Peningkatan/penurunan berat badan
Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau jerawat
Hirsutisme (tumbuh rambit/ bulu berlebihan di daerah muka) tetapi
sangat jarang terjadi
Waktu mulai menggunakan
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan.

B. INJEKSI/SUNTIKAN
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin
yaitu :
a. Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular di daerah
bokong
b. Depo noretisteron enanatat mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular
Keuntungan
Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama).
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
Tidak mempengaruhi ASI
Sedikit efek samping
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit {sickle cell)
Keterbatasan
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali sesuai jadual suntikan)
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
Tidak mencegah IMS
Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian
Efek samping
Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan bercak/spotting,
tidak haid sama sekali
Peningkatan berat badan
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tuiang pada penggunaan
jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat Yang tidak boleh
menggunakan
Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenorhea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes mellitus disertai komplikasi
Waktu mulai menggunakan
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah persalinan.

C. IMPLAN
Definisi:
Adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang
dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri.
Jenis
Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3.4
cm, diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun
Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun
Jadelle dan Indoplan, terdiri dari dua batang berisi 75 mg Levonorgestrel
dengan lama kerjanya 3 tahun
Keuntungan
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Keuntungan Kontrasepsi :
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak menggangu hubungan seksual Tidak mengganggu ASI
2. Non kontrasepsi
Mengurangi nyeri haid Mengurangi jumlah darah haid
Mengurang/memperbaiki anemia Melindungi terjadinya kanker
endometrium
Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan angka kejadian endometriosis
Keterbatasan
Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan
Tidak mencegah IMS
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan
tetapi harus pergi
ke klinik untuk pencabutan
Efektivttas menurun bila menggunakan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi
Efek samping
Sakit kepala
Nyeri payudara
Amenorhea
Perasaan mual
Perdarahan bercak ringan
Ekspulsi
Infeksi pada daerah insisi
Penambahan berat badan
Perubahan perasaan atau kegelisahan
Yang tidak boleh menggunakan implan
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Mioma uteri dan kanker payudara Gangguan toleransi glukosa
Waktu mulai menggunakan implan
Waktu pemasangan minimal 4 minggu pasca persalinan

2. HORMON KOMBINASI
Definisi :
Metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon mengandung
hormon esterogen dan progesteron.
Cara kerja
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur akan terganggu

A. PIL
Jenis PIL
Monofasik: kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/
progestin dalam dosis yang sama dan 7 tablet tanpa hormon aktif Bifasik:
kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dengan
dua dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif
Trifasik: kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/ progestin
dengan tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif
Waktu mulai menggunakan
Direkomendasikan hanya untuk Ibu tidak menyusui: Ibu pasca persalinan:
aman digunakan setelah 3 minggu pasca persalinan Ibu pasca keguguran:
segera atau dalam 7 hari setelah keguguran
Keuntungan
Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
Tidak mengganggu hubungan seksual
Mudah dihentikan setiap saat
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
Dapat digunakan sejak usia.remaja hingga menopause
Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak
pada payudara, dismenore atau akne
Keterbatasan
Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui {mengurangi ASI)
Tidak mencegah IMS
Efek samping
Mual terutama pada 3 bulan pertama
Perdarahan bercak atau perdarahan selama 3 bulan pertama
Sakit kepala
Nyeri payudara
Berat badan naik sedikit
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana
hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga risiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
B. INJEKSI/SUNTIKAN
Jenis
25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali 50 mg Noretindron enantat dan
5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali
Keuntungan dalam kontrasepsi dan non kontrasepsi:
1. Keuntungan Kontrasepsi
Sangat efektif {0,1 - 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
Risiko terhadap kesehatan kecil
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
Efek samping sangat kecil
2. Keuntungan Non kontrasepsi
Mengurangi jumlah perdarahan
Mengurangi nyeri saat haid
Mencegah anemia
Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium
Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
Mencegah kehamilan ektopik
Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
Pada keadan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause

Kerugian
Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan
Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsi
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis {rifampisin) Dapat
terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor
hati
Penambahan berat badan
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus atau virus HIV
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian

Waktu mulai menggunakan


Direkomendasikan hanya untuk Ibu tidak menyusui: Ibu pasca persalinan: aman
digunakan setelah 3 minggu pasca persalinan. Ibu pasca keguguran: segera
atau dalam 7 hari setelah keguguran
Efek samping
Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10
hari
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan sepertt ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati
Penambahan berat badan
Yang tidak boleh menggunakan
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenore
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes Mellitus disertai komplikasi

C. ASI Eksklusif
1. Pengertian
Asi ekslusif adalah pemberian asi saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Asi dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun. Pemberian asi ekslusif selam 6 bulan dianjurkan oleh pedoman
internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat Asi baik bagi
bayi, ibu, keluarga, maupun Negara. Selain itu asi eksklusif dapat menurunkan
resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. Pemberian asi
dapat dilakukan kapan saja bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya.

2. Manfaat ASI
Menurut Depkes, 2005. Mamfaat pemberian Asi untuk bayi adalah:
a. Nutrient (zat gizi) dalam Asi sesuai dengan kebutuhan bayi: lemak,
karbohidrat, protein, garam, mineral,serta vitamin.
b. Asi mengandung zat protektif (bayi jarang mengalami sakit)
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi,
pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa
aman, nyaman pada bayi.
d. Pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik
e. Mengurangi kejadian muloklusi.
ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama dapat mencegah kematian bayi dan
infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko penyakit infeksi, hal ini karena
(WHO, 2010):
a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung
sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan
pasif terhadap berbagai jenis pathogen.
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang
yang terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga
dapat mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau
zat-zat penyebab alergi pada susu formula atau makanan.

3. Klasifikasi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa
periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi
(Ambarwati, 2008):
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu
pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari
pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein
tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature.
Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat
pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah
putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan
pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi
yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding
per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.

b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI
Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar
protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat.

c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan
produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak
menggumpal jika dipanaskan

4. Posisi Pemberian ASI


Hal yang terpenting dalam menyusui adalah ibu merasa nyaman, dan
rileks. Terdapat berbagai cara menyusui yaitu duduk, berdiri, berbaring.
Menurut (Suherni, 2007) Cara menyusui yang benar adalah:
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, peras sedikit asi dan oleskan
disekitar putting
b. Ibu harus mencari posisi nyaman dan ibu harus merasa rileks
c. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan ( kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap kepayudara ibu,
hidung bayi di deapan putting susu ibu dan perut bayi menghadap perut
ibu. Bayi harus berbaring miring dan seluruh tubuh menghadap ke ibu.
d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya, muka ibu mengamati bayi yang siap
menyusui
e. Ibu menyentuh putting susunya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi
terbuka lebar, ibu memegang payudara dengan satu tangan, empat jari
dibawah payudara ibu jari diatas payudara ( membentuk huruf C)
f. Pastikan bahwa areola masuk kemulut bayi, dagu rapak ke payudara dan
hidung menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung
keluar.
g. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dengan
masukkan kelingking ibu diantara mulut dan payudara.Menyendawakan
bayi dengan menyandarkan bayi dipundak ibu dan menepuk-nepuk
punggung bayi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta ; Salemba Medika
Aziz Alimul Hidayat, 2009.; Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Cetakan
1. Jakarta ; Buku Kedokteran EGC
A. H Markum, 2002. Imunisasi, Edisi Ketiga, Jakarta ; Fakultas
Kedokteran UI Press
Depkes RI., 2001. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Ranuh IGN., 2008. Pedoman imunisasi di Indonesia Edisi ketiga. Jakarta ;


Satgas IDAI)
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak.
Jakarta; EGC
Wahab A. Samik 2002. Sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun.
Jakarta; Widya Medika.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai