GASTROENTERITIS AKUT
OLEH :
dr. Irwan Nurdiansyah
PENDAMPING :
dr. Ike Indrayani
dr. Dyah Ayu Retnaningtyas
0
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SY
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh toko besi
Alamat : Tambakromo Cepu
Masuk RS : 12 Mei 2016
Tanggal pemeriksaan : 12 Mei 2016
B. Keluhan Utama
BAB cair
1
Pasien juga sering mengeluhkan badan terasa lemas. Lemas dirasakan terus
menerus di seluruh tubuh, bertambah dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat ataupun setelah pemberian makan. Keluhan tersebut disertai pusing dan
nggliyer yang terutama dirasakan saat perubahan posisi dari tidur ke posisi duduk atau
berdiri. Pasien tidak mengeluhkan mata berkunang kunang atau telinga berdenging.
Semenjak sakit pasien juga mengeluhkan mudah haus dan terasa penurunan nafsu
makan.
Pasien tidak mengeluhkan gangguan BAK. Pasien BAK dengan frekuensi 5-
6x/hari, setiap kali BAK diperoleh sebanyak -1/2 gelas aqua, dengan warna
kekuningan. BAK nyeri disangkal, BAK panas disangkal, BAK seperti teh disangkal,
BAK pasir/batu disangkal, anyang-anyangan disangkal.
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat merokok : disangkal
2. Riwayat alkohol : disangkal
3. Riwayat olahraga : tidak rutin
4. Riwayat minum alkohol : disangkal
5. Riwayat makan di pinggir jalan: (+) 4-5x/minggu
G. Riwayat Gizi
Pasien makan 3-4 kali sehari. Pasien makan nasi dengan sayur, lauk pauk
tempe, tahu, ikan asin. Pasien mengaku sering makan di pinggir jalan. Sebelum sakit,
pasien terakhir kali membeli sambel terong di pinggir jalan. Sejak sakit, nafsu makan
pasien berkurang. Pasien menggunakan air sumur untuk memasak dan minum sehari-
hari.
2
H. Anamnesis Sistem
Keluhan utama : Diare
Kulit : kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak kuning
(-), luka (-), lebam kulit (-)
Kepala : sakit kepala (-), leher cengeng (-), pusing (+), nggliyer (+),
perasaan berputar-putar (-), rambut mudah rontok (-)
Mata : pandangan kabur (-), penglihatan ganda (-), mata kuning (-), mata
berkunang-kunang (-)
Hidung : tersumbat (-), mimisan (-), gatal (-).
Telinga : pendengaran berkurang (-), pendengaran berdenging (-), keluar
cairan (-), darah (-)
Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi mudah
goyah (-), luka pada sudut bibir (-)
Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit
tenggorokan (-), suara serak (-).
Sistem Respirasi : sesak napas (-), dada ampeg (-), batuk (-), dahak (-), nyeri dada
(-), batuk darah (-), mengi (-).
Sistem Cardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), berdebar-debar
(-), keringat dingin (-), ulu hati terasa panas (-), bangun malam
karena sesak napas (-), lebih suka tidur dengan 3 bantal (-)
Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+), perut sebah (-),
cepat kenyang (-), mudah lapar (-), mudah haus (+), diare (+),
sulit BAB (-), BAB darah (-), BAB lendir (+), BAB amis (+)
Sistem Muskuloskeletal : lemas (+), badan terasa keju-kemeng (-), kaku sendi (-),
nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-),
kejang (-).
Sistem Genitourinaria : nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), frekuensi buang
air kecil berkurang (-), air kencing warna seperti teh (-), BAK
darah (-), nanah (-), BAK sedikit-sedikit (-), sering menahan
kencing (-), rasa pegal di pinggang, rasa gatal pada saluran
kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin (-).
Ekstremitas
Atas : kesemutan (-/-), kaku (-/-), gemetar (-/-), terasa dingin (+/+),
bengkak (-/-), nyeri (-/-), kemerahan (-/-), kebiruan dibawah kulit
seperti bekas memar (-/-),tremor (-/-), lemah (+/+).
3
Bawah : kesemutan (-/-), kaku (-/-), gemetar (-/-), terasa dingin (+/+),
bengkak (-/-), nyeri (-/-), kemerahan (-/-), kebiruan dibawah kulit
seperti bekas memar (-/-),tremor (-/-), lemah (+/+).
Sistem Neuropsikiatri : nyeri pada wajah (-), kesemutan (-/-), kejang (-), gelisah (-),
emosi gelisah (-), menggigil (-), tidak stabil (-).
4
JVP R+2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-), leher kaku (-), distensi vena leher (-).
12. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), spider nevi (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm medial linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi :
kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
pinggang jantung : SIC III lateral linea parasternalis sinistra
konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 80x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Depan
Inspeksi :
Statis : normochest, simetris, retraksi (-)
Dinamis : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-).
Palpasi :
Statis : nyeri tekan (-)
Dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi :
Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
Kiri suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
Belakang
Inspeksi :
Statis : punggung kanan kiri simetris
Dinamis : pengembangan dada simetris
Palpasi :
Statis : punggung kanan dan kiri simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi :
Kanan : sonor
Kiri : sonor
5
Auskultasi :
Kanan : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
Kiri : suara dasar vesikuler (+), suara tambahan (-)
Punggung
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut // dinding dada, distended (-), venektasi (-), caput medusae
(-), ikterik (-)
Auskultasi : peristaltik (+) 40 kali/menit, bruit hepar (-), bising epigastrium (-)
Perkusi : tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
14. Genitourinaria
Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)
15. Kelenjar getah bening inguinal
Tidak membesar.
16. Ekstremitas
Extremitas superior Extremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Palmar Eritema
- - - -
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Pucat - - - -
Akral dingin + + + +
Luka - - - -
Deformitas - - - -
HEMATOLOGI 12/1/
SATUAN RUJUKAN
RUTIN 2014
Hb 13,8 g/dl 12.0 - 15.6
HCT 41 33-45
Gol.darah O
IV. DIAGNOSIS
GEA dengan dehidrasi ringan
V. DIAGNOSIS BANDING
Disentri Basiler
VI. PEMBAHASAN
Problem : GEA dengan dehidrasi ringan
Pasien didiagnosis dengan GEA dengan dehidrasi ringan berdasarkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis pasien didapatkan BAB cair (+)
warna cokelat (+), berlendir (+), frekuensi BAB dari awal keluhan dirasakan sampai masuk RS
sebanyak 10x, dengan volume 1/2 gelas aqua setiap kali BAB. BAB berbau amis (+), nyeri perut,
haus (+). Sementara dari hasil emeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80, nadi
80x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu per aksila 37,40 C, mata cekung (+/+),bising usus (+)
40x/menit, akral dingin (+), ekstremitas superior et inferior pucat (+),washer woman hand (+/+).
7
Sementara dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit yang
menunjukkan adanya infeksi di dalam tubuh pasien.
Pasien mendapatkan penatalaksanaan bedrest tidak total dan diet lunak 1700 kkal yang
tidak mengiritasi lambung. Pasien dianjurkan untuk beristirahat terlebih dahulu di ruangan rumah
sakit tetapi masih dapat beraktifitas seperti biasa selama dalam masa perawatan. Sementrara diet
lunak 1700 kkal yang tidak mengiritasi lambung diberikan karena pada pasien dengan GEA
terjadi iritasi di saluran pencernaannya yang apabila diberikan makanan yang mengiritasi
lambung dapat menambah keparahan dari gejala pasien.
Pasien mendapatkan terapi cairan pengganti dengan infus RL 40 tpm. Infus RL diberikan
karena pada pasien dengan dehidrasi cairan yang pertama kali diberikan adalah cairan kristaloid.
Jumlah tetasan yang diterima pasien adalah 40 tpm dengan tujuan cairan yang masuk bisa segera
mengganti cairan tubuh pasien yang hilang karena diarenya.
Pasien mendapat injeksi ranitidine dengan tujuan untuk menghambat sekresi asam
lambung yang bila berlebih pada pasien GEA bisa mengakibatkan keparahan penyakit pasien.
Ranitidin bekerja menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel parietal
lambung, yang menghambat sekresi asam lambung, volume lambung dan konsentrasi ion
hidrogen berkurang. Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi faktor intrinsik yang
distimulasi oleh penta-gastrin, atau serum gastrin.
Pasien juga mendapat injeksi metoclopramide bila perlu untuk mencegah muntah. Selain
itu pasien juga mendapat Ciprofloxacin 2 x 500 mg dengan tujuan untuk membunuh bakteri yang
mengakibatkan terjadinya diare. Infeksi bakteri pada pasien ditandai dengan adanya peningkatan
leukosit pada hasil pemeriksaan lab. Pasien juga mendapat paracetamol 500 mg bila perlu karena
pada pasien dengan infeksi aktif di tubuhnya sering disertai dengan gejala demam. Pasien
mendapat attapulgit untuk mengurangi gejala diare pada pasien. Obat ini bekerja dengan
memperlambat aktivitas usus besar sehingga usus akan menyerap lebih banyak air dan tinja akan
menjadi lebih padat. Sakit perut karena diare juga dapat dikurangi dengan obat ini.