Belajar Persatuan Umat Dari Siroh Nabawiyah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Belajar Persatuan Umat dari Siroh Nabawiyah

ABDULLAH IBNU AHMAD SEPTEMBER 20, 2016 0 COMMENTS


Jika kita membaca kembali siroh Perang Badr, kemudian mencari berapa jumlah sahabat
yang ikut, maka kita akan mendapatkan data lengkapnya. Kita akan mengetahui berapa orang
dari kelompok Muhajirin yang ikut dan berapa orang dari kelompok Anshar yang ikut.
Bahkan di kelompok Anshar masih ada rinciannya lagi, berapa orang dari suku Aus yang ikut
dan berapa orang dari suku Khazraj yang ikut. Dalam buku Ar-Rahiqul Makhtum, disebutkan
bahwa ada 82 (riwayat lain 83 atau 86) orang dari kelompok Muhajirin, 61 orang dari suku
Aus, dan 170 orang dari suku Khazraj yang mengikuti Perang Badr.

Sesungguhnya, pengelompokan Aus dengan Aus dan Khazraj dengan Khazraj dalam Perang
Badr dan beberapa peristiwa lainnya bukanlah dalam rangka
membanggakan ashobiyah/kelompok, melainkan untuk efektivitas. Dalam peperangan,
pengelompokan ini menjadikan penyerangan dan pertahanan pasukan lebih solid dan efektif
karena mereka berada dalam kelompok yang sudah padu. Masing-masing dari mereka tentu
telah mengenal betul karakteristik kabilah atau kelompoknya. Dan dalam peperangan,
padunya sebuah pasukan memegang peranan yang sangat penting. Jika kita ibaratkan
permainan sepak bola, berkumpulnya para pemain terbaik di dalam satu tim tidak menjamin
kemenangan tim tersebut, jika tidak ada kepaduan tim.

Selain di Perang Badr, pengelompokan ini pun bisa kita lihat di Perang Hunain. Ketika
pasukan muslim tercerai berai di lembah Hunain, dan yang tersisa bersama Rasulullah hanya
segelintir orang dari kaum Muhajirin dan Ahli Bait saja, maka Rasulullah pun
memerintahkan Al-Abbas untuk memanggil para sahabat. Kemudian Al-Abbas pun
memanggil para sahabat dengan identitas kelompok mereka masing-masing. Di antara seruan
Al-Abbas ialah, Di manakah orang-orang yang berikrar di bawah pohon? (maksudnya ahlul
hudaibiyah) dan Wahai sekalian kaum Anshar!

Dengan pemanggilan yang seperti ini, 12 ribu pasukan muslim yang tadinya tercerai berai itu
pun bisa dikumpulkan kembali dalam waktu yang relatif singkat. Pasukan muslimin yang
sempat kalah di awal peperangan pun akhirnya membalikkan keadaan. Dan kemudian sejarah
mencatat, banyak sekali harta rampasan yang didapat kaum muslimin dalam Perang Hunain
ini.

Dari dua fragmen siroh di atas, setidaknya ada dua hal yang bisa kita dapatkan. Pertama,
kelompok-kelompok yang ada di dalam tubuh umat Islam tidak serta merta menjadi aib yang
membuat cacat persatuan umat. Asal diterapkan dan dikelola dengan baik, pengelompokan
justru sangat bermanfaat. Kedua, jika kelompok-kelompok itu tidak bermanfaat, tentu tidak
akan Rasulullah shallalahu alaihi wasallam pertahankan. Nyatanya, kita bisa melihat banyak
fragmen dalam siroh yang mengakomodir pengelompokan ini. Bahkan saat
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam baru hijrah ke Kota Madinah pun,
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam sudah membagi umat Islam ke dalam kelompok
Muhajirin dan kelompok Anshar, yang kemudian beliau persaudarakan.

Kelemahan umat kita saat ini ialah kelemahan dalam koordinasi antarkelompok. Tiap
kelompok dari umat ini menganggap seolah-olah merekalah yang paling mewakili Islam.
Karena anggapan yang seperti ini, ruang diskusi dan koordinasi antarkelompok menjadi
sangat terbatas. Belum apa-apa sudah pasang badan dan saling curiga. Inilah yang menjadi
pangkal masalahnya, bukan kelompok itu sendiri. Padahal, potensi dari tiap kelompok yang
ada harusnya dimaksimalkan untuk menunjukkan keunggulan Islam. Tentunya dengan tidak
saling merendahkan kelompok-kelompok yang lain. Alangkah indahnya kaidah yang pernah
disampaikan oleh Sayyid Rasyid Ridha rahimahullah, Kita bantu-membantu (tolong-
menolong) mengenai apa yang kita sepakati dan bersikap toleran dalam masalah yang kita
perselisihkan (khilafiyah). Jika hal ini bisa dilakukan, maka persatuan umat dan kejayaan
Islam akan segera kita raih. Biidznillah.

Wallahu alam bishawwab.

*faedah dari kajian Al-Fushul fi Siroh ar-Rasul bersama Ust. Asep Sobari, Lc.

Anda mungkin juga menyukai