Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini telah banyak industri kimia yang berkembang, baik di dalam
maupun di luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Kebanyakan industri-industri ini menggunakan bahan kimia yang mengandung
logam berat, sehingga menghasilkan limbah beracun. Tak jarang industri-industri
ini tidak mempedulikan lingkungan sekitar akibat limbah yang dihasilkan. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan mengakibatkan
terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah.
Limbah cair yang mengandung logam berat akan memberikan pengaruh
yang berbahaya terhadap lingkungan. Logam-logam tersebut bersifat tahan lama
dan keracunannya bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama pula.
Permasalahan lingkungan hidup ini akan terus muncul secara serius di berbagai
pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan dan
mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan. Demikian juga di
Indonesia, permasalahan lingkungan hidup seolah-olah seperti dibiarkan
menggelembung sejalan dengan intensitas pertumbuhan industri, walaupun
industrialisasi itu sendiri sedang menjadi prioritas dalam pembangunan. Air
limbah ini secara tidak langsung akan menganggu air lingkungan yang ada di
sekitar lokasi pabrik jika limbah ini tidak segera ditangani
Logam berat yang ada di dalam limbah contohnya adalah kromium.
Limbah yang mengandung kromium ini biasanya berasal dari industri baterai,
industri elektroplating dan industri kertas. Kromium (Cr) merupakan salah satu
dari tujuh elemen paling berlimpah di lapisan kulit bumi dan pada konsentrasi
rendah merupakan unsur esensial bagi makhluk hidup. Bentuk (Cr) yang paling
umum adalah Cr(0), Cr(II), Cr(III), dan Cr(VI) atau dikenal dengan krom
heksavalen yang beracun bagi manusia (Stoppler, 1992). Cr(VI) (kromium
heksavalen) dan Cr(III) (kromium trivalent) umumnya dihasilkan dari proses
industri. Sejumlah besar senyawa Cr dibuang dalam bentuk padat, cair, dan gas ke
lingkungan sehingga memberikan efek merugikan secara biologis dan ekologis.
Langkah untuk mengurangi kadar Cr(VI) yang terdapat pada limbah salah
satunya yaitu pengolahan limbah dengan metode Fenton. Reaksi Fenton efektif
untuk mendegradasi limbah kromium. Kelebihan metode ini ialah ekonomis,
efektif, besi dan H2O2 murah dan tidak beracun, proses mudah dilakukan serta
dikontrol produk hasil reaksi aman. Penelitian sebelumnya telah menunjukan
bahwa reaksi Fenton dapat menghancurkan pengotor organik (Agustine dan
Kasnianti, 2008)
Metode Reagen Fenton memiliki waktu reaksi yang singkat dibandingkan
metode AOP lainnya. Reaksi Fenton menggunakan hidrogen peroksida (H2O2)
sebagai oksidator dan besi sebagai katalis (diusulkan oleh H.J.H Fenton pada
tahun 1894). Reaksi ini dapat menurunkan kandungan senyawa organik dalam
limbah. Selanjutnya, pencemar anorganik dapat diatasi dengan presipitasi
sulfida. Parameter utama dalam metode Reagen Fenton adalah pH larutan, jumlah
ion Fe2+, konsentrasi H2O2, konsentrasi awal polutan, dan kehadiran ion-ion lain.
Pada metode reagen Fenton, pH optimum berkisar antara 2 sampai 4 (Gogate and
Pandit, 2004).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa presipitasi sulfida dapat
menurunkan kadar logam dalam limbah (Waharatmo, 2009). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menurunkan valensi dari Cr(VI) (kromium heksavalen) dalam
limbah cair pabrik kertas sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan
dalam limbah cair sebelum dibuang ke perairan.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apakah reagen Fenton dapat menurunkan valensi Cr(VI) (kromium
heksavalen) yang terdapat pada air limbah yang mengandung kromium?
2) Bagaimana pengaruh konsentrasi Cr(VI) pada air limbah yang
mengandung kromium?
3) Bagaimana pengaruh waktu reaksi dalam pengolahan air limbah yang
mengandung kromium dengan fenton?
1.3. Tujuan
1) Meneliti dan mempelajari apakah metode Fenton dapat menurukan valensi
dari Cr(VI) pada air limbah kromium.
2) Meneliti dan mempelajari pengaruh konsentrasi krom dalam pengolahan
air limbah kromium dengan Fenton.
3) Meneliti dan mempelajari pengaruh waktu reaksi dalam pengolahan air
limbah kromium dengan Fenton.

1.4. Hipotesa
1) Metode Fenton dapat menurunkan valensi Cr(VI) pada air limbah
kromium.
2) Semakin lama waktu reaksi maka akan semakin besar persen degradasi air
limbah kromium yang dicapai.
3) semakin kecil konsentrasi air limbah kromium, maka semakin besar
persen degradasi limbah kromium yang dicapai.

1.5. Manfaat
1) Mengetahui penurunan valensi Cr(VI) (kromium heksavalen) dalam
pengolahan limbah kromium dengan fenton.
2) Mengetahui pengaruh konsentrasi krom dalam pengolahan limbah
kromium dengan Fenton.
3) Mengetahui pengaruh waktu reaksi dalam pengolahan limbah kromium
dengan Fenton.

1.6. Ruang Lingkup


1) Air limbah yang mengandung kromium dibuat dari K2Cr2O7.
2) Metode degradasi kromium yang digunakan adalah metode Fenton.

Anda mungkin juga menyukai