Anda di halaman 1dari 9

TABRANI.

ZA
www.tabraniza.com

About Education Zone


Philosophical Thought on Education Zone oriented not only to formal education, but
education is oriented to all aspects of education through which human life from birth until
the end. Education is an attempt to empower, develop and humanize, education oriented
to the formation of character, faith, and faith. Oriented education to the process of
changing attitudes, capabilities and process development as well as the potential increase
in the quality of human life, thereby producing learners who have the intellectual and
noble spirit. We believe in constantly learning and taking bold actions that create lasting,
systemic change within public education. We value all dimensions of diversity and seek to
model the fairness and justice that we want to see in the world.

Title Sekilas Pandang Tentang Al-Quran dan Pendidikan Islam


Humanisme
Author Tabrani. ZA
Categories Agama, Sosial dan Budaya
Configuration Article
Publish Date October 10, 2016
Source http://www.tabraniza.com/2016/10/sekilas-pandang-
tentang-al-quran-dan.html

www.tabraniza.com
SEKILAS PANDANG TENTANG AL-QUR`AN DAN PENDIDIKAN HUMANISME

TABRANI. ZA
Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Indonesia
Peneliti pada SCAD Independent

Pendidikan dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis.


Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan
eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan
kemampuan berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu
menghadapi tantangan dan lebih kompetitif .
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal
seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di
masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.
Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar atau
humanism pendidikan. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan
belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang
dibutuhkan anak didik adalah kenyataan. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping
kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di
samping juga bisa gembira. Education as sosial funcional menekankan bahwa pendidikan
sebagai alat untuk memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.
Pendidikan mempunyai peran strategis sebagai sarana human resources dan human
investment. Artinya, pendidikan selain bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang
lebih baik, juga telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam proses
pemberdayaan jati diri bangsa. Berangkat dari arti penting pendidikan ini, maka wajar jika
hakekat pendidikan merupakan proses humanisasi.
Humanisasi bagi Malik Fadjar berimplikasi pada proses kependidikan dengan
orientasi pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, yakni aspek fisik-biologis dan
ruhaniah-psikologis. Aspek rohaniah-psikologis inilah yang dicoba didewasakan dan di-insan
kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif dalam pembangunan
kehidupan yang berkeadaban. Dari pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan
sadar dengan tujuan memelihara dan mngembangkan fitrah serta potensi (sumber daya)
insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
Secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat bagi pelaksanaan pendidikan.
Pertama, Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama dimana proses
pembelajaran dan transmisi Ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Inilah latar
belakang turun wahyu pertama dengan perintah membaca, menulis, dan mengajar (QS. Al-
Alaq,96: 1-5). Kedua, seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada
Allah SWT (QS. Al-Hajj,22: 54). Sebagai sebuah ibadah, maka pendidikan merupakan
kewajiban individual sekaligus kolektif. Ketiga, Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum
terdidik, sarjana maupun ilmuwan (QS. Al-Mujadalah,58: 11, al Nahl,16: 43). Keempat,

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 1


Islam memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat. (long
life education). Sebagaimana Hadist Nabi tentang menuntut ilmu dari sejak buaian ibu
sampai liang kubur). Kelima, kontruksi pendidikan menurut Islam bersifat dialogis, inovatif
dan terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari Timur maupun Barat. Itulah
sebabnya Nabi Muhammad SAW tidak alergi untuk memerintahkan umatnya menuntut ilmu
walau ke negeri Cina.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan dengan landasan konseptual-normatif inilah
yang menyebabkan warisan khazanah intelektual Islam sejak zaman Nabi hingga abad
pertengahan mencapai kejayaan global. Fajrul Islam, meminjam istilah yang dipakai
Abdurrahman Masud untuk menggambarkan kondisi kejayaan Islam yang disinyalir terjadi
antara abad 7-11 M dengan figur Muhammad SAW sebagai modelling mampu merubah
karakteristik jahiliyyah Arab menuju masyarakat yang berbudaya. Menurut Fazlurrahman,
prestasi besar peradaban Islam saat itu merupakan keberhasilan yang ditopang
pengembangkan penalaran yang luar biasa. Dalam Fase ini, orisinilitas ajaran Islam benar-
benar telah menjadi ilham bagi transmisi keilmuan di kalangan umat Islam dalam bentuk
kerja-kerja empiris bagi perkembangan peradaban Islam, sehingga Islam secara normatif
benar-benar menjadi teologi pembebasan (liberating) dan pencerdasan umat (civilizing).
Munculnya berbagai lembaga pendidikan berkaliber internasional dan banyaknya
ilmuwan yang tidak hanya mahir dibidang teologi tetapi juga tangguh dalam sains dan
teknologi merupakan bukti kehebatan yang ditoreh umat Islam pada era ini. Prestasi besar
Islam era inilah yang membuat orang seperti Mehdi Nakosteen, dalam History of Islamic
Origin of Western Education, Philip K. Hitti dalam The Arab: A. Short History dan
Montgory Watt dalam The Influence of The Islam dan Islamic Spain mengaku bahwa di abad
pertengahan, peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
bidang pendidikan kepada dunia barat. Namun Kontruksi spektakuler Islam masa lalu
tersebut dalam perkembangan selanjutnya tidak mampu dipertahankan umat Islam. Fase ini
semakin nampak ketika tahun 1258 M, Hulago Khan dari Mongolia menghancurkan Baghdad
dan Granada sebagai Pusat Peradaban dan Kebudayaan Islam yang berlanjut pada
imperialisme Barat atas negara-negara Islam. Pergulatannya dengan dunia barat bukanlah
satu-satunya faktor penyebab kemunduran yang menjadikan umat gagap dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi yang telah beralih ke barat, tetapi ada faktor
yang lebih serius dari internal umat Islam, seperti degradasi moral, pragmatis, hedonis, dan
sekuler.
Semangat penalaran dalam intelektualisme Islam masa lalu kini telah digantikan
dengan tradisi mengekor(taqlid,). Demikian ungkap Ziaudin Sardar. Bukti dari fenomena ini
adalah jarangnya penemuan-penemuan baru selama kurun ini dari lintas disiplin keilmuan,
meski banyak pemikir-pemikir yang lahir, paling banter karya yang muncul adalah karya
lanjutan tokoh-tokoh terdahulu, tidak ada yang benar-benar baru. Hal ini diperparah dengan
peta politik dunia yang dimotori Barat yang berideologi sekuler melalui institusi-institusi
modern yang masuk ke dunia Islam. Sebab internal inilah yang membuat Abdul Hamid Abu
Sulaiman dalam Jurnal Islamization of Knowledge with special Reference of Political
Science (1985), berkomentar bahwa krisis multidimensi yang dialami umat Islam karena

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 2


disebabkan beberapa hal antara lain; kemunduran umat (the backwardness of the ummah),
kelemahan umat (the weakness of the ummah), stagnasi pemikiran umat (the intelectual
stagnation of the ummah), absennya ijtihad umat (the absence of ijtihad in the
ummah),absennya kemajuan kultural ummat (the absence of cultural progress in the ummah),
tercerabutnya umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (the ummah losing touch with
the basic norm of islamic civilization). Menurut Ali Ashraf, model pendidikan dengan
tekanan pada transfer ilmu dan keahlian daripada pembangunan moralitas akan memunculkan
sikap individualistis, skeptis, enggan menerima hal-hal non-observasional dan sikap menjauhi
nilai-nilai Ilahiyah yang bernuansa kemanusiaan.
Akibat lebih jauh, model pendidikan ini akan menghasilkan manusia mekanistik yang
mengabaikan penghargaan kemanusiaan yang jauh dari nilai imajinatif, kreatif dan kultural.
Kenyataan inilah yang menyebabkan kearifan, kecerdasan spiritual, kesadaran manusia
terhadap makna hidup, lingkungan sosial dan alamnya menjadi gagal tumbuh dan akhirnya
akan mati dan menciptakan ketegangan kemanusian seperti demen konflik dan perang, krisis
nilai etis, dislokasi, alienasi, kekosongan nilai rohaniah dan sebagainya. Untuk itu,
pendidikan Islam harus mampu mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan
kelengkapan nilai kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya sebagai suatu sistem
pemanusiawian manusia yang unik, mandiri dan kreatif sebagaimana fungsi diturunkannya al
Qurn sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas bagi petunjuk itu serta pembeda antara
yang benar dan yang salah (Q.S. al-Baqarah/2 : 185). Al Hasil, Al-Qur'an berperan dalam
meluruskan kegagalan sistem pendidikan yang terjebak pada proses dehumanisasi. Tujuan
akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar
sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi
setiap elemen dalam dunia pendidikan -terutama peserta didik- untuk mengembangkan diri
dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah
mampu menjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring
dengan kemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran.
Bahkan dalam paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresifmenjadi pasif-
defensif. Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses isolasi diri dan termarginalkan
dari lingkungan di mana ia berada.
Dari gambaran masa kejayaan dunia pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa hal
yang dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan menempatkan dunia
pendidikan Islam pada peran yang semestinya yakni memanusiakan manusia atau humanisasi
sekaligus menata ulang paradigma pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-
progresif, yakni:
Pertama, menempatkan kembali seluruh aktivitas pendidikan (talab al-ilm) di bawah
frame work agama. Artinya, seluruh aktivitas intelektual senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai
agama Islam, di mana tujuan akhir dari seluruh aktivitas tersebut adalah upaya menegakkan
agama dan mencari ridla Allah,sebagaimana firman Allah SWT; Dan agar orang-orang yang
telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Qur`an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi
Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj, 22: 54).

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 3


Kedua, adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan
pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari
marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah kecenderungan untuk lebih menitik
beratkan pada kajian agama dan tidak memberikan porsi yang berimbang pada
pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama. Oleh karena itu,
penyeimbangan antara materi agama dan non-agama dalam dunia pendidikan Islam adalah
sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam kembali survive di tengah masyarakat.
Al-Qur`an banyak menjelaskan di dalam ayat-ayat kauniahnya agar manusia memikirkan dan
mengkaji alam semesta ini, bagaimana langit ditinggikan, bumi dihamparkan, gunung-
gunung ditegakkan, manusia diciptakan dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan agar
umat Islam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tidak dibatasi hanya mempelajari ilmu-
ilmu agama. Dan Nabi Muhammad pun memerintahkan para sahabat untuk menuntut ilmu ke
negeri China. Hal ini sebagai dasar perintah dari Nabi agar umat Islam mempelajari ilmu-
ilmu pengetahuan umum, karena China dikenal pada saat itu sebagai negeri yang memiliki
para ahli pengobatan atau tabib.
Ketiga, perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan
pengembangan keilmuan secara maksimal karena selama masa kemunduran Islam, tercipta
banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat yang
mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Kalaulah tidak
menghilangkan, minimal membuka kembali, sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini
terlarang bagi perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas yang
tentunya akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di dunia
pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Keempat, mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi. Artinya,
strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana proses
pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu, materi-materi yang diberikan juga disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada materi yang applicable dan
memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan strategi ini diharapkan
pendidikan Islam akan mampu menghasilkan sumber daya yang benar-benar mampu
menghadapi tantangan zaman dan peka terhadap lingkungan. Kemudian, satu faktor lain yang
akan sangat membantu adalah adanya perhatian dan dukungan para pemimpin (pemerintah)
atas proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini. Adanya perhatian dan
dukungan pemerintah akan mampu mempercepat penemuan kembali paradigma pendidikan
Islam yang aktif-progresif, yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat
kembali mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan humanisasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur`an sangat memperhatikan tentang
humanisme atau memanusiakan manusia, hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat al-
Qur`an yang menjelaskan tentang manusia dari mulai penciptaan, potensi yang dimilikinya,
perannya di muka bumi ini dan ditinggikannya derajat manusia dibandingkan dengan
makhluk-makhluk Allah yang lainnya, tetapi humanisasi yang diterapkan dalam al-Qur`an
tidak meninggalkan peran manusia di bumi ini sebagai hamba yang diwajibkan untuk
mengabdi kepada khaliknya. Adapun paradigma pendidikan Islam humanis yang terdapat di

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 4


dalam al-Qur`an adalah; pertama, pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang bertujuan
mencari ridha Allah, kedua, adanya perbandingan antara pengetahuan agama dan
pengetahuan umum, ketiga, kebebasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
keempat, mengkaji ilmu pengetahuan yang membumi sehingga dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.{}

Reference

Altanchimeg, Z., Battuya, D., & Tungalag, J. (2016). The Current Circumstances and
Challenges of Migrant Labor Force of Mongolia in North Eastern Asia. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(1), 27-38.
Amna, Z., & Lin, H. C. (2016). The Effects of Psychoeducational Methods On College
Studentsattitudes Toward PTSD. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 183-194.
Bakar, A., & Anwar, A. (2015). Learning Materials in Character Education. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(3), 405-416.
Beer, C. (2015). Democracy and Gender Equality. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 323-342.
Bhebhe, G., & Mugurani, M. (2016). Challenge Learning for Teachers in Rural Gweru
Zimbabwe. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 295-308.
Buseri, K. (2015). Epistemologi Islam dan Reformasi Wawasan Pendidikan. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(1), 77-102.
Gooby, P. T. (2015). UK Policy Community Viewing Ethnic Diversity Policy: From Stronger
To Weaker Multi-Culturalism?. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 217-234.
Hadi, A. (2014). Dinamika Sistem Institusi Pendidikan di Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3),
179-194.
Haynes, J. (2015). Religion in Global Politics: Explaining Deprivatization. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(2), 199-216.
Huwaida, H. (2015). Change and Development in the Acehnese Dayah Salafi (A Case
Study). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 279-294.
Idris, S., & Tabrani, Z. A. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks
Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96-113.
Isri, S. (2014). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 261-
286.
Karibi, R. A. I. N. (2015). Religion, Human Rights and the Challenges of Freedom. Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 3(1), 39-54.
Kaylene, P., & Rosone, T. L. (2016). Multicultural Perspective on the Motivation of Students
in Teaching Physical Education. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 115-126.
Lewis, M. (2016). Character Education as the Primary Purpose of Schooling for the
Future. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 137-146.
Madung, O. G. (2014). Paradigma Holisme Hegelian dan Kritik Atas Liberalisme. Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 2(2), 45-60.
Maimunah, M. (2014). Relevansi Metode dan Pendekatan Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 2(2), 287-300.

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 5


Marzuki, M. (2016). Diniyyah in Public Schools: A Model of Islamic Curriculum
Implementation in Multi Religious Society in Banda Aceh-Indonesia. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(1), 15-26.
Mizal, B. (2014). Pendidikan dalam Keluarga. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 155-178.
Morgan, J. H. (2014). Americanizing Islam as the Price of Assimilation. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 2(2), 1-16.
Musradinur & Tabrani. ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi
Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia). Proceedings
1st Annual International Seminar on Education 2015. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press,
77-86
Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher Competence Test of Islamic Primary Teachers
Education in State Islamic Primary Schools (MIN) of Pidie Regency. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(3), 309-320.
Nurhasanah, N., & Nida, Q. (2016). Character Building of Students by Guidance and
Counseling Teachers Through Guidance and Counseling Services. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(1), 65-76.
Ogwu, E. (2016). The Native Cultures on Student Discipline in School, Nigeria. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(2), 195-204.
Pomalingo, S. (2014). Perguruan Tinggi dan Transformasi Nilai-Nilai Islam dalam Konteks
Sosial-Budaya Masyarakat Indonesia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(3), 119-134.
Rajab, T. (2015). An Applied Model of Teaching Materials to Improve Students Speaking
Skill. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 103-118.
Rosyidi, A. W. (2014). Peningkatan Kualitas Pengajar Bahasa Arab Sebagai Upaya
Meningkatkan Standar Mutu Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 2(3), 195-210.
Salami, S. (2015). Implementing Neuro Linguistic Programming (NLP) in Changing
Students Behavior: Research Done at Islamic Universities in Aceh. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(2), 235-256.
Saminan, S. (2015). Internalisasi Budaya Sekolah Islami di Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1),
147-164.
Sariakin, S. (2016). Model-Based Development of English Language Learning Characters in
Improving Students Achievement of SMA. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 173-182.
Steinbach, M., & Afroozeh, S. (2016). Comparative Education in the Educational Systems
and Problems in Likenesses and Differences between Regions of the World. Jurnal
Ilmiah Peuradeun, 4(3), 333-346.
Sulaiman, S. (2015). Classroom Management and the Implications to Quality of
Learning. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(3), 431-440.
Suzanne, R., & Nathalie, L. (2016). Multiculturalism as an Alternative A Cultural Orientation
to Education in the Aspect of Culture as the Axiological Focus. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(3), 383-394.
Syahminan, S. (2014). Modernisasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia pada Abad
21. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 235-260.
Tabrani, Z. A. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 2(2), 211-234.

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 6


Tabrani, Z. A. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian
Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 127-144.
Tabrani, Z. A., & Masbur, M. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul And ITS
Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern
Learning Theories). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99-112.
Tabrani. ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Antara Tradisional dan Modern). Selangor: Al-
Jenderami Press
Tabrani. ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International
Journal of Democracy, 17(2), 99-113
Tabrani. ZA. (2011). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Suatu
Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). Millah Jurnal Studi Agama, 10(2), 395-410
Tabrani. ZA. (2011). Pendidikan Sepanjang Abad (Membangun Sistem Pendidikan Islam di
Indonesia Yang Bermartabat). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional 1 Abad
KH. Wahid Hasyim. Yogyakarta: MSI UII, April 2011.
Tabrani. ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of
Democracy, 18(2), 271-284
Tabrani. ZA. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan
Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah), Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(2), 65-84
Tabrani. ZA. (2013). Modernisasi Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan),
Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(1), 65-84
Tabrani. ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent
Tabrani. ZA. (2013). Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal
Sintesa, 13(1), 91-106
Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Filsafat Umum. Yogyakarta: Darussalam Publishing, kerjasama
dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Bahan Ajar untuk
Mahasiswa Program Srata Satu (S-1) dan Program Profesi Keguruan (PPG)). Banda
Aceh: FTK Ar-Raniry Press
Tabrani. ZA. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Darussalam
Publishing
Tabrani. ZA. (2014). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 13(2), 250-
270
Tabrani. ZA. (2014). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir
Maudhu`i. Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 2(1), 19-34
Tabrani. ZA. (2015). Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Tabrani. ZA. (2015). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi Analisis atas
QS. Al-An`am Ayat 125). Jurnal Sintesa, 14(2), 1-14
Tabrani. ZA. (2015). Persuit Epistemologi of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi
Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 7


Tabrani. ZA. (2016). Aliran Pragmatisme dan Rasionalisasinya dalam Pengembangan Kurikulum
2013, dalam Saifullah Idris (ed.), Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan
Implikasinya dalam Kurikulum 2013, Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press 2016
Tabrani. ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan
Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2),
130-146.
Tabrani. ZA. (2016). Transpormasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah Singkat
Tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia). Al-
Ijtima`i- International Journal of Government and Social Science, 2(1), 41-60
Tan, C. (2015). Educative Tradition and Islamic School in Indonesia. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(3), 417-430.
Usman, M. (2015). Teaching Model of Learning English Writing at University. Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 3(3), 441-450.
Usman, N., Murniati, A. R., & Marzuki, M. (2016). The Influence of Leadership in Improving
Personnel Performance At Traditional Islamic Boarding School (Dayah). Jurnal Ilmiah
Peuradeun, 4(2), 205-216.
Walidin, W. (2016). Informal Education as A Projected Improvement of the Professional
Skills of Employees of Organizations. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 281-294.
Walidin, W., Idris, S & Tabrani. ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Grounded
Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press
Vitoria, L., & Monawati, M. (2016). Improving Students Problem Solving Skill in
Mathematics Through Writing. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 231-238.
Yusoff, M. Z. M., & Hamzah, A. (2015). Direction of Moral Education Teacher To Enrich
Character Education. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 119-132.

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 8

Anda mungkin juga menyukai