Assignment 1
Disusun Oleh:
FAKULTAS GEOGRAFI
YOGYAKARTA
2017
EKSPLORASI DAN VALUASI GEODIVERSITAS UNTUK PENGELOLAAN
PARIWISATA BERKELANJUTAN (STUDI KASUS: BENTANGALAM KARST
PULAU MARATUA)
1.Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Beberapa pulau kecil yang merupakan carbonate island memiliki karakteristik geodiversitas
yang unik. Dengan menggunakan valuasi geodiversitas suatu kawasan pariwisata, maka dapat
menghindari terjadinya eksploitasi sumberdaya lahan dan air yang melewati batas sehingga
sumberdaya yang ada dapat terus mendukung dan menampung kehidupan penduduk setempat.
Berdasarkan itu pula maka muncul pertanyaan yang akan diteliti antara lain:
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah diungkapkan maka disusun
tujuan dari penelitian ini yaitu:
4. Metodologi
Metode utama yang digunakan adalah metode survei. Metode survei merupakan metode
mengumpulkan informasi dari suatu populasi dalam kajian ini berupa komponen abiotik dan biotik
yang terdapat pada bentanglahan Karst dengan menggunakan alat berupa ceklist sebagai instrumen
penelitian utama. Prosedur yang tepat untuk mengetahui tingkat geodiversitas suatu wilayah adalah
dengan menggunakan unit batas bentuklahan dan inventarisasi komponen fisik dan non-fisik masing-
masing unit dengan cara sebagai berikut:
- Analisis unsur abiotik: studi unsur geologi, geomorfologi, hidrologi, dan
pedogeomorfologi daerah kajian serta menyusun peta geomorfologi skala detail.
- Proses pembentukan: unit geomorfologi sebagai dasar penilaian geodiversitas. Melalui
interpretasi citra penginderaan jauh untuk membatasi luasan setiap unit bentuklahan
sebelum pelaksanaan di lapangan. Selain itu juga melakukan cara inventarisasi
karakteristik fisik setiap unit bentuklahan yang diperoleh dari hasil pencatatan terestris
yang terangkum dalam checklist.
- Valuasi unit: indeks geodiversitas digunakan untuk menilai hubungan antar komponen
fisik setiap unit bentuklahan serta responnya terhadap aktivitas manusia. Asumsi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jika jumlah elemen fisik semakin besar, tingkat
geodiversitas juga semakin tinggi. Jika koefisien kekasaran semakin besar,
keanekaragaman yang ditemui dapat menjadi semakin kompleks. Koefisien kekasaran
diperoleh dari kemiringan lereng yang dominan di setiap unit bentuklahan. Artinya,
banyaknya komponen dan koefisien kekasaran dapat mempengaruhi tingkat geodiversitas
suatu wilayah. Berdasarkan hal tersebut, digunakan formula yang dibuat oleh Serrano,
Flano, dan Arroyo (2009):
Gd = Eg . R / ln S
Gd : indeks geodiversitas atau biodiversitas
Eg : jumlah komponen geologi, geomorfologi, hidrologi, dan pedologi
R : koefisien kekasaran
S : luas permukaan setiap unit (km2)
Parameter (Eg) dihitung berdasarkan komponen fisik seperti litologi, struktur geologi,
geomorfologi, morfostruktur, dan jumlah ketersediaan air yang terhitung. Data tersebut diolah dengan
sistem komputasi dan dianalisis menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Dengan perangkat tersebut
dapat dihasilkan informasi secara spasial yang dituangkan setelah diperoleh besar indeks hasil
penghitungan formulasi dengan metode Serrano, Flano, dan Arroyo (2009). Luasan setiap unit
bentuklahan yang memiliki karakteristik geodiversitas tertentu diinterpretasi menggunakan data
spasial hasil delineasi citra penginderaan jauh.
Kemiringan lereng diklasifikasikan menjadi 5 kelas. Jika terdapat dua lereng dengan
kemiringan yang dominan dan sangat berbeda satu sama lain, maka persentase koefisien kekasaran
unit bentuklahan dipilih berdasarkan jumlah interval yang lebih banyak. Algoritma tingkat
geodiversitas ditentukan dengan cara hitung perataan secara statistik hingga dihasilkan 5 tingkat
geodiversitas dan biodiversitas. Suatu wilayah yang memiliki ketersediaan air yang dapat
dimanfaatkan dibedakan secara khusus sebagai satu unit yang unik. Unit tersebut termasuk dalam
parameter (Eg) yang dapat menunjukkan kompleksitas geodiversitas dan biodiversitas khususnya
bentuklahan karst. Tingkat geodiversitas dan biodiversitas selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam
menentukan manajemen pariwisata yang berkelanjutan.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis secara
deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan geodiversitas dan biodiversitas bentangalam karst yang
ada di daerah penelitian. Teknik analisis data secara deskriptif ini cenderung bersifat kualitatif,
sehingga dibutuhkan lebih banyak pustaka untuk mendukung keakuratan valuasi/ penilaian yang
dihasilkan.