Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PEMULANGAN PASIEN
RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

AKSES PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN


RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
MATARAM
2017

1
BAB I

DEFINISI

A. Latar belakang
Discarge planing merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-
fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Perencanaan pasien pulang bertujuan untuk memandirikan pasien di rumah
sehingga pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan pulang diperlukan
komunikasi yang efektif dan tepat yang diharapkan tercapainnya tujuan.
B. Pengertian Discharge Planing
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team
atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke
kelompok lainnya.

Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah
pasien/ orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan
gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan
kesehatan perlu ditinjau.

C. Tujuan
Tujuan Umum
Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi
maksimal setelah pulang dan memastikan keselamatan pasien keluar dari rumah
sakit dan memperoleh asuhan yang tepat pada fase berikutnya difasilitas kesehatan
lain atau dirumah.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai
fungsi yang maksimal setelah pulang
2. Memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antar rumah sakit dan komunikasi yang efektif
3. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
ditransfer kerumah atau ke suatu lingkungan yang telah disepakati.
D. Manfaat Discharge Planing
1. Bagi Pasien :
a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

2
d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
e) Dapat memilih prosedur perawatannya.
f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapat dihubunginya.
2. Bagi Perawat
a) Merasakan bahwa keahliannya diterima dan dapat digunakan.
b) Menerima informasi kunci setiap waktu.
c) Memahami perannya dalam system.
d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan
cara yang berbeda.
f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

3. Bagi Rumah Sakit


a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit,
dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk
beberapa diagnosa.
b) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan
biaya pengobatan.
c) Bahan pendokumentasian keperawatan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Tim Multidisiplin
Tim multidisiplin adalah tim yang anggotanya terdiri dari semua pihak yang
terlibat dalam proses kepulangan pasien. Sudah barang tentu tim ini anggotanya
adalah: dokter, perawat, penunjang, admission, kasir, housekeeping, security, dan lain-
lain yang diperlukan sesuai kondisi rumah sakit.
Tim ini selanjutnya menjadi steering committee bagi discharge planning. Tim ini
bertugas membuat segala hal mulai dari perencanaan, kebijakan, prosedur, koordinasi,
pengawasan, sampai penanganan keseluruhan masalah yang berkaitan dengan
discharge planning. Secara rinci, hal-hal yang harus dilakukan tim ini antara lain :
a. Membuat kebijakan discharge planning.
b. Membuat Integrated Care Pathway untuk discharge planning.
c. Mengkoordinir pembuatan checklist criteria kepulangan pasien, kelengkapan
kepulangan pasien, dll
d. Mengkoordinir penetapan LOS.
e. Membuat uraian tugas pihak-pihak terkait sehubungan dengan discharge planning.

2. Tim Dokter Ruangan/ Case Manager


Tim ini bertugas sebagai pengendali harian discharge planning. Tugasnya adalah:
a. Mengedukasi pasien perihal discharge planning saat awal masuk rawat inap.

b. Memberi informasi rencana penatalaksanaan yang akan diberikan kepada pasien

selama di rumah sakit.


c. Melakukan pemantauan kesesuaian antara LOS yang direncanakan dengan kondisi
klinis pasien.
d. Berkoordinasi dengan dokter owner perihal discharge planning yang direncanakan
dengan kondisi klinis pasien.
3. Discharge Coordinator
Posisi ini dipegang oleh perawat ruangan. Biasanya dijabat oleh kepala ruangan
saat jam kerja, dan Nurse in Charge di luar jam kerja. Tugasnya adalah
mengkoordinasikan seluruh aktifitas perawatan pasien dalam rangka discharge
planning, misalnya:
a. Menanyakan kepada pihak tim dokter ruangan perihal kepastian kepulangan pasien.

4
b. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk kepulangan pasien satu hari

sebelum kepulangan pasien, seperti: administrasi, retur obat, persiapan obat yang
akan dibawa pulang, pemeriksaan penunjang, discharge summary, transportasi
pasien saat pulang, dll.
c. Melakukan koordinasi pada hari kepulangan pasien, sehingga pasien dapat pulang
tepat waktu.

5
BAB III

TATA LAKSANA

A. Asasment Awal Saat Pasien Masuk Rumah Sakit


1. Setiap pasien datang atau masuk wajib dilakukan asesmen awal untuk
menentukan kebutuhan medis dan keperawatan pasien.
2. Asesmen awal medis dan keperawatan diberlakukan untuk semua pasien baru,
semua pasien lama yang masuk dengan diagnosa medis baru, semua pasien lama
dengan diagnosa yang sama dengan sebelumnya yang datang setelah lebih dari
30 hari, dan semua pasien kronis yang lebih dari 3 bulan.
3. Asesmen awal memiliki Formulir untuk asesmen awal medis dan keperawatan
dalam bentuk :
a. Untuk unit gawat darurat dalam bentuk asesmen awal IGD
b. Untuk rawat jalan dalam bentuk asesmen awal rawat jalan
c. Untuk rawat inap dalam bentuk asesmen awal rawat inap
4. Pelaksanaan asesmen awal pada instalasi gawat darurat / emergency dilakukan
secara cepat dan tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien dan sesegera
mungkin diberikan pelayanan meliputi :
a. Medis
b. Keperawatan
5. Apabila operasi darurat (emergency) maka harus ada catatan ringkasan dan
diagnosa pre operasi dicatat sebelum tindakan.
6. Isi minimal asesmen awal mengacu pada kebutuhan pasien sesuai dengan
masing - masing disiplin klinis yang berisi :
a. Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, diagnosa atau masalah, rencana
asuhan
b. Alergi
c. Asesmen psikologis, sosial, Ekonomi.
d. Resiko jatuh dan asesmen fungsional
e. Asesmen nyeri
f. Resiko nutrisional
g. Kebutuhan edukasi
h. Discharge planning atau perencanaan pulang pasien

B. Saat di ruang Rawat Inap


1. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
2. Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan dan tata
laksana pasien
3. DPJP dan PPJP di ruangan harus memastikan pasien memperoleh perawatan
yang sesuai dan adekuat serta proses Discharge planning berjalan lancar.
4. DPJP dan Karu
5. Tugas DPJP adalah:
a. Mengkoordinasi semua asek perawatan pasien termasuk discharge planning,
asesmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan
b. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancer

6
c. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah
d. Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk Discharge
planning, asesdmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan.
e. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancer
f. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah.
g. Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan
pasien dalam 24 jam setelah pasien dirawat.
h. Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus pasien
terpenuhi.
i. Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
j. Finalisasi discharge planning pasien 48 jam sebelum pasien dipulangkan dan
konfirmasi dengan pasien dan keluarga / PJ Perawatan pasien
6. Berikut adalah beberapa peralatan tambahan yang diperlukan pasien
sepulangnya dari rumah sakit (bila diperlukan)
a. Peralatan yang portable dan sederhana : mudah digunakan, intruksi
penggunaan minimal. Contoh : tongkat, toilet duduk.
b. Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya.
Contoh : tempat tidur khusus, pegangan terfiksasi, (grab rails), Oksigen.
c. Kursi roda (manual dan listrik)
7. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah :
a. Ambulance
b. Mobil pribadi
c. Helicopter (bila di perlukan) biasanya digunakan untuk pasien dengan
penyakit akut yang berat dan harus di transper ke rumah sakit lain.
d. Taksi
8. Identifikasi dan latihan professional kesehatan yang dapat merawat pasien
sertalakukan koordinasi dengan tim multidisiplin dalam merancang Discharge
planning pasien.
9. Yang dimaksud tim multi disiplin ini adalah para professional kesehatan dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti pekerja social, perawat, terapis, dokter.
10. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan pasien di rawat,
tatalaksana, prognosis dan rencana pemulangan pasien.
11. Tanyakan kepada pasien : Apakah ada yang membantu merawat anda sepulang
dari rumah sakit?
12. Biasanya pasien akan memilih untuk dirawat oleh anggota keluarganya.
13. Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat
pasien. Pastikan mereka di informasikan mengenai perawatan lanjutan yang
dilakukan dirumah.
14. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui oleh pemberi layanan perawatan
pasien sepulangnya dari rumah sakit/ carer (biasanya Keluarga)
a. Rencanan pemulangan pasien secara tertulis dan lisan
b. Kondisi medis pasien
c. Hak carer untuk memperoleh asesmen
d. Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien

7
e. Keuntungan yang di dapat
f. Dampak financial
g. Akses penerjemah untuk memungkinkan komonikasi dan pemahaman yang
efektif
h. Pemberitahuan mengenai kapan pasien akan di pulangkan
i. Pengaturan transportasi
j. Demonstrasikan cara menggunakan peralatan tertentu sebelum pasien di
pulangkan dan pastikan terdapat jadwal pengecekan alat yang rutin.
k. Aturlah jadwal pertemuan berikutnya dengan pasien dan pendamping / PJ
perawatan pasien
15. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus
memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
16. Jika terdapat konflik antara keinginan pasien dan keluarganya dalam merancang
discharge planning, staf harus melakukan peninjauan ulang mengenai rencana
perawatan dan mencari solusi realistis dari masalah yang timbul.

C. Saat pasien akan di pulangkan dari Rumah Sakit


1. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya
dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.
2. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah
DPJP / konsultan penanggung jawab pasien (atau oleh dokter yang mendapat
delegasi kewenangan dari konsultan)
3. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemulangan pasien.
4. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (Holistik)
5. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien
6. Pertimbangkan juga aspek social, budaya, etnis, dan financial pasien
7. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat
ini dilakukan oleh DPJP dan tim perawatan bersama dengan penanggung jawab
pasien. Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan :
a. Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk
menunjang perawatan pasien
b. Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus
c. Perawatan di rumah dengan di damping oleh perawat / pendamping pasien
d. Rumah sakit / fasilitas perawatan jangka panjang
e. Fasilitas keperawatan yang terlatih
f. Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya
8. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien ), maka pasien tidak dapat di pulangkan
9. Tim discharge planners (DPJP, PPJP, Ka.Unit, Tim PKRS) harus berusaha untuk
mencari tempat perawatan yang dapat menunjang kebutuhan pasien.
10. Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksana perawatan primer,
sekunder, dan social unjtuk menjamin bahwa setiap pasien menerima perawatan
dan penanganan yang sesuai dan adekuat.

8
11. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komonikasi dengan dokter keluarga
pasien / tim layanan primer mengenai rencana pemulangan pasien.
12. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus/ ekstra seperti
kebutuhan perawatan kebersihan diri, social, dan sebagainya. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan.
13. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan mengenai rencana
keperawatan.
14. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
15. Pastikan bahwa pasien dan keluarga / pendamping telah memperoleh informasi
yang adekuat.
16. Hak pasien sebelum di pulangkan:
a. Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis,
rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi
relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya.
b. Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan
kerabat, pendamping, atau teman pasien.
c. Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik sebelum /
saat pasien masuk rumah sakit
d. Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan dengan
perawatannya dan tersedia di masyarakat.
e. Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka panjang,
termasuk dampak finansialnya.
f. Diberikan nomor kontak yang dapat di hubungi saat pasien membutuhkan
bantuan / saran mengenai pemulangannya.
g. Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang dapat
diakses
h. Memperoleh informasi lengkap mengenai criteria dilakukan perawatan yang
berkesinambungan
i. Tim discharge planners (DPJP, PPJP, Ka Unit, Tim PKRS) tersedia sebagai
orang yang dapat di hubungioleh pasien dalam membantu memberikan saran
j. Memperoleh akses untuk memberikan komplin mengenai pengaturan
discharge planning pasien dan memperoleh penjelasannya.
17. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa (dimana
bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya), dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan
pulang paksa, dikarenakan kondisi medisnya
c. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan
pulang paksa dikarenakan gangguan jiwa.
18. Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis dan berikan
salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya.

19. Ringkasan / resume discharge planning pasien berisi :


a. Tahap I (pasien masuk)

9
1. Pengkajian fisik dan psikologis
2. Pengkajian ststus fungsional
3. Pengkajian kebutuhan pendidikan
a) Proses penyakit
b) Obat-obatan
c) Prosedur,cara perawatan
d) Pencegahan faktor resiko
e) Lingkungan yang perlu dipersiapkan
f) Rencana tindak lanjut
g) Suport sistem
4. Pemahaman pasien /keluarga terhadap penjelasan dari
a) Fisioterapi
b) Ahli gizi
b. Tahap II (fase diagnostik)
1. Penkes tentang proses penyakit :
a) Pengertian,penyebab,tanda dan gejala
b) Faktor resiko
c) Komplikasi
2. Penkes tentang obat-obatan
3. Penkes tentang penatalaksanaan
4. Penkes tentang pemeriksaan diagnostik
5. Penkes tentang rehabilitasi
6. Penkes tentang perawatan dan hygine personal,perubahan posisi,pencegahan
jatuh,perubahan posisi,pencegahan jatuh,pencegahan aspirasi,latihan ROM,
dan teknik relaksasi
c. Tahap III (fase stabilisas)
1. Penkes tentang modifikasi gaya hidup
a) Pengaturan diet (sesuai faktor resiko)
b) Aktifitas fisik
c) Merokok
d) Penggunaan alkohol dan obat-obatan
2. Diskusi tentang modifikasi lingkungan pasien setelah pulang dari rumah sakit
3. Diskusikan tentang rencana perawatan lanjutan pasien
a) Bantuan ADL
b) Jadwal kontrol
d. Tahap IV (fase discharging)
1. Diskusi tentang pengawasan pada pasien setelah pulang tentang
obat,diet,aktifitas,dan peningkatan status fungsional
2. Diskusi tentang support sistem keluarga,finansial,dan alat trasportasi yang
akan digunakan pasien
e. Catatan pulang
1. Resep / oobat-obatan pasien
2. Surat kontrol,surat sakit
3. Rujukan rehabilitasi
4. Leflet/informasi kesehatan

10
5. Formulir pemeriksaan laboratorium/radiologi
6. Hasil pemeriksaan selama perawatan
7. Hasil pemeriksaan dari luar
20. Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan pasien

D. Kriteria Discharge Planing


Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Harapan Keluarga dilakukan kepada:
1. Semua pasien yang telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Harapan Keluarga
baik melalui Instalasi Gawat Darurat maupun Instalasi Rawat Jalan
2. Semua pasien yang menalani rawat inap di Rumah Sakit harapan Keluarga

E. Tahap-Tahap Discharge planing


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang pasien.
Ketika melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga merupakan bagian dari
unit perawatan. Pasien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses
discharge agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a) Data kesehatan
b) Data pribadi
c) Pemberi perawatan
d) Lingkungan
e) Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan adalah penting untuk menentukan apakah masalah
tersebut aktual atau potensial.
3. Perencanaan (Hasil yang diharapkan)
Perencanaan Pemulangan Pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
spesifik pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat
METHOD yaitu :
a) Medication (Obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah
pulang.

b) Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
c) Treatment (Pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien atau anggota keluarga. Jika

11
hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung kerumah untuk memberikan
keterampilan perawat.
d) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e) Outpatien Referral
Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu.
f) Diet
Pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Pasien
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat
dan ringkasan pulang. Instruksi tertulis diberikan kepada pasien.
Penyerahan home care dibuat sebelum pasien pulang. Informasi tentang
pasien dan perawatannya diberikan kepada pasien/keluarga pasien tersebut.
Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk
kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental pasien, faktor
sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak ada
pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuiat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.Evaluasi
berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
pasien berada dirumah ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada 6 (enam)
variabel:
a) Derajat Penyakit
b) Hasil yang diharapkan dari perawatan
c) Durasi perawatan yang dibutuhkan
d) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e) Komplikasi tambahan
f) Ketersediaan sumber-sumber

12
BAB IV

DOKUMENTASI

Perencanaan pemulangan merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan


bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (Rumah Sakit) dan untuk
mempertahankan kontiunitas perawatan. Dalam pelaksanaan proses perencanaan sistematik
tersebut perawat memiliki peranan penting.
Buku panduan rencana pemulangan pasien wajib berjalan sesuai standart yang telah
ditetapkan dan lebih lengkap jika didampingi dengan dokumen sebagai berikut :
1. Dokumen Regulasi :
a. Kebijakan Rencana Pemulangan Pasien
b. Panduan Rencana Pemulangan Pasien
c. SPO Discharge Planning Pasien
2. Dokumen Inplementasi :
a. Rekam Medis
b. Discharge Planning List
Demikian buku panduan ini dibuat untuk pedoman pelayanan rencana pemulangan
pasien, sehingga didalam pelayanan pasien dapat berjalan baik dan sesuai standar yang
telah ditetapkan oleh undang undang kesehatan yang berlaku.

13
DAFTAR PUSTAKA

Uke Pemila (2010) Konsep Discarge Planning. Jakarta

Birmingham J (2010) Discarge Planning guide tools for compliance. Edisi ke -3 USA : HCPro,
Inc

Health & Social Care Joint Unit And Change Agents Team. (2003) discharge from hospital :
pathway, process and practice Departement Of Health.

Department of health and human services, office of inspector general. (1997). Medicare
hospital discharge planning. June Gibbs Brown Inspector General.

Felong B. (2008) Guide to discharge planning. Western Govenors University, College of


Health Professions, Healthcare Management, office for the Public Domain.

Stable RL. (1998) Guidelines for pre-admission processes, Discharge Planning,


transitionalcare. Queensland Health.

14

Anda mungkin juga menyukai