Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan (Indoor)

Penyuluhan Tentang Hipertensi

I. Latar Belakang

Hipertensi saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Meskipun

tidak dapat diobati secara permanen, akan tetapi pencegahan dan penatalaksanaan

yang tepat dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang

menyertainya. Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu

yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita

sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur

tekanan darah kita secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita

hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya

hipertensi dijuluki silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya

hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah

menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi

ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke.1

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.2

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan

tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di

Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui


hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun

mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18

tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.

Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,

peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan

peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.2

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi

peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989

sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami

peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai

penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.3

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan

darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80

mmHg). Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.

Jika salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk

menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang

tidak memiliki orang tua penderita hipertensi.2

II. Nama Kegiatan

Penyuluan tentang hipertensi.


III. Tujuan kegiatan
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat

tentang penyakit hipertensi.


2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyebab

penyakit hipertensi.
3. Memberikan informasi tentang cara menghindari dan upaya

mengendalikan penyakit hipertensi.


4. Sebagai wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar mahasiswa

kedokteran dengan masyarakat.


5. Menumbuhkan sikap peduli dan sadar akan pentingnya kesehatan

pada masyarakat.
6. Mendorong masyarakat untuk dapat meningkatkan kemandirian

dan partisipasi dalam meningkatkan derajat kesehatan.


IV. Tempat dan waktu kegiatan
Tempat : Puskesmas Syamtalira Aron.
Peserta : Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Syamtalira

Aron.
Waktu : 21 April 2017, kegiatan penyuluhan dilakukan pada pukul

09.00 11.00 WIB.


V. Metode penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat

dengan menampilkan power point tentang hipertensi kepada masyarakat yang

hadir.
VI. Materi penyuluhan
4.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. 3

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/80

mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output.4

4.2 Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang

cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Namun,

banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini

disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan

gangguan yang serius pada kesehatannya. 3

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta

orang atau 26,4% penghuni bumi menderita hipertensi dengan perbandingan

26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi

29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di

negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk

Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2007,

31,7 % dari penduduk Indonesia mengalami hipertensi.4

Boedi Darmoyo dalam penelitiannya, menemukan bahwa antara 1,8%

28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi, angka 1,8% berasal dari

penelitian di Desa Kalirejo, Jawa Tengah, sedangkan nilai 28,6% dilaporkan dari

hasil penelitian di Sukabumi, Jawa Barat.3

4.3 Etiologi Hipertensi

1. Hipertensi primer (essensial)


Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial

(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan

95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin


berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum

satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.

Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya

menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis

hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi

tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan

timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang

mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya

mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric

oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.6


2. Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit

komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat

tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau

penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. 7 Obat-obat

tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau

memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab

sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan

atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah

merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.5

Jenis Penyakit Obat


1. penyakit ginjal kronis 1. Kortikosteroid, ACTH
2. hiperaldosteronisme primer 2. Estrogen (biasanya pil KB dg kadar
3. penyakit renovaskular estrogen tinggi)
4. sindroma Cushing 3. NSAID, cox-2 inhibitor
5. pheochromocytoma 4. Fenilpropanolamine dan analog
6. koarktasi aorta 5. Cyclosporin dan tacrolimus
7. penyakit tiroid atau paratiroid 6. Eritropoetin
7. Sibutramin
8. Antidepresan(terutamavenlafaxine)

Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi/hipertensi sekunder.5

4.4 Klasifikasi Hipertensi

Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh

Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation,

and Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan

derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut World Health Organization (WHO) dan

International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG) (dilihat tabel 3).2

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 139 Atau 80 89
Hipertensi stadium 1 140 159 Atau 90 99
Hipertensi stadium 2 160 Atau 100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO)

dan International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG)


Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 Dan < 80

Normal < 130 Dan < 85

Pra hipertensi 130 139 Atau 85 89

Hipertensi derajat I 140 159 Atau 90 99

Hipertensi derajat II 160 179 Atau 100 109

Hipertensi derajat III 180 Atau 110

4.5 Faktor Risiko Hipertensi


1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko

terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan

usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %

diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya

dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang

hipertensinya meningkat ketika 50an dan 60an.3


b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata

terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa

Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk

wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan,

sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6%

pria dan 13,7% wanita.3


c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat

keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.

Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan

risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai

hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.2


d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti

dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada

kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel

telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,

bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang

dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.12
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara

rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah

rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari

menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak

merokok.4
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida

yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan

proses aterosklerosis dan hipertensi.4


b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis

hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa

dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram

tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika

asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat

menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.5


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan

volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3

gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan

asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.

Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara

dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.5


Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan

antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan

natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang

meningkatkan volume darah.5


c. Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi

lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,


terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan

peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari

minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari

tanaman dapat menurunkan tekanan darah.5


d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali

dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak

yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam

seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam,

secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni

terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak

jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida,

sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan

protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak

sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak

palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga

disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ,

sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%

komposisinya adalah ALTJ.5


e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol

berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi

belum diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu

sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari

pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.5


Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena

survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan

konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol

masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan

peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah

berperan dalam menaikkan tekanan darah.5


f. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,

makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan

makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar

melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan

lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga

meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.

Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.5


Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif

untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada

penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan

lebih.5
g. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita

hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang

tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang


lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada

setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,

makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.5


h. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu

dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa

mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun

akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum

dapat dipastikan.5
i. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara

epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut

disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan

kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan

lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen ( 12 tahun berturut-turut),

akan meningkatkan tekanan darah perempuan.5

4.6 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem

sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan

dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing

penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang

kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor

tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan

periferal.6
Gambar 1. Patofisiologi hipertensi dan faktor yang mempengaruhi.11
4.7 Gejala Klinis Hipertensi
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang

mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-

tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

tekanan darah intrakranium.


2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.8
4.8 Diagnosis Hipertensi
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga

tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,

beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.


3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau

penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan

panduan pengobatan.7
4. Anamnesis meliputi :

a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian

obat-obat analgesik

Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi

Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

c. Faktor-faktor risiko :

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien

c. Pola hidup : merokok, pola makan, aktivitas fisik

d. Riwayat Gejala kerusakan organ

Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,

transient ischemic attack, deficit sensoris atau motoris

Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai

Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri

Arteri perifer : ekstremitas dingin

5. Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk

evaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta

kemungkinan adanya hipertensi sekunder.


a. Pengukuran tekana darah :
Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-

ABPM)
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :
Tes darah rutin
Glukosa darah
Kolesterol total , LDL dan HDL serum dan Trigliserida serum
Asam urat serum
Ureum dan Kreatinin serum
Elektrokardiogram
4.9 Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:

1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.


Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi

efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan

aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja

jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan

risiko aterosklerosis.8
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan

mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,

sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung

dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat

badan.8
2. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan

aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan

menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik

dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur,


minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan

darah walaupun berat badan belum tentu turun.8


Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan

perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat

menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga

dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa

olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.8


Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu

dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:


a. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau

dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah

sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak

melebihi 100 mmHg.


b. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat

informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.


c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung

dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan

darah serta perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus

menilai tingkat kapasitas fisik.


d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap

diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan

beban.
e. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh dan tidak menambah peningkatan darah.


f. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
g. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.
h. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah

latihan.
i. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan

tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat

hipertensi.
j. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada

kaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping

olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian

emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada.


k. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka

dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan

penyesuaian (pengurangan).9
3. Perubahan pola makan
a. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan

upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal

pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus

memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan

jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan

asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan

garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari

makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang

bebas garam. 10
b. Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya

aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.

Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan

yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak

jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan


makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan

tekanan darah.10
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah

lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral

bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya

dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko

terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium

bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-

sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti

seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan

(banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu

mengandung banyak kalsium.10


4. Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau

bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk

menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat

perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban

stres. Perubahan-perubahan itu ialah:


a. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk

kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau

kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu

janji atau aktifitas.


b. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
c. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Siapkan cadangan untuk keuangan
e. Berolahraga.
f. Makanlah yang benar.
g. Tidur yang cukup.
h. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda

stres.
i. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
j. Binalah hubungan sosial yang baik.
k. Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan

kritis atau negatif terhadap diri sendiri.


l. Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus.
m. Carilah humor.
n. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa. 15
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi

yang dianjurkan oleh JNC 7:


a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald

Ant)
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker

(ARB).2

Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat


Antihipertensi Menurut ESH.
Kelas obat Indikasi Kontraindikasi

Mutlak Tidak mutlak


Diuretika Gagal jantung gout Kehamilan
(Thiazide) kongestif, usia
lanjut, isolated
systolic
hypertension, ras
afrika

Diuretika (loop) Insufisiensi


ginjal, gagal
jantung kongestif
Diuretika (anti Gagal jantung Gagal ginjal,
aldosteron) kongestif, pasca hiperkalemia
penyekat infark
Asma, penyakit Penyakit
miokardium
Angina pectoris, paru obstruktif pembuluh darah
pasca infark menahun, A-V perifer,
myocardium block intoleransi
gagal jantung glukosa, atlit atau
kongestif, pasien yang aktif
kehamilan, secara fisik
takiaritmia

Calcium Usia lanjut, Takiaritmia, gagal


Antagonist isolated systolic jantung kongestif
(dihydropiridine) hypertension,
angina pectoris,
penyakit
pembuluh darah
perifer,
A-V block, gagal
aterosklerosis
Calcium
jantung kongestif
karotis,
Antagonist
kehamilan
(verapamil,
Angina pectoris,
diltiazem)
aterosklerosis
karotis, takikardia
supraventrikuler

Penghmbat ACE Gagal jantung Kehamilan,


kongestif, hiperkalimea,
disfungsi stenosis arteri
ventrikel kiri, renalis bilateral
pasca infark
myocardium,
non-diabetik
nefropati,
Angiotensi II
nefropati DM tipe
reseptor Kehamilan,
1, proteinuria
antagonist (AT1- hiperkalemia,
Nefropati DM
blocker) stenosis arteri
tipe 2, renalis bilateral
mikroalbumiuria
diabetic,
proteinuria,
hipertrofi
ventrikel kiri,
batuk karena
ACEI

-Blocker Hyperplasia Hipotensi Gagal jantung


prostat (BPH), ortostatis kongestif
hiperlipidemia

Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi.2


Adapun Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC7 dapat dilihat

pada tebel 5 dibawah ini :

Tabel 5. Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC7

Klasifikasi TDS TDD Perbaik Tanpa Dengan


Tekanan (mmHg) (mmHg) an Pola indikasi yang indikasi yang
Darah Hidup memaksa memaksa
Normal < 120 Dan <80 Dianjur
kan

Prehipertensi 120-139 atau Ya Tidak indikasi Obat-obatan


80-89 obat untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi 140-159 Atau Ya Diuretic jenis Obat-obatan
derajat 1 90-99 Thiazide untuk indikasi
untuk yang memaksa
sebagian Obat
besar kasus, antihipertensi
dapat
lain (diuretika,
dipertimbang
ACEI, ARB,
kan ACEI,
ARB, BB,
CCB, atau BB, CCB)
kombinasi sesuai
kebutuhan
Hipertensi 160 Atau Ya Kombinasi 2
derajat 2 100 obat untuk
sebagian
besar kasus
umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau
ARB atau BB
atau CCB

Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC7.2

Masing-masing obat antihipertensi memliki efektivitas dan keamanan

dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor sosio ekonomi


b. Profil factor risiko kardiovaskular
c. Ada tidaknya kerusakan organ target
d. Ada tidaknya penyakit penyerta
e. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
f. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien

untuk penyakit lain


g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam

menurunkan risiko kardiovasskular.2

Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi

menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan

tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang

digunakan. Tetapi terdapat pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa kelas obat

antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien tertentu. Untuk


keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan

pertimbangan khusus (special considerations), yaitu kelompok indikasi yang

memaksa (compelling indication) dan keadaan khusus lainnya (special

situations).2

Indikasi yang memaksa meliputi:

a. Gagal jantung
b. Pasca infark miokardium
c. Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
d. Diabetes
e. Penyakit ginjal kronis
f. Pencegahan strok berulang.2

Keadaan khusus lainnya meliputi :

a. Populasi minoritas
b. Obesitas dan sindrom metabolic
c. Hipertrofi ventrikel kanan
d. Penyakit arteri perifer
e. Hipertensi pada usia lanjut
f. Hipotensi postural
g. Demensia
h. Hipertensi pada perempuan
i. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
j. Hipertensi urgensi dan emergensi.2

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan

target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan

untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang

memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah

memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi

tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi
dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian darah

belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat

tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping

umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun

kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi

untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat meningkatkan biaya

pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus

diminum bertambah.2

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien :

Diuretika

Bloker ARB

Bloker CCB

ACEI

Gambar 2. Kemungkinan kombinasi obat antihipertensi.2

VII. Tanya Jawab

1. Apa saja gejala penderita hipertensi?

Sakit kepala

Sakit kuduk

Sulit Tidur
Kelelahan

Mual

Muntah

Sesak nafas

Gelisah

Pandangan kabur

2. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadinya penyakit hipertensi ?

A. Upaya Promotif
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang gaya hidup yang baik untuk

menjaga kesehatan.
Meningkatkan pengetahuan tentang efek samping yang dapat di

timbulkan dengan gaya hidup yang kurang sehat, sehingga mereka

mempunyai keinginan mengubah perilaku untuk menjaga

kesehatannya.
Memberitahukan kepada anggota keluarga agar segera membawa

keluarga yang memiliki gejala hipertensi ke pelayanan kesehatan untuk

segera diperiksa dan mendapatkan pengobatan untuk mencegah

komplikasi.
B. Upaya Preventif
Mengurangi asupan garam.
Mengontrol tekanan darah.
Menghindari kegemukan (obesitas).
Membatasi konsumsi lemak.
Meningkatkan aktifitas fisik.
Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran segar.
Menurunkan konsumsi kafein.
Mengendalikan penyakit dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang yang kaya sumber kalium, magnesium dan susu.


Berusaha membina hidup yang positif.
C. Upaya Kuratif
Upaya diagnosis dan terapi yang tepat yang bertujuan untuk

mengontrol penyakit penderita, mencegah terjadinya komplikasi, dan

menurunkan tingkat penderita penyakit tersebut.


D. Upaya Rehabilitatif
Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.
Monitoring : Tekanan darah.
Kerusakan organ target :
Mata (aneurisma, retinopati hipertensi)
Ginjal (nefropati hipertensi)
Jantung (HHD)
Otak (Stroke)
E. Upaya Psikologis
Manajemen stress dengan baik
Mengikuti berbagai kegiatan di desa seperti : pengajian islamiah

VIII. DOKUMENTASI

Dokumentasi saat penyuluhan di Puskesmas Syamtalira Aron.


Lhokseumawe, April 2017
Kepala Puskesmas
Doker Pembimbing

dr. Lukman. MN dr. Lukman. MN


NIP. 19720319200112 1 002 NIP. 19720319200112 1 002

Anda mungkin juga menyukai