TENTANG
1
c. bahwa pengelolaan air limbah domestik
merupakan urusan Pemerintah Daerah dalam
rangka pelayanan umum yang harus
dilaksanakan secara sinergi, berkelanjutan dan
profesional, guna terkendalinya pembuangan air
limbah domestik, terlindunginya kualitas air
tanah dan air permukaan, serta meningkatkan
upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
khususnya sumber daya air;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Air limbah Domestik;
2
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 267);
9. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Air
Limbah Domestik (Lembaran Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 2);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pemeriksaan
Kualitas Air (Lembaran Daerah Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2008 Nomor 5 Seri E);
3
Dengan Persetujuan Bersama
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4
6. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya
disingkat SPAL, adalah satu kesatuan sistem
fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan),
keuangan, administrasi, peran masyarakat, dan
hukum dari prasarana dan sarana air limbah.
7. Penyelenggaraan SPAL adalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan, konstruksi,
mengoperasikan, memelihara, merehabilitasi,
memanfaatkan, memberdayakan masyarakat,
memantau dan mengevaluasi sistem fisik dan
non fisik pengelolaan air limbah.
8. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat yang
selanjutnya disingkat SPAL-T adalah SPAL
secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan
diolah serta dibuang secara terpusat.
9. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat yang
selanjutnya disingkat SPAL-S adalah SPAL
secara individual dan/atau komunal, melalui
pengelolaan dan pembuangan air limbah
setempat.
10. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja yang
selanjutnya disingkat IPLT adalah tempat
pengolahan air limbah domestik lumpur tinja
sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
11. Unit Pelayanan adalah prasarana dan sarana
untuk mengumpulkan air limbah dari rumah.
12. Unit Pengumpulan adalah prasarana dan sarana
untuk mengumpulkan air limbah dari unit
pelayanan, melalui jaringan perpipaan ke unit
pengolahan terpusat.
13. Unit Pengolahan Terpusat adalah prasarana dan
sarana untuk mengolah air limbah dan lumpur
secara terpusat.
14. Unit Pengolahan Setempat adalah prasarana dan
sarana untuk mengumpulkan dan mengolah air
limbah secara setempat.
5
15. Unit Pengolahan Lumpur Tinja adalah prasarana
dan sarana untuk mengolah lumpur tinja di
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
16. Unit Pembuangan Akhir adalah sarana
pembuangan efluen hasil pengolahan ke badan
air penerima atau saluran drainase, dan sarana
pembuangan lumpur hasil pengolahan ketempat
pemrosesan akhir.
17. Sistem penyedotan terjadwal adalah penyedotan
lumpur tinja yang dilakukan secara periodik oleh
instansi yang berwenang yang merupakan
program Pemerintah Daerah.
18. Sistem penyedotan tidak terjadwal adalah
penyedotan lumpur tinja atas permintaan
pelanggan.
19. Baku mutu air limbah domestik adalah batas
kadar dan jumluh unsur pencemar yang
ditenggang adanya dalam limbah cair untuk
dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu.
20. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu terkait dengan
aspek fisik dan aspek non fisik.
21. Pelaksanaan konstruksi adalah kegiatan
mendirikan baru atau memperbaiki prasarana
dan sarana fisik yang digunakan dalam
pengelolaan air limbah domestik.
22. Operasi adalah kegiatan operasional dan
pemeliharaan prasarana dan sarana fisik dan
non fisik yang digunakan dalam pengelolaan air
limbah domestik.
23. Pemantauan adalah kegiatan pengamatan
menyeluruh dan terpadu sejak tahap
perencanaan, pembangunan, dan operasi
pengelolaan air limbah domestik.
6
24. Evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap
seluruh perencanaan, pembangunan, operasi,
pemeliharaan dan pemantauan penyelenggaraan
pengelolaan air limbah domestik, untuk
kemudian dijadikan masukan perbaikan dan
peningkatan kinerja pengelolaan air limbah
domestik.
25. Orang adalah seorang dan/atau badan.
26. Operator air limbah adalah unit yang
melaksanakan operasi dan pemeliharaan sarana
dan prasarana air limbah yang dapat berbentuk
unit pelaksana teknis, Badan Usaha Milik
Daerah, koperasi, badan usaha swasta,
dan/atau kelompok masyaraat yang
melaksanakan pengelolaan air limbah domestik.
Pasal 2
Pasal 3
7
b. mengendalikan kualitas air limbah domestik
yang dibuang ke lingkungan hidup; dan
c. melindungi dan mengendalikan kualitas
lingkungan hidup.
BAB II
Bagian Kesatu
SPAL
Paragraf 1
Umum
Pasal 4
Pasal 5
8
(2) Pemilihan SPAL sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. rencana tata ruang wilayah;
b. cakupan pelayanan;
c. kepadatan penduduk;
d. kedalaman muka air tanah;
e. permeabilitas tanah;
f. kemiringan tanah; dan
g. kondisi sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat.
Paragraf 2
SPAL-T
Pasal 6
9
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
10
(2) Unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdiri dari :
a. sambungan rumah; dan
b. lubang inspeksi.
Pasal 11
11
(6) Pipa lateral sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disambungkan ke pipa induk secara langsung
melalui lubang kontrol (manhole) yang terdekat.
Pasal 12
12
(2) Pemisahan unit pengumpulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bertahap.
Pasal 13
13
(5) Zona penyangga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), berupa tanaman pelindung yang ditanam
di sekeliling lokasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah dan berfungsi sebagai zona hijau.
Pasal 14
Pasal 15
14
c. kombinasi aerobik dan anaerobik; atau
d. gabungan aerobik dan anaerobik.
Pasal 16
Pasal 17
15
(4) Sarana penampungan sementara lumpur hasil
pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b merupakan bangunan dan/atau
wadah penampung lumpur hasil olahan, sebelum
dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah
atau untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Pasal 18
Paragraf 3
SPAL-S
Pasal 19
16
(4) Cakupan pelayanan skala komunal lingkup
rumah tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a, meliputi layanan untuk lingkup 2
(dua) sampai dengan 10 (sepuluh) unit rumah
tinggal.
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
17
(2) Unit pengolahan setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat berupa :
a. cubluk kembar;
b. tangki septik dengan sistem resapan;
c. biofilter; dan/atau
d. unit pengolahan air limbah domestik fabrikasi
lainnya sesuai perkembangan teknologi dan
dinyatakan layak secara teknis oleh peraturan
perundang-undangan.
Pasal 23
18
(2) Tangki septik dengan sistem resapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2)
huruf b harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. kedalaman muka air tanah lebih dari 2 (dua)
meter; dan
b. jarak horisontal antara sistem resapan tangki
septik dengan sumber air paling sedikit 10
(sepuluh) meter.
Pasal 24
19
Pasal 25
20
d. unit pengeringan lumpur seperti bak
penyaring lumpur (sludge drying bed), filter
bertekanan untuk memisahkan partikel
dalam cairan (filter press), atau system filter
dengan penekanan sabuk (belt filter press).
Pasal 26
21
Paragraf 4
Pasal 27
22
Pasal 28
Pasal 29
23
(2) Bangunan Mandi Cuci Kakus sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
bangunan Mandi Cuci Kakus yang dapat
dibongkar pasang dan dipindah lokasi.
Pasal 30
24
Bagian Kedua
Penyelenggaraan SPAL
Paragraf 1
Umum
Pasal 31
Paragraf 2
Perencanaan
Pasal 32
Pasal 33
25
(2) Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat :
a. rencana umum;
b. rencana jaringan;
c. rencana program dan kegiatan;
d. kriteria dan standar pelayanan;
e. rencana pembuangan efluen dan lumpur;
f. rencana keterpaduan dengan sistem
penyediaan air minum, persampahan, dan
drainase;
g. indikasi pembiayaan dan pola investasi;
h. rencana kelembagaan dan peraturan
perundang-undangan; dan
i. rencana pemberdayaan masyarakat.
Pasal 34
26
a. rencana induk SPAL yang telah ditetapkan;
b. kelayakan teknis, ekonomi, dan keuangan;
dan
c. kajian lingkungan, sosial, hukum, dan
kelembagaan.
Pasal 35
Paragraf 3
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 36
27
(2) Pelaksanaan konstruksi SPAL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus dilakukan dengan
prinsip berwawasan lingkungan.
Pasal 37
Pasal 38
28
Paragraf 4
Pasal 39
Pasal 40
29
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
30
Paragraf 5
Pemanfaatan
Pasal 44
Paragraf 6
Pasal 45
31
(3) Evaluasi dilakukan sebagai dasar perbaikan
dan peningkatan kinerja SPAL.
Pasal 46
BAB III
Pasal 47
32
a. menetapkan kebijakan dan strategi
pengembangan prasarana dan sarana air limbah
domestik mengacu pada kebijakan nasional dan
Daerah;
b. membentuk, membina dan meningkatkan
kelembagaan, merencanakan pengembangan dan
peningkatan sumber daya manusia, fasilitasi
sarana dan peralatan, serta menyediakan
pembiayaan yang mendukung penyelenggara
prasarana dan sarana air limbah;
c. menetapkan Peraturan Daerah berdasarkan
Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah;
d. memberikan izin penyelenggaraan prasarana dan
sarana air limbah domestik;
e. menyelesaikan sengketa/masalah pengelolaan air
limbah domestik;
f. melaksanakan kerjasama dengan dunia usaha
dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pengembangan prasarana dan sarana air limbah
domestik;
g. memberikan bantuan teknis penyelenggaraan
pengembangan prasarana dan sarana air limbah
domestik pada kecamatan, Pemerintah Desa,
serta kelompok masyarakat;
h. penyelenggarakan pembangunan prasarana dan
sarana air limbah domestik dalam rangka
memenuhi Standar Pelayanan Minimal;
i. menyusun rencana induk pengelolaan air limbah
domestik;
j. menangani air limbah domestik pada saat terjadi
bencana alam;
k. memantau penyelenggaraan prasarana dan
sarana air limbah domestik;
l. mengevaluasi penyelenggaraan pengembangan air
limbah domestik;
33
m. melakukan pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal;
n. melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan prasarana dan sarana air
limbah domestik;
o. melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
baku mutu hasil olahan air limbah domestik yang
dibuang ke lingkungan;
p. melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
persyaratan alat angkutan lumpur tinja;
q. memberikan rekomendasi teknis untuk
penerbitan izin pengelolaan air limbah domestik
lintas Kabupaten/Kota;
r. melakukan pemberdayaan dan pengendalian
pengelolaan air limbah domestik;
s. memberikan perlindungan kepada masyarakat
dari dampak kerusakan dan pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh air limbah
domestik;
t. memberikan pembinaan pengetahuan dan
teknologi pengelolaan air limbah domestik kepada
masyarakat secara berkelanjutan; dan
u. menerima pengaduan masyarakat akibat
pencemaran yang disebabkan oleh air limbah
domestik yang menjadi kewenangan Daerah.
BAB IV
Pasal 48
34
b. melakukan pengangkutan lumpur tinja
menggunakan alat angkut sesuai standar yang
ditetapkan;
c. melakukan pembuangan lumpur tinja ke IPLT;
dan
d. membayar retribusi/iuran bagi yang menerima
pelayanan sistem terpusat dan sistem komunal
yang dikelola oleh instansi yang berwenang.
Pasal 49
35
BAB V
Pasal 50
Pasal 51
36
BAB VI
KERJA SAMA
Pasal 52
Pasal 53
37
(3) Tata cara pelaksanaan kerjasama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Pasal 54
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 55
38
(3) Pembiayaan pengelolaan air limbah domestik
terpusat berasal dari masyarakat, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, subsidi dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta, serta sumber lain yang sah.
BAB VIII
PERIZINAN
Pasal 56
39
Pasal 57
Pasal 58
BAB IX
RETRIBUSI
Pasal 59
40
(2) Pungutan retribusi atas jasa pelayanan SPAL-T,
sistem layanan lumpur tinja dan IPLT yang tidak
dikelola oleh Organisasi Perangkat Daerah yang
berwenang, ditetapkan dalam izin pengelolaan air
limbah domestik.
BAB X
Pasal 60
BAB XI
LARANGAN
Pasal 61
41
c. membuang benda padat, sampah dan lain
sebagainya yang dapat menutup saluran dan
benda yang mudah menyala atau meletus yang
akan menimbulkan bahaya atau kerusakan
jaringan air limbah terpusat atau instalasi
pengolahan air limbah setempat;
d. membuang air limbah medis, laundry dan limbah
industri ke jaringan air limbah terpusat atau
instalasi pengolahan air limbah setempat;
e. menyalurkan air limbah yang mengandung
bahan dengan kadar yang dapat mengganggu dan
merusak sistem air limbah terpusat;
f. menyalurkan air limbah domestik ke tanah,
sungai dan sumber air lainnya tanpa pengolahan;
g. melakukan pengenceran air limbah;
h. menambah atau mengubah bangunan jaringan
air limbah terpusat tanpa izin; dan
i. mendirikan bangunan di atas jaringan air limbah
terpusat tanpa izin.
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 62
42
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan
meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan
keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari
orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana;
e. melakukan penggeledahan untuk
mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang
seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang dan/atau
dokumen yang dibawa sebagaimana
dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan
tindak pidana;
i. memanggil orang untuk didengar
keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana
menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
43
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik dari
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 63
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64
44
Pasal 65
Ditetapkan di Wates
pada tanggal 4 Mei 2016
Cap/ttd
HASTO WARDOYO
Diundangkan di Wates
pada tanggal 1 Juni 2016
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KULON PROGO,
Cap/ttd
ASTUNGKORO
45
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
NOMOR 6 TAHUN 2016
TENTANG
I. UMUM
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
telah mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini menjadi dasar
yang sangat kuat bahwa pemerintah wajib mengupayakan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Permasalahan pengelolaan air limbah Domestik di
Kabupaten Kulon Progo cukup kompleks. Sistem pengelolaan
jaringan air limbah yang belum berjalan secara optimal
merupakan salah satu kendala bagi Pemerintah Daerah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup. Pencemaran terjadi bila
dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan
timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat
fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu
kesehatan, eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta
organisme lainnya. Pembuangan air limbah rumah tangga
(domestik) secara langsung/tanpa terlebih dahulu diolah akan
membahayakan kesehatan manusia, dan merusak lingkungan.
Dengan adanya hal tersebut Pemerintah Daerah perlu
melakukan pengelolaan air limbah Domestik dengan cara
membuat sistem pengaturan terhadap jaringan air limbah baik
terpusat maupun setempat, karena dengan adanya pengaturan
jaringan air limbah tersebut dapat melindungi dan
meningkatkan kualitas air tanah dan air permukaan di
Kabupaten Kulon Progo.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo tentang
Pengelolaan Air limbah Domestik.
46
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab adalah
bahwa Pemerintah Daerah menjamin hak warga atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas kelestarian dan
keberlanjutan adalah bahwa setiap orang memikul
kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi
mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu
generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya
dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan
hidup.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah
bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai komponen terkait.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa
materi muatan dalam Peraturan Daerah harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara baik lintas daerah, lintas generasi,
maupun lintas gender.
Huruf e
Yang dimaksud dengan asas kehati-hatian adalah
bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha
dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan
alasan untuk menunda langkah-langkah
meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
47
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa
setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan
aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup baik secara langsung maupun tidak langsung.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa
segala usaha dan/atau kegiatan pengelolaan limbah
domestik yang dilaksanakan, disesuaikan dengan
daya dukung lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia.
Huruf h
Yang dimaksud dengan asas tata kelola
pemerintahan yang baik adalah bahwa perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh
prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
efisiensi, dan keadilan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan asas pencemar membayar
adalah setiap penanggung jawab yang usaha
dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
48
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
49
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan memenuhi ketentuan
teknis adalah dalam menentukan jarak paling
dekat antara lokasi Mandi Cuci Kakus dengan
rumah pengguna, pembangunannya disesuaikan
dengan calon lokasi terbangun yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
50
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
51
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
ooo000ooo
52