Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan IPAL Komunal menjadi salah satu pilihan untuk menangani
limbah yang berasal dari aktivitas kegiatan permukiman agar tidak menjadi bahan
pencemar mahluk hidup dan lingkungan setelah melalui tahap pengolahan yang
pada akhirnya dibuang ke badan air.

Penerapan IPAL Komunal dalam suatu permukiman adalah untuk menampung


limbah domestik dari rumah tangga. Contoh kasus yang ada di Dusun
Karangwetan, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul
yang memiliki jumlah penduduk 65 KK (272 jiwa), dengan 17 KK tersebut
mempunyai industri rumahan berupa industri kerupuk. Tipe pengolahan limbah
permukiman yang ada di lokasi tersebut menggunakan tipe IPAL Komunal
dengan menggunakan Sanitasi Fabrikasi (SANFAB) berbahan fiber dengan sistem
DEWATS (Desentralized Wastewater Treatment in Developing Countries).
Sistem pengolahan IPAL Komunal tersebut terdiri atas bak pengendapan (Settler),
ABR (Anaerobic Baffled Reactor) dan AF (Anaerobic Filter) yang semua proses
pengolahan tersebut merupakan pengolahan yang bersifat anaerobik.

Dari hasil pengamatan di lapangan, ditemukan beberapa permasalahan yang


timbul dari IPAL Komunal tersebut, yaitu timbulnya bau di lokasi sekitar IPAL
Komunal dan juga di badan air. Salah satu indikasi penyebab timbulnya bau
tersebut adalah limbah kerupuk berbahan tepung tapioka yang dibuang di IPAL
Komunal.

Setelah dilakukan monitoring dan pengambilan sampel yang dilakukan PT.


Biosan Mandiri selaku distributor dari IPAL sistem DEWATS pada Tanggal 21
Januari 2014 diperoleh data-data yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

1
2

Tabel 1.1 Data SampelAir Limbah Domestik IPAL Komunal


Nilai tanggal
Parameter 21 Januari 2014
No
Satuan
Inlet Outlet
1 BOD5 (mg/l) 336 139,8
2 COD (mg/l) 420 174
3 TSS (mg/l) 200 100
4 pH 7,1 6,5
Sumber: PT.Biosan Mandiri, 2014

Data sampel tersebut merupakan sampel kondisi air limbah yang diperkirakan
menampung beban air limbah domestik maupun air limbah dari industri kerupuk
yang ada di sekitar lokasi.

Dari hasil sampel tersebut, diprediksi bahwa IPAL Komunal tersebut tidak
bekerja optimal, hal tersebut diketahui dari parameter yang tidak sesuai dengan
rencana effluent IPAL Komunal sistem DEWATS dan Standard Baku Mutu Air
Limbah Domestik sesuai dengan Kemen LH nomor 112 tahun 2003. Adapun data
perencanaan awal kualitas effluent IPAL Komunal sistem DEWATS dan Standar
Baku Mutu Air Limbah Domestik Kemen LH nomor 112 tahun 2003 tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3.

Tabel 1.2 Rencana Effluent IPAL Komunal Sistem DEWATS


Influent Effluent
No Parameter Removal
(mg/l) (mg/l)
1 BOD 440-450 80% 40-50
2 COD 790-970 80% 90-100
3 TSS 120-160 80% 20-35
4 pH 6.8-7.2
Sumber: PT.Biosan Mandiri & PT.SUSTI, 2013
3

Tabel 1.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik Kemen LH Nomor 112 Th. 2003
Kadar
No Parameter Satuan
maksimum
1 pH - 6-9
2 BOD mg/l 100
4 TSS mg/l 100
5 Minyak dan Lemak mg/l 10

Efisiensi dari setiap tahap pengolahan menjadi sangat penting agar effluent limbah
domestik maupun limbah industri kerupuk tersebut tidak akan mencemari badan
air. Salah satu cara yang dapat ditempuh agar keberadaaan IPAL Komunal
tersebut tetap dapat digunakan tanpa mengubah sistem yang ada sekarang, adalah
menambah pengolahan pada secondary treatment yang bersifat aerobik dan
phytoremediasi. Hal tersebut perlu dilakukan agar limbah domestik dan limbah
industri kerupuk tersebut dapat terakomodir secara bersamaan dalam IPAL
Komunal.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang timbul dari IPAL Komunal sistem DEWATS Dusun
Karangwetan, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul
tersebut ialah tidak bekerja secara optimal untuk mengakomodir limbah domestik
dan limbah dari industri kerupuk.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka di IPAL Komunal kondisi


existing sekarang adalah perlu ditambahkan pengolahan yang bersifat aerobik dan
phytoremediasi pada tahap secondary treatment, agar dapat mangakomodir
limbah domestik dan limbah kerupuk sehingga tidak menjadi sumber pencemar di
badan air.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji secara
desain dan perencanaan aerobik filter serta Horizontal Gravel Filter (HGF)
4

sebagai pengolahan tambahan pada secondary treatment IPAL Komunal sistem


DEWATS yang ditinjau dari analisa aspek teknis dan analisa aspek ekonomis.

1.4 Manfaat Penelitian.


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan salah satu rekomendasi solusi permasalahan IPAL Komunal
sistem DEWATS di Dusun Karangwetan, Desa Pundungsari, Kecamatan
Semin, Kabupaten Gunung Kidul agar lebih optimal;
b. Memberikan informasi tentang sistem pengolahan limbah skala komunal
dengan teknologi pengolahan limbah sistem DEWATS;
c. Memberikan manfaat untuk mengatasi permasalahan limbah domestik di
Provinsi D.I. Yogyakarta terutama dalam skala komunal dan dapat menjadi
pertimbangan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah


Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian, maka penulisan Tesis ini dibatasi
dalam beberapa hal, antara lain:
a. Penelitian ini dilaksanakan dalam kajian perencanaan, yang meliputi tinjauan
analisa aspek teknis pengolahan aerobik filter dan Horizontal Gravel Filter
(HGF) serta tinjauan analisa aspek ekonomis;
b. Sumber limbah yang diambil berasal dari limbah domestik dan limbah industri
kerupuk di IPAL Komunal Dusun Karangwetan, Desa Pundungsari,
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul;
c. Parameter yang diujikan hanya BOD, COD, TSS dan pH;
d. Sampel air limbah diambil pada inlet dan outlet IPAL Komunal.

1.6 Keaslian Penelitian


Penelitian mengenai perencanaan pengolahan tambahan pada IPAL Komunal
sistem DEWATS yang bersifat aerob dengan aerobik filter dan phytoremediasi
dengan Horizontal Gravel Filter (HGF) belum pernah dilakukan. Dari referensi
5

yang didapatkan, penelitian mengenai perencanaan pengolahan tambahan pada


IPAL agar lebih optimal sudah pernah dilakukan oleh Afif, Oktiawan, Sumiyati
(2011). Penelitian tersebut dilakukan dengan kajian evaluasi IPAL PanjangWetan
dan PanjangBaru di Kota Pekalongan yang mengalami permasalahan. Salah satu
rekomendasi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan desain
dan perencanaan pengolahan tambahan dengan biofiler anaerob dan aerob agar
IPAL tersebut dapat bekerja lebih optimal lagi.

Penelitian lain mengenai kajian pengolahan limbah yang bersifat phytoremediasi


dengan constructed wetlands pernah dilakukan oleh Suswati dan Wibisono
(2013). Kesimpulan dari penelitian tersebut dikatakan bahwa constructed
wetlands merupakan teknologi hijau yang efisien untuk menurunkan kadar
pencemar dalam limbah cair.

Anda mungkin juga menyukai