Anda di halaman 1dari 8

1

MENJAGA KEMANGUNGGALAN TNI BERSAMA RAKYAT GUNA


MENGAWAL NKRI DARI DAMPAK BURUK GLOBALISASI
Oleh:

Tidak terasa usia republik ini sebentar lagi memasuki usia 72 Tahun
demikian pula dengan usia Tentara Nasionalnya, Kemerdekaan yang telah
diraih bangsa ini pada tahun 1945 adalah murni usaha dari laskar-laskar
pejuang rakyat yang tersebar di seluruh wilayah tanah air, merekalah yang
berkorban jiwa dan raga dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan bahkan dari ancaman Belanda yang melakukan agresi ingin
menjajah Indonesia kembali.
Sejarah tersebut menunjukkan bahwa TNI dibentuk dan dibangun
bukan oleh kekuatan politik negara, TNI lahir dari perjuangan rakyat, dan
bukan negara yang melahirkan TNI, tapi perjuangan rakyatlah yang telah
melahirkan dan membesarkan TNI.
Perjuangan rakyat Indonesia jauh sebelum kemerdekaan 17
Agustus disebut sebagai cikal bakal Tentara Republik Indonesia, sehingga
Tidak dapat dipungkiri TNI pada awalnya merupakan organisasi yang
bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian pada tanggal 5
Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) selanjutnya,
kemudian diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), serta
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada masa mempertahankan
kemerdekaan tersebut, banyak rakyat Indonesia membentuk laskar-laskar
perjuangan sendiri atau badan perjuangan rakyat. Dengan wujud
Kemanunggalan pada akhirnya mampu melepaskan NKRI ini dari
belenggu penjajahan.
Bahkan Panglima Besar Jendral Sudirman pernah mengatakan
Tentara bukan merupakan suatu golongan diluar masyarakat, bukan suatu
kasta yang berdiri diatas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih
dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu.
2

Dari situ tersirat makna bahwa TNI adalah rakyat itu sendiri yang sama
sama harus mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga
keselamatan negara ini.
Perkembangan selanjutnya pada era Orde Baru nama itu menjadi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sekaligus sebagai wadah
penyatuan antara TNI dan Polri. Berikut dengan peranan Dwifungsi ABRI-
nya pada saat itu. Stabilitas Nasional ketika itu benar-benar terkendali
meski terkesan sangat otoriter dan sebagai alat mempertahankan
kekuasaan penguasa. Namun fenomena yang ada rakyat merasakan
makna keamanan yang dimainkan oleh ABRI-Polri waktu itu. Rakyat tak
merasa pernah merasa takut dengan ancaman terror bom, maupun
berkembangnya Isu Sara yang konon dilakukan oleh para teroris yang kini
meraja lela di seantero nusantara.
Dengan mengambil tema HUT TNI ke-72 Bersama Rakyat TNI
Kuat, Hebat, Profesional Siap Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkarakter adalah sangat tepat. Hal ini dikarenakan
kemajuan yang pesat di segala bidang yang mengakibatkan berubahnya
ancaman pertahanan negara. Hal ini sesuai dengan Tugas Pokok TNI
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 34 Tahun 2004
tentang TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman non militer. Tugas
TNI ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Perubahan Paradigma Tentang Pertahanan Negara


Fenomena yang berkembang saat ini bahwa bentuk peperangan
sudah memasuki era generasi keempat yang bersifat nonlinier dan
asimetris dengan menggunakan segala sumber daya yang ada untuk
melumpuhkan musuh. Jadi bentuk peperangan generasi keempat bukan
3

semata-mata untuk menghancurkan kekuatan militer pemerintah, tetapi


juga sebagai sarana untuk menunjukkan eksistensi perjuangan kelompok
anti pemerintah, sehingga akan mendapat pengakuan dari masyarakat
Internasional.
Saat ini paradigma tentang pertahanan seolah telah bergeser
seiring arus globalisasi yang telah membawa sumber dan jenis ancaman
baru bagi bangsa-bangsa di dunia. Perubahan sumber ancaman juga
sekaligus menghasilkan paradigma perang masa kini yang meliputi
perang otak, perang selisih keunggulan (brand power), perang informasi,
perang daya cipta dalam percaturan ekonomi, teknologi, ilmu
pengetahuan dan bidang budaya. Menyadari bahwa sumber ancaman
telah berubah, maka TNI AD harus pula segera menyesuaikan dan
mempersiapkan diri menghadapinya dengan cara memiliki daya antisipasi,
membuat perkiraan-perkiraan strategis, dan merubah cara pandang atau
mindset. Terlebih salah satu kemajuan terpesat adalah di bidang Teknologi
Informasi, Kemajuan Teknologi Informasi (TI) membawa dampak yang
sangat luas bagi kehidupan masyarakat saat ini. Yaitu dapat merubah cara
berorganisasi, merubah cara perdagangan antar perusahaan, mengubah
cara pemerintahan dan negara bahkan mengubah cara untuk berperang.
Globalisasi memberi dampak yang luar biasa terhadap kedaulatan
negara dimana penguasaan terhadap suatu negara dengan cara-cara
lama melalui jalan perang secara langsung sudah mulai ditinggalkan
berganti dengan strategi perang secara tidak langsung dengan menguasai
kehidupan secara multidimensi. Tentara dan persenjataan canggih bukan
lagi pemegang monopoli kekerasan terhadap kemanusiaan, tetapi justru
dilakukan perangkat-perangkat sipil yang tidak dibayangkan sebelumnya.
Fenomena-fenomena inilah yang kemudian muncul istilah yang lebih
dikenal dengan sebutan Perang Asimetris.
Perang Asimetris lebih sering disebut sebagai perang generasi
keempat yang merupakan sebuah bentuk perang dengan menggunakan
cara berpikir yang tidak lazim dan diluar aturan peperangan yang berlaku
4

karena berakar dari ketidakmampuannya menghadapi kekuatan musuh


yang lebih kuat. Rod Thornton dalam bukunya Asymmetric Warfare
mengemukakan bahwa Peperangan Asimetris adalah sebuah aksi
kekerasan yang dilakukan oleh si lemah melawan si kuat, dimana si lemah
dapat berupa aktor negara atau aktor non-negara, mencoba untuk
menghasilkan pengaruh yang mendalam disemua level peperangan
dengan mengerahkan keunggulan yang dipunyai dan memanfaatkan
kerawanan-kerawanan dari pihak yang lebih kuat.
Globalisasi dan kemajuan teknologi telah membuka sebuah era
baru dalam peperangan yang melibatkan multi aktor. Indonesia sebagai
negara berdaulat menghadapi berbagai ancaman baik yang berasal dari
luar maupun dari dalam negeri, sadar atau tidak sadar ancaman dari
dalam negeri terus meningkat seiring dengan munculnya aktor-aktor non-
negara yang bertujuan untuk mempersempit ruang gerak pemerintahan,
penyebaran terhadap ajaran-ajaran radikal, eksistensi kelompok, dan
tujuan politik untuk mengganti ideologi negara dengan sebuah ideologi
tertentu.
Ancaman global dan perang asimetris dapat dihadapi oleh negara
manapun, baik dalam posisi sebagai negara kuat menghadapi negara
atau kekuatan lain yang lebih lemah, maupun dalam posisi sebagai
negara lemah dalam menghadapi negara atau kekuatan lain yang lebih
besar. Yang kemungkinan akan sering terjadi adalah suatu negara
menghadapi kekuatan separatis, teroris, dan pengacau keamanan.
Karena itu setiap negara perlu mengantisipasi dan mempersiapkan diri
menghadapinya. Demikian pula dengan TNI AD yang merupakan bagian
integral dari NKRI harus pula menyikapi tantangan tersebut agar selalu
siap dan pada saatnya mampu memberikan solusi bagi permasalahan
bangsa sesuai dengan tugas pokok yang diembannya. Hal ini dapat
dilakukan jika segenap daya dan upaya serta kemampuan yang ada harus
dikonsolidasikan dan diarahkan untuk mampu menjawab segala
tantangan global yang tak mungkin terelakkan.
5

Bahkan baru baru ini Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan


asimetris war dalam bentuk proxy war di Indonesia akan semakin nyata,
salah satu buktinya yakni dengan adanya pergeseran konflik energi
cadangan dunia semakin lama akan semakin habis. Lepasnya Timor
Timur adalah salah satu contoh dampak proxy war. Karena di Celah Timor
ada kandungan minyak luar biasa yang bernama Greater Sunrise. Hal itu
dikatakan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di Surabaya,
Rabu (11/11/2015). Banyak cara dilakukan negara asing untuk menguasai
kekayaan alam Indonesia.
Bahkan ancaman yang harus dihadapi TNI antara lain mengatasi
ekstremisme dan radikalisme. Perkembangan teknologi informasi
mengakibatkan penyebaran (kampanye) radikalisme dan ekstremisme
dengan cepat masuk ke Indonesia. Seperti Fenomena bergabungnya
puluhan orang Indonesia ke organisasi radikal seperti Islamic State in Iraq
and Syria (ISIS), yang menunjukkan bahwa infiltrasi, agitasi dan
propaganda kelompok-kelompok radikal melalui dunia maya sangat
membahayakan.
Oleh karena itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) diharapkan dapat
menjadi garda pertahanan terdepan untuk menghadapi segala bentuk
ancaman militer dan bahu membahu bersama rakyat atau komponen
bangsa lainnya menghadapi ancaman non-militer.

Perkuat Kemanunggalan TNI Dan Rakyat Hadapi Dampak buruk


Globalisasi
Menghadapi dampak buruk globalisasi ini TNI harus menegaskan
jati diri sebagai tentara rakyat. Sebagai tentara rakyat, TNI tidak boleh
melupakan rakyat. TNI tidak boleh menyakiti hati rakyat. TNI tidak boleh
berjarak dengan rakyat serta harus selalu bersama-sama rakyat. Hanya
dengan bersama-sama rakyat, TNI akan kuat dalam menjalankan tugas
pengabdian pada bangsa dan negara. Hanya bersama-sama rakyat, TNI
menjadi kekuatan militer yang hebat, kekuatan militer yang disegani serta
6

kekuatan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Hal tersebut


bermakna bahwa dengan kebersamaan dan kemanunggalan TNI dan
rakyat, dapat diyakini akan menjadi daya tangkal yang maha dahsyat
guna menegakkan kedaulatan dan mempertahankan keutuhan wilayah
NKRI dari segala ancaman yang terjadi.
Perwujudan nyata dari kemanunggalan TNI dan Rakyat Guna
menghambat dampak buruk dari Globalisasi ini adalah:
Mengoptimalkan peran Satuan Komando Kewilayahan dalam
penyelenggaraan Binter (Pembinaan Teritorial), khususnya melalui
kegiatan non fisik dalam rangka membangun ketahanan masyarakat yang
bertujuan agar masyarakat memiliki jiwa yang tangguh dan keuletan
dalam menghadapi setiap kondisi maupun pengaruh negatif yang
berkembang di wilayah, serta tidak mudah terhasut atau terprovokasi oleh
keadaan lingkungannya.
Melalui binter meningkatkan kepekaan, kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam menangkal potensi ancaman adalah yang sangat
berperan dalam membentuk ketahanan masyarakat di wilayah masing-
masing. Melalui Binter masyarakatlah komponen yang sangat diharapkan
akan dapat menjadi kekuatan yang tangguh dalam rangka menangkal
setiap ancaman dari manapun datangnya. Dalam kaitannya dengan
premis di atas, maka langkah-langkah implementatif melalui Binter yang
dapat dilakukan.
Mengembangkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta
wawasan nasional kepada masyarakat, melalui pendataan potensi sumber
daya manusia; Sosialisasi tentang pembinaan wilayah; serta Penataran
dan pelatihan belanegara. Untuk dapat menciptakan sumber daya
manusia yang tangguh dan tidak rentan menghadapi ancaman dan
pengaruh dari luar khususnya dampak buruk globalisasi, maka sudah
tepatlah peran Binter yang diterapkan Kowil melalui metode-metode binter
yang ada, karena memang sasaran akhir Binter terhadap masyarakat
7

adalah menciptakan kemanunggalan TNI dengan rakyat dalam rangka


tercapainya tugas pokok TNI AD.
Hal ini dilakukan karena TNI menyatakan bahwa binter merupakan
hal penting ketika ancaman perang saat ini bukan ancaman perang
konvensional tetapi lebih pada ancaman non-konvensional termasuk
budaya. Misalnya perang budaya, bahwa TNI harus bersama rakyat
dengan kemanunggalan TNI-Rakyat untuk menangkal setiap ancaman
yang bukan saja berbentuk perang senjata tapi perang lain yang melucuti
rasa nasionalisme. Binter yang dilakukan oleh komando teritorial (koter) di
setiap wilayah di seluruh tanah air dimaksudkan untuk tetap menjaga rasa
nasionalisme, patriotisme, dan kecintaan rakyat terhadap negara.
Penutup
Akhirnya Jargon Bersama Kuat, Hebat, Profesional Siap
Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkarakter
kuat itulah yang dibutuhkan oleh TNI dan bangsa Indonesia saat ini dalam
menangkal efek buruk globalisasi seperti perang non konvensional. TNI
yang kuatsangat diyakini menjadikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang semakin kukuh, sehingga dapat melindungi
seluruh tumpah darah, segenap bangsa dan tanah air. TNI yang kuat tidak
hanya mewujudkan Pertahanan negara yang kuat saja, tetapi juga
melahirkan kekuatan yang sangat luar biasa pada Ketahanan seluruh
komponen bangsa untuk tetap utuh dalam NKRI yang damai, aman,
sentosa dan sejahtera. TNI saat ini perannya tidak hanya sebagai penjaga
negara untuk menghadapi serangan musuh dari luar tetapi juga harus siap
membasmi dan mencegah serangan musuh dari dalam. Musuh dari dalam
ini tidak hanya dalam bentuk pemberontakan tetapi juga berbagai hal yang
bisa melemahkan bangsa sehingga berujung pada kehancuran bangsa.
Malah justru saat ini strategi perang yang dilakukan oleh musuh dari luar
biasanya dengan melakukan pelemahan dari dalam dengan
menghancurkan karakter atau mental bangsa tersebut.
8

TNI sebagai anak kandung rakyat selain melaksanakan tugas


pokoknya sebagai alat Negara dibidang pertahanan dalam menjaga
kedaulatan dan keutuhan NKRI, juga senantiasa ikut merasakan denyut
nadinya rakyat, ikut membantu kesulitan yang dihadapi rakyat, ikut serta
membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Muaranya adalah
terbangun dan semakin mantabnya kemanunggalan TNI dengan rakyat.
Karena kemanunggalan TNI dengan rakyat inilah yang sejatinya menjadi
kekuatan ampuh dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa.
Inilah wujud nyata prajurit TNI yang mencintai dan dicintai rakyat.
Bersama Rakyat TNI Kuat, Hebat, Profesional Siap Mewujudkan
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkarakter... DIRGAHAYU 72
Tahun TNI.

Anda mungkin juga menyukai