Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN SAMPAH GUNA MEWUJUDKAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI KOTA MALANG

A. Latar Belakang
Kota Malang sebagai Ibu Kota terbesar ke dua di Propinsi Jawa Timur
memiliki beban pembangunan sangat berat yang ditanggung oleh pemerintah
Kota. Salah satu beban dampak dari pembangunan Kota Malang yang
sedemikian pesat adalah terjadinya pertambahan penduduk yang semakin pesat
diakibatkan oleh besarnya arus urbanisasi dan pertumbuhan alami (kelahiran)
penduduk kota Malang itu sendiri.
Kota Malang merupakan kawasan strategis yang didukung dengan
berkembangnya industri, pusat perbelanjaan, dan kota pelajar. Perkembangan
tersebut menyebabkan banyaknya investor yang tertarik untuk mengembangkan
usahanya. Permasalahan sampah yang terjadi di Kota Malang adalah semakin
banyaknya sumber-sumber sampah yang bermunculan di Kota Malang,
pembangunan usaha dibidang penginapan, penyedia kebutuhan pokok yang marak
bermunculan. Pengelolaan sampah di Kota Malang antara lain: ditingkat hulu,
kondisi lingkungan sangat memprihatikan yaitu gunungan sampah di sungai
menyebabkan pendangkalan, banjir, penyakit, saluran air buntu dan sampah
banyak yang tercecer dipinggir jalan menganggu arus kendaraan. Di TPS (tempat
pembuangan sementara) terjadi penumpukan sampah karena sampah banyak yang
belum terangkut menyebabkan lingkungan tidak sehat, sarana prasarana mudah
rusak dan sering terjadi kebakaran di TPS. Permasalahan di TPA (tempat
pembuangan akhir) yaitu sampah dibuang begitu saja di TPA dengan sistem open
dumping yaitu cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah
dihamparkan disuatu lokasi dan dibiarkan begitu saja, setelah lokasi penuh dengan
sampah maka ditinggalkan. Teknik open dumping menyebabkan umur TPA
pendek, sering terjadi kebakaran dan menimbulkan masalah pencemaran air
maupun hal lain yang menimbulkan ketidaksehatan lingkungan sekitar.
Kota Malang yang memiliki luas 110,06 kilometer persegi dan jumlah
penduduk tahun 2016 sebesar 857.891, tumbuh menjadi kota terbesar kedua di
Jawa Timur setelah Surabaya, juga menghadapi permasalahan sampah. Salah satu
yang menjadi masalah sampah di Kota Malang adalah keberadaan TPA, yaitu
sebelum adanya TPA Supit Urang dengan luas 15, 3 Ha yang merupakan satu-
satunya TPA yang ada di Kota Malang yang sampai saat ini masih
beroperasional, sebelumnya telah memiliki 4 TPA yang ditutup yaitu TPA
Simpang Majapahit tahun 1988, TPA Pandanwangi tahun 1994, TPA Gadang
Tahun 1994, TPA Lowokdoro Tahun 1994, karena keempat TPA tersebut sistem
yang pengolahan sampah yang dilakukan adalan open dumpingdan pengelolaan
sampah sampah rumah tangga (domestik) yang dilakukan masyarakat pada
kumpul-angkut-buang yaitu dari tong sampah diambil oleh petugas
gerobak/tossa sampah yang merupakan petugas swadaya masyarakat dari RW/RT
untuk dibawa ke TPS dan dari TPS diambil oleh petugas DKP Kota Malang
untuk diangkut dengan truk dibawa ke TPA dan dari TPA hanya dibuang begitu
saja tanpa ada pengolahan sampah, sehingga sampah mengunung di TPA yang
menyebabkan TPA mengalami penumpukan sampah sampai luas lahan TPA yang
ada tidak dapat menampung timbulan sampah yang dibawa oleh truk sampah
DKP Kota Malang.
Dengan adanya pola kumpul-angkut-buang sampah dari sumber
(domestik) ke TPS lalu diangkut ke TPA, sampai kapanpun masalah sampah tidak
akan selesai karena pada akhirnya akan mengalami penumpukan sampah di TPA.
Sedangkan lahan TPA dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun dan seterusnya
terjadi penumpukan sampah merupakan Bom Waktu apabila tidak terdapat
pengurangan sampah dari sumber (domestik) dengan konsep 3R (reduce, Reuse,
Resycle), karena keterbatasan dari lahan TPA itu sendiri. Data Tahun 2017
jumlah sampah yang terangkut ke TPA Supiturang Kelurahan Mulyorejo yang
saat ini masih beroperasi adalah 420 Ton/perhari.
Selain masalah TPA, Sampah di Kota Malang juga mengalami permasalahan
pada pengurangan dan pemilahan sampah yang dari rumah tangga, dimana amanat
Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolahan Sampah dan
Peraturan Daerah (Perda) Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Pengolahan Sampah mengamanatkan bahwa sampah dari rumah tangga harus
terkurangi dan terpilah yaitu :
UU 18 tahun 2008, Pasal 12, menyebutkan :
(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan
cara yang berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
daerah.
Perda Kota Malang 10 Tahun 2010, menyebutkan pasal 17 ayat (1)Pengurangan
sampah meliputi kegiatan :
Pembatasan timbulan sampah;
Pendauran ulang sampah; dan/atau
Pemanfaatan kembali sampah.
dan pasal Pasal 19 ayat (1) yaitukegiatan penanganan sampah meliputi :
a Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari TPS
atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke TPA.
Berdasarkan hal tersebut maka akan dikaji lebih mendalam mengenai
Implementasi Pengelolaan Sampah Guna Mewujudkan Kesehatan Lingkungan Di
Kota Malang.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana
Implementasi Pengelolaan Sampah Guna Mewujudkan Kesehatan Lingkungan Di
Kota Malang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis kemukakan adalah
untuk mengetahui pelaksanaan Implementasi Pengelolaan Sampah Guna
Mewujudkan Kesehatan Lingkungan Di Kota Malang

D. Tinjauan Teori Dan Konsep


Implementasi Kebijakan
Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement.
Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to
providethe means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan
sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu (Webster dalam Wahab (2006:64)).
Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa hakikat utama
implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut
mencakup usaha- usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan
dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Mazmanian dan Sabatier
dalam Widodo (2010:87)).
Dari uraian diatas menurut penulis implementasi kebijakan dipandang
secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana
berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk
menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujan kebijakan atau
program-program.
Peraturan Daerah (Perda)
Perda dibentuk karena ada kewenangan yang dimiliki daerah otonom dan
perintah dari peraturan-undangan yang lebih tinggi. Kewenangan yang dimaksud
adalah kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Pengertian Peraturan Daerah
Menurut Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda)
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.
Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propinsi
maupun di Kabupaten/Kota Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang- Undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan
Perda adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Rancangan Peraturan
Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau
Bupati/Walikota.

Pengertian Sampah
World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.
Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang
tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan
yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran
manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan
sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus
dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Sumber-Sumber Sampah
a. sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah
tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan
sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah
tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
b. sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat
hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. sampah ini berupa
kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
c. sampah yang berasal dari perkantoran
sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,
departemen, perusahaan, dan sebagainya. sampah ini berupa kertas-
kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. umumnya sampah ini bersifat
anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).
d. sampah yang berasal dari jalan raya
sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:
kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-
onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
e. sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari
pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses
produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik,
kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
f. sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,
sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah,
dan sebagainya.
g.

Anda mungkin juga menyukai