TINJAUAN PUSTAKA
Seorang wanita yang hamil harusnya berhenti bekerja diluar rumah. Kesehatan Ibu hamil
dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya, apakah lingkungan
pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar energi fisik dan mental yang
diperlukan dalam bekerja. Sebagai contoh : wanita yang bekerja sebagai radiografer dianjurkan
untuk meninggalkan pekerjaannya beberapa bulan sebelum hamil.
1. Pekerjaan Boleh Dilakukan Ibu Hamil
o Bekerja selama kehamilan tidak dilarang, asalkan tidak ada komplikasi pada kehamilan seperti
mules yang berlebih dan flek darah.
o Pekerjaan yang boleh dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang tidak melibatkan aktivitas fisik
berat dan tidak meningkatkan kelelahan. Baik itu berangkat menuju tempat kerja maupun saat
kerja.
o Di Amerika Serikat, setengah dari total populasi bayi dilahirkan dari Ibu yang bekerja.
o Di Indonesia, Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberikan cuti 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah
melahirkan dan tetap digaji.
o Pegawai swasta memiliki cuti melahirkan yang diatur oleh masing-masing perusahaan. dan masih
diatur pemerintah dalam UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 Pasal 82: "Pekerja perempuan
berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak
dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau
bidan."
2. Pekerjaan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil
o Pekerjaan yang dilarang dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik
berat dan sangat meningkatkan kelelahan.
o Pekerjaan seperti polisi wanita atau tentara wanita harus dipindahkan ke bagian yang tidak
menimbulkan kelelahan.
o Efek samping bekerja dengan aktivitas fisik pernah diteliti oleh Mozurkewich dkk. pada tahun
2000, dengan me-review 29 studi yang melibatkan 160.000 wanita hamil dengan pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas fisik. 20-60% wanita tersebut mengalami kelahiran prematur, janin gagal
tumbuh, dan hipertensi gestasional.
Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu,
janin serta bayi baru lahir. Empat penyebab utama kematian ibu ialah:
1. perdarahan
2. infeksi dan sepsis
3. hipertensi dan preeklamsi/eklamsia
4. persalinan macet (distosia)
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga
penyebab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas. Berikut ini
hanya akan dibahas mengenai tanda-tanda bahaya atau kegawatdaruratan yang terjadi dalam
kehamilan.
2. Hiperemesis Gravidarum
Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung sejak usia
kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada
usia kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil dapat berlanjut sampai usia kehamilan 20-24
minggu.
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual muntah berlebihan dan telah
mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi,
dan menurunnya berat badan sebesar 5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan
hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan
medikamentosa khusus.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk
keperluan energy sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi mmenjadi tiga tingkat
berikut ini.
Hiperemesis gravidarum grade 1 (tingkat pertama)
Muntah berlangsung terus
Makan berkurang
Berat badan menurun
Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah
Nyeri di daerah epigastrium
Tekanan darah turun dan nadi meningkat
Lidah kering
Mata tampak cekung
Hiperemesis gravidarum grade 2 (tingkat kedua)
Penderita tampak lebih lemah
Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor
Tekanan darah turun, nadi meningkat
Berat badan makin menurun
Mata ikterus
Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat
Terjadinya gangguan buang air besar
Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
Napas berbau aseton
Hiperemesis gravidarum grade 3 (tingkat ketiga)
Muntah berkurang
Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik;
keadaan dehidrasi makin jelas
Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sapai koma; komplikasi susunan saraf pusat
(ensefalopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda),
dan perubahan mental.
3. Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut potential danger to
mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan
Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemi kehamilan 3,8% pada trimester I,
13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar
70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan yang lebih
lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena
kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan
gizi.
Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain: pucat, lemah, lesu, pusing dan penglihatan
sering berkunang-kunang. Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, maka angka
Hb kurang dari normal. Adapun ambang batas normal kadar Hb untuk berbagai kelompok adalah
sebagai berikut:
Anak Balita : 11 gram %
Usia Sekolah : 12 gram %
Wanita dewasa : 12 gram %
Laki-laki dewasa : 13 gram %
Ibu hamil dan menyusui eksklusif : 11 gram %
AGB dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia
pada ibu hamil akan menambah risiko: mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat dan
penglihatan sering berkunang-kunang.
Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan AGB dengan
membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak satu tablet
setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan.
Grade Hb Ibu Hamil di Indonesia Menurut WHO, yaitu:
Hbs 11 gr% normal
Hbs 9-10 gr % anemia ringan
Hbs 7-9 gr % anemia sedang
Hbs 5-7 gr % anemia berat
2.2.2 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester II
1. Hipertensi Gravidarum
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi:
a. Hipertensi kronik (tanpa proteinuria dan edema)
b. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia ringan
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Preeklampsia ringan
e. Preeklampsia berat
f. Eklampsia
Penjelasan dari tiap-tiap klasifikasi hipertensi dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel
berikut.
4. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan disebut
sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan antepartum.
Bila menjumpai klien dengan perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu (perdarahan
antepartum),jangan melakukan periksa dalam vagina (PD).
a. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap
saat dalam kehamilan. Plasenta dapat lepas sebagian atau seluruhnya. Bila plasenta yang terlepas
seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis,
atau bisa juga hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas sering disebut rupture sinus
marginalis.
Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta ini dapat mengalir ke luar yaitu pada
solusio plasenta dengan perdarahan keluar. Sedangkan pada solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi, perdarahan tersembunyi di belakang plasenta. Dapat pula terjadi keduaduanyaatau
perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.
b. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada
bagian atas uterus.
Plasenta dapat menutupi seluruh pembukaan jalan lahir yang disebut plasenta previa
totalis, apabila hanya sebagian jalan lahir yang tertutup jaringan plasenta maka disebut plasenta
previa parsialis. Sedangkan apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
disebut plasenta previa marginalis.
Penyebab utama pada perdarahan antepartum adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Selain kedua penyebab utama tersebut, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat juga disebabkan
oleh hal lain. Misalnya rupture uteri atau gangguan pembekuan darah.
Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda yang Diagnosis
ada kadang ada kemungkinan
Gerakan janin berkurang atau
hilang Syok
Nyeri perut hilang timbul atau Uterus tegang/kaku
Solusio plasenta
menetap Gawat janin atau DJ tidak
Perdarahan pervaginam sesudah terdengar
22 minggu
Syok
Perut kembung/cairan bebas
Gerakan janin dan DJJ tidak ada intra abdominal
Perdarahan Kontur uterus abnormal Ruptura uteri
Nyeri perut hebat Abdomen nyeri
Bagian-bagian janin teraba
Denyut nadi ibu cepat
Gerakan janin berkurang atau Cairan ketuban bercampur
hilang mekonium Gawat Janin
DJJ abnormal (<100/menit atau
>180/menit)
Tanda-tanda kehamilan
berhenti
Tinggi fundus uteri
Gerakan janin/DJJ hilang Kematian janin
berkurang
Pembesaran uterus
berkurang
A. Kesimpulan
Kesehatan Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya,
apakah lingkungan pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar energi fisik
dan mental yang diperlukan dalam bekerja.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai dalam kehamilan muda antara lain: perdarahan
pervaginam; hipertensi gravidarum; dan nyeri perut bagian bawah.
Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi pada kehamilan lanjut, diantaranya: perdarahan
pervaginam; sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan;
keluar cairan pervaginam; gerakan janin tidak teraba; serta nyeri perut yang hebat.
B. Saran
Sebagai seorang bidan, kita harus dapat memberikan pengertian yang baik mengenai
pekerjaan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil.
Perlu mengenal dengan baik tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai dalam kehamilan
muda maupun kehamilan lanjut. Hal ini dapat membantu kita untuk memperkecil kemungkinan
kematian, kecacatan, dan trauma persalinan baik pada ibu maupun bayi.
DAFTAR PUSTAKA