Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerjaan Pada Ibu Hamil

Seorang wanita yang hamil harusnya berhenti bekerja diluar rumah. Kesehatan Ibu hamil
dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya, apakah lingkungan
pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar energi fisik dan mental yang
diperlukan dalam bekerja. Sebagai contoh : wanita yang bekerja sebagai radiografer dianjurkan
untuk meninggalkan pekerjaannya beberapa bulan sebelum hamil.
1. Pekerjaan Boleh Dilakukan Ibu Hamil
o Bekerja selama kehamilan tidak dilarang, asalkan tidak ada komplikasi pada kehamilan seperti
mules yang berlebih dan flek darah.
o Pekerjaan yang boleh dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang tidak melibatkan aktivitas fisik
berat dan tidak meningkatkan kelelahan. Baik itu berangkat menuju tempat kerja maupun saat
kerja.
o Di Amerika Serikat, setengah dari total populasi bayi dilahirkan dari Ibu yang bekerja.
o Di Indonesia, Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberikan cuti 1 bulan sebelum dan 2 bulan setelah
melahirkan dan tetap digaji.
o Pegawai swasta memiliki cuti melahirkan yang diatur oleh masing-masing perusahaan. dan masih
diatur pemerintah dalam UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 Pasal 82: "Pekerja perempuan
berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak
dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau
bidan."
2. Pekerjaan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil
o Pekerjaan yang dilarang dilakukan ibu hamil adalah pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik
berat dan sangat meningkatkan kelelahan.
o Pekerjaan seperti polisi wanita atau tentara wanita harus dipindahkan ke bagian yang tidak
menimbulkan kelelahan.
o Efek samping bekerja dengan aktivitas fisik pernah diteliti oleh Mozurkewich dkk. pada tahun
2000, dengan me-review 29 studi yang melibatkan 160.000 wanita hamil dengan pekerjaan yang
membutuhkan aktivitas fisik. 20-60% wanita tersebut mengalami kelahiran prematur, janin gagal
tumbuh, dan hipertensi gestasional.

2.2 Tanda Bahaya dalam Trimester I, II, dan III Kehamilan

Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu,
janin serta bayi baru lahir. Empat penyebab utama kematian ibu ialah:
1. perdarahan
2. infeksi dan sepsis
3. hipertensi dan preeklamsi/eklamsia
4. persalinan macet (distosia)
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga
penyebab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas. Berikut ini
hanya akan dibahas mengenai tanda-tanda bahaya atau kegawatdaruratan yang terjadi dalam
kehamilan.

2.2.1 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester I


1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada hamil muda dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan.
Oleh karena itu, diperlukan analisis dan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan
penyebabnya.
Berikut ini tanda/gejala yang menyertai perdarahan pervaginam serta kemungkinan
diagnosis.
a. Perdarahan ringan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain
bersih
b. Perdarahan berat membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk membasahi pembalut atau kain
bersih
c. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan bila pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules-mules sedikit atau tidak sama sekali, besarnya uterus
sesuai dengan usia kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit seperti pada saat haid. Hal
ini disebabkan oleh penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi.
Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti, tidak disertai mules-
mules.
d. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
kavum uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini
dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya
disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk dalam keadaan
syok.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, demikian pula kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala samar-
samar, sehingga sulit membuat diagnosis.
e. Abortus komplit
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah keluar, ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mulai mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah bila hasil konsepsi yang telah keluar dapat diperiksa apakah
sudah keluar semua dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan
pengobatan secara khusus, hanya apabila ditemukan anemia perlu diberi sulfas ferrosus (tablet
Fe) atau transfusi.
f. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Rasa mules lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
g. Abortus inkomplit
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan yang terjadi pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga dapat
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera atasi syok segera, setelah
keadaan membaik baru dilakukan pengeluaran sisa konsepsi.
h. Abortus mola
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa janin dan ditemukan
jaringan seperti buah anggur. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa millimeter sampai 1 atau 2 sentimeter.

Tabel 2.1: Macam-macam Perdarahan Pervaginam

Perdarahan Servik Uterus Gejala/Tanda Diagnosis


Sesuai
- Kram perut bawah Abortus
dengan usia
- Uterus lunak imminens
gestasi
- Limbung/pingsan
Tertutup - Nyeri perut bawah
Sedikit Kehamilan
Bercak - Nyeri goyang porsio
lebih besar ektopik
hingga - Massa adneksa
dari normal terganggu
sedang - Cairan bebas intra
abdomen
- Sedikit/tanpa nyeri
Lebih kecil
Tertutup/ perut bawah Abortus
dari usia
terbuka - Riwayat eksplusi hasil komplit
gestasi
konsepsi
- Kram atau nyeri perut
bawah Abortus
- Belum terjadi eksplusi insipiens
Sesuai usia hasil konsepsi
kehamilan - Kram atau nyeri perut
Sedang bawah Abortus
hingga Terbuka - Eksplusi sebagian hasil inkomplit
masif atau konsepsi
banyak - Mual/muntah
Lunak dan - Kram perut bawah
lebih besar - Sindroma mirip pre Abortus
dari usia eklampsi mola
gestasi - Tak ada janin, keluar
jaringan seperti anggur

2. Hiperemesis Gravidarum
Sebagian besar kejadian emesis dan hiperemesis gravidarum berlangsung sejak usia
kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada
usia kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil dapat berlanjut sampai usia kehamilan 20-24
minggu.
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual muntah berlebihan dan telah
mengganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi,
dan menurunnya berat badan sebesar 5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan
hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan
medikamentosa khusus.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk
keperluan energy sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi mmenjadi tiga tingkat
berikut ini.
Hiperemesis gravidarum grade 1 (tingkat pertama)
Muntah berlangsung terus
Makan berkurang
Berat badan menurun
Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah
Nyeri di daerah epigastrium
Tekanan darah turun dan nadi meningkat
Lidah kering
Mata tampak cekung
Hiperemesis gravidarum grade 2 (tingkat kedua)
Penderita tampak lebih lemah
Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor
Tekanan darah turun, nadi meningkat
Berat badan makin menurun
Mata ikterus
Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat
Terjadinya gangguan buang air besar
Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
Napas berbau aseton
Hiperemesis gravidarum grade 3 (tingkat ketiga)
Muntah berkurang
Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik;
keadaan dehidrasi makin jelas
Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sapai koma; komplikasi susunan saraf pusat
(ensefalopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda),
dan perubahan mental.
3. Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut potential danger to
mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan
Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemi kehamilan 3,8% pada trimester I,
13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar
70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan yang lebih
lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena
kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan
gizi.
Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain: pucat, lemah, lesu, pusing dan penglihatan
sering berkunang-kunang. Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah, maka angka
Hb kurang dari normal. Adapun ambang batas normal kadar Hb untuk berbagai kelompok adalah
sebagai berikut:
Anak Balita : 11 gram %
Usia Sekolah : 12 gram %
Wanita dewasa : 12 gram %
Laki-laki dewasa : 13 gram %
Ibu hamil dan menyusui eksklusif : 11 gram %

Sumber: WHO, 1986. Temu Nasional Anemia 1983.

AGB dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia
pada ibu hamil akan menambah risiko: mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat dan
penglihatan sering berkunang-kunang.
Departemen Kesehatan telah melaksanakan program penanggulangan AGB dengan
membagikan tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak satu tablet
setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan.
Grade Hb Ibu Hamil di Indonesia Menurut WHO, yaitu:
Hbs 11 gr% normal
Hbs 9-10 gr % anemia ringan
Hbs 7-9 gr % anemia sedang
Hbs 5-7 gr % anemia berat
2.2.2 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester II
1. Hipertensi Gravidarum
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi:
a. Hipertensi kronik (tanpa proteinuria dan edema)
b. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia ringan
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Preeklampsia ringan
e. Preeklampsia berat
f. Eklampsia
Penjelasan dari tiap-tiap klasifikasi hipertensi dalam kehamilan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.2: Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

Gejala dan Tanda yang Selalu Gejala dan Tanda


Diagnosis
Ada yang Kadang-
Kemungkinan
kadang Ada
Tekanan diastolic > 90 mmHg
Tidak ada Hipertensi kronik
pada kehamilan < 20 minggu
Tekanan diastolic 90 110
Hipertensi kronik
mmHg pada kehamilan < 20
Tidak ada dengan superimposed
minggu
preeklampsia ringan
Proteinuria (+2)
Tekanan diastolic 90 110
mmHg (2 pengukuran berjarak 4
Hipertensi dalam
jam) pada kehamilan > 20 Tidak ada
kehamilan
minggu
Proteinuria (-)
Tekanan diastolic 90 110
mmHg (2 pengukuran berjarak 4
jam) pada kehamilan > 20 Tidak ada Preeklampsia ringan
minggu
Proteinuria (+2)
Nyeri kepala (tidak
Tekanan diastolic 110 mmHg hilang dengan
pada kehamilan > 20 minggu analgetika biasa) Preeklampsia berat
Proteinuria (+3) Penglihatan kabur
Oliguria (< 400ml/24
jam)
Nyeri abdomen atas
(epigastrium)
Edema paru
Kejang
Koma
Tekanan diastolic 90 mmHg
Sama seperti Eklampsia
pada kehamilan > 20 minggu
preeklampsia berat
Proteinuria (+2)

2. Nyeri Perut Bagian Bawah


Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang kemungkinan merupakan gejala utama
pada kehamilan ektopik atau abortus, dapat juga disebabkan oleh sebab lain.
Nyeri perut bagian bawah dapat ditemukan pada Apendisitis, Peritonitis, Kista ovarium,
Sistitis, Pielonefritis akut, Peritonitis. Pada keadaan-keadaan tersebut, nyeri perut mungkin
disertai dengan berbagai gejala dan tanda, seperti di bawah ini.
a. Kista ovarium
+ Nyeri perut
+ Tumor adneksa pada periksa dalam
+ Massa tumor di perut bawah
+ Perdarahan vaginal ringan
b. Apendisitis
+ Nyeri perut bawah
+ Demam
+ Nyeri lepas
+ Perut membengkak
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Ileus paralitik
+ Lekositosis
c. Sistitis
+ Disuria
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+ Nyeri retro/suprapubik
d. Pielonefritis akut
+ Disuria
+ Demam tinggi/menggigil
+ Sering berkemih
+ Nyeri perut
+ Nyeri retro/suprapubik
+ Nyeri pinggang
+ Sakit di dada
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
e. Peritonitis
+ Demam
+ Nyeri perut bawah
+ Bising usus (-)
+ Nyeri lepas
+ Perut kembung
+ Anoreksia
+ Mual/muntah
+ Syok

4. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan disebut
sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau perdarahan antepartum.
Bila menjumpai klien dengan perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu (perdarahan
antepartum),jangan melakukan periksa dalam vagina (PD).
a. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap
saat dalam kehamilan. Plasenta dapat lepas sebagian atau seluruhnya. Bila plasenta yang terlepas
seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis,
atau bisa juga hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas sering disebut rupture sinus
marginalis.
Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta ini dapat mengalir ke luar yaitu pada
solusio plasenta dengan perdarahan keluar. Sedangkan pada solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi, perdarahan tersembunyi di belakang plasenta. Dapat pula terjadi keduaduanyaatau
perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.
b. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada
bagian atas uterus.
Plasenta dapat menutupi seluruh pembukaan jalan lahir yang disebut plasenta previa
totalis, apabila hanya sebagian jalan lahir yang tertutup jaringan plasenta maka disebut plasenta
previa parsialis. Sedangkan apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
disebut plasenta previa marginalis.
Penyebab utama pada perdarahan antepartum adalah solusio plasenta dan plasenta previa.
Selain kedua penyebab utama tersebut, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat juga disebabkan
oleh hal lain. Misalnya rupture uteri atau gangguan pembekuan darah.

Tabel 2.3: Macam-macam Perdarahan Pervaginam

Gejala dan tanda


Faktor predisposisi Penyulit lain Diagnosis
utama
Perdarahan tanpa nyeri, Syok
usia gestasi >22 minggu Perdarahan setelah
Darah segar atau koitus
kehitaman dengan Tidak ada kontraksi
bekuan uterus
Grande multipare Plasenta previa
Perdarahan dapat terjadi Bagian terendah janin
setelah miksi atau tidak masuk pintu atas
defekasi, aktivitas fisik, panggul
kontraksi Braxton Hicks Kondisi janin normal
atau koitus atau terjadi gawat janin
Perdarahan dengan nyeri Hipertensi Syok yang tidak sesuai
intermiten atau menetap Versi luar dengan jumlah darah
Warna darah kehitaman Trauma abdomen yang keluar (tipe Solusio plasenta
dan cair, tetapi mungkin Polihidramnion tersembunyi)
ada bekuan jika solusio Gemelli Anemia berat
relatif baru Defisiensi gizi Melemah atau hilangnya
Jika ostium terbuka, gerakan janin
terjadi perdarahan Gawat janin atau
berwarna merah segar. hilangnya denyut jantung
janin
Uterus tegang dan nyeri
Syok atau takhikardia
Perdarahan intra Adanya cairan bebas
abdominal dan atau Riwayat seksio sesarea intraabdominal
vaginal Partus lama atau kasep Hilangnya gerak dan
Nyeri hebat sebelum Disproporsi kepala / denyut jantung janin
perdarahan dan syok, fetopelvik Bentuk uterus abnormal Ruptura uteri
yang kemudian hilang Kelainan atau konturnya tidak
setelah terjadi regangan letak/presentasi jelas
hebat pada perut bawah Persalianan traumatik Nyeri raba/tekan dinding
(kondisi ini tidak khas) perut dan bagian-bagian
janin mudah dipalpasi
Perdarahan berwarna
merah sega
Uji pembekuan darah
tidak menunjukkan Perdarahan gusi
Solusio plasenta
adanya bekuan darah Gambaran memar bawah Gangguan
Janin mati dalam rahim
setelah 7 menit kulit pembekuan
Eklampsia
Rendahnya factor Perdarahan dari tempat darah
Emboli air ketuban
pembekuan darah, suntikan dan jarum infus
fibrinogen, trombosit,
fragmentasi sel darah
merah

2.2.3 Tanda-tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III


1. Sakit Kepala yang Hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Sakit kepala, penglihatan kabur, bengak di wajah dan jari tangan sering berhubungan dengan
preeklampsia dan eklampsia. Gejala dan tanda tersebut disertai dengan kejang serta kehilangan
kesadaran. Keadaan lain yang dapat menyebabkan kejang antara lain epilepsi, malaria, trauma
kepala, meningitis, ensefalitis. Nyeri kepala dan penglihatan kabur serta muntah dapat terjadi
pada migrain.

2. Keluar Cairan Pervaginam


Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan kemungkinan mulainya
persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa mucus bercampur darah (blood show) dan
mungkin disertai mules, kemungkinan persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran
berupa cairan, perlu diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Untuk menegakkan
diagnosis KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan ketuban.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk melihat dari mana asal cairan,
kemudian pemeriksaan reaksi pH basa.

3. Gerakan Janin Tidak Teraba


Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau
selama persalinan, maka perlu waspada terhadap kemungkinan gawat janin atau bahkan
kematian janin dalam uterus.
Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat juga terjadi pada solusio plasenta dan
rupture uteri.
Menurut Sadovsky (1979), jumlah rata-rata pergerakan fetus perminggu adalah 50 sampai
950 gerakan . Variasi hariannya yang paling rendah adalah 4 10 per 12 jam pada kehamilan
normal.

Tabel 2.4: Diagnosis Kemungkinan Janin Tidak Teraba

Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda yang Diagnosis
ada kadang ada kemungkinan
Gerakan janin berkurang atau
hilang Syok
Nyeri perut hilang timbul atau Uterus tegang/kaku
Solusio plasenta
menetap Gawat janin atau DJ tidak
Perdarahan pervaginam sesudah terdengar
22 minggu
Syok
Perut kembung/cairan bebas
Gerakan janin dan DJJ tidak ada intra abdominal
Perdarahan Kontur uterus abnormal Ruptura uteri
Nyeri perut hebat Abdomen nyeri
Bagian-bagian janin teraba
Denyut nadi ibu cepat
Gerakan janin berkurang atau Cairan ketuban bercampur
hilang mekonium Gawat Janin
DJJ abnormal (<100/menit atau
>180/menit)
Tanda-tanda kehamilan
berhenti
Tinggi fundus uteri
Gerakan janin/DJJ hilang Kematian janin
berkurang
Pembesaran uterus
berkurang

4. Nyeri Perut Yang Hebat


Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa nyeri perut kemungkinan merupakan tanda
kemungkinan Persalinan preterm, Rupture uteri, Solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi
pada rupture uteri (nyeri dapat berkurang setelah rupture terjadi) disertai dengan syok,
perdarahan intraabdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang abnormal, serta gawat janin
atau DJJ tidak ada.

5. Ditambahkan Semua Kemungkinan pada Kehamilan Trimester ke-2


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat tergantung pada jenis pekerjaannya,
apakah lingkungan pekerjaan mengancam kehamilan atau tidak, dan seberapa besar energi fisik
dan mental yang diperlukan dalam bekerja.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai dalam kehamilan muda antara lain: perdarahan
pervaginam; hipertensi gravidarum; dan nyeri perut bagian bawah.
Tanda-tanda dini bahaya/komplikasi pada kehamilan lanjut, diantaranya: perdarahan
pervaginam; sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari-jari tangan;
keluar cairan pervaginam; gerakan janin tidak teraba; serta nyeri perut yang hebat.

B. Saran
Sebagai seorang bidan, kita harus dapat memberikan pengertian yang baik mengenai
pekerjaan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil.
Perlu mengenal dengan baik tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai dalam kehamilan
muda maupun kehamilan lanjut. Hal ini dapat membantu kita untuk memperkecil kemungkinan
kematian, kecacatan, dan trauma persalinan baik pada ibu maupun bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC.


Depkes RI. 2001. Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan Persalinan dan Nifas. Jakarta.
Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Sari, Reni Wulan. 2008. Dangerous Junk Food. Jakarta: Niaga Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai