Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) merupakan makanan yang

dikenalkan dan diberikan kepada bayi usia 6 bulan setelah menjalani

program ASI eksklusif. Program terbaik bagi bayi selama masa 6 bulan

adalah pemberian ASI eksklusif, baru setelah itu diberikan MP-ASI. MP-ASI

juga begitu penting untuk bayi. Dimana MP-ASI membantu bayi untuk lebih

tanggap terhadap makanan yang harus dikonsumsi. dari makanan itulah si

bayi akan memperoleh sumber gizi seimbang untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. sumber zat gizi penting yang dibutuhkan bayi dalam MP-

ASI adalah karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan beberapa makanan

bermineral ( Anditia, 2015 ).

Seiring dengan perkembangannya, maka makanan pendamping ASI

perlu diberikan kepada bayi. MP-ASI dapat membantu perkembangan bayi,

tetapi pemberian secara dini akan mengganggu kesehatan bayi pertambahan

berat badan dan panjang badan bayi akan terhambat. Lebih dari 50% Ibu di

Indonesia sudah memberikan MP-ASI kepada bayinya kurang dari umur 1

bulan. Bahkan, ada yang sudah memberikan makanan padat ketika bayi

memasuki umur 2-3 bulan. dampak negatif pemberian MP-ASI lebih bayak

dirasakan bayi parsial dari pada bayi pre dominan. dampak negatifnya

berupa diare, pilek, dan panas kondisi ini disebabkan oleh MP-ASI yang

diberikan tidak terjaga kebersihannya dengan baik ( Anditia, 2015 ).

1
Angka kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting

dalam menetukan tingkat kesehatan Masyarakat. baik pada tatanan provinsi

maupun nasional. Hasil survey Demografi kesehatan Indonesia ( SDKI )

tahun 2007 melaporkan AKB di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran

hidup. Kendati terus mengalami penuruan, AKB di Indonesia masih jauh lebih

tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, AKB

disingapura yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup, Brunei Darusalam 8 per 1.000

,Malaysia 10 per 1.000 ( Rudy Haryono, 2015)

MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak, mulai dari

MP-ASI bentuk lumat, lembek sampai anak menjadi terbiasa dengan

makanan keluarga. MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan

keanekaragaman pangan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro.

Berdasarkan komposisi bahan MP-ASI dikelompokan menjadi dua yaitu: MP-

ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, seperti lauk hewani, lauk

nabati, sayur dan buah. Sedangkan MP-ASI sederhana terdiri dari makanan

pokok yaitu, lauk hewani atau nabati dengan sayuran atau buah ( Depkes,

2014).

Kematian Bayi bisa diturunkan dengan pemberian ASI Ekslusif. hasil

penelitian “Story dan Parish dalam Wstiwidani (2011) menyatakan bahwa

secara signifikasi ASI menurunkan insiden diare dan infeksi saluran

pernafasan“. demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh “Afrieen

et.al dalam Estiwdani” (2011) yang mengungkapkan bahwa pemberian ASI

Ekskusif pada beberapa bulan pertama dapat menrunkan resiko kematian

akibat diare sebesar 3,9 kali dan kematian akibat infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) . sebesar 2,4 kali” ( Betran et al. 2012).

2
Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Pada Tahun 2016 jumlah bayi 60.715

bayi. Yang mendapat MP-ASI 1.119 bayi. Dan di Tahun 2017 jumlah bayi

60.715 bayi yang mendapat MP-ASI 2.476 bayi (DinKes Prov.

Sulteng,2017). Di Kota Palu pada Tahun 2016 tercatat jumlah bayi 4.546 bayi

yang mendapat MP-ASI 75 bayi . Pada Tahun 2017 tercatat jumlah bayi

4.546 bayi dengan yang mendapat MP-ASI 148 bayi .( DinKes Kota Palu,

2017). Sesuai data yang diperoleh dari Puskesmas Singgani jumlah bayi

bulan Januari sampai November 2017 sebanyak 729 bayi . yang mendapat

MP-ASI yang dibawah umur 6 bulan sebanyak 145 bayi (PKM Singgani,

2017).

Berdasarkan data dari Puskesmas Singgani Pengetahuan dan Sikap Ibu

Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI masih kurang, hal ini

ditunjukan dengan hasil wawancara terhadap 5 Ibu yang mempunyai Bayi

dan hasilnya hanya 3 orang yang mengetahui tentang MP-ASI.

Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dilakukan penelitian tentang

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI

di Puskesmas Singgani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Makanan

Pendamping ASI Di Puskesmas Singgani.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan pada Latar Belakang maka yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah Ada

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian

Makanan Pendamping ASI di Puskesmas Singgani ?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap Ibu dengan

Pemberian Makanan Pendamping ASI

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisa pengetahuan dengan pemberian makanan

pendamping ASI .

b. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan pemberian

Makanan Pendamping ASI .

D. Manfaat Peneltian

1. Bagi Puskesmas Singgani

Sebagaimana bahan masukan untuk meningkatkan mutu dalam

pelayanan kesehatan khususnya pada ibu-ibu yang mempunyai

bayi untuk dapat mengerti tentang Pemberian Makanan

Pendamping ASI yang tepat.

2. Bagi Akademi Kebidanan Palu

Dapat dijadikan referensi berupa bacaan diperpustakaan

khususnya mengenai Pemberian Makanan Pendamping ASI

pada bayi.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian Makanan

4
Pendamping ASI pada Bayi, dan dapat menjadi bahan referensi

untuk pengembangan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI )

1. Pengertian

Makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi usia

6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain yang didapatkan

dari ASI. Pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) mulai

dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan. MP-ASI dapat berupa bubur

tim,sari buah, biscuit. Pemberian MP-ASI baik jenis porsi, dan

frekuensinya tergantung dari usia dan kemampuan bayi ( Proverawati

dan Asfuah, 2009 )

Perkembangan pencernaan bayi usia 6 bulan ke atas sudah lebih

baik dan lebih siap untuk menerima berbagai jenis makanan

tambahan , jadi, bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI

( MP-ASI ). Pemberian makanan padat pertama ini harus

memperhatikan kesiapan bayi, anatara lain, keterampilan

motorik,keterampilan mengecap dan mengunyah, dan penerimaan

terhadap rasa dan bau. Makanya, pemberian makanan padat

pertama perlu dilakukan secara bertahap ( syafrudin, dkk, 2012).

Ciri-ciri bahwa bayi siap utuk menerima makanan padat :

a. Bayi sudah dapat menyangga kepala dengan baik.

b. Bayi sudah tidak menjulurkan lidah.

5
c. Bayi mampu menunjukan keinginannya pada makanan dengan

cara membuka mulut, memajuan anggota tubuhnya kedepan

untuk menunjukan rasa lapar, dan menarik tubuh kebelakang atau

membuang muka untuk menunjukan ketertarikan pada makanan.

d. Mulai tumbuhnya gigi, dapat duduk, menjangkau barang yang

didapatnya dan memasukan sesuatu kedalam mulutnya

2. Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Salah satu latar belakang dilakukannya pemberian MP-ASI, antara

lain dengan pertimbangan bahwa dengan semakin bertambah umur,

kebutuhan bayi atau anak pada zat gizi juga semakin meningkat.

Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat gizi. Pemberian

makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana

bayi diajarkan cara mengunyah dan menelan dan membiasakan

selera-selera bayi.

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah melengkapi

zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi, yang semakin

meningkat sejalan dengan pertambahan umur anak. Dan memenuhi

kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup,

memelihara kesehatan, dan aktifitas sehari-hari ( Proverawati, 2012 ).

3. Alasan Pemberian MP ASI mulai Usia 6 Bulan

Alasan pemberian MP ASI mulai 6 bulan ( Syafrudin, dkk, 2012).

a. Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4-6

bulan ke atas, system pencernaannya sudah relative sempurna

dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein

6
epeti asam lambung, pepsin,lipae,enzim amylase, dan sebagainya

akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.

b. Hilangnya refleks menjulurkan lidah pada usia 4-6 bulan .

c. Kematangan mekanisme menelan

d. Kemampuan bayi untuk duduk.

e. Pertumbuhn gigi geligi.

f. Kemampua bayi untuk meniru pengasuhnya.

g. Memberikan perlindungan terbesar dari berbagai penyakit . Hal ini

disebabkan bayi <6 bulan belum sempurna .pemberian MP-ASI

dini sama dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai

jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan dengan higienis . Hasil

riset terakhir dari penelitian di Indonesia bahwa bayi yang

mendapatkan MP-ASI sebelum ia berumur 6 bulan , lebih banyak

terserag diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibanding bayi

yang hanya mendapatkan ASI ekslusif .

h. Mengurangi resiko terkena alergi pada makanan .

4. Macam-macam Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI yang baik adalah terbuat dari

makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati

ayam, ikan , sayur, dan buah-buahan Jenis-jenis MP-ASI yang dapat

diberikan adalah ( Proverawati dan Asfuah, 2009 ).

a. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring

tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan

7
lumat halus, contoh : bubur susu, bubur sumsum, piang saring /

papaya saring, tomat saring, nasi tim saring , dan lain-lain.

b. Makanan Lunak adalah makanan yang dimasakan dengan

banyak air dan tampak berair , contoh : bubur nasi, bubur

ayam,nasi tim,kentang puri,dan lain-lain .

c. Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak berair dan

biasanya disebut makanan keluarga , contoh : lontong, nasi tim ,

kentang rebus, dan lain-lain.

5. Cara Pengelolaan Makanan Bayi

Persyaratan Makanan bayi harus memenuhi persyaratan

(Sulistyoningsih, 2013), yaitu:

a. Kebutuhan zat-zat makanan harus terpenuhi secara adekuat,

yaitu tidak berlebihan atau kekurangan.

b. Mudah diterima dan dicerna.

c. Jenis makanan dan pemberian sesuai kebiasaan pemberian

makanan yang sehat.

d. Terjamin kebersihannya dan terbebas dari penyakit.

e. Susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% protein, 25-35%

dari lemak, 50-60% dari karbohidrat).

6. Jadwal pemberian makanan

Tabel 1.1 : Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi

Umur (bulan) Makanan Jumlah sehari

0 – 6 bulan ASI saja Sesuka bayi

6–7 ASI Sekehendak

8
Umur (bulan) Makanan Jumlah sehari

Bubur nasi lunak 1-2 kali sehari

Bubur; bubur tepung

Beras merah

7-9 ASI Sekehendak

Buah-buahan 3-4 kali sehari

Hati ayam atau kacang-

kacangan

Beras merah atau ubi

Sayuran

9-12 ASI Sekehendak

Buah-buahan 4-6 kali sehari

Bubur/ roti

Daging/kacang-

kacangan/ayam/ikan

Beras

merah/kentang/labu/jagung

Diatas 12 ASI Sekehendak

Makanan seperti orang 4-5 kali sehari

dewasa, termasuk telur dan

kuning telurnya,jeruk

9
Tabel 1.2 : Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi

Mulai menyusui Dalam waktu 30 – 60 menit setelah melahirkan

Menyusui eksklusif Umur 0 -6 bulan pertama

Makanan tambahan Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6

atau makanan bulan(umur yang tepat bervariasi atau bila bayi

pendamping ASI (MP- menunjukkan kesiapan neorologis atau

ASI) neoromuskuler)

Berikan makan Pada semua bayi yang telah berumur 6-9

tambahan /MP-ASI bulan

Teruskan pemberian Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih

( Hayati dan Sulistyaningsih, 2011 )

7. Dampak Pemberian MPASI Terlalu dini

Dampak Pemberan MP-ASI terlalu dini ( Anhari,dkk 2013).

a. Risiko Jangka Pendek

1. Pengenalan makanan selain ASI kepada bayi akan

menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang

akan merupakan resiko untuk terjadinya penurunan produksi

ASI .

2. Pengenalan sereal dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga

menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.

3. Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak

sebersih ASI.

10
4. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering

encer,buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah

dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung

penuh, tetapi memberikan nutrient lebih sedikit dari pada ASI

sehingga kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi.

5. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit,

sehingga resiko infeksi meningkat.

b. Resiko Jangka Panjang

1. Obesitas

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama

dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.

Konsekuensi pada usia selanjutnya adalah terjadi kelebihan

berat badan ataupun kebiasaan makanan yang tidak sehat.

2. Hipertensi

Kandungan natrium dalam ASI cukup rendah


𝑚𝑔
(± 15 𝑚𝑙). Namun, makanan dari diet bayi dapat meningkat
100

drastic jika makanan telah dikenalkan. konsekuensi

dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang

memudahkan terjadinya gangguan / hipertensi.

3. Arterioklerosis

Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet

yang mengandung tinggi energy dan kaya akan kolestrol serta

lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang tak

rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosclerosis dan

penyakit jantung iskemik.

11
4. Alergi Makanan

Belum matangnya system kekebalan dari usus pada umur

yang dini dapat menyebabkan alergi makanan .manifestasi

alergi secara klinis meliputi gangguan

gastrointestional,dermatologis, dan gangguan pernafasan dan

sampai terjadi syok anafilakti.

8. Penanganan Pemerintah mencegah MP-ASI

Mengidentifikasi pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini

untuk bayi.

1. Identifikai Sederhana

a. Pemberian makanan menurut umur bayi

b. Masalah yang dihadapi selama menyusui

c. Mengamati kondisi bayi.

2. Identifikasi Lengkap

Identifikasi lengkap dilakukan Di fasilitas kesehatan.

B. Konsep Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya ( mata,

hidung , telinga dan sebagainya). dengan sendirnya pada waktu

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

12
pendengaran ( telinga ), indera penglihatan ( mata ) . Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda ( Notoatmodjo, 2012 ) .

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan domain yang

sangat pentingan untuk terbentuknya tindakan seseorang (

syafrudin, 2012 ).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pngetahuan yang termasuk ke dalam domain mempunyai enam

tingkatan ( Notoatmodjo, 2012 ).

a. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali ( recall

) yang telah dipelajari, termasuk hak spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan secara luas.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis ( analysis )

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam kompenen-kompenen yang masih saling

terkait dan masih di dalam satu struktur organisasi tersebut

13
.

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian - bagian kedalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

C. Konsep Umum Tentang Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah juga respons tertutup terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor-faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan .Campbell (1950) mendefinisikan

sangat sederhana, yakni :“ An individual’s attitude issyndrom of

response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini

dikatakan bahwa sikap itu suatu sidrom atau kumpulan gejala

dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari tiga kompenen pokok

Yakni ( Notoatodjo, 2012 )

a. Kepercayaan

14
Kepercayaan atau keyakinan,ide,dan konsep terhadap objek.

artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan

Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap

objek,artinya bagaimana penilaian ( terkandung didalamnya

faktor emosi) orang tersebut.

c. Kecenderungan

Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave ), artinya

sikap adalah merupakan kompenen yang mendahului tindakan

atas perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-

ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka ( tindakan )

3. Tingkatan Sikap Berdasarkan Intensitasnya

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau

menerima stimulus yang diberikan ( objek ).

b. Menanggapi ( responding )

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi .

c. Menghargai ( Valuing )

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons .

d. Bertanggung Jawab ( responsible )

15
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang

telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya.

D. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pikir dalam penelitian pada dasarnya adalah hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian yang dilakukan

Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah variable Pengetahuan

dan Sikap.

Pengetahuan

Pemberian MPASI
Terlalu Dini

sikap

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

a. Ada hubungan pengetahuan Ibu dengan pemberian MP-ASI di

Puskesmas Singgani

b. Ada hubungan Sikap Ibu dengan pemberian MP-ASI di

Puskesmas Singgani.

16
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Survey

analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan

Case Kontrol ialah suatu observasi atau pengukuran terhadap

variabel bebas dan tergantung tidak dilakukan dalam satu waktu

melainkan variabel tergantung (efek) dilakukan pengukuran

terlebih dahulu, menurut kebelakang untuk mengukur variabel

bebas ( faktor resiko ) ( Setiawan.A, 2012 ).

Dalam hal ini yang akan diteliti adalah hubungan

pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian makanan

pendamping ASI di Puskemas Singgani

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskemas Singgani pada bulan

Maret s/d Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

adalah Keseluruhan objek penelitian (

Sulistyaningsih,2012)

17
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mempunyai bayi yang berumur di atas 6 bulan diwilayah kerja

puskemas Singgani.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi ini ( Sulstyaningsih, 2012 ).

Pengambilan sampel yang digunakan pada saat penelitian

adalah sebagai ibu yang mempunyai bayi berumur di atas 6

bulan di wilayah kerja Puskesmas Singgani, menggunakan

pendekatan case control sebanyak 24 ibu yang memberikan

makanan pendamping ASI sebelum berumur 6 bulan.

Penentuan jumlah sampel dapat diperhitungkan

menggunakan rumus Estimasi Proporsi ( Notoatmodjo, 2012 ).

Z1 − a/2 . 𝑝. 𝑞
𝑁=
d2

Keterangan

N = Besar Sampel

Z1a/2 = Tingkat Kepercayaan ( 95% = 1,96 %)

d = Derajat Kesalahan (0,15) atau 15%

p = Proporsi, jika tidak diketahui di anggap

50% = 0,5

q = 1 – p ( 1 – 0,5 )

Z1 − a/2 . 𝑝. 𝑞
𝑁=
d2

18
1,96 x 0,5 x o, 5
𝑛=
0,152

0,49
𝑛=
0,02

n= 24

D. Tekhnik Pengambilan Sampel

Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya sample atau n = 24.

dalam pengambilan sampel menggunakan teknik accidental

sampling . pengambilan sample secara aksidental ( accidental ) ini

dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian ( Sulistyaningsih, 2012).

E. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

a. Variabel Penelitian

1). Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen ( terikat ).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

pengetahuan dan Sikap.

2). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen

(bebas). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

b. Definisi Operasional

19
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan

variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh

variabel yang bersangkutan

a. Pengetahuan

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengetahuan responden tentang makanan pendamping

air susu ibu ( MP-ASI ), tujuan pemberian MP-ASI,

Segala yang sesuai diketahui ibu tentang pemberian

MPASI mulai 6 bulan,macam-macam MP-ASI, hal-hal

yang harus dipertimbangkan dalam pemberian MP-ASI

dan dampak pemberian MP-ASI .

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisien Kuesioner ( wawancara tidak

langsung)

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : jawaban responden ≥ median

jika skor jawaban responden > median

b. Sikap

Adalah respon Ibu dalam pemberian makanan

pendamping air susu ibu.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Skla ukur : Ordinal

20
Hasil ukur : 1. Baik

2. Kurang Baik

c. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Yang dimaksud MP-ASI pada penelitian ini adalah

pemberian makanan selain Air Susu Ibu pada bayi diatas

umur 6 bulan.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Skala ukur :Ordinal

Hasil ukur : 1. MP-ASI sebelum 6 bulan

2. MP-ASI 6 bulan keatas

d. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang didapatkan melalui

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan

penelitian ( Kuesioner ) yang menggunakan Ratting

Scale dengan jumlah 30 Pernyataan . pertanyaan no.1

sampai 10 merupakan pernyataan pengetahuan dan

pernyataan no.11 sampai 20 merupakan pernyataan

mengenai Sikap dan pertanyaan no.20 sampai 30

merupakan pernyataan pemberian MP-ASI .

2. Data Sekunder

21
Data Sekunder diperoleh melalui catatan atau

laporan Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah dan

Puskemas Singgani.

F. Pengelolahan Data

Langkah-langkah pengelolahan data menggunakan

computer (Sulistyaningsih, 2012).

1. Penyunting Data

Hasil wawancara,angket, atau pengamatan dari lapangan

harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner

tersebut. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap,

kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang

melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak

memungkinkan, maka pertanyan yang jawabannya tidak

lengkap tersebut tidak boleh atau dimasukan dalam

pengelolahan “data missing”.

2. Pengkodean (coding)

Setelah semua Kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean,yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Memasukan Data ( cleaning)

22
Apabia semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan

kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

G. Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini melalui 3 tahap yaitu :

1. Median

Median merupakan nilai obervasi yang terletak ditengah-

tengah setelah seri pengamatan diurutkan terlebih dahulu

menurut besar kecilnya (Array Data). Untuk nilai median

terlebih dahulu ditentukan posisi median dengan cara :

𝑛+1
Md =
2

Keterangan :

Md = Median

n= Banyaknya Responden

2. Analisis Univariat

Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proposal

masing-masing variable yang diteliti dengan rumus :

𝑓
p= × 100
𝑛

Keterangan :

P : Presentase

f : Frekuensi

23
n : Jumlah Responden

3. Analisis Bivariate

Analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabl yang

diduga berhubungan atau berkolerasi . Dalam analisis

bivariate ini dilakukan analisis proporsi atau presentase,

dengan membandingkan distribusi siang antara dua

variable yang bersangkutan dan analisis dari uji statitik (

chi-aquare test ).

(Sulistyangsih, 2012).

𝑁(𝑎𝑑 − 𝑏𝑐)2
𝑥2 =
(𝑎 + 𝑏)(𝑐 + 𝑑)(𝑎 + 𝑐)(𝑏 + 𝑑)

𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 :

𝑥2 = X Kuadrat

𝑁 = Jumlah Sample

𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 = frekuensi tiap sample

Berdasarkan hasil pengujian statistik (chi-square) tersebut hipotesis

diterima atau ditolak. H1 diterima dan H0 ditolak apabila hasil uji statistik

menunjukan nilai p<0,05, berarti ada hubungan anatara pengetahuan dan

sikap ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini . tetapi

apabila H1 ditolak dan H0 diterima berarti tidak ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap dengan pemberian makanan pendamping ASI terlalu

dini.

24

Anda mungkin juga menyukai