1. Pengantar
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum, pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan negara;
4. Pengeluaran negara;
5. Penerimaan daerah;
6. Pengeluaran daerah;
7. Kekayaan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara atau
perusahaan daerah;
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaran
tugas pemerintahan dan atau kepentingan umum;
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Sebelum UUKN berlaku terdapat beberapa asas yang digunakan dalam pengelolaan
keuangan negara dan diakui kekuatan berlakunya dalam pengelolaan keuangan negara
selanjutnya. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara yang dimaksud adalah:
1. Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara
disajikan dalam satu dokumen anggaran;
3. Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun tertentu;dan
4. Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya
Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya UUKN terdapat penambahan asas baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut
UUKN yaitu:
1. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
nagara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku;
4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara;
5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah
aas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan untuk melakukan
pemeriksaan keuangan nagara dengan tidak boleh dipangaruhi oleh siapapun
Efisiensi ekonomis.
Anggaran daerah untuk pelayanan publik bisa lebih mudah disesuaikan dengan
preferensi masyarakat setempat dengan tingkat akuntabilitas dan kemauan bayar
yang tinggi.
Peluang meningkatkan penerimaan pajak dari pajak daerah.
Pemerintah daerah bisa menarik pajak dengan basis konsumsi dan aset yang tidak
bisa ditarik oleh pemerintah Pusat.
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah berkaitan dengan transfer
dana dari pusat ke daerah sistem desentralisasi dengan sistem otonomi daerahnya, dana
transfer ke daerah dialokasikan dalam bentuk dana perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil), dana otonomi khusus, dan dana penyesuangan yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
6. Budgeting
Struktur Anggaran
Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang rencana
penerimaan dan pengeluaran untuk suatu kegiatan untuk jangka waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Ada anggaran yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu mulai tanggal
1 Januari dan di tutup pada tanggal 31 Desenber dalam tahun yang bersangkutan, tetapi ada
pula yang dimulai pada tanggal 31 April dan berakhir pada tanggal 31 Maret tahun
berikutnya seperti dalam masa Pemerintahan Orde Baru.
Struktur Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah ( APBD )
Struktur Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah ( APBD ) terdiri dari tiga unsur yaitu :
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Umum Kas
Daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan dalam satu tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh Negara, pendapatan daerah terdiri dari :
- Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah
- Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus
- Lain-Lain pendapatan yang sah terdiri dari hasil penjualan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi,
keuntungan selisih nilai tukar terhadap mata uang asing dan komisi/ptongan
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan hak daerah
barang/jasa oleh daerah
2. Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah yang
dipergunakan oleh daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
wajib adalah yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar
kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah sedangkan
urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan
serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari klasifikasi menurut
urusan pemerintahan dan klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan. Sedangkan
klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan Negara digunakan untuk tujuan
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan terdiri dari pelayanan umum,
ketetiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah dan bantuan sosial.
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, pembiayaan terdiri dari penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, penerimaan pembiayaan terdiri dari SiLPA
tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan Negara
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman serta penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah pembentukan dana cadangan, penyertaan
modal pemerintah daerah, pembayaran pokok utang serta pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran
pembiayaan, jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup deficit anggaran.
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi penerimaan dari sumber
daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya, walaupun memberikan
kontribusi yang lebih kecil terhadap total penerimaananggaran,jumlahnya semakin
meningkat secara signifikan tiap tahunnya. Berbeda dengan sistem penganggaran sebelum
tahun anggaran 2000, pada system penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan
(pinjaman) tidak lagi dianggap sebagai bagian dari penerimaan.
Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis :
o Belanja pegawai,
o Belanja barang,
o Belanja modal,
o Belanja hibah,
o Belanja lainnya.
Pembiayaan
Pembiayaan disini meliputi:
2. Pembiayaan luar negeri, meliputi penarikan pinjaman luar negeri, terdiri atas
pinjaman program dan pinjaman proyek.
3. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh tempo dan
monatorium.
Siklus Anggaran
Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan
RAPBN, antara lain siklus APBN, kondisi ekonomi domestik dan Internasional yang tercermin
dalam asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan pembangunan, parameter
konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, resiko
fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun. Siklus adalah putaran waktu yang
berisi rangkaian kegiatan secara berulang dengan tetap dan teratur. Oleh karena itu, Siklus
APBN dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berawal dari perencanaan dan
penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap dan
teratur setiap tahun anggaran. Secara ringkas, penggambaran siklus APBN disajikan pada
Gambar 1.1
Siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan perencanaan dan penganggaran
APBN. Terkait penyusunan rencana anggaran (kapasitas fiskal), Pemerintah, BPS, Bank
Indonesia mempersiapkan asumsi dasar ekonomi makro yang akan digunakan sebagai acuan
penyusunan kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain itu juga disiapkan konsep pokok-pokok
kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Dalam tahapan ini, terdapat dua kegiatan penting yaitu:
perencanaan kegiatan (Perencanaan) dan perencanaan anggaran (Penganggaran). Dalam
perencanaan, para pemangku kepentingan terutama Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
menjalankan perannya untuk mempersiapkan RKP/RKAKL yang mencerminkan prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan oleh Presiden dan mendapat persetujuan DPR.
Setelah melalui pembahasan antara K/L selaku chief of operation officer (COO)
dengan Menteri Keuangan selaku chief financial officer (CFO) dan Menteri Perencanaan,
dihasilkan Rancangan Undang-Undang APBN yang bersama Nota Keuangan kemudian
disampaikan kepada DPR. Setelah dilakukan pembahasan antara Pemerintah dan DPR,
dengan mempertimbangkan masukan DPD, DPR memberikan persetujuan dan pengesahan
sehingga menjadi Undangundang APBN, di mana tahapan kegiatan ini disebut penetapan
APBN. Pada tahapan selanjutnya, pelaksanaan APBN dilakukan oleh K/L dan Bendahara
Umum Negara dengan mengacu pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebagai alat
pelaksanaan APBN. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan APBN, K/L dan
Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan pencatatan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas
(LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Atas LKPP tersebut, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan, dan LKPP yang telah diaudit oleh BPK tersebut
disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam bentuk rancangan undang-undang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN untuk dibahas dan disetujui.
Di setiap tahapan siklus APBN, terdapat rangkaian aktivitas yang melibatkan masing-
masing pemangku kepentingan pengelolaan APBN. Proses pengelolaan APBN juga dibatasi
oleh jadwal atau time frame yang disepakati bersama oleh Pemerintah dan DPR. Dari setiap
rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh setiap pemangku kepentingan pada setiap jadwal
yang telah ditetapkan tersebut dihasilkan keluaran (output) yang menjadi dasar penetapan
output untuk setiap tahapan berikutnya sehingga menjadi APBN.
Siklus Anggaran
1.Tahap penyusunan dan penetapan.
Pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi
makro kepada Dewan Perwakilan Rakyat (bulan mei)
Pemerintah pusat dan DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran
sebagai acuan bagi Kementrian Lembaga dalam penyusunan anggaran.
Menteri/pimpinan lembaga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian
Lembaga (RKA-KL) dan dibahas dengan DPR, hasilnya disampaikan ke MEnteri Keuangan
sebagai bahan rancangan Undang Undang APBN tahun berikutnya.
Pemerintah pusat menyampaikan RUU APBN dan Nota Keuangan kepada DPR untuk
dibahas (bulan Agustus)
DPR menyetujui RUU APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum Tahun Anggaran
yang bersangkutan berakhir.
2.Tahap pelaksanaan.
Setelah UU APBN ditetapkan, rincian pelaksanaannya dituangkan dalam peraturan
presiden tentang rincian APBN.
Menkeu memberitahu K/L agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran
berdasarkan alokasi dalam peraturan presiden tentang rincian APBN.
Menkeu mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran dan disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur
Jendral Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala kantor wilayah Ditjen
Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa
Pengguna Anggaran
Penanggung jawab kegiatan mengajukan dana dengan menerbitkan Surat
Pemerintah Membayar (SPM) kepada kuasa BUN
Pemerintah menyusun laporan realisasi semester I APBN dan prognosis dan
disampaikan ke DPR selambat-lambatnya akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan.
Jika ada penyesuaian pemerintah pusat mengajukan RUU perubahan APBN
4.Tahap pertanggungjawaban.
Menteri/pimpinan lembaga membuat laporan keuangan : 1.Laporan Realisasi
Anggaran 2. Neraca 3. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan disampaikan ke Menkeu paling lambat 2 bulan setelah TA ybs
berakhir.
Menkeu meyusun rekapitulasi LK dan disampaikan ke presiden
Presiden menyampaikan LK ke BPK untuk diaudit
LK yang diaudit disampaikan presiden ke DPR sebagai RUU pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN
a. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis yang rumit.
Selain memiliki kelebihan, sistem anggaran tradisional juga memiliki kelemahan, yaitu :
b. Hanya memberikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan, bukan hasil dari
kegiatan tersebut.
b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja dan bukan pada aspek pengawasan.
c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan output.
b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang menanggung
dampak dari setiap keputusan.
ZBB adalah sistem anggaran yang mengasumsikan bahwa kegiatan pada tahun
anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan anggaran
yang lalu. Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu didasarkan pada kegiatan di masa
yang lalu tetapi anggaran harus diciptakan dari sesuatu yang sedang atau akan dilakukan.
Setiap kegiatan harus dapat diformulasikan ke dalam paket keputusan (decision package).
d. Alokasi dana.
Karakteristik ZBB :
Kelebihan ZBB:
c. Setiap program/kegiatan selalu di-review setiap tahun (minimal lima tahun sekali).
Kelemahan :
a. Sulit diterapkan karena tidak semua kegiatan dapat disusun rangking keputusannya
secara konsisten dari tahun ke tahun.
d. Memerlukan data yang lebih banyak dan perlu dukungan analisis yang kuat.
1.Presiden
2.Menteri kuangan
Bertugas menyusun kebijakan fiscal dan kerangka ekonomi makro.
Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN
Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan
Melaksanakan pemungutan pendapat an Negara yang telah ditetapkan dengan UU
Melaksanakan fungsi bendahara umum Negara
Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggung jawaban pelaksanaan
APBN
Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiscal berdasarkan ketentuan
UU
3.Menteri/Pimpinan lembaga
Menyusun rancangan anggaran kementerian Negara atau lembaga yang dipimpinnya
Menyusun dokumen pelaksaan anggaran
Melaksanakan anggaran kementerian Negara/ lembaga yang dipimpinnya
Melaksaan pemungutan penerimaan Negara bukan pajak dan menyetornya ke kas
Negara
Mengelola piutang dan utang Negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
Negara atau lembaga yang dipimpinnya.
Mengelola barang milik/ kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian Negara/ lembaga yang dipimpinnya
Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian Negara/ lembaga
yang dipimpinnya
Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawab nya berdasarkan
ketentuan UU