Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih

dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela

kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada disekelilingnya.

Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting. Salah satu penyakit mata

yang erat kaitannya dengan infeksi pada gigi adalah selulitis.

Selulitis adalah peradangan akut dari rongga orbita dengan gejala kardinal

motilitas terbatas dan malaise umum, penyebab selulitis adalah infeksi bakteri,

infeksi bisa berasal dari sinus, gigi, atau aliran darah, bisa terjadi setelah cedera

pada mata. Selulitis orbita merupakan suatu kondisi serius yang dapat

menyebabkan kebutaan dan dapat menyebar hingga mengakibatkan abses otak.

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior

dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus

sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis.

Selulitis orbita karena infeksi gigi (odontogen) merupakan kasus yang sedikit,

hanya 2-5% dari semua kasus selulitis orbita. Sedangkan sinusitis yang

disebabkan oleh factor odontogen diperkirakan 10-12% dari semua kasus

sinusitis. Sumber infeksi dapat timbul dari semua gigi, terutama pada gigi

premolar dan molar yang terdapat pada maksila.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Selulitis Orbita

Selulitis orbita merupakan suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan

kebutaan dan dapat menyebar hingga mengakibatkan abses otak (1). Selulitis orbita

adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari septum

orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena

sinusitis bakterial akut atau kronis (2).

2.2 Etiologi Selulitis Orbita

Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur, seperti pada selulitis preseptal.

- Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata, khususnya

terkait dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang-kadang terkait

dengan tindakan bedah seperti eviserasi, enukleasi, dan orbitotomi.

- Penyebaran infeksi sekitar, seperti sinusitis, infeksi gigi, trauma okuli,

riwayat operasi, dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan preorbita,

2
tumor orbita atau intraokuler, endoftalmitis, serta struktur intraorbital. Ini

merupakan rute infeksi yang paling sering terjadi.

- Infeksi endogen, ini merupakan infeksi yang jarang terjadi.

Organisme penyebab hampir serupa dengan selulitis preseptal, ditambah

dengan keterlibatan streptococcus pneumoniae (3,4).

Bakteri bakteri yang dapat menyebabkan selulitis orbita, yaitu :

1. Hemophilus Influenzae

2. Staphilococcus Aureus

3. Streptococcus Pneumoniae

4. Streptococcus Pyogenes(5).

2.3 Gejala dan Gambaran Klinis Selulitis Orbita

a. demam, biasanya sampai 38,9oC atau lebih

b. kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri

c. kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu

d. jika mata di gerakkan akan timbul nyeri

e. penglihatan menurun ( karena kelopak mata membengkak menutupi

mata)

f. mata menonjol

g. berasa tidak enak badan

h. gerakkan mata menjadi terbatas (5).

3
2.4 Hubungan Selulitis Orbita dengan Infeksi Gigi (Odontogen)

Selulitis orbita karena infeksi gigi (odontogen) merupakan kasus yang

sedikit, hanya 2-5% dari semua kasus selulitis orbita. Sedangkan sinusitis yang

disebabkan oleh faktor odontogen diperkirakan 10-12% dari semua kasus

sinusitis. Sumber infeksi dapat timbul dari semua gigi, terutama pada gigi

premolar dan molar yang terdapat pada maksila.

Pathogenesis selulitis orbita odontogen adalah melalui tiga rute dasar

penyebaran infeksi yaitu sinus paranasalis, jaringan lunak premaksila, atau

melalui fossa infratemporalis dan fisura orbitalis inferior. Kasus terbanyak adalah

melalui sinus paranasalis.

Puncak gigi molar dan premolar maksila terletak pada dasar sinus

maksilaris, sehingga infeksi pada gigi gigi ini dapat mengakibatkan sinusitis

maksilaris sehingga dasar sinus maksila adalah prosesus aleolaris tempat akar gigi

rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya dipisahkan oleh tulang tipis

dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. infeksi gigi

rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal

mudah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe

yang pada gilirannya akan mengenai jaringan orbita.(9)

Adapun Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari

kerusakan jaringan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh

bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi

patogen. Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa

abses. Gejala sinusitis maksilaris dentogen adalah nyeri dan tekanan,

4
berkurangnya daya penciuman, berkurangnya daya pengecapan, nafas berbau,

batuk, nyeri tenggorokan, lesu, rasa penuh di telinga, dan demam.(10)

Kuman penyebab selulitis orbita odontogen pada umumnya poli microbial,

dengan proliferasi spesies aerob dan anaerob. Hasil kultur terdiri dari kuman

aerob gram positif (S. Aureus dan epidermis, Streptococcus) dan anaerob

(bakteroides) dan beberapa kuman iral pathogen (peptostreptococcus, prevotella,

fusobakterium, dan streptococcus hemolitik)(3).

2.5 Penatalaksanaan Selulitis Orbita

Penatalaksanaan terhadap selulitis orbita meliputi:

1. Rawat inap rumah sakit

Pengawasan dan penilaian oleh ahli mata dan otolaryngological

sangat diperlukan pembentukan abses intrakranial mungkin

memerlukan drainase

2. Terapi antibiotik

a. Melibatkan Ceftazidime 1 g intramuskuler setiap 8 jam dan

oralmetronidazole 500 mg setiap 8 jam untuk bakteri anaerob.

b.Antibiotik intravena dosis tinggi 1,5 g oksasilin dikombinasikan

dengan satu juta unit penicilin G setiap 4 jam

c. Vankomisin intravena adalah alternatif yang berguna jika alergi

penicilin.

5
d.Anak-anak usia sekolah dapat diterapi dengan oksasilin kombinasi

dengan cefuroxime, atau antibiotik ampisilin-sulbaktam. Bayi

sebaiknya diterapi dengan ceftriakson.

3. Dekongestan hidung dan vasokonstriktor dapat membantu drainase

sinus paranasalis.

4. Pemantauan fungsi saraf optik.

5. Intervensi Bedah

Apabila tidak ada perubahan atau respon dari terapi antibiotik,

penurunan penglihatam, orbital atau subperiosteal abses. (6,7,8)

2.5.1 Komplikasi

Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dan

infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus

kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan

saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian. (6)

6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak

posterior dari septum orbita. Penyebab dari selulitis orbitalis pada yaitu karena

infeksi bakteri seperti Haemophilus Influenza, Staphylococcus Aereus,

Streptococcus Pneumoniae dan Streptococcus pyogenes. Selulitis orbita juga

dapat disebabkan oleh infeksi gigi. Sumber infeksi dapat timbul dari semua gigi,

terutama pada gigi premolar dan molar yang terdapat pada maksila.

Penanganan untuk selulitis orbital yaitu dengan terapi antibiotik secara

oral dan apabila dalam kasus yang susah atau sudah parah yaitu dengan antibiotik

secara intravena dan apabila sudah dilakukan terapi antibiotik selama 14 hari dan

tidak ada perubahan maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan pembedahan.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. James, Bruce, dkk. Oftalmologi. Ed 9. Jakarta : Gelora Aksara Pratama,

2005.

2. Onofrey, Bruce E, dkk. Ocular Therapeutics Hanbook A Clinical. USA :

Lipinccot Rapen, 2005

3. Riyanto, Heni, dkk. Orbital Celulitis and Endophthalmitis Associated With

Odontogenic Parasanal Sinusitis. JUrnal Oftalmologi Indonesia.

Vol.7.no,1, 2009.

4. Christian, Micheal. Selulitis Preseptal. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2003

5. Nischel, Ken. Clinical Ophthalmology : a systemic approach. 7Th ed.

China: Elsevier, 2011.

6. Akcay Emine et al,. Preseptal and Orbital Cellulitis. Journal of

Microbiology and Infectious Disease; 2014; 4(3):123-7.

7. Caruso PA et al. Odontogenic Orbital Inflammation: Clinical and CT

Findings-Initial Observation. Radiology. 2006; 239(1):187-94.

8. Decross FC et al. Management of Odontogenic Orbital Cellulitis. Journal

of Medicine and Life. 2011: 4(3): 314-317.

9. Boies LR, Adams GL. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

8
10. Kusuma Ince Tien Ayu Nilam. Jenis Gigi Sebagai Faktor Penyebab
Sinusitis Maksila Ditinjau Secara CT-Scan.[online][cited on July 2017
23th]. Availabl eat:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11857/Skripsi%
20Ince%20Tien%20Ayu%20Nilam%20Kusuma.pdf?sequence=2

Anda mungkin juga menyukai