Anda di halaman 1dari 6

Dampak eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem

Dibandingkan dengan komponen biotik lainnya, manusia merupakanjenis


organisme yang memiliki pengaruh yang kuat di bumi ini. Dengan kemampuannya
untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, manusia memiliki pengaruh besar dalam
memanipulasi ekosistem. Kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
mengubah lingkungan sesuai dengan yang diinginkannya, menyebabkan populasi
manusia meningkat dengan cepat.
Meningkatnya populasi manusia, juga meningkatkan ancaman terhadap
keseimbangan lingkungan. Sikap manusia yang cenderung merusak lingkungan, seperti
membakar hutan, memberantas hama dengan bahan kimia, mengubah berbagai ekosistem
alami menjadi ekosistem buatan, memberikan dampak negatif pada ekosistem. Berikut ini
akan dijelaskan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem akibat eksploitasi berlebihan
oleh manusia.
1. Fragmentasi dan Degradasi Habitat
Meningkatnya populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan
yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia, seperti lahan untuk pertanian,
tempat tinggal, industri, dan lain sebagainya. Penggunaan lahan yang tidak
memperhatikan efek ekologis dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya habitat
alami bagi organisme di lahan tersebut. Fragmentasi habitat misalnya terjadi pada hutan
yang ditebangi atau dirambah, sehingga menyisakan kawasan hutan yang kecil. Selain itu,
pembangunan jalan melintasi hutan juga menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat pada
kawasan hutan. Hutan yang ditebang atau dirambah memberikan dampak antara lain
perubahan pada struktur komunitas hutan dan kematian pohon yang berada di pinggiran
hutan akibat tingginya paparan angin dan cahaya matahari. Pembukaan jalan melintasi
hutan juga memberikan dampak negatif, seperti polusi suara (kebisingan
akibat kendaraan), dan kemungkinan penggunaan lahan di pinggiran jalan untuk berbagai
kebutuhan manusia, seperti pembangunan rumah, kawasan industri, dan area komersil.
Fragmentasi dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti
kematian organisme karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan
menurunnya keanekaragaman spesies pada habitat tersebut.

2. Terganggunya Aliran Energi di Dalam Ekosistem


Ekosistem alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan aliran energi dalam ekosistem tersebut. Contohnya,
ketika proses penebangan atau pembakaran hutan selesai, maka kawasan hutan
kemudian ditanami dengan satu jenis tumbuhan (sistem monokultur). Hal tersebut
menyebabkan aliran energi yang semula bersifat kompleks, yaitu antara berbagai
jenis produsen (pohon-pohon besar dan kecil), konsumen (berbagai macam hewan),
detritivora (jamur, bakteri, dan sebagainya), menjadi aliran energi yang lebih sederhana,
yaitu satu jenis produsen (contohnya padi), beberapa konsumen, dan detrititivor
3. Resistensi Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan pestisida dan antibiotik secara berlebihan untuk membunuh
populasi organisme yang merugikan (hama atau patogen) dapat menyebabkan
munculnya populasi organisme yang kebal terhadap pestisida dan
antibiotik tersebut. Aplikasi pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan terbentuknya
populasi hama yang kebal terhadap pestisida tersebut. Hama yang tidak atau kurang
sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat bertahan dari
penggunaan pestisida tersebut. Pada akhirnya, populasi hama yang bertahan hidup dan
mampu berkembang biak merupakan hama yang kebal (resisten) terhadap pestisida
jenis tersebut.
Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam
dosis yang terlalu tinggi atau frekuensi yang terlalu sering. Populasi spesies patogen
yang dapat bertahan dari dosis antibiotik tersebut akan berkembang biak menghasilkan
populasi spesies patogen yang kebal. Sehingga penggunaan antibiotik dalam dosis
yang sama sudah tidak membunuh populasi spesies patogen yang terbentuk.

4. Hilangnya Spesies Penting di Dalam Ekosistem


Setiap organisme memiliki peran penting di dalam suatu ekosistem. Hilangnya
satu organisme dapat memberikan dampak yang cukup besar di dalam ekosistem.
Contohnya, di dalam ekosistem sawah, hilangnya keberadaan predator seperti burung, ular,
dan sebagainya dapat meningkatkan populasi organisme lain, misalnya tikus yang
memakan padi. Akibatnya, populasi padi akan menurun dan hasil panen akan
berkurang.

5. Introduksi Spesies Asing


Introduksi atau masuknya spesies dari satu ekosistem ke dalam ekosistem
lainnya biasanya bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan manusia.
Contohnya,introduksi tanaman gandum, singkong, dan beberapa
tanaman pertanian lainnya. Namun, introduksi spesies asing juga
dapat merugikan, karena terkadang di dalam ekosistem yang baru, spesies
tersebut tidak memiliki predator alami. Meledaknya populasi tanaman eceng
gondok yang menjadi gulma bagi perairan di sekitar kita, merupakan contoh
introduksi spesies yang merugikan akibat tidak adanya predator alami.
Serangga Neochetine eichhorniae yang merupakan predator tanaman eceng
gondok dan dapat mengendalikan populasi eceng gondok di perairan tidak
hidup di Indonesia.

6. Berkurangnya Sumber Daya Alam Terbaharui


Kayu, tanduk, gading, dan sebagainya merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Sumber daya alam tersebut digolongkan ke dalam sumber daya alam
yang dapat diperbaharui karena berasal dari organisme yang dapat berkembang biak.
Walaupun memiliki sifat dapat diperbaharui, penggunaan dan eksploitasi secara
berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas sumber daya alam tersebut. Contohnya,
penebangan pohon secara liar menyebabkan kayu berkualitas balk semakin berkurang.
Semakin sedikitnya jumlah pohon berkualitas balk menyebabkan pohon-pohon yang
kualitasnya kurang balk dan umurnya belum cukup untuk ditebang juga ikut
tereksploitasi. Hal tersebut menyebabkan kualitas kayu dan tingkat regenerasi semakin
menurun.

7. Terganggunya Daur Materi di Dalam Ekosistem


Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat aktivitas manusia juga akan ikut
meningkat. Meningkatnya aktivitas manusia di dunia bepengaruh terhadap
daur biogeokimia. Sebagai contoh, daur karbon yang terganggu akibat semakin banyaknya
penggunaan bahan bakar. Melimpahnya senyawa CO, yang dihasilkan dari
proses pembakaran dapat memberikan efek buruk, salah satunya adalah pemanasan
global.

C. EKSPLOITASI BERLEBIHAN PADA EKOSISTEM DARAT DAN AKUATIK


1. Ekosistem Darat
Ekosistem darat mencakup seluruh bioma yang terdapat di daratan. Bioma
yang ada di seluruh belahan bumi, yaitu hutan, padang rumput, taiga, tundra,
gurun, dan sebagainya. Eksploitasi berlebihan pada ekosistem darat sebagian
besar terjadi pada ekosistem hutan. Ekosistem hutan, khususnya ekosistem hutan
hujan tropis memiliki keanekaragaman organisme yang tinggi. Di dalamnya,
terdapat berbagai macam organisme yang masing-masing memiliki peran
penting bagi keseimbangan ekosistem. Selain itu, di dalam ekositem hutan terdapat
berbagai macam potensi yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, contohnya
beberapa tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan terdapat di dalam hutan.
Salah satu peran penting keberadaan hutan bagi organisme di bumi, yaitu
keberadaan pohon-pohon dan tumbuhan lain yang dapat menyediakan gas
oksigen bagi organisme di dunia. Sejalan dengan banyaknya manfaat yang
dihasilkan dari ekosistem hutan, maka semakin banyak juga manusia yang
menggunakan sumber daya hutan untuk kesejahteraan hidupnya. Penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya hutan yang berlebihan sehingga menimbulkan dampak
negatif bagi ekosistem tersebut dinamakan over eksploitasi hutan.
Saat ini, semakin banyak manusia yang memanfaatkan sumber daya
hutan secara berlebihan dan tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Penebangan hutan secara acak dalam jumlah besar untuk industri furnitur atau
industri kertas, dan pembakaran hutan untuk area persawahan secara
terus-menerus menyebabkan dampak negatif bagi keseimbangan Iingkungan baik
secara regional maupun global.
Hutan, terutama hutan hujan tropis, merupakan pengkonsumsi karbon dioksida
terbesar karena vegetasinya membutuhkan karbon dioksida untuk melakukan
fotosintesis. Ketika banyak wilayah hutan hilang, ditambah dengan tingginya
buangan gas karbon dioksida dari berbagai aktivitas manusia, maka gas karbon
dioksida akan terakumulasi di atmosfer. Adanya karbon dioksida dalam jumlah
berlebih di atmosfer dapat menimbulkan terjadinya kenaikan suhu udara secara global
sehingga dapat mengubah pola iklim bumi. Salah satu efek dari peningkatan suhu
global adalah mencairnya es di kutub. Bila es mencair, maka permukaan air laut
akan naik yang dapat memengaruhi keseimbangan ekologis di seluruh bumi.
Kebakaran hutan dan penebangan pohon secara dalam jumlah besar
menyebabkan hilangnya habitat makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Akibatnya
banyak organisme yang mati karena tidak adanya tempat untuk bereproduksi dan
hilangnya sumber makanan. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari eksploitasi
ekosistem hutan secara berlebihan adalah hilangnya daerah resapan air. Hutan
merupakan daerah resapan air hujan yang paling besar karena akar pohon-pohon
dan tumbuhan hutan lainnya mampu menyerap dan menyimpan air. Hilangnya
populasi tumbuhan di hutan dan daratan lainnya menyebabkan air hujan yang
jatuh ke tanah tidak terserap, tetapi ikut terbawa bersama tanah menuju perairan atau
disebut dengan peristiwa erosi. Sebagai akibatnya, tanah menjadi tandus dan kering.

2. Ekosistem Akuatik
Tidak hanya ekosistem darat yang dapat mengalami eksploitasi
berlebihan. Ekosistem akuatik seperti laut, sungai, danau, dan perairan lainnya
dapat mengalami hal yang serupa. Eksploitasi sumber daya akuatik dapat
berupa penangkapan organisme laut secara berlebihan. Penangkapan organisme
laut, seperti ikan konsumsi maupun ikan hias, dan pengambilan terumbu karang
dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan di ekosistem laut.
Organisme yang beragam hidup di terumbu karang. Namun, terumbu karang
demikian rapuh terhadap kerusakan karena pertumbuhannya lambat, mudah
terganggu, dan hanya hidup pada perairan yang dangkal, hangat, dan bersih.
Terumbu karang hanya dapat hidup pada perairan dengan suhu 18 30C.
Kenaikan suhu sebesar 1C dari batas maksimum dapat menyebabkan
kerusakan terumbu karang. Rusaknya terumbu karang akan menyebabkan
hilangnya tempat tinggal bagi organisme yang ada pada ekosistem terumbu
karang.
Ancaman lain yang dapat mengganggu ekosistem perairan adalah penggunaan
ekosistem perairan sebagai daerah wisata. Penetapan daerah wisata perairan dapat
dikatakan sebagai eksploitasi karena apabila daerah wisata tersebut tidak
dikelola dengan balk maka akan mengganggu keberadaan organisme yang ada di
ekosistem tersebut. Sebagai contoh, daerah wisata pantai di Bali atau wilayah
Jakarta bagian utara yang ekosistem alaminya telah terganggu oleh aktivitas
manusia yang berlebihan. Kedua pantai tersebut telah tercemar oleh
sampah yang dibuang pengunjung tempat wisata tersebut.

D. UPAYA MENJAGA KESEIMBANGAN LINGKUNGAN


Berbagai upaya untuk menjaga keseimbangan lingkungan dapat dilakukan
dimulai dari lingkungan sekitarmu. Menjaga kelestarian sumber daya alam
terbaharui dapat dimulai dari rumahmu. Hematlah kertas dengan mengurangi
penggunaannya dan mendaur ulangnya. Penggunaan bahan-bahan kimia
dalam rumah tangga juga harus dikurangi karena dapat mencemari lingkungan.
Contohnya, penggunaan deterjen yang berlebihan dapat mengganggu aliran
energi di dalam ekosistem perairan, seperti sungai atau danau, karena memicu
ledakan populasi ganggang. Kamu juga dapat berperan serta dalam menjaga
daur air di bumi ini dengan tidak memboroskannya dan membangun daerah
resapan air di halaman rumahmu.
Upaya menjaga keseimbangan lingkungan merupakan upaya kolektif
dan melibatkan masyarakat luas. Masalah pencemaran dan penanggulangan
sampah misalnya, merupakan masalah bersama karena akibatnya dirasakan oleh
masyarakat banyak. Apakah kamu mengetahui bagaimana
upaya penanggulangan sampah yang baik? Upaya penanggulangan sampah
yang baik melibatkan kesadaran masyarakat secara kolektif untuk mengurangi
produksi sampah, memisahkan sampah, dan mendaur ulangnya. Upaya kolektif
yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan antara
lain menghemat penggunaan bahan bakar, menghentikan jual-beli berbagai
spesies hewan langka, tidak membakar hutan untuk membuka lahan, menerapkan
sistem bercocok tanam yang memperhatikan lingkungan, dan lain sebagainya.
Salah satu upaya menerapkan sistem bercocok tanam yang
memperhatikan aspek lingkungan adalah dengan mengendalikan hama secara
alami dengan metode biologics control, yaitu menggunakan musuh alami dari
hama. Pestisida pun masih bisa digunakan untuk membasmi hama, namun
pengunannya harus secara bijaksana dengan mempertimbangkan komposisi bahan
kimia pestisida, waktu dan rentang waktu penggunaannya, serta dosis yang
digunal Upaya ini untuk mencegah munculnya populasi hama yang resisten.
Pestisida yang digunakan juga sebaiknya yang spesifik terhadap hama target
sehingga tidak membunuh organisme yang bukan hama. Pilihlah pestisida dengan
komposisi bahan kimia yang ramah lingkungan dan dapat terurai di alam.
Semakin bertambahnya populasi penduduk dunia menyebabkan
pembangunan demikian pesatnya. Namun, pembangunan juga harus
memperhatikan aspek lingkungan Pembangunan jalan yang membelah hutan
misalnya, harus memperhatikan konsekuensi Iebih lanjut terhadap
kemungkinan kerusakan lingkungan. Analisis mengenai dampak
negatif pembangunan terhadap lingkungan perlu dilakukan sebelum rencana
pembangunan dijalankan. lni merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan
lingkungan dengan mencari solusi terbaik.
Upaya untuk mencegah masuknya spesies asing ke dalam negeri ini
dapat dilakukan dengan pengawasan yang ketat pemerintah terhadap berbagai
produk impor. Buah-buahan yang diimpor misalnya, dapat saja mengandung
telur hama yang sebelumnya tidak ada di Indonesia. Hama ini
kemudian berkembang biak dan merusak pertanian di Indonesia. Tentu saja proses
pengawasan bisa berjalan baik bila disertai dengan penegakan hukum yang tegas
dan adil.
Penegakan hukum yang tegas dan adil juga perlu dilakukan terhadap
perambah dan penebang hutan liar. Menjaga kelestarian hutan adalah hal penting
yang perlu dilakukan. Upaya pelestarian hutan dapat dilakukan dengan reboisasi,
tidak melakukan penebangan hutan secara acak, dan menghentikan penebangan
hutan secara liar (ilegal logging). Selain pepohonan yang ada di hutan, berbagai
spesies hewan yang ada di hutan juga harus dijaga kelestariannya. Upaya menjaga
kelestarian spesies hewan di hutan dapat dilakukan dengan mencegah
perburuan hewan, tidak membakar hutan untuk membuka lahan, dan tidak
mengusik habitat alami hewan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai