2. Ekosistem Akuatik
Tidak hanya ekosistem darat yang dapat mengalami eksploitasi
berlebihan. Ekosistem akuatik seperti laut, sungai, danau, dan perairan lainnya
dapat mengalami hal yang serupa. Eksploitasi sumber daya akuatik dapat
berupa penangkapan organisme laut secara berlebihan. Penangkapan organisme
laut, seperti ikan konsumsi maupun ikan hias, dan pengambilan terumbu karang
dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan di ekosistem laut.
Organisme yang beragam hidup di terumbu karang. Namun, terumbu karang
demikian rapuh terhadap kerusakan karena pertumbuhannya lambat, mudah
terganggu, dan hanya hidup pada perairan yang dangkal, hangat, dan bersih.
Terumbu karang hanya dapat hidup pada perairan dengan suhu 18 30C.
Kenaikan suhu sebesar 1C dari batas maksimum dapat menyebabkan
kerusakan terumbu karang. Rusaknya terumbu karang akan menyebabkan
hilangnya tempat tinggal bagi organisme yang ada pada ekosistem terumbu
karang.
Ancaman lain yang dapat mengganggu ekosistem perairan adalah penggunaan
ekosistem perairan sebagai daerah wisata. Penetapan daerah wisata perairan dapat
dikatakan sebagai eksploitasi karena apabila daerah wisata tersebut tidak
dikelola dengan balk maka akan mengganggu keberadaan organisme yang ada di
ekosistem tersebut. Sebagai contoh, daerah wisata pantai di Bali atau wilayah
Jakarta bagian utara yang ekosistem alaminya telah terganggu oleh aktivitas
manusia yang berlebihan. Kedua pantai tersebut telah tercemar oleh
sampah yang dibuang pengunjung tempat wisata tersebut.