Anda di halaman 1dari 3

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita
penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin,
pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak
sakit(2).

Indikator sehat menurut WHO:

1. Berhubungan dengan status kesehatan masyarakat

Indikator komprehensif

1. Angka kematian kasar menurun


2. Rasio angka moralitas proporsional rendah
3. Umur harapan hidup meningkat

Indikator spesifi

1. Angka kematian ibu dan anak menurun


2. Angka kematian karena penyakit menular menurun
3. Angka kelahiran menurun

2. Berhubungan dengan pelayanan kesehatan

rasio antara pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk seimbang


distribusi tenaga kesehatan merata
informasi lengkap tentang fasilitas kesehatan
informasi tentang sarana Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-
lain

Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari Depkes RI tahun 2003 terdiri
dari 3 indikator, yaitu:

Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, terdiri atas indikator angka-
angka mortalitas, angka-angka morbiditas, dan indikator status gizi
Indikator Hasil Antara, terdiri atas indikator keadaan lingkungan, indikator perilaku
hidup masyarakat, dan indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan
Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas indikator pelayanan kesehatan, indikator
sumber daya kesehatan, dan indikator manajemen kesehatan serta indikator kontribusi
sektor-sektor terkait.
Undang-undang 23 tahun 1992 kesehatan mencakup 4 aspek yakni fisik (badan), mental
(jiwa), social dan ekonomi.soekidjo dalam bukunya Pendidikan dan Perilaku Kesehatan menjabarkan
indicator kesehatah berdasar 4 aspek tersebut.

1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan secara klinis benar benar
tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 hal yakni pikiran, emosional dan spiritual. Pikiran yang
sehat terlihat dari cara pikir seseorang yang logis, emosional yang sehat tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosionalnya missal, takut sedih atau gembira, spiritual yang
baik terlihat dari praktek keagamaan seseorang, yakni kita bisa melaksanakan apa yang diajarkan
dan menjauhi berbagai larangan

3. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara
baik, atau mampu berinteraksi seseoranga atau kelompok lain tanpa meliht SARA, atau bisa terlihat
dari sikap saling toleransi dan menghargai

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang, dalam arti mempunyai
kegiatan yang menghasilkan sesuatuyang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara
financial. Bagi anak remaja dan usia lanjut dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku, bagi mereka
produktif disini dapat diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka misalnya,
sekolah atau kuliah bagi anak atau remaja dan kegiatan keagaaan bagi usia lanjut

Menggali Informasi Ketimpangan Sosial


dalam Aspek Kesehatan: Social
Determinants of Health Research
07 April 2014

Dalam INTREC Course yang dilaksanakan sejak 1 April lalu di Hotel Santika Yogyakarta,
Dr. Nicholas Henschke dari University of Heidelberg menyatakan bahwa kesehatan adalah
hal yang berikatan erat dengan kehidupan manusia. Dalam keseharian, ada banyak faktor
sosial yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Faktor-faktor tersebut dapat
berkontribusi dalam terjadinya ketidakseimbangan kesehatan diantara kelompok sosial.
Faktor-faktor tersebut juga dapat mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Semua faktor ini saling terkait satu sama lain dan dapat berakumulasi
sepanjang kehidupan manusia. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh dalam kesehatan ini
disebut dengan istilah social determinants of health (SDH).

Social determinants of health, menurut WHO, adalah kondisi sosial yang mempengaruhi
kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan. Faktor-faktor seperti kemiskinan,
kekurangan pangan, ketimpangan sosial dan diskriminasi, kondisi masa kanak-kanak yang
tidak sehat, serta rendahnya status pekerjaan merupakan penentu penting dari terjadinya
penyakit, kematian, dan ketidakseimbangan kesehatan antar maupun di dalam sebuah negara.

Dalam SDH, ada dua hal berbeda yang dapat menggambarkan ketimpangan sosial terkait
derajat kesehatan masyarakat yaitu inequality dan inequity. Inequality in health merupakan
konsep normatif dan merujuk pada ketidakseimbangan yang dianggap tidak adil sebagai hasil
dari berbagai proses sosial. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap health inequalities
adalah: 1) faktor sosial ekonomi atau faktor materi seperti anggaran belanja pemerintah dan
distribusi pendapatan serta sumber daya lain di masyarakat, 2) faktor psikologi seperti stres,
keterasingan, hubungan sosial dan dukungan sosial, dan 3) faktor perilaku dan gaya hidup.

Inequity in health atau ketidakadilan dalam aspek kesehatan merupakan sebuah dugaan
empiris dan merujuk pada perbedaan status kesehatan antar kelompok yang berbeda.
Sedangkan, health equity berarti ketiadaan ketidakadilan dan pencegahan perbedaan status
kesehatan diantara kelompok sosial. Health equity juga terkait dengan nilai-nilai kesetaraan
dan keadilan. Dalam health equity, kesehatan merupakan sumber daya yang penting dan
bernilai untuk perkembangan manusia yang membantu manusia untuk meraih potensi mereka
dan berkontribusi secara positif untuk masyarakat.

Dalam menggali adanya inequity dan inequality in health, diperlukan sebuah riset terkait
SDH. Ada 3 pendekatan dan prinsip dalam riset SDH ini, yakni: 1) berfokus pada kelompok
yang paling kurang beruntung. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari kelompok
yang paling kurang beruntung. Pendekatan ini juga dapat meningkatkan kesehatan bagi
mereka yang kurang beruntung meskipun kesenjangan kesehatan antara yang kaya dan
miskin tidak berubah; 2) mempersempit kesenjangan kesehatan. Ini bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan mereka yang kurang beruntung dengan meningkatkan keluaran
kesehatan mereka agar setara dengan kelompok yang beruntung. Ini memerlukan pengaturan
target untuk mengurangi perbedaan dalam keluaran kesehatan; dan 3) mengurangi
kesenjangan sosial. Ini termasuk menurunkan perbedaan dan membuat aspek kesehatan
menjadi lebih adil disemua jenjang.

Untuk mengukur SDH dan inequalities in health, diperlukan data yang memadai untuk dapat
membantu kita memahami inequalities in health dan untuk membantu kita mengidentifikasi
target dan intervensi yang tepat untuk mengatasinya. Data yang dimaksud adalah: 1) data
mengenai kematian, kesakitan, kesehatan dan penggunaan layanan kesehatan, dan 2)
informasi mengenai bagaimana indikator pelayanan tersebut dipolakan diseluruh kelompok
demografis dan sosioekonomi serta diseluruh area geografis yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai