Hematologi I
Hematologi I
Oleh:
Nama : Diah Nanda Utari
NIM : B1A015092
Rombongan : IV
Kelompok :2
Asisten : Dian Krisna Arifiani
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan hayem,
larutan turk, zat EDTA, larutan 0,1 N HCl, alcohol 70% ,ikan nilem (Osteocilus
hasselti), ayam (Gallus gallus) dan mencit (Mus musculus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah haemometer,
haemositometer, tabung sahli, pipet kapiler, mikroskop, object glass, cover glass,
spuit, pipet thoma leukosit, pipet thoma eritrosit dan hand counter.
2.2 Cara Kerja
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan jumlah leukosit dan eritrosit pada hewan uji
Leukosit Eritrosit Nilai
Hb (g/dL)
(sel/mm3) (sel/mm3) hematokrit
Ayam 37.025 1.195.000 7 30
Ikan nilem 335.600 510.000 7,2 15
Mencit 2.300 1.050.000 5 24
Ikan nilem 17.975 690.000 4,2 17
Mencit 1.155.000 2.300 8,2 14,5
Perhitungan (kelompok )
Diket : Eritrosit = 102
Leukosit = 13.424
Dit : Eritrosit ?
Leukosit ?
Jawab : Eritrosit = 5000 x 120
= 510.000
Leukosit = 13.424 x 25
= 335.600
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan jumlah leukosit dan eritrosit pada
Kel. Kadar Gula Darah
1. 227 mg/dl
2. 224 mg/dl
3. 91 mg/dl
4. 90 mg/dl
5. 100 mg/dl
3.2 Pembahasan
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah dan ology
yang berati belajar atau mempelajari, sedangkan Klontz (1994) dalam Noercholis
(2013) berpendapat bahwa hematologi adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi,
fisiologi, dan patologi darah. Analisis hematologi dilakukan sesuai Aboderin &
Oyetayo (2006), yaitu dengan menggunakan 0,5 mL darah yang dimasukkan ke
dalam tabung yang diberi anti ko-agulan ethylene diamine tetra-acetic acid (EDTA).
Analisis hematologi meliputi kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, trombosit, dan
hematokrit, yang dilakukan dengan hematology analyser (Astawan et al., 2015).
Sebelum melakukan analisis hematologi, diperlukan pengambilan sampel
darah pada hewan uji. Menurut Dukes (1995), cara pengambilan darah pada hewan
uji dilakukan melalui titik tertentu yaitu :
1. Darah mencit diambil dengan cara memotong ekornya dan mengambil
sampel darah melalui ekornya.
2. Darah ikan diambil langsung menuju jantung (cor) dengan menggunakan
jarum suntik
3. Darah pada ayam diambil melalui vena jugularis yang terdapat di bagian
sayap.
Cara pengambilan darah tidak dapat dilakukan disembarang tempat
dikarenakan kadar darah dan jumlah komponen darah yang berbeda pada tiap organ.
Cara pengambilan darah harus benar dan teliti. Jika salah, maka akan menghasilkan
beberapa kemungkinan yaitu darah pada hewan uji tersebut menggumpal, sehingga
tidak dapat diambil, atau hewan uji mengalami pendarahan yang banyak sehingga
mati (Ramesh & Saravanan, 2008).
Ketika melakukan analisis hematologi darah dibutuhkan alat-alat khusus yang
fungsinya berkaitan dengan hematologi darah yaitu :
1. Haemositometer berfungsi untuk menghitung sel darah, baik sel darah putih
maupun sel darah merah, cover glass digunakan untuk menutup
haemositometer saat melakukan pengamatan di bawah mikroskop.
2. mikroskop digunakan untuk mengamati jumlah eritrosit dan leukosit,
3. Pipet thoma sebagai pasangannya berfungsi untuk pengambilan darah. Ada dua
jenis pipet thoma, yaitu pipet thoma eritrosit digunakan untuk sel eritrosit dan
pipet thoma leukosit untuk sel leukosit.
4. Haemometer berfungsi untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah.
5. Pipet digunakan untuk mengambil eritrosit dan larutan HCl
6. Tabung sahli merupakan pasangan atau alat pelengkap dari haemometer yang
digunakan untuk menampung larutan darah saat akan di ukur kadar
hemoglobinnya,
7. Hand counter untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit, spuit digunakan
untuk mengambil darah dari hewan uji (Noercholis, 2013).
Bahan-bahan yang digunakan pada analisis hematologi yaitu :
1. Darah hewan uji ( ayam, ikan dan mencit),
2. Larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit,
3. Larutan hayem digunkan untuk mengencerkan eritrosit,
4. Larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa
hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin,
5. Akuades digunakan sebagai pengencer
6. Larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah yang menggumpal
(Hoffbrand & Pettit, 1987).
Darah merupakan jaringan sirkulasi utama yang terdiri dari sel-sel yang
tersuspensi dalam cairan substansi interseluler (plasma) dengan fungsi utama yaitu
mempertahankan homeostasis (Isaac et al., 2013 dalam Etim et al., 2014). Komponen
hematologi terdiri dari sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau
leukosit, dan hemoglobin (Oyawoye & Ogunkule, 2004 dalam Etim et al., 2014).
Fungsi utama darah antara lain sebagai: (1) oksigenasi jaringan, (2) gizi jaringan, (3)
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, dan (4) pembuangan produk limbah
metabolisme dari jaringan (Noercholis, 2013).
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen
(Pusdik,1989). Nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata
dan untuk mengetahui ada tidaknya anemi. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan
dengan cara makro dan mikro (Soebrata, 1985). Kadar glukosa/gula darah adalah
jumlah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat dalam makanan
dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka (Joyce,
2007).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk sampel darah ikan nilem
dilakukan oleh kelompok dua dan kelompok empat dengan hasil pada kelompok dua
yaitu jumlah kadar eritrosit sebanyak 510.000 sel/mm3 dan jumlah leukositnya
sebanyak 335.600 sel/mm3 , kadar hemoglobinnya sebanyak 7,2 gr/dl dan nilai
hematokritnya sekitar 15%. Sedangkan pada kelompok empat jumlah eritrositnya
690.000 sel/mm3 , jumlah leukositnya 17, 975 sel/mm3 , kadar Hb 4,2 gr/dl dan nilai
hematokritnya 17%. Untuk sampel ayam yang dilakukan kelompok satu , jumlah
eritrositnya sebanyak 1.195.000 sel/mm3 , jumlah leukositnya 37.025 sel/mm3 , kadar
Hb sebanyak 7 gr/dl, dan nilai hematokritnya 30%. Sedangkan, menurut Dukes (1995)
jumlah eritrosit pada ayam berbeda antara ayam jantan dan betina, pada ayam betina
adalah 2,72 juta sel / mm3 dan pada ayam jantan adalah 3,23 juta sel/mm3. Jumlah
leukosit pada ayam berkisar antara 16.000 40.000 sel / mm3 . Untuk sampel mencit
dilakukan oleh kelompok tiga dan lima dengan hasil pada kelompok tiga yaitu jumlah
kadar eritrosit sebanyak 1.050.000 sel/mm3 dan jumlah leukositnya sebanyak 2.300
sel/mm3 , kadar hemoglobinnya sebanyak 5 gr/dl dan nilai hematokritnya sekitar 24%.
Sedangkan pada kelompok lima jumlah eritrositnya 1.155.000 sel/mm3 , jumlah
leukositnya 2.300 sel/mm3 , kadar Hb 8,2 gr/dl dan nilai hematokritnya 14,5%. Dari
data yang didapatkan untuk sampel darah ikan hasilnya sesuai dengan pustaka untuk
jumlah eritrosit tetapi tidak untuk jumlah leukosit karena menurut Oslon (1973),
jumlah eritrosit pada ikan adalah sekitar 50.000 3.000.000 sel / mm3, begitu juga
jumlah leukosit pada data sesuai karena seharusnya pada sel darah jumlah leukosit ikan
antara 20.000 150.000 sel / mm3. Sedangkan untuk sampel mencit pada kelompok
tiga dan lima tidak ada yang sesuai karena menurut Hoffbrand & Pettit (1987), jumlah
leukosit pada mamalia adalah 4-11 ribu sel/mm3. Hasil pengamatan yang diperoleh
tidak sesuai dengan pustaka disebabkan karena keterbatasan ketelitian penglihatan
dalam menghitung jumlah leukosit dengan menggunakan alat haemocytometer dan
dapat disebabkan terlalu banyaknya larutan pengencer yang diberikan.
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit, leukosit, Hb, dan nilai nematokrit
yaitu kondisi dan kesehatan tubuh. Contohnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur,
bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kondisi
lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit dan
lain-lain. Sedangkan nilai hematokrit jika meningkat kadarnya bisa dikarenakan faktor
dehidrasi/hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis,
emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar. Sedangkan kadar hematokrit akan menurun jika kehilangan
darah akut, anemia (aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik,
sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), penyakit Hodgkin,
limfosarkoma, malignansi organ, mieloma multipel, sirosis hati, malnutrisi protein,
defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum, ulkus
peptikum, gagal, ginjal kronis, kehamilan, SLE. Pengaruh obat : antineoplastik,
antibiotik (kloramfenikol, penisilin), obat radioaktif. (Coke et al., 2004).
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Aboderin, F.I., & Oyetayo, V.O., 2006, Haematological studies of Rats Fed
Different Doses of Probiotic, Lactobacillus plantarum, Isolated from
fermenting corn slurry. Pakistan J of Nutrition, (5). pp: 102-105.
Astawan, M. Wresdiyati, T. & Sirait, J. 2015. Pengaruh Konsumsi tempe Kedelai
Grobogan Terhadap Profil Serum, Hematologi, dan Antioksidan Tikus.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 26(2). pp: 156-162.
Bryon, A. S & Doroth. 1973. Text Book of Physiology. Japan: St Burst The
Moshy Co Toppon Co Ltd.
Coke, R.L., West, G.D., & Hoover, J.P. 2004. Hematology and Plasma Biochemistry
of Captive Puna Ibis (Plegadis ridgewayi).Journal of Wildlife Disenses 40(1).
pp: 141-144.
Dukes, H. H. (1995). The physiology of domestic animals(7th ed.). London :
Baillers Tindall and Co.
Etim, N.N., M.E. Williams, U. Akpabio & E.E.A. Offiong. 2014.
Haematological Parameters and Factors Affecting Their Values.
Agricultural science, (2). pp: 37-47.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. , Yogyakarta: UGM Press.
Guyton, A.C. 1976. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Penerjemah: Adji D. Dan P.
Lukmanto. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, A. V. & J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Jakarta: Penerbit ECG.
Isaac, L. J., Abah, G., Akpan, B., & Ekaette, I. U. 2013. Haematological properties
of different breeds and sexes of rabbits. Journal Animal Science, 7(1). Pp:
24-27.
Joyce, KeeLeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik.
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Junqueira, U.C & Canneiro. 1980. Histologi Dasar. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Klontz, William. 1994. Fish Hematology. Moscow: Department of Fish and
Wildlife Resources University of Idaho.
Noercholis, A., Aziz, M. & Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk
Menghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal
EECIS, 7(1).pp: 35-39.
Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. Jakarta.
Gramedia.
Oyawoye, B. M., & Ogunkunle, H. N. 2004. Biochemical and haematological
reference values in normal experimental animals. New York: Masson.
Pusdik. 1989. Hubungan pencemaran udara pada hematokrit. Jakarta: Pusat
Pendidikan Nasional Indonesia.
Ramesh, M. & Saravanan, M. 2008. Haemotological and Biochemical Biology
responses in a Freshwater Fish Cyprinus Carpio Exposed Tochlorpyrifos.
International Journal of Integrative Biology, 3(1). pp: 111-113.
Soebrata, Ganda. 1985. Penuntun Laboratorium Klinik. Bandung: PT. Dian
Rakyat.