Disusun Oleh :
SURIYATNI
070113b049
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Manajemen keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif mungkin
dan seefisien bagi individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan
adalah penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen adalah pengguna waktu
yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori
atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan
organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan
(Swanburg, 2000).
Pengarahan adalah langkah keempat dari fungsi manajemen, yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktivan. Apapun istilah yang digunakan
pada akhirnya akan bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Keliat Anna,2006).
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan katim di ruang Arjuna
RSJD Surakarta didapatkan hasil bahwa, operan pre dan post conferens yaitu
komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari
dinas malam ke dinas pagi dan dinas pagi ke dinas sore di pimpin oleh kepala
ruang, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh
penanggung jawab shift sore. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang
mangatakan belum memiliki SOP pelaksanaan operan pre dan post conferen dan
hasil observasi selama seminggu tidak dilaksanakan operan pre dan post
conferens berdasarkan SOP. Karu mengatakan selama ini operan hanya
dilakukan oleh anggota dari masing-masing TIM.
Berdasarkan hasil latar belakang diatas saya tertarik untuk membuat
format operan pre dan post conferens berdasarkan SOP dalam MPKP dan
melaksanakan operan pre dan post conferens bersama Karu sebagai bukti
pendokumentasian telah dilaksanakannya operan pre dan post conferens
berdasarkan SOP di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
B. Tujuan
1. Umum
Setelah proses manajemen keperawatan selama 4 minggu tentang
pelaksanaan operan pre dan post conferens dilaksanakan diharapkan proses
dapat berjalan sesuai berdasarkan SOP.
2. Khusus
a. Mampu membuat format SOP tugas tentang pelaksanaan operan pre
dan post conferens.
b. Mampu melaksanakan operan pre dan post conference bersama Karu
di ruangan.
C. Metode
Problem solving sickle :
1. Pengkajianpengkajian aspekaspek manajemen keperawatan di unit
rawat inap.
2. Perumusan masalah manajemen keperawatan di ruang rawat inap
bersama perawat ruangan.
3. Memprioritaskan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan.
4. Mengembangkan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan
penyebabnya untuk masalah yang menjadi prioritas masalah utama
5. Memilih alternative penyelsaian masalah yang mungkin dapat
dilakukan.
6. Melaksanakan alternative penyelsaian masalah yang dipilih dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
7. Mengevaluasi hasil penyelsaian masalah yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
(KOMUNIKASI EFEKTIF)
A. DEFINISI
Gerad E. Miler mengemukakan dalam Daryanto (2011) bahwa
komunikasi sebagai situasi situasi yang memungkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima. Proses komunikasi minimal terdiri dari tiga
unsur utama yaitu pengirim pesan, pesan itu sendiri dan target penerima pesan.
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi . Komunikasi adalah proses tukar-menukar pikiran,
perasaan, pendapat, dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang
bekerja bersama. berkomunikasi sama sama mengerti apa pesan yang
disampaikan.
Berkomunikasi efektif bahwa berarti bahwa komunikan sama sama
memiliki pengertian yang mana pengertian yang sama tentang suatu pesan,
artinya kedua belah pihak .
Seorang pembicara yang sukses adalah orang yang membuat pendengarnya
sukses. Keberhasilan pembicara muncul dari reaksi pendengar. Bila
pendengarnya bereaksi seperti yang diharapkan, maka pembicara itu berhasil.
Pembicara yang efektif merupakan hal yang manusiawi, dan bukan sesuatu yang
dilakukan secara sendirian, teroisah dari orang lain.
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi . Komunikasi adalah proses tukar-menukar pikiran,
perasaan, pendapat, dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang
bekerja bersama.
Komunikasi proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian social yang besar (Simamora,2012).
3. Proses komunikasi
Komunikasi mulai dari komunikator yang ingan mengatakan
sesuaatu. Dia, kemudian memutuskan bagaimana cara mengatakan dan
menstransmisikannya. Komunikasi sampai penerima, yang membentuk
kesan yang telah didengar dan menerjemahkannya menurut latarbelakang
sikap dan pengalamannya. Proses ini diperlihatkan pada gambar.
Kesan
Interpretasi peneriam /pendengar (apa yang didenagar dan apa
(apa yang dipahami) yang dilihat )
A. Pengkajian
1. Kisi Kisi Pengkajian
Fungsi Manajemen Aspek Sub Aspek Metode Kaji Sumber Data
Pengarahan Sistem Komunikasi Komunikasi di Wawancara dan Kepala Perawat
efektif ruang MPKP observasi Ketua Tim
Perawat
2. Masalah
Kurang optimalnya pelaksanaan operan pre dan post conferens.
3. Hasil Kajian
Dari hasil kajian yang didapatkan ;
1. Karu mengatakan selama ini kegiatan operan pre dan post conferens, belum berjalan berdasarkan SOP.
2. Karu mengatakan belum memiliki format pre dan post conferens berdasarkan SOP.
3. Karu mengatakan belum terlaksananya operan pre dan post conferens dikarenakan kekurangan pegawai perawat
dan tugas/pekerjaan yang banyak sehingga pre dan post conferens tidak berjalan.
4. Karu mengatakan operan pre dan post hanya dilakukan oleh masing masing anggota TIM.
B. Perumusan Masalah
Data Fokus Masalah
Wawancara : Kurang optimalnya pelaksanaan operan pre dan post
1. Karu mengatakan selama ini kegiatan operan pre dan conference
post conference, belum berjalan berdasarkan SOP.
2. Karu mengatakan belum memiliki format pre dan post
conference berdasarkan SOP.
3. Karu mengatakan belum terlaksananya operan pre dan
post conference dikarenakan kekurangan pegawai
perawat dan tugas/pekerjaan yang banyak sehingga pre
dan post conference tidak berjalan.
4. Karu mengatakan operan pre dan post hanya dilakukan
oleh masing masing anggota TIM.
Observasi:
1. Tidak ada SOP
2. Tidak dilaksanakan operan pre dan post conference.
3. Berdasarkan observasi pre dan post conference selama
1 minggu belum berjalan sesuai dengan SOP.
4. Operan hanya dilakukan oleh masing masing
anggota TIM.
C. Skor Masalah
NO Masalah I T R JUMLAH PRIOROTAS
IxTxR MASALAH
P S RI DU SB PB PC
1. Kurang optimalnya
pelaksanaan operan
pre dan post
conference
Keterangan :
I : Importancy ( prioritas masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
RI : Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)
DU : Degree of unneet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi)
SB : Sosial benevit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
PB : Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)
PC :Political climate (suasana Politik)
T : technologi
R : Resourse availability (sumber daya)
D. Penyebab Masalah
1. Cara Mengatasi Masalah
Penyebab masalah Rencana penyelesaian masalah
1. Karu mengatakan selama ini a. Pembuatan format SOP pree
kegiatan operan pre dan post dan post conference
conference, belum berjalan b. Mengadakan pree dan post
berdasarkan SOP. conference bersama Karu.
2. Karu mengatakan belum memiliki
format pre dan post conference
berdasarkan SOP.
3. Karu mengatakan belum
terlaksananya operan pre dan post
conferens dikarenakan kekuranagan
pegawai perawat dan
tugas/pekerjaan yang banyak
sehingga pre dan post conference
tidak berjalan.
4. Karu mengatakan operan pre dan
post hanya dilakukan oleh masing
masing anggota TIM.
.
2. Penyebab
a. Diagram fishbone
Kurang optimalnya
pelaksanaan
operan pre dan
post conference
A. Kesimpulan
Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur
organisasi, spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam
organisasi. Artinya faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana
oleh pihak manajemen perusahaan agar perilaku karyawan terbentuk dalam
sebuah pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa dicapai dengan
memahami model komunikasi non verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata,
ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, sosok dan postur tubuh. Dengan
pemahaman dan apa yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi non verbal
maka diharapkan individu dalam organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif
dan pola perilaku etis dapat terbentuk.
B. Saran
C. Daftar Pustaka
Daryanto. (2011). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Agus M. Hardjana. (2003). Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius.
Dr. Keliat B.A. (2006). Modul praktek Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP
Jiwa). FIKUI dan World Health Organization Indonesia. Jakarta.
D. Lampiran - Lampiran