Anda di halaman 1dari 16

Peminatan : Epidemiologi

PROPOSAL

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MESJID RAYA
TAHUN 2016

RIZA TRISDA
NIM 1416010062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2016
A.Latar Belakang

Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh yang berfungsi sebagai energi,

sebagai penyekat panas, penyerap goncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita

memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal

antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-

23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak

tubuh 25% dianggap mengalami obesitas. Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai

kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja.

Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang

disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan (Proverawati, 2010).

Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan atau berat badan

yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan prevalensi yang semakin

meningkat, baik di negara-negara maju ataupun negara berkembang, termasuk

Indonesia (Depkes Poltekes, 2010).

Obesitas tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan jumlah

cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut tidak

digunakan untuk beraktivitas. Dengan demikian, tidak ada pembakaran kalori dan

cadangan lemak akan terus bertambah seiring bertambahnya lemak di dalam tubuh

(Mumpuni & Wulandari, 2010).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2010) dalam Kusmiran (2012) mencatat,

pada tahun 2005 secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta diantaranya dikategorikan obesitas. Pada

2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka tersebut.

Prevalensi gizi lebih (overweight dan obesitas) di seluruh dunia mengalami

tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu kelompok umur

yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja. Hasil Riskesdas

2010 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja (lebih dari 15 tahun) di

Indonesia telah mencapai 19,1%. Berdasarkan penelitian Elita pada 194 siswa SMA

Negeri 3 Semarang, sebesar 10,8% mengalami overweight dan 2,1% obesitas.

Sedangkan penelitian Mardatillah terhadap 113 siswa SMA di jakarta Timur

didapatkan prevalensi obesitas sebesar 33,6% (Oktaviani, et al. 2012).

Prevalensi gizi relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding dengan

remaja laki-laki (perempuan 1,5%, laki-laki 1,3%). Berdasarkan tempat tinggal,

prevalensi gizi lebih pada remaja diperkotaan lebih tinggi dari pedesaan (perkotaan

1,8%, pedesaan 0,9%) (Aini,2012).

Menurut hasil penelitian Ramadani (2011), didapat nilai p sebesar 0,00

(p<0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara harga diri dengan

kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas.

Penelitian ini menggambarkan bahwa remaja putri dengan obesitas cenderung

memiliki karakteristik harga diri rendah sehingga mereka tidak maksimal dalam

mengaktualisasikan diri, hal ini bersesuaian dengan pengertian aktualisasi yang

menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri

dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya

yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh. Remaja yang obesitas biasanya tidak
menerima kondisi fisik yang besar dan merasa berbeda dengan remaja putri yang

memiliki tubuh ideal.

Di kalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan,

karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan

psikologi yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar.

Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan

tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri (Depkes Poltekes, 2010).

Hal tersebut diperkuat oleh American Journal of Epidemiology dalam

penelitiannya yang mengungkapkan obesitas yang dialami seseorang pada saat

remaja berkaitan erat dengan peningkatan resiko kematian di usia paruh baya. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau kelebihan

berat badan(overweight) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih beresiko mengalami

penyakit jantung yang berujung pada kematian, serta beresiko 2-3 kali terhadap

penyakit kanker kolon dan penyakit pernapasan seperti asma dan emfisemi.

Penyebab obesitas beraneka ragam. Menurut Mutadin (2002), ada beberapa faktor

pencetus obesitas, diantaranya adalah faktor genetik, pola makan yang berlebih,

kurang aktivitas, emosi, serta lingkungan (Depkes Poltekes, 2010).

Dampak lain pada seseorang yang mengalami obesitas adalah

ketidakmampuan menerima keadaan dirinya, kemungkinan akan memiliki persepsi

negatif yaitu menganggap dirinya merasa ada kekukrangan. Karena merasa ada

kekurangan dalam dirinya, maka menyebabkan remaja merasa minder atau kurang

percaya diri (lack of self-confidence) dalam pergaulan. Mereka akan menarik diri,

membatasi diri dari aktivitas bersama kelompok, takut diejek dihina atau menjadi

bahan tertawaan dari teman-teman sebaya (Dariyo, 2004).


Harga diri adalah evaluasi mengenai diri individu yang dilakukan oleh

individu itu sendiri (Taylor, Peplau & Sears, 2000) dalam Rahmawati (2006). Harga

diri disini berkaitan dengan bagaimana individu mempersiapkan dirinya dalam arti

penghargaan secara keseluruhan. Pada penelitian terhadap remaja obesitas oleh

Mendelson & White dalam Sarafino, 1994, bahwa remaja obesitas cenderung

menurun secara konsisten harga dirinya. Harga diri memiliki hubungan yang erat

terhadap berat badan ideal seorang remaja. Remaja yang memiliki berat badan yang

ideal cenderung dapat diterima lingkungan, sehingga remaja tersebut memiliki rasa

percaya diri dan harga diri yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila remaja

tersebut memiliki berat badan yang kurang ideal oleh lingkungannya, maka dapat

membuat remaja tersebut menjadi tidak percaya diri dan akhirnya merasa harga

dirinya rendah (Rahmawati, 2006).

Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri ketika proses

kenaikan berat badan berjalan, peningkatan persentase lemak tubuh, pertumbuhan

tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan

dengan kematangan tubuh remaja putri (Proverawati, 2010).

Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga

diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat dirinya

sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan

apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat

berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial (Suliswati, 2005).


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan di dalam

penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan harga diri

remaja SMA di wilayah Puskesmas Mesjid Raya Tahun 2016

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan harga diri remaja SMA di

wilayah Puskesmas Mesjid Raya Tahun 2016

2. Tujuan Khusus

Dengan memperhatikan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan

khusus dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui hubungan obesitas remaja yang mengalami obesitas di wilayah

Puskesmas Mesjid Raya Tahun 2016

b. Untuk mengetahui hubungan harga diri remaja SMA wilayah Puskesmas Mesjid

Raya Tahun 2016

D.Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep yang

ingin di amati dan di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan

(Notoadmodjo,2010).

Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul hubungan antara

obesitas dengan harga diri remaja SMA di wilayah Puskesmas Mesjid Raya Tahun

2016 adalah sebagai berikut:


Variabel Independen Variabel Dependen

Obesitas Harga Diri

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh remaja SMA yang ada di wilayah

Puskesmas Mesjid Raya dengan jumlah 60 orang responden

2. Sampel

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah remaja yang mengalami obesitas

dengan IMT 25 dan siswa-siswi yang tidak mengalami obesitas dengan IMT 25.

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa, masing-masing 30 siswa yang

obesitas dan 30 siswa yang tidak obesitas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini menggunakan consecutive sampling (berurutan) dengan menetapkan subjek yang

memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian, sehingga jumlah responden

terpenuhi ( Nursalam, 2008).

F.Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik deskriptif yang menggunakan

desain korelasi yaitu desain penelitian yang mengkaji hubungan antara dua variabel pada

suatu situasi atau sekelompok subjek (Elfindri, 2011).

G.Daftar Pustaka

Aini,. S. N. (2012). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih
pada Remaja di Perkotaan.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.

Dalami, E., Suliswati., Farida, P., Rochimah., & Banon, E. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Damaiyanti Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Depkes Poltekes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika.
Elfindri., Hasnita Evi., Abidin Zainal., Machmud Rizanda., & Elmiyasna. (2011).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Badouse Media.
Hidayat Alimul Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Kusumawati Faida & Hartono Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawata Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Mitayani & Sartika Wiwi. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.
Mumpuni Yekti & Wulandari Ari. (2010). Cara Jitu mengatasi Kegemukan.
Yogyakarta: Andi
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani Dwi Wiwied., Dian Lintang., Saraswati., & Rahfiludin M.Zen. (2012).
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi,
Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
http://ejournals 1. Undip.ac.id/index. Php/Jkm.
Proverawati Atikah. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan padaRemaja.
Jakarta: Muha Medika.
Rahmawati Ade. (2006). Harga Diri Remaja Obesitas.
Ramadani Melati. (2011). Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi
Diri. Repository.usu.ac.id/27522/1/Appendix. Pdf.
Suliswati. (2005). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Peminatan : Epidemiologi

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DENGAN BAYI BERAT LAHIR


RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMPEUNEURET
BANDA ACEH TAHUN 2016

RIZA TRISDA
NIM 1416010062

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2016
A. Latar Belakang

Di Indonesia secara umum berdasarkan Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi (AKB), berada pada angka 34

per 1.000 kelahiran hidup. Di Sulawesi Selatan Berdasarkan profil kesehatan dalam

tahun 2008, angka kematian bayi mencapai 4,39 per 1.000 kelahiran hidup. Angka

kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Negara berkembang relatif masih

tinggi. Angka tersebut bervariasi di setiap daerah. Hasil riset kesehatan 2007,

menyinpulkan bahwa kejadian BBLR secara proporsional untuk tingkat nasional

mencapai 15%. Hasil studi 3 wilayah, presentase kejadian BBLR terendah di

Propinsi Bali sebesar 5,8%, tertinggi di propinsi Papua sebesar 27,0% dan Sulawesi

Selatan mencapai 1,36% (Rakhmawati dan Jaya, 2010).

Faktor penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi

menyebutkan penyebab BBLR adalah multifaktor, antara lain faktor demografi,

biologi ibu, gizi, riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil, periksa hamil

(prenatal care) dan paparan toksis (merokok). Berbagai program kesehatan untuk

mengatasi masalah tersebut telah dilakukan baik ditingkat rumah sakit rujukan

maupun ditingkat pelayanan dasar namun hasilnya belum memadai. Dengan di

lakukannya analisis faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR berdasarkan data SDKI

pada tahun 1994 maka hasilnya diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan

untuk perencanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam upaya

menurunkan kejadian BBLR (Kristanti dkk 1996).

Bayi berat lahir rendah merupakan penyumbang terbesar kematian dan

kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor

seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan
plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat

mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap

rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya

pertumbuhan janin di dalam kandungan (Irnawati dkk, 2011).

Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi

sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi

yang lahir dari ibu bukan perokok. Sekitar 75% dari ibu-ibu hamil yang merokok

satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500

gram, dan persentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang

menghabiskan dua bungkus rokok seharinya (Aditama, 1997).

Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina,

kelahiran prematur, dan BBLR. Kejadian BBLR pada pada ibu perokok adalah dua

kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari)

dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian

BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan

perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus meningkat dengan meningkatnya

konsumsi rokok ( Ventura,et al, 2003 dalam Amalia ,2011).

Rokok merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menyebabkan

cacat lahir. Kebiasaan merokok pada wanita hamil dapat menyebabkan abortus

spontan dan kematian janin prenatal, bahkan dapat menyebabkan meromelia.

Sekalipun telah diperingatkan bahwa rokok dapat merusak perkembangan janin,

masih ada 25 % wanita tetap merokok selama kehamilannya. Pada perokok berat 20

batang atau lebih perhari, dapat menyebabkan kelahiran prematur dua kali lebih

sering dibanding ibu ibu yang tidak merokok, dan bayinya memiliki berat badan
rendah (kurang dari 2000 gram), yang sering menyebabkan kematian janin (Razak,

2005 dalam Oktavianis 2011).

Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun,

antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat

menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding

pembuluh darah dapat robek. Gas CO dapat pula menimbulkan desaturasi

hemoglobin, menurunkan langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu

pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran atau penebalan

dinding pembuluh darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah.

Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit

(pengumpalan) kedinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam

asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh

darah), mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah

perifer (Sirajuddin dkk 2011).

Radikal bebas akan merusak tiga komponen molekul utama dari sel tubuh

yaitu lipid, protein dan DNA. Kerusakan pada lipid disetiap oksidasi dan pada proses

dasar oksidasi DNA sel akan mengganggu integritas sel, sehingga akan menimbulkan

kematian sel ( Haliwell and Gutteridge, 1999).

Ibu hamil perokok pasif berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.

Ibu hamil, baik yang terpapar rokok lebih dari 11 batang maupun hanya 1 sampai 10

batang per hari berisiko lebih tinggi untuk terjadinya bayi berat lahir rendah. Faktor

risiko lain yang berperan dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil perokok pasif adalah riwayat BBLR sebelumnya (Irnawati

dkk, 2011).

Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman

persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta

sebelum lahir, plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan

janin lebih rendah dari normal, kematian janin di dalam rahim, miningkat kematian janin

mendadak ( Sudden Infant Death Syndrom/SIDS ) ( Valleria, 2009 ).

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah di wilayah

kerja Puskesmas Lampeuneret Banda Aceh taun 2016.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah

di wilayah kerja Puskesmas Lampeuneret Banda Aceh tahun 2016..

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik Responden di wilayah kerja Puskesmas

Lampeuneret Banda Aceh taun 2016..

b. Mengetahui jumlah suami yang merokok dan tidak merokok pada kasus BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Lampeuneret Banda Aceh taun 2016.

C.Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep yang

ingin di amati dan di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan di lakukan

(Notoadmodjo,2010).
Variabel Independen Variabel Dependen

Suami Perokok BBLR

E. Populsi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

bapak yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di

wilayah kerja Puskesmas Lampeuneret Banda Aceh taun 2016

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan

dianggap mewakili populasi tersebut (Suyanto & Salamah, 2009). Dalam penelitian ini

teknik sampling yang akan digunakan adalah secara sampling aksidental.

Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002)

yaitu :

Kriteria Inklusi

1) Semua Suami yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR).
2) Suami Perokok.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2002).

1) Kriteria eksklusi penelitian ini adalah suami perokok yang memiliki bayi dengan

gangguan perkembangan postnatal dan fetal hypoxemia.

F. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain

penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang

hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Suyanto & Salamah, 2009), yaitu

untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir

rendah (BBLR).

G. Daftar Pustaka

Aditama, 1997. Skripsi Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir
Rendah( BBLR ) di Wilayah Kerja Puskesmas. http//www.skripsi 2010
Aditama, T. Y. (2011). Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press).
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.
Asiyah, S., Suyono, Mahaendriningtyastuti. (2010). Karakteristik Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) sampai Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri. ISSN : 2086-3098 ,
210-222.
Banon, I.H. (2006). Analisis Yuridis Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek antara
Indonesia dan Amerika Serikat (DS406). Jurnal Perdagangan Republik Indonesia ,
1-12.
Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.
Chandra, B. (2008). Metodologi Penelititian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., Sartika, Y. (2011). Asuhan Neoantus Bayi &
Balita. Jakarta: EGC.
Festy, P. (2010). Analisis Faktor pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
Kabupaten Sumenep . Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulatas Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya Pipitbiostat@yahoo.com , 1-13.
Halliwell & Gutteridge. 1999. Free Radical, Other Reactivev Species and Disease In
Free Radical In Biology Medicine. New York : Oxford University
Hidayat, A.A. (2007). Metode Peneitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2009). Metode Peneitian Keperawatan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hypponen, E., Smith, G.D., Chris Power. (2003). Effects of grandmothers' smoking in

pregnanci on Birth Weight : Integenerational cohort Study. Centre for paediatric

Epidemiology and Biostatistic , 1-4..

Anda mungkin juga menyukai