PROPOSAL
RIZA TRISDA
NIM 1416010062
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh yang berfungsi sebagai energi,
sebagai penyekat panas, penyerap goncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-
23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak
tubuh 25% dianggap mengalami obesitas. Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan atau berat badan
Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan prevalensi yang semakin
cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut tidak
digunakan untuk beraktivitas. Dengan demikian, tidak ada pembakaran kalori dan
cadangan lemak akan terus bertambah seiring bertambahnya lemak di dalam tubuh
pada tahun 2005 secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta diantaranya dikategorikan obesitas. Pada
2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka tersebut.
tren yang terus meningkat dalam sekitar 30 tahun terakhir. Salah satu kelompok umur
yang beresiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur remaja. Hasil Riskesdas
2010 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja (lebih dari 15 tahun) di
Indonesia telah mencapai 19,1%. Berdasarkan penelitian Elita pada 194 siswa SMA
Prevalensi gizi relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding dengan
prevalensi gizi lebih pada remaja diperkotaan lebih tinggi dari pedesaan (perkotaan
(p<0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara harga diri dengan
memiliki karakteristik harga diri rendah sehingga mereka tidak maksimal dalam
menyatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri
yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh. Remaja yang obesitas biasanya tidak
menerima kondisi fisik yang besar dan merasa berbeda dengan remaja putri yang
karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan
psikologi yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar.
Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan
tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri (Depkes Poltekes, 2010).
remaja berkaitan erat dengan peningkatan resiko kematian di usia paruh baya. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau kelebihan
berat badan(overweight) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih beresiko mengalami
penyakit jantung yang berujung pada kematian, serta beresiko 2-3 kali terhadap
penyakit kanker kolon dan penyakit pernapasan seperti asma dan emfisemi.
Penyebab obesitas beraneka ragam. Menurut Mutadin (2002), ada beberapa faktor
pencetus obesitas, diantaranya adalah faktor genetik, pola makan yang berlebih,
negatif yaitu menganggap dirinya merasa ada kekukrangan. Karena merasa ada
kekurangan dalam dirinya, maka menyebabkan remaja merasa minder atau kurang
percaya diri (lack of self-confidence) dalam pergaulan. Mereka akan menarik diri,
membatasi diri dari aktivitas bersama kelompok, takut diejek dihina atau menjadi
individu itu sendiri (Taylor, Peplau & Sears, 2000) dalam Rahmawati (2006). Harga
diri disini berkaitan dengan bagaimana individu mempersiapkan dirinya dalam arti
Mendelson & White dalam Sarafino, 1994, bahwa remaja obesitas cenderung
menurun secara konsisten harga dirinya. Harga diri memiliki hubungan yang erat
terhadap berat badan ideal seorang remaja. Remaja yang memiliki berat badan yang
ideal cenderung dapat diterima lingkungan, sehingga remaja tersebut memiliki rasa
percaya diri dan harga diri yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila remaja
tersebut memiliki berat badan yang kurang ideal oleh lingkungannya, maka dapat
membuat remaja tersebut menjadi tidak percaya diri dan akhirnya merasa harga
Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri ketika proses
tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga
diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat dirinya
sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan
apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat
penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan harga diri
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan harga diri remaja SMA di
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui hubungan harga diri remaja SMA wilayah Puskesmas Mesjid
D.Kerangka Konsep
(Notoadmodjo,2010).
obesitas dengan harga diri remaja SMA di wilayah Puskesmas Mesjid Raya Tahun
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh remaja SMA yang ada di wilayah
2. Sampel
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah remaja yang mengalami obesitas
dengan IMT 25 dan siswa-siswi yang tidak mengalami obesitas dengan IMT 25.
Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa, masing-masing 30 siswa yang
obesitas dan 30 siswa yang tidak obesitas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
F.Rancangan Penelitian
desain korelasi yaitu desain penelitian yang mengkaji hubungan antara dua variabel pada
G.Daftar Pustaka
Aini,. S. N. (2012). Faktor Resiko yang berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih
pada Remaja di Perkotaan.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.
Dalami, E., Suliswati., Farida, P., Rochimah., & Banon, E. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Trans Info Media.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Damaiyanti Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Depkes Poltekes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika.
Elfindri., Hasnita Evi., Abidin Zainal., Machmud Rizanda., & Elmiyasna. (2011).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Badouse Media.
Hidayat Alimul Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Kusumawati Faida & Hartono Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawata Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Mitayani & Sartika Wiwi. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.
Mumpuni Yekti & Wulandari Ari. (2010). Cara Jitu mengatasi Kegemukan.
Yogyakarta: Andi
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani Dwi Wiwied., Dian Lintang., Saraswati., & Rahfiludin M.Zen. (2012).
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi,
Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
http://ejournals 1. Undip.ac.id/index. Php/Jkm.
Proverawati Atikah. (2010). Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan padaRemaja.
Jakarta: Muha Medika.
Rahmawati Ade. (2006). Harga Diri Remaja Obesitas.
Ramadani Melati. (2011). Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi
Diri. Repository.usu.ac.id/27522/1/Appendix. Pdf.
Suliswati. (2005). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta:
Peminatan : Epidemiologi
PROPOSAL
RIZA TRISDA
NIM 1416010062
Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi (AKB), berada pada angka 34
per 1.000 kelahiran hidup. Di Sulawesi Selatan Berdasarkan profil kesehatan dalam
tahun 2008, angka kematian bayi mencapai 4,39 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Negara berkembang relatif masih
tinggi. Angka tersebut bervariasi di setiap daerah. Hasil riset kesehatan 2007,
Propinsi Bali sebesar 5,8%, tertinggi di propinsi Papua sebesar 27,0% dan Sulawesi
Faktor penyebab BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi
biologi ibu, gizi, riwayat obstetri, morbiditas ibu selama hamil, periksa hamil
(prenatal care) dan paparan toksis (merokok). Berbagai program kesehatan untuk
mengatasi masalah tersebut telah dilakukan baik ditingkat rumah sakit rujukan
pada tahun 1994 maka hasilnya diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan
untuk perencanaan program kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama dalam upaya
kesakitan bayi. Kejadian bayi berat lahir rendah berhubungan dengan banyak faktor
seperti faktor kesehatan ibu, perilaku selama hamil, lingkungan serta faktor janin dan
plasenta. Perilaku yang buruk selama kehamilan seperti paparan asap rokok dapat
mempengaruhi suplai oksigen dari tubuh ibu ke janin dan plasenta. Paparan asap
rokok juga dapat menurunkan kadar asam folat ibu yang berakibat terganggunya
Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi
sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40-400 gram dibandingkan dengan bayi
yang lahir dari ibu bukan perokok. Sekitar 75% dari ibu-ibu hamil yang merokok
satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500
gram, dan persentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang
kelahiran prematur, dan BBLR. Kejadian BBLR pada pada ibu perokok adalah dua
kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5 rokok sehari)
BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan
cacat lahir. Kebiasaan merokok pada wanita hamil dapat menyebabkan abortus
masih ada 25 % wanita tetap merokok selama kehamilannya. Pada perokok berat 20
batang atau lebih perhari, dapat menyebabkan kelahiran prematur dua kali lebih
sering dibanding ibu ibu yang tidak merokok, dan bayinya memiliki berat badan
rendah (kurang dari 2000 gram), yang sering menyebabkan kematian janin (Razak,
Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun,
antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat
asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh
Radikal bebas akan merusak tiga komponen molekul utama dari sel tubuh
yaitu lipid, protein dan DNA. Kerusakan pada lipid disetiap oksidasi dan pada proses
dasar oksidasi DNA sel akan mengganggu integritas sel, sehingga akan menimbulkan
Ibu hamil perokok pasif berisiko terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Ibu hamil, baik yang terpapar rokok lebih dari 11 batang maupun hanya 1 sampai 10
batang per hari berisiko lebih tinggi untuk terjadinya bayi berat lahir rendah. Faktor
risiko lain yang berperan dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi berat lahir
rendah pada ibu hamil perokok pasif adalah riwayat BBLR sebelumnya (Irnawati
dkk, 2011).
Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman
sebelum lahir, plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan
janin lebih rendah dari normal, kematian janin di dalam rahim, miningkat kematian janin
mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah di wilayah
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah
2. Tujuan Khusus
b. Mengetahui jumlah suami yang merokok dan tidak merokok pada kasus BBLR di
C.Kerangka Konsep
(Notoadmodjo,2010).
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Populasi
(Notoatmodjo, 2010). Yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bapak yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan
dianggap mewakili populasi tersebut (Suyanto & Salamah, 2009). Dalam penelitian ini
Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi
a. Kriteria inklusi
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002)
yaitu :
Kriteria Inklusi
1) Semua Suami yang mempunyai bayi baru lahir dan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).
2) Suami Perokok.
b. Kriteria eksklusi
(Notoatmodjo, 2002).
1) Kriteria eksklusi penelitian ini adalah suami perokok yang memiliki bayi dengan
F. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain
hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Suyanto & Salamah, 2009), yaitu
untuk mengetahui hubungan antara suami perokok dengan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR).
G. Daftar Pustaka
Aditama, 1997. Skripsi Hubungan Antara Suami Perokok dengan Bayi Berat Lahir
Rendah( BBLR ) di Wilayah Kerja Puskesmas. http//www.skripsi 2010
Aditama, T. Y. (2011). Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press).
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.
Asiyah, S., Suyono, Mahaendriningtyastuti. (2010). Karakteristik Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) sampai Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri. ISSN : 2086-3098 ,
210-222.
Banon, I.H. (2006). Analisis Yuridis Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek antara
Indonesia dan Amerika Serikat (DS406). Jurnal Perdagangan Republik Indonesia ,
1-12.
Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.
Chandra, B. (2008). Metodologi Penelititian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., Sartika, Y. (2011). Asuhan Neoantus Bayi &
Balita. Jakarta: EGC.
Festy, P. (2010). Analisis Faktor pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di
Kabupaten Sumenep . Program Studi Ilmu Keperawatan Fakulatas Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya Pipitbiostat@yahoo.com , 1-13.
Halliwell & Gutteridge. 1999. Free Radical, Other Reactivev Species and Disease In
Free Radical In Biology Medicine. New York : Oxford University
Hidayat, A.A. (2007). Metode Peneitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2009). Metode Peneitian Keperawatan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hypponen, E., Smith, G.D., Chris Power. (2003). Effects of grandmothers' smoking in