Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM GIZI TAHUN 2015

DI PUSKESMAS TRUCUK II

I. GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN GEOGRAFI
Puskesmas TRUCUK II merupakan salah satu dari 34 Puskesmas di Kabupaten Klaten. Puskesmas
ini merupakan pengembangan dari Puskesmas TRUCUK I I yang wilayah kerjanya meliputi 9 desa
yaitu Desa Jatipuro, Wonosari, Sabranglor, Wanglu, Karangpakel, Kalikebo,Gaden,Planggu dan
Pundungsari. Wilayah Puskesmas ini berbatasan dengan Puskesmas kalikotes, Puskesmas Trucuk I
Puskesmas Bayat. Wilayah Puskesmas trucuk II sebagian besar merupakan tanah persawahan,
disamping tanah perkebunan negara/swasta , tegalan dan pekarangan.

B.KEADAAN PENDUDUK
Sebagian besar warga masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, buruh.
Karyawan dan Pegawai Negeri.
Sedangkan untuk jumlah balita adalah sebagai berikut :

JUMLAH BALITA DI PUSKESMAS TRUCUK II


TAHUN 2015 (per DESEMBER2015)

NO. DESA UMUR


0 - 5 BLN. 6 - 11 BL 12-23 BL 24 - 59 BL
L P L P L P L P
1 JATIPURO 8 13 24 14 28 23 71 54
2 WONOSARI 10 22 14 13 33 27 75 91
3 SABRANGLOR 5 10 8 10 10 20 56 43
4 WANGLU 21 6 21 11 35 20 107 79
5 KARANGPAKEL 21 14 18 32 36 38 121 109
6 KALIKEBO 36 21 24 30 48 41 148 132
7 GADEN 22 23 20 13 51 41 100 108
8 PLANGGU 11 15 15 11 13 18 58 46
9 PUNDUNGSARI 8 6 16 15 23 24 49 60
JUMLAH 142 130 110 149 277 252 785 722

II. HASIL PROGRAM GIZI (TERLAMPIR)

III. ANALISIS HASIL PROGRAM GIZI


Jumlah bayi lahir dengan berat < 2500 gr (BBLR) ada kenaikan jumlahnya dibanding dengan
tahun 2014 (2014 : 20 kasus, 2015 : 35 kasus). Hal inimenunjukkan perlunya terus diupayakan
peningkatan kualitas kelas ibu hamil di setiap desa. Bagiibuhamil yang tidak terlayani di kelas ibu hamil
karena alas an ibu bekerja perlu dilakukan kunjungan rumah untuk memantau kondisi ibu hamil. Perlu
juga dilakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama para suami dan anggota keluarga yang dekat
dengan ibu hamil untuk menyampaikan informasi penting yang berhubungan dengan kehamilan dan
ikut bertanggung jawab bila ada resiko kehamilan di sekitarnya.
Prosentase Balita BGM 0.99 % memang masih di bawah batas minimal balita BGM yang
ditentukan oleh MDGS (<15 %) tetapi hal tersebut perlu mendapat perhatian agar angka tersebut
tidak terus bertambah dengan melakukan upaya penanganan secara dini terhadap balita BGM dan 2T
(2x tidak naik BB nya). Mencari penyebab dan mengatasi masalah sesuai penyebab diharapkan mampu
menekan angka gizi buruk agar tidak berkembang ke arah yang lebih buruk. PMT Pemulihan dan PMT
Penyuluhan perlu diberikan setelah dilakukan recall 1 hari, pemeriksaan fisik dan laboratorium (bila
diperlukan) bagi balita yang membutuhkan. Kasus gizi buruk yang mendapat perawatan dengan
capaian 100 % menunjukkan telah dilakukan upaya maksimal untuk mengatasi balita dengan gizi
buruk. Untuk balita gizi buruk dengan penyakit penyerta perlu dilakukan upaya rujukan dan balita gizi
buruk dengan penyebab non kesehatan (ekonomi) perlu dilakukan kerjasama lintas sektoral untuk
mengatasinya.
Angka bumil mendapatkan tablet Fe 1 (30 tablet) dan Fe 3 ( 90 tablet) sebanyak 100 % dan
93,1 % telah melampaui standar yang dipersyaratkan oleh MDGS tetapi masih tingginya angka BBLR
menunjukkan bahwa ada hal hal yang perlu dilakukan selain pemberian tablet Fe antara lain
meningkatkan gizi ibu selama hamil lewat asupan makanan, meminimalkan gangguan penyerapan Fe
(mengurangi minum teh, kopi ) dan konsumsi protein hewani dan vitamin C yang cukup.
Cakupan pemberian vitamin A bagi bayi, balita dan bufas cukup baik karena mencapai 100%,
telah melampaui standar yang ditetapkan. Upaya baik yang telah dilakukan selama ini dapat
dilanjutkan dengan ditambah anjuran untuk mengkonsumsi vitamin A dari bahan makanan lokal yang
ada di sekitar tempat tinggal masyarakat untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam darah yang
berkaitan erat dengan daya tahan tubuh dan kesehatan organ penglihatan.
Cakupan ASI Eksklusif (86,6 %) sudah di atas standar yang ditentukan (60 %). Walaupun sudah
cukup baik perlu diperhatikan bahwa angka tersebut diperoleh dari jumlah bayi umur 0 5 bln 29 hari
yang masih mendapatkan ASI saja. ASI Eksklusif tinggi didapatkan pada interval umur 0 4 bln, setelah
umur tersebut angka mendapat ASI saja cenderung menurun karena bayi mulai diberikan MP-ASI.
Apalagi bila dilihat pada interval umur 5 6 bulan sangat sedikit yang masih diberi ASI saja, hal inilah
yang mungkin mengakibatkan perbedaan data bila dilakukan penelitian tentang ASI Eksklusif yang
menilai bayi diberi ASI saja sampai umur 6 bulan. Menyadari hal tersebut perlu dilakukan upaya terus
menerus untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan memotivasi ibu bayi terus memberikan ASI
dengan menginformasikan kelebihan pemberian ASI dan kekurangan bila tidak diberi ASI, kerjasama
dengan pihak pihak terkait tentang pentingnya ASI bagi pertumbuhan anak, meminimalkan
beredarnya susu formula, pengenalan PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Anak) pada saat yang
tepat sehingga tidak terjadi penurunan berat badan setelah anak mulai diberikan MP-ASI sehingga
orang tua tidak cemas dan merasa bersalah karena hanya memberia ASI saja sampai umur 6 bulan.
Jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu mencapai 87,9 % sudah mencapai
standar yang ditetapkan MDGS (85%) demikian juga balita yang naik berat badannya mencapai 83.5 %,
di bawah standar yang ditetapkan (85%). Beberapa hal yang menjadi penyebab turunnya kunjungan ke
posyandu karena anak usia dini (> 2 tahun) bersekolah di PAUD dan setelah selesai mendapatkan
imunisasi dasar biasanya orang tua malas membawa anak ke posyandu karena biasanya saat datang ke
posyandu hanya ditimbang, diukur tinggi badannya, dapat PMT lalu pulang tanpa mendapat informasi
tentang pertumbuhan anaknya. Untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan kader dengan meningkatkan
pengetahuannya tentang KMS sehingga bisa memberi informasi kepada ibu balita tentang
pertumbuhan anaknya dan langkah langkah untuk mengatasinya serta kunjungan ke rumah ibu
balita oleh kader dibantu oleh pembina desa untuk balita dengan masalah tertentu (BGM,2T). Perlu
juga dilakukan kerjasama lintas sektoral dengan PAUD untuk memotivasi anak didiknya untuk datang
ke Posyandu dan melaksanakan pemantauan seperti di Posyandu bila jarak menjadi kendala dan hasil
pemantauan dimasukkan dalam laporan Posyandu. Kerjasama dengan BKKBN untuk menghidupkan
kembali BKB (Bina Keluarga Balita) dan pihak lain yang mungkin bisa membantu (toma, toga) agar ibu
balita mau datang ke Posyandu. Perlu juga melibatkan ibu balita dalam pemberian PMT sehingga para
ibu ikut merasa memiliki Posyandu.
Survei anemia bagi ibu hamil dan balita yang dilaksanakan pada tahun ini menunjukkan hasil
50 % ibu hamil sampel menderita anemia dan hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab angka
BBLR yang tidak kunjung berkurang. Perlu dilakukan pemantauan kadar Hb untuk pencegahan anemia,
pemantauan ketaatan ibu minum tablet tambah darah, konsumsi sumber Fe dari makanan lokal serta
konsumsi vitamin C untuk memperbesar serapan Fe.
Cakupan desa dengan garam yodium baik mencapai 100 %, capaian ini di atas standar yang
ditentukan (90 %). Walaupun capaian melebihi batas yang ditentukan tapi tetap perlu diberikan
informasi mengenai penyebab hilangnya kadar yodium dalam garam yang dikonsumsi bukan pada
jenis garamnya karena masyarakat sudah menggunakan garam dengan label mengandung yodium,
cara penggunaan garam yodium yang tepat, cara penyimpanan di rumah yang memenuhi syarat dan
pemenuhan kebutuhan yodium dari bahan makanan yang ada di sekitar masyarakat (pangan lokal)
sehingga tidak terjadi defisiensi yodium yang merugikan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil yang dicapai selama tahun 2015 perlu dilakukan berbagai hal agar tercapai kondisii
yang lebih baik, antara lain :
1. Terus meningkatkan upaya untuk mengatasi masalah gizi (gizi buruk dan anemia)
dengan berbagai program di tingkat Puskesmas.
2. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mengatasi masalah kesehatan yang penyebab -
nya di luar faktor kesehatan.
3. Mewaspadai dan mengatasi timbulnya masalah gizi lebih ( penyakit degeneratif ) dengan
tepat.
4. Meningkatkan upaya promotif dan preventif dalam mengatasi masalah gizi ganda.

Kepala Puskesmas Trucuk II, Petugas Gizi Puskesmas,

SUMARNI,S.Kep RIYANTI KUSUMA, AMG


NIP. 19630224 199103 2 003 NIP. 19800723 200604 2 011

Anda mungkin juga menyukai