Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEPANITERAAN

BALOK SKDN
PUSKESMAS KELURAHAN PEJATEN BARAT I

Disusun oleh :

Putri Nadhira 030.11.236


Ryzha Ryskyanty 030.11.263

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU
PERIODE 23 JANUARI 2017 1 APRIL 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Data Penimbangan
DATA POSYANDU

S Semua balita yang ada di Daerah Kelompok Penimbangan

K Semua balita yang terdaftar dan mempunyai KMS bulan ini

D Semua balita yang ditimbang bulan ini

N/T Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis


pertumbuhannya pada KMS naik (N) atau tidak naik (T)

BGM Jumlah balita yang berada dibawah garis merah bulan ini pada
KMS

O Jumlah balita yang ditimbang bulan ini tapi bulan lalu tidak
ditimbang

B Jumlah balita yang baru ditimbang bulan ini dari posyandu yang
melapor

A. Jenis Data
1. Jumlah balita yang ada (S) di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan
Pejaten Barat I.
2. Jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (K), di wilayah
kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
3. Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan, di
wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
4. Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan,
di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
5. Jumlah balita yang bawah garis merah pada KMS (BGM) pada bulan
penimbangan di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten
Barat I.

B. Sumber Data

Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan


di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
C. Periode Waktu
Desember 2016 Februari 2017

D. Pengolahan
Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau
dalam bentuk proporsi misalnya D/S, K/S, N/D, dan BGM/D untuk
masing-masing Posyandu.
Setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pos penimbangan
petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan
analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari:
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang
ada di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S
x 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80%
maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan berat badan rendah. Hal ini akan
berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan
ataupun kader Posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui
pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.

2. Tingkat Liputan Program


Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah
seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat harus 100%.
Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS telah mempunyai
alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan
kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS
maka pada dasarnya program posyandu tersebut mempunyai liputan
yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang seharusnya
mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase
pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat
pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus
untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus ((S-
K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu
dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi
dengan jumlah balita di wilayah posyandu tersebut, semakin tinggi
Presentasi Kehilangan Kesempatan, maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS
sangat baik untuk memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga
pola pertumbuhan berat badan balita.

3. Indikator lainnya
Adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya
semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan berat
badannya.

4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator Drop-Out, yaitu balita


yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat
badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu untuk
selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu jumlah
balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balita
yang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai
KMS ((K-D)/K x 100%)

5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara


jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah
(BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada
bulan penimbangan (D). rumusnya adalah (BGM/D x 100%).

6. Indikator lainnya adalah kesinambungan program yaitu jumlah balita


yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang memiliki KMS di
wilayah posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/K x 100%).

E. Penyajian
1. Penyajian dalam bentuk tabular dan grafik/balok
2. Di tingkat Posyandu pada grafik/balok SKDN
SKDN Posyandu wilayah kelurahan Pejaten Barat I
Periode Desember 2016-Februari 2017
DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBRUARI 2017

S K D N BGM S K D N BGM S K D N BGM

744 744 559 244 5 770 767 550 290 2 756 742 630 244 1

BALOK SKDN

KELURAHAN PEJATEN BARAT I

Grafik 1. SKDN Posyandu wilayah kelurahan Pejaten Barat I bulan Desember 2016-
Februari 2017
BULAN
RUMUS DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FEBRUARI 2017
D/S (%) 75.1 % 71.4 % 83.3 %
N/D (%) 43.6 % 52.7 % 38.7 %
K/S (%) 100 % 99.6 % 98.1 %
D/K (%) 75.1 % 71.7 % 84.9 %
(K-D)/K (%) 24.8 % 28.2 % 15.0 %
BGM/D (%) 0.89 % 0.36 % 0.16 %
Tabel 1. Pencapaian Program SKDN
Grafik 2. Pencapaian Program SKDN bulan Desember 2016-Februari 2017

Penjelasan Pencapaian Program SKDN

Penilaian data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N


atau dalam bentuk proporsi misalnya N/D, D/S, K/S, D/K dan (K-D)/K (%) untuk
masing-masing wilayah kelurahan Pejaten Barat I.
Berikut ini adalah analisis SKDN berdasarkan hasil pencapaian program
SKDN yang telah disebutkan di atas:
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada
di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x
100%). Dari grafik tersebut bahwa partisipasi masyarakat dalam 3 bulan
terakhir reratanya tidak mencapai target 80% yaitu sekitar 76%.
Kesimpulan dari data tersebut adalah program penimbangan balita di
wilayah kelurahan Pejaten Barat I belum mencapai target. Hal ini
disebabkan karena banyaknya orang tua yang bekerja pada saat pelaksaan
posyandu sehingga tidak mengantar anaknya untuk menimbang. Masalah
ini sangat perlu untuk di evaluasi dan ditindaklajuti penyebab dari
kurangnya partisipasi masyarakat dalam program penimbangan balita.

2. Kecenderungan Status Gizi


Adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Target
kecenderungan status gizi di kelurahan Pejaten Barat I adalah 80%.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa tingkat kecenderungan status
gizi pada bulan Desember 2016- Februari 2017 jika di rata-rata baru
mencapai 45% yang artinya masih jauh dari target sasaran peningkatan
gizi dan diperlukan evaluasi lebih lanjut karena idealnya semua balita yang
ditimbang mengalami peningkatan berat badan.

3. Tingkat Liputan Program


Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah seluruh
balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus
(K/S x 100%). Target tingkat liputan program di kelurahan Pejaten Barat I
adalah 100%. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa tingkat liputan
program kelurahan Pejaten Barat I sudah mencapai target dimana
pencapaian di bulan Desember 2016 adalah semua balita sudah memiliki
KMS walaupun hasil rerata 3 bulan ialah 99%. Hal ini perlu di evaluasi
dan dipertahankan karena dengan mempunyai KMS,balita mempunyai alat
instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan
lainnya.
4. Kesinambungan Program
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang
memiliki KMS di wilayah posyandu atau dengan menggunakan rumus
(D/K x 100%). Target kesinambungan program di wilayah kelurahan
Pejaten Barat I adalah 70%. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa
tingkat kesinambungan program pada 3 bulan tersebut mencapai target.
Hal ini perlu di evaluasi dan dipertahankan agar tidak terjadi penurunan
partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita

5. Indikator lainnya adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi
kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan
pelayanan kesehatan. Rumusnya adalah jumlah balita yang telah mendapat
KMS dikurangi dengan jumlah balita ditimbang hasilnya dibagi dengan
balita yang punya KMS yaitu (K-D)/ K x 100 %. Pada wilayah kelurahan
Pejaten Barat I didapatkan presentase drop out pada bulan Desember
2016-Februari 2017 adalah 24.87 %, 28.29 %, 15.09 %. Hal ini
menandakan para kader dan petugas kesehatan di wilayah tersebut perlu
menghimbau kepada warga untuk datang secara rutin ke posyandu untuk
menimbang berat badan anaknya agar dapat di evaluasi dari waktu ke
waktu

6. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan jumlah


balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi
dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan penimbangan
(D), rumusnya adalah (BGM/D x 100%). Dari hasil perhitungan
didapatkan jumlah balita yang berada yang berada di bawah garis merah
pada bulan Desember 2016-Februari 2017 sebanyak 0.89 %, 0.36%,
0.16%. Kondisi ini harus selalu di evaluasi agar tidak terjadi peningkatan
jumlah balita BGM di setiap bulannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah diolah, hampir seluruh indikator dalam balok
SKDN di wilayah kelurahan Pejaten Barat I hampir mencapai target, walaupun
terdapat program yang masih jauh dari target, seperti kecenderungan Status Gizi.
Hal ini perlu di evaluasi kembali serta ditingkatkan agar program yang masih
belum mencapai target dapat mencapai target, dan program yang sudah mencapai
target dapat dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai