Anda di halaman 1dari 32

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Hidrodinamika Reaktor yang disusun oleh

Kelompok : 3 / Senin

Anggota : Malikhatul Khuriyah NIM: 21030115120036

M. Sugiarto NIM: 21030115120027

Thio Vania Kusuma NIM: 21030115120030

Telah disetujui oleh asisten pembimbing pengampu materi Hidrodinamika Reaktor


pada

Hari :

Tanggal :

Semarang, Maret 2017


Mengetahui,

Asisten Pembimbing

Roynaldy Daud

NIM. 21030113130166

ii
INTISARI

Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk
mengubah suatu bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih
tinggi. Pada perancangan reaktor, fenomena hidrodinamika meliputi hold up gas dan
laju sirkulasi cairan yang merupakan faktor penting yang berkaitan dengan laju
perpindahan massa. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan pengaruh
konsentrasi terhadap hold up gas, menentukan pengaruh konsentrasi terhadap laju
sirkulasi, menentukan pengaruh konsentrasi terhadap koefisien transfer masa gas-
cair dan menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa.

Reaktor Air-lift adalah reaktor yang berbentuk kolom dengan sirkulasi aliran.
Kolom berisi cairan atau slurry yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu raiser dan
downcomer. Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional
lainnya, diantaranyaperancangan sederhana, aliran dan pengadukan dapat
dikendalikan dan waktu tinggalnya seragam. Hidrodinamika reaktor mempelajari
perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk
reaktor dan karakterisik cairannya.
Bahan yang digunakan yaitu Na2S2O3.5H2O 0,1 N, KI 0,1 N, Na2SO3 0,02
N,Na2SO3 0,03 N, Na2SO3 0,04 N, larutan amylum,zat warna dan aquadest. Alat
yang digunakan yaitu Buret, statif, klem, gelas arloji, beaker glass, rotameter,
Erlenmeyer, inverted manometer, gelas ukur, sparger, pipet tetes, tangki cairan,
kompresor dan reactor. Dalam praktikum ini prosedur yang digunakan yaitu
menentukan hold-up pada riser dan downcomer, menentukan koefisien perpindahan
massa dan menentukan kecepatan sirkulasi.
Hasil percobaan menujukan semakin besar konsentrasi maka hold up gasnya
akan semakin keci karena semakin banyak pratikel yng terlarut dalam cairan.
Semakin besar konsentrasi maka laju sirkulasi juga semakin kecil. Semakin besar
konsentrasi maka transfer massa gas-cair akan semakin besar. Semakin lama waktu
tinggalnya maka koefisien perpindahan massa akan semakin menurun.
Dalam praktikum sebaiknya membuat amilum sesuai dengan cara yang benar
agar dapat digunakan sebagai indikator. Teliti dalam menghitung h raiser dan
downcomer.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia
yang idroberjudul Hidrodinamika Reaktor dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak,
maka laporan ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Roynaldy Daud selaku asisten pengampu materi Hidrodinamika Reaktor.

2. Segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materil maupun


spiritual.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Semarang,

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

INTISARI ................................................................................................................... iii

PRAKATA .................................................................................................................. iv

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................... 1

1.3 Manfaat Percobaan .............................................................................................. 2

BAB II .......................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift ............................................................ 3

2.2 Hidrodinamika Reaktor ....................................................................................... 4

2.3 Perpindahan Massa .............................................................................................. 7

2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri ............................................ 10

BAB III ....................................................................................................................... 12

METODE PENELITIAN ......................................................................................... 12

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ....................................................................... 12

3.2 Gambar Rangkaian Alat .................................................................................... 13

3.3 Variabel Operasi ................................................................................................ 13

v
3.4 Prosedur Percobaan ........................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan antara Hold up gas dengan Konsentrasi .......................................

Tabel 4.2 Hubungan antara Laju alir dengan Konsentrasi .............................................

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air Lift................................................................................ 4

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Hidrodinmika Reaktor .................................................. 13

viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaktor merupakan alat utama pada industry yang digunakan untuk
proses kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reactor dapat
diklasifikasikan atas dasar cara operasi geometrinya, dan fase reaksinya.
Berdasarkan cara operasinya dikenal reactor batch, semi batch, dan kontinyu.
Jika ditinjau dari geometrinya dibedakan menjadi reactor tangki berpengaduk.
Reactor kolom, reactor fluidisasi. Sedangkan bila ditinjau berdasarkan fase
reaksi yang terjadi yang terjadi didalamnya, reaktor diklasifikasikan menjadi
reaktor homogen dan reaktor heterogen.
Reaktor heterogen adalah reaktor yang digunakan untuk mereaksikan
komponen yang terdiri dari minimal 2 fase, seperti fase gas-cair. Reaktor yang
digunakan untuk kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal reaktor kolom
gelembung (bubble column reaktor) dan reaktor air-lift. Reaktor jenis ini
banyak digunakan pada proses industri kimia dengan reaksi yang sangat
lambat, proses produksi yang menggunakan mikroba (bioreaktor) dan juga pada
unit pengolahan limbah secara biologis menggunakan lumpur aktif.

Pada perancangan reaktor pengetahuan kinetika reaksi harus dipelajari


secara komprehensif dengan peristiwa-peristiwa perpindahan massa, panas dan
momentum untuk mengoptimalkan kinerja reaktor. Fenomena hidrodinamika
yang meliputi hold up gas dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor yang
penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Pada percobaan ini akan
mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan
pengaruh laju alir udara, viskositas, dan densitas terhadap hold up, laju sirkulasi
dan koefisien perpindahan massa gas-cair pada sistem sequantial batch.

1.2 Rumusan Masalah


Pada perancangan reactor, fenomena hidrodinamika merupakan factor

1
yang penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Fenomena
hidrodinamika sendiri meliputi hold up gas-cairan serta laju sirkulasi. Pada
percobaan ini kan mempelajari hidrodinamika pada reactor air-lift, terutama
berkaitan dengan pengaruh laju alir udara terhadap hold up gas baik pada are
riser maupun pada area downcomer, laju sirkulasi dan koefisien perpindahan
massa gas-cair pada system sequential batch.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap hold-up gas ().
2. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap koefisien transfer
massa gas-cair (KLa).
4. Menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3laju alir gas
terhadap hold up gas ().
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 laju alir gas
terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 laju alir
terhadap koefisien transfer massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap
KLa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift


Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk
mengubah suatu bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih
tinggi. Reaktor Air-lift adalah reaktor yang berbentuk kolom dengan sirkulasi aliran.
Kolom berisi cairan atau slurry yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu raiser dan
downcomer. Raiser adalah bagian kolom yang selalu disemprotkan gas dan
mempunyai aliran ke atas. Sedangkan downcomer adalah daerah yang tidak
disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke bawah. Pada zona downcomer atau riser
memungkinkan terdapat plate penyaringan pada dinding, terdapat satu atau dua buah
baffle. Jadi banyak sekali kemungkinan bentuk reaktor dengan keuntungan
penggunaan dan tujuan yang berbeda-beda (Widayat, 2004).
Reaktor bergelembung dibedakan menjadi dua, yaitu kolom gelembung
(bubble column) dan reaktor airlift. Reaktor airlift sendiri dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: reaktor airlift dengan internal loop dan external loop (Christi, 1988;
William, 2002). Reaktor air-lift dengan internal loop merupakan kolom
bergelembung yang dibagi menjadi 2 bagian, riser dan downcomer dengan internal
baffle dimana bagian atas dan bawah raiser dan downcomer terhubung. Reaktor air-
lift dengan eksternal loop merupakan kolom bergelembung dimana riser dan
downcomer merupakan 2 tabung yang terpisah dan dihubungkan secara horizontal
antara bagian atas dan bawah reaktor. Selain itu reaktor air-lift juga dikelompokkan
berdasarkan sparger yang dipakai, yaitu statis dan dinamis. Pada reaktor air lift
dengan sparger dinamis, sparger ditempatkan pada riser dan atau downcomer yang
dapat diubah-ubah letaknya (Christi, 1989 dan William, 2002).
Secara teoritis reaktor air-lift digunakan untuk beberapa proses kontak gas-
cairan atau slurry. Reaktor ini sering digunakan untuk beberapa fermentasi aerob,
pengolahan limbah, dan operasi-operasi sejenis.

3
Gambar 2. 1. Tipe Reaktor Air-lift
Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional
lainnya, diantaranya:
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan
3. Waktu tinggal dalam reaktor seragam
4. Kontak area lebih luas dengan input yang rendah
5. Meningkatkan perpindahan massa
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk

Kelemahan reactor lift antara lain:


1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar
3. Efisiensi kompresi gas rendah.
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien karena timbul busa (foaming)
Dalam aplikasi reaktor air-lift terdapat 2 hal yang mendasari mekanisme kerja
dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.

2.2 Hidrodinamika Reaktor


Di dalam perancangan bioreaktor, faktor yang sangat berpengaruh adalah

4
hidrodinamika reaktor, transfer massa gas-cair, rheologi proses dan morfologi
produktifitas organisme. Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika
cairan dalam reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik
cairannya. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat
penghamburan) dan laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulasi cairan dikontrol oleh
hold up gas, sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh kecepatan kenaikan
gelembung. Sirkulasi juga mempengaruhi turbulensi, koefisien perpindahan massa
dan panas serta tenaga yang dihasilkan.
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas pada
disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().

(1)

dimana: = hold up gas


V = volume gas (cc/s)
VL = volume cairan (cc/s)

Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan.
Hold up gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair yang
diperlukan untuk perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada kecepatan
kenaikan gelembung, luas gelembung dan pola aliran. Inverted manometer adalah
manometer yang digunakan untuk mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran gas,
yang selanjutnya dipakai pada perhitungan hold up gas () pada riser dan
downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer dapat dihitung dengan
persamaan:

(2)

(3)

(4)

5
dimana: = hold up gas
r = hold up gas riser
d = hold up gas downcomer
L = densitas cairan (gr/cc)
g = densitas gas (gr/cc)
= perbedaan tinggi manometer riser (cm)
= perbedaan tinggi manometer downcomer (cm)
Z = perbedaan antara taps tekanan (cm)

Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi
pada saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady state).
Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut:

(5)

Hubungan antara hold up gas riser ) dan donwcomer dapat dinyatakan


dengan persamaan 6 :

(6)

dimana: Ar = luas bidang zona riser (cm2)


Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift disebabkan oleh perbedaan hold up gas
riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan fluida, yaitu
naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada downcomer. Besarnya
laju sirkulasi cairan pada downcomer (ULd) ditunjukkan oleh persamaan 7 dan laju
sirkulasi cairan pada riser ditunjukan oleh persamaan 8:

6
(7)

dimana: Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s) Lc =


panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tc = waktu (s)
Dikarenakan tinggi dan volumetric aliran liquid pada raiser dan downcomer
sama, maka hubungan antara laju aliran cairan pada riser dan downcomer yaitu:
Ulr.Ar = Uld.Ad (8)

dimana: Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)


Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulasi liquid pada downcomer dan riser
tergantung pada hold up gas seperti ditunjukan pada persamaan berikut:

(9)
Dimana : tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

r = hold up gas riser


d = hold up gas downcomer
2.3 Perpindahan Massa
Perpindahan massa antar fase gas-cair terjadi karena adanya beda konsentrasi antara
kedua fase, di mana massa akan berpindah dari sistem yang lebih tinggi konsentrasinya ke
sistem dengan konsentrasi lebih rendah. Kecepatan perpindahan massa sangat dipengaruhi
oleh koefisien perpindahan massa antara fase gas-cair. Koefisien perpindahan massa ini

7
dipengaruhi secara langsung oleh laju alir gas dalam reaktor, laju alir cairan, viskositas,
densitas, suhu, diameter gelembung gas di dalam cairan dan difusivitas gas di dalam cairan.
Kecepatan perpindahan massa (Widayat, 2004)
Koefisien perpindahan masssa volumetric (KLa) adalah kecepatan spesifik
dari perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak, per
beda konsentrasi). KLa tergantung pada sifat fisik dari sistem dan dinamika fluida.
Terdapat 2 istilah tentang koefisien transfer massa volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa KLa, dimana tergantung pada sifat fisik dari
cairan dan dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan.
2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor
3. Ketergantungan KLa pada energi masuk adalah kecil, dimana luas
kontak adalah fungsi dari sifat fisik design geometri dan hidrodinamika
Luas kontak adalah parameter gelembung yang tidak bisa ditetapkan. Di sisi
lain koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang proposional
antara fluks massa dan substrat (atau bahan kimia yang ditransfer), Ns, dan gradient
yang mempengaruhi fenomena beda konsentrasi. Hal ini dapat dirumuskan dengan
persamaan 10:
N = KLa (C1-C2) (10)

Dimana: N = fluks massa


KLa = koefisien transfer massa gas-cair (1/detik)
C1 = konsentrasi O2 masuk (gr/l)
C2 = konsentrasi O2 (gr/l)

Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan sebagai


kinetika proses, seperti di dalam persamaan 11:

(11)

dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)


Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara atau

8
kecepatan superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan
downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan
11) semua variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat digunakan
dalam sistem kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase gas yang masuk dan
meninggalkan bioreaktor dapat dianalisa.
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai
fungsi waktu, setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh dengan
mengalirkan oksigen melalui cairan atau menghentikan aliran udara, dalam hal ini
kebutuhan oksigen dalam fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorbsi gas (O2, CO2) dengan
penambahan bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini sering
digunakan pada reaksi bagian dimana konsentrasi bulk cairan dalam komponen gas
= 0 dan absorpsi dapat mempertinggi perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-C0i
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun, seperti
diketahui beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada cairan selama
kondisi reaksi tetap dijaga pada daerah dimana nilai C0i dapat diketahui. C0i dapat
diukur dari penambahan sulfit. Juga reaksi konsumsi oksigen yang lain dapat
digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme
reaksi yang terjadi : Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)

Reaksi saat analisa:

9
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)

I2 (sisa) + 2Na2SO3 Na2S4O6 + 2 NaI

Mol Na2SO3 mula-mula (a)


(12)

Mol I2 excess (b)


(13)

Mol Na2SO3 sisa (c)


1 Na2SO
b-2 ( ) x V Na2SO3 (14)

Mol O2 yang bereaksi (d)


(15)

O2 yang masuk reaktor (e)


(16)

Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)



= 0,008 (17)

2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri


Berikut ini beberapa proses yang dasar dalam perancangan dan operasinya
menggunakan prinsip hidrodinamika reaktor:
1. Bubble Column Reactor
Contoh aplikasi bubble column reactor antara lain:
a. Absorbsi polutan dengan zat tertentu (misal CO2 dengan KOH)
b. Untuk bioreactor
2. Air-lift Reactor
Contoh aplikasi air-lift reactor antara lain:
a. Proses produksi laktase (enzim lignin analitik yang dapat mendegradasi
lignin) dengan mikroba

10
b. Proses produksi glukan (polisakarida yang tersusun dari monomer
glukosa dengan ikatan 1,3 yang digunakan sebagai bahan baku obat kanker dan
tumor) menggunakan mikroba

c. Water treatment pada pengolahan air minum


d. Pengolahan limbah biologis.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1 Bahan yang digunakan
Na2S2O3.5H2O 0,1 N
KI 0,1 N
Na2SO3 0,02 N
Na2SO3 0,03 N
Na2SO3 0,04 N
Larutan Amylum
Zat warna
Aquadest
3.1.2 Alat yang Digunakan
Buret, statif, klem
Gelas arloji
Beaker glass
Rotameter
Erlenmeyer
Inverted manometer
Gelas ukur
Sparger
Pipet tetes
Tangki cairan
Kompresor
Reaktor
Sendok reagen
Picnometer

12
3.2 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3. 1. Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor


Keterangan :
A. Kompresor F. Reaktor
B. Sparger G. Inverted manometer daerah riser
C. Rotameter H. Inverted manometer daerah downcomer
D. Tangki Cairan
E. Pompa
3.3 Variabel Operasi
1. Variabel tetap

a. tinggi air dalam reactor 90 cm

b. panjang lintasan 30 cm

2. Variabel berubah

a. konsentrasi Na2SO3

Na2SO3 0,02 N
Na2SO3 0,03 N
Na2SO3 0,04 N

3.4 Prosedur Percobaan


1. Menentukan hold-up pada riser dan downcomer

13
a. Mengisi reaktor dengan air dan menghidupkan pompa, setelah
reaktor terisi air 90 cm maka pompa dimatikan.
b. Menambahkan Na2SO3 0,02 N untuk variabel 1, Na2SO3 0,03 N
untuk variabel 2 dan , Na2SO3 0,04 N untuk variabel 3ke dalam
reaktor, ditunggu 5 menit agar larutan Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan kompressor kemudian melihat ketinggian inverted
manometer setelah kompresor dihidupkan. Ambil sampel untuk
titrasi dan menghitung densitasnya.
e. Menghitung besarnya hold up gas.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2S2O3.5H2O 0,1N sampai terjadi perubahan
warna dari coklat tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.
3. Menentukan kecepatan sirkulasi
a. Merangkai alat yang digunakan.
b. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 0,02 N untuk variabel 1,
Na2SO3 0,03 N untuk variabel 2 dan , Na2SO3 0,04 N untuk variabel 3.
c. Menghidupkan kompresor.
d. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.
e. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.

14
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara Hold Up Gas dengan Konsentrasi

Tabel 4.1 Hubungan antara hold up gas dengan konsentrasi

Konsentrasi Hold up gas


Na2SO3 r d total
0,02 N 0,01005 0,00628 0,00854
0,03 N 0,00624 0,00377 0,00525
0,04 N 0,0113 0,00251 0,00777

0.015

0.01
r

0.005
d
0 total
0,02 0,03 0,04
Konsentrasi Na2SO3 (N)

Grafik 4.1 Hubungan antara hold up gas dengan konsentrasi

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa nilai hold up gas riser pada
masing-masing variabel berbeda, pada Na2SO3 0,02 N hold up gas risernya sebesar
0,01005, pada Na2SO3 0,03 N hold up gas risernya sebesar 0,00624 dan pada Na2SO3
0,04 N hold up gas risernya sebesar 0,0113. Nilai hold up gas downcomer pada
masing- masing variabel juga berbeda, yaitu pada Na2SO3 0,02 N hold up gas
downcomernya sebesar 0,00628, pada Na2SO3 0,03 N hold up gas downcomernya
sebesar 0,00377 dan pada Na2SO3 0,04 N hold up gas downcomernya sebesar
0,00251. Nilai hold up gas total pada masing-masing variabel juga berbeda, yaitu
pada Na2SO3 0,02 N hold up gas totalnya sebesar 0,00854, pada Na2SO3 0,03 N hold
up gas totalnya sebesar 0,00525 dan pada pada Na2SO3 0,03 N hold up gas totalnya

15
sebesar 0,00777.
Hal tersebut terjadi karena semakin banyak partikel yang terlarut dalam
cairan, maka mengakibatkan cairan tersebut sulit ditembus oleh dara, karena daya
yang akan diperlukan untuk menembus suatu cairan semakin besarsebagai akibat dari
kuatnya gayagesek antar lapisan gas dan cairannya, hal ini menyebabkan fraksi udara
dalam cairan berkurang dengan demikian hold up gas menurun ( Haryani dan
Widayat, 2011).

4.2 Hubungan antara Laju Sirkulasi dengan Konsentrasi

Tabel 4.2 Hubungan antara laju sirkulasi dengan konsentraasi

Konsentrasi ULd ULr


0.02 60 40.2439
0.03 7.5 5.03
0.04 6.67 6.67

80
Laju Sirkulasi

60
(cm/s)

40
ULd
20
0 ULr
0 0.02 0.04 0.06
konsenasi (N)

Grafik 4.2 Hubungan Antara Laju Sirkulasi dengan konsentrasi

Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa laju sirkulasi (untuk


riser dan downcomer) menurun pada peningkatan konsentrasi larutan
Na2SO3. Berdasarkan persamaan berikut :

= 1,911 104()0,525(1 +/)0,5530,89

Keterangan :

JG : laju alir udara masuk

16
: viskositas cairan

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa viskositas berbanding


terbalik dengan laju alir udara masuk, semakin tinggi viskositas menyebabkan
laju alir udara menjadi semakin menurun. Laju alir udara yang turun ini
menyebabkan laju sirkulasi larutan menjadi turun pula karena laju alir udara
yang kecil menimbulkan daya dorong yang kecil untuk mensirkulasikan
sejumlah massa tertentu.

Dari grafik diatas, tampak bahwa laju sirkulasi downcomer lebih


tinggi jika dibandingkan dengan laju sirkulasi riser. Hal ini disebabkan karena
laju sirkulasi berbanding terbalik dengan luas area (downcomer 77 cm2 dan
luas riser 114,8 cm2). Hal ini sesuai dengan persamaan (6). Dengan nilai luas
daerah riser lebih besar, maka sebagai pembagi akan menghasilkan nilai ULr
yang lebih kecil jika dibandingkan ULd (Haryani dan Widayat, 2011).

4.3 Hubungan antara Transfer Massa (KLa) dengan Konsentrasi

6000

4000
Kla

2000

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
Konsentrasi (N)

Gambar 4.3 Hubungan Transfer Masa (Kla) Dengan Konsentrasi

Dari Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi


Na2SO3, maka semakin tinggi pula nilai koefisien transfer massa gas-cair
(kLa). Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3,
laju alir udara berkurang, konsentrasi oksigen dalam medium bertambah, yang
menyebabkan perpindahan massa oksigen menjadi cepat dan perbedaan
konsentrasi oksigen besar. Akibatnya, oksigen yang masuk ke reaktor berada

17
pada jumlah yang relatif besar, maka persediaan O2 untuk bereaksi dengan
Na2SO3 makin besar (Haryani dan Widayat, 2011).

4.4 Hubungan antara waktu dengan Transfer Massa (KLa)

2.5
2
1.5
variabel 3
Kla (L/s)

1
0.5 variabel 2
0 variabel 1
0 20 40

t (menit)

Gambar 4.4 Hubungan waktu terhadap KLa

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa KLa setiap variabel semakin
menurun seiring bertambahnya waktu. Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana
semakin lama waktu maka besar KLa akan semakin menurun dengan konsentrasi
Na2SO3 yang sama. Menurunnya KLa dikarenakan laju perpindahan massa O2
semakin menurun. Berdasarkan reaksi yang terjadi dalam reaktor:

Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)

Semakin lama waktu tinggal maka Na2SO3 sisa yang akan bereaksi dengan O2
semakin berkurang sehingga larutan menjadi jenuh dan laju perpindahan oksigen
semakin kecil. Hal ini mengakibatkan koefisien perpindahan massa gas-cair
menjadi menurun ((Haryani dan Widayat, 2011).).

18
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Semakin tinggi konsentrasi Na2SO3 maka hold up gas akan semakin
menurun.
2. Semakin tinggi konsentrasi, maka laju aliran juga akan semakin menurun.
3. Semakin tinggi konsentrasi, transfer massa akan semakin besar.
4. Semakin lama waktu tinggal, maka nilai KLa akan semakin kecil.

5.2 SARAN
1. Pembuatan amilum sesuai dengan cara yang benar agar dapat digunakan
sebagai indicator.
2. teliti dalam menghitung h raiser dan downcomer.
3. perbedaan variabel tinggi cairan yang sangat kecil tidak memberikan efek
pada perhitungan koefisien transfer massa.

19
DAFTAR PUSTAKA
Christi, M. Y., 1989, Air-lift Bioreactor, El Sevier Applied Science, London.

Christi Yusuf, Fu Wengen dan Murray Moo Young. 1994. Relationship Between
Riser and Downcomer Gas Hold-Up In Internal-Loop Airlift Reactors
Without Gas-Liquid Separator. The Chemical Engineering Journal,57
(1995) B7-B13. Canada

Haryani dan Widayat. 2011. Pengaruh Viskositas dan Laju Alir terhadap
Hidrodinamika dan Perpindahan Massa dalam Proses Produksi Asam
Sitrat dengan Bioreaktor Air-Lift dan Kapang Aspergillus Niger. Jurnal
Reaktor Vol. 13. Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (diakses
tanggal 20 Juli 2015)

Popovic, M.K. and Robinson, C.W., (1989). Mass Transfer Stuy of External Loop
Airlift and a Buble Column. AICheJ., 35(3), pp. 393-405
Widayat. 2004. Pengaruh Laju Alir dan Viskositas Terhadap Perpindahan Massa
Gas-Cair Fluida Non Newtonian Dalam Reaktor Air Lift Rectangular.
Posiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN : 1411-
4216 (diakses tanggal 20 Juli 2015)

William, J. A., 2002, Keys To Bioreactor Selections, Chem. Eng. Prog, hal 3441

20
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

a. Kebutuhan Na2S2O3.5H2O 0,1 N ( basis 500 ml )


BM Na2S2O3.5H2O = 248,17 gr/mol
1000
N = x x Valensi

1000
0,1 N = 248,15 x x2
500

Gram = 6,2 gram


Luas Area Riser ( Ar ) = 8 cm x 14 cm =112 cm2
Luas Area Downcomer ( Ad ) = 5 cm x 14 cm = 70 cm2
Tinggi Cairan = 92 cm
Volume = (112 cm2 + 70 cm2 ) x 92 cm
= 16.744 cm3
b. Kebutuhan Na2SO3 0,035 N
1000
N = x x Valensi
1000
0,035 N = 126 x 16.744 x 2

Gram = 36,92 gram

21
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Penentuan Hold Up Gas
Masa picnometer + masa air = 47,83 gram
Masa picnometer = 21,164 gram
Masa air = (47,83 21,164) gram
= 26,666 gram
air = 1 gram/cm3 (referensi)
gas = 0,9968 gram/cm3 (referensi)

Volume air = 26,666 ml


Z = 92 cm- 10,5 cm
=81,5 cm

a. Variabel 1 ( Laju alir 5 m/s )

hr = 0,8 cm ; hd = 0,5 cm ; masa picno + cairan = 47,286 gram


(47,28621,164)
cairan = = 0.9796 gram/ml
26,666

hr
r = + x

0.9796 gr/ml 0,8


= (0.9796 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,0049

hd
d = + x

0.9796 gr/ml 0,5


= (0.9796 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,003

r+Add
total = +Ad

(112 x 0,0049)+( 70 x 0,003 )


= (112 + 70) gr/ml
= 0,0042

b. Variabel 2 ( Laju Alir 7 m/s)

hr = 0,9 cm ; hd = 0,6 cm ; masa picno + cairan = 47,808 gram


(47,80821,164)
cairan = = 0.9992 gram/ml
26,666

22
hr
r = + x

0.9992 gr/ml 0,9


= (0.9992 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,0055

hd
d = + x

0.9992 gr/ml 0,6


= (0.9992 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,0037

r+Add
total = +Ad

(112 x 0,0055)+( 70 x 0,0037 )


= (112 + 70) gr/ml
= 0,0048

c. Variabel 3 ( Laju alir 10 m/s )

hr = 01,2 cm ; hd = 0,9 cm ; masa picno + cairan = 47,865 gram


(47,86521,164)
cairan = = 1,0013 gram/ml
26,666

hr
r = + x

1,0013 gr/ml 1,2


= (1,0013 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,0074

hd
d = x
+

1,0013 gr/ml 0,9


= (1,0013 + 0,9968) gr/ml x 81,5 = 0,0055

r+Add
total = +Ad

(112 x 0,0074)+( 70 x 0,0055 )


= (112 + 70) gr/ml
= 0,0067

2. Penentuan Laju Sirkulasi


Variabel 1 (Laju alir 5 m/s)

ULd =

30
ULd =
3,5

23
= 8,571 cm/s

ULr = ULd X

70 2
= 8,571 cm/s x 112 2

= 5,357 cm/s

Variabel 2 (Laju alir 7 m/s)



ULd =

30
ULd =
1,8

= 16,667 cm/s

ULr = ULd X

70 2
= 16,667 cm/s x 112 2

= 10,417 cm/s

Variabel 3 (Laju alir 10 m/s)



ULd =

30
ULd =
1,5

= 20 cm/s

ULr = ULd X

70 2
= 20 cm/s x 112 2

= 12,5 cm/s

3. Perhitungan nilai KLa tiap variabel

Berdasarkan perhitungan menggunakan Excel, didapat hasil sebagai berikut

24
Variabel 1 (Laju alir 5 m/s)
t Volume a b c
(menit) titran (ml) (mmol) (mmol) (mmol) d (mmol) e (mmol) Kla (L/s)
0 3,3 293,02 0,5 0,4175 146,3013 0 0
5 7,1 293,02 0,5 0,3225 146,3488 15,61053333 1951,317
10 6,7 293,02 0,5 0,3325 146,3438 7,805 975,625
15 7,6 293,02 0,5 0,31 146,355 5,203733333 650,4667
20 8,5 293,02 0,5 0,2875 146,3663 3,9031 487,8875
25 8,4 293,02 0,5 0,29 146,365 3,122453333 390,3067
30 8,5 293,02 0,5 0,2875 146,3663 2,602066667 325,2583
KLa rata-rata (L/s) 682,9801

Variabel 2 (Laju alir 7 m/s)

t Volume a b c d
(menit) titran (ml) (mmol) (mmol) (mmol) (mmol) e (mmol) Kla (L/s)
0 5,8 293,02 0,5 0,355 146,3325 0 0
5 6,8 293,02 0,5 0,33 146,345 15,6101333 1951,267
10 6,9 293,02 0,5 0,3275 146,3463 7,80513333 975,6417
15 6,8 293,02 0,5 0,33 146,345 5,20337778 650,4222
KLa rata-rata (L/s) 894,3326

Variabel 3 (Laju alir 10 m/s)


t Volume a b c
(menit) titran (ml) (mmol) (mmol) (mmol) d (mmol) e (mmol) Kla (L/s)
0 6,6 293,02 0,5 0,335 146,3425 0 0
5 7,6 293,02 0,5 0,31 146,355 15,6112 1951,4
10 7,8 293,02 0,5 0,305 146,3575 7,80573333 975,7167
15 7,7 293,02 0,5 0,3075 146,3563 5,20377778 650,4722
KLa rata-rata (L/s) 894,3972

25

Anda mungkin juga menyukai