Anda di halaman 1dari 43

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/287490143

Membran Superhidrofobik

Book · December 2015

CITATIONS READS

0 3,287

4 authors, including:

I Gede Wenten Nurul Himma


Bandung Institute of Technology Brawijaya University
442 PUBLICATIONS   1,840 CITATIONS    15 PUBLICATIONS   125 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Sofiatun Anisah
Hiroshima University
8 PUBLICATIONS   43 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

[INDUSTRIAL CONTRACT] Improvement of CO2 Removal Unit in Subang Field, PT. Pertamina View project

[INDUSTRIAL PROJECT] Studi Improving Separation System Performance (in term of removing heavy hydrocarbon) AT Singa Gas Facilities View project

All content following this page was uploaded by I Gede Wenten on 11 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Lecture Note

MEMBRAN SUPERHIDROFOBIK
Pembuatan, Karakterisasi, dan Aplikasi

I G. Wenten
Nurul F. Himma
Sofiatun Anisah
Nicholaus Prasetya

Diktat
Departemen Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung
2014 Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015
Diktat Kuliah

MEMBRAN SUPERHIDROFOBIK
Pembuatan, Karakterisasi, dan Aplikasi

I G. Wenten
Nurul F. Himma
Sofiatun Annisah
Nicholaus Prasetya

Departemen Teknik Kimia


Institut Teknologi Bandung
2015

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 2


Daftar Isi

BAB 1 Perkembangan Membran Hidrofobik dan


Superhidrofobik
Membran Hidrofobik dan Perkembangannya
Pentingnya Membran Superhidrofobik

BAB 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas


Teori Superhidrofobisitas
Sudut Kontak dan Model Pembasahan
Histeresis Sudut Kontak
Sudut Geser
Inspirasi Biologis

BAB 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik


Pemrosesan Langsung
Peningkatan Pemisahan Fasa
Pencampuran dengan Aditif
Electrospinning
Modifikasi Permukaan
Perlakuan Plasma
Pelapisan Film Polimer Kasar
Deposisi Uap Kimia
Metode Sol-gel
Metode Pencangkokan
Metode Lain

BAB 4 Karakterisasi Membran Superhidrofobik


Pengukuran Sudut Kontak
Pengukuran Tekanan Masuk Membran
Karakterisasi Morfologi Permukaan
Karakterisasi Kekasaran
Karakterisasi Kimia Permukaan

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 3


Daftar Isi

BAB 5 Pembasahan dan Fouling pada Membran


Superhidrofobik
Pembasahan Membran
Mekanisme Pembasahan
Sifat Anti-Pembasahan pada Membran Superhidrofobik
Fouling Membran
Mekanisme Fouling
Sifat Bebas Fouling pada Membran Superhidrofobik

BAB 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik


Distilasi Membran
Absorpsi Gas Membran
Pervaporasi
Emulsifikasi Membran
Kristalisasi Membran
Pemisahan Minyak-Air
Filtrasi Minyak Nabati
Aplikasi Lain

Daftar Pustaka

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 4


BAB 1

Perkembangan Membran Hidrofobik dan


Superhidrofobik
Membran Hidrofobik
Membran merupakan sebuah
penghalang selektif antara dua
fasa, yang memiliki kemampuan
untuk memindahkan suatu
komponen dari campuran
umpan dengan lebih baik
daripada komponen lain,
sehingga pemisahan dapat
tercapai.

Sifat permukaan membran


terbagi menjadi: hidrofilik dan
hidrofobik.

Sudut kontak air < 90° Sudut kontak air> 90°

Hidrofilik Hidrofobik

tidak terbasahi oleh aqueous phase

Dibutuhkan untuk aplikasi:


Distilasi membran , Absorpsi gas membran, Kristalisasi membran,
Filtrasi minyak

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 5


Bab 1 Perkembangan Membran Hidrofobik dan Superhidrofobik

Material Membran Hidrofobik


Membran hidrofobik umumnya dibuat dari polimer yang memiliki energi permukaan
rendah, seperti: polypropylene (PP), polyethylene (PE), polyvinylidene fluoride (PVDF) atau
polytetrafluoroethylene (PTFE) (Nishikawa dkk., 1995, Albrecht dkk., 2005).

Tabel 1.1 Material membran polimerik dan energi permukaannya (Mulder, 1996; Ahmad dkk., 2014)

Polimer Energi permukaan, γs (103 N/m)


Poly(dimethylsiloxane) (PDMS) 22,0
Polytetrafluoroethylene (PTFE) 19,1
Polytrifluoroethylene (PF3E) 23,9
Polyvinylidenefluoride (PVDF) 30,3
Polyvinylchloride (PVC) 36,7
Polyvinylidene chloride (PVDC) 45,0
Polyethylene (PE) 33,2
Polypropylene (PP) 30,0
Polystyrene (PS) 42,0
Polyethyleneterephthalate (PET) 44,6
Polysulfone (PSf) 41,0
Polyethersulfone (PES) 113,7
Polyamide (PA) 35,9

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 6


Bab 1 Perkembangan Membran Hidrofobik dan Superhidrofobik

Membran Hidrofobik Komersial

Membran PP Accurel®
(Flat sheet, Capillary, Tubular)

Membran PTFE 11807, 11806, 11803,


11842, 15C77
(Flat sheet)

Membran PP
(Hollow Fiber, Capillary, Tubular)

Membran PE
(Hollow Fiber)

Membran PTFE Fluoropore


(Flat sheet)

Membran PTFE, PP
(Flat sheet)

Gambar 1.1 Membran hidrofobik komersial

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 7


Bab 1 Perkembangan Membran Hidrofobik dan Superhidrofobik

Pentingnya Membran Superhidrofobik


Penelitian tentang penggunaan membran hidrofobik menunjukkan bahwa meskipun
membran bersifat hidrofobik, pembasahan membran oleh cairan absorben masih terjadi (Lv
dkk., 2010), yang menyebabkan peningkatan tahanan perpindahan massa, dan sebagai
akibatnya, terjadi penurunan kinerja membran pada operasi jangka panjang (Zhang dkk.,
2008, Lv dkk., 2012b). Untuk meningkatkan kinerja pemisahan membran hidrofobik,
penelitian-penelitian semakin berkembang untuk meningkatkan hidrofobisitas membran ke
arah superhidrofobik.

Penurunan
θ hidrofobisitas θ

Pembasahan pori
membran
cairan gas cairan gas
Fluks

0 Waktu operasi t

Gambar 1.2 Ilustrasi penurunan fluks akibat pembasahan membran

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 8


Bab 1 Perkembangan Membran Hidrofobik dan Superhidrofobik

Perkembangan Membran Superhidrofobik


Membran superhidrofobik mengalami perkembangan yang relatif cepat akhir-akhir ini.
Sebagaimana ditunjukkan dengan jumlah artikel yang berkaitan dengan “superhydrophobic
membrane” meningkat dengan cepat dalam lima tahun terakhir.

1000
ultrahydrophobic
900 superhydrophobic
superhydrophobic membrane
800
20
Jumlah paper yang diterbitkan

Jumlah paper yang diterbitkan

700 18
16
14
600
12
10
500 8
6
400 4
2
300 0

200
Tahun
100

Tahun

60
Jumlah paper yang diterbitkan

50

40

30

20

10

Tahun
Gambar 1.3 Jumlah artikel terbit yang berhubungan dengan “ultrahydrophobic”,
“superhydrophobic”, dan “superhydrophobic membrane” dengan TITLE-ABS-KEY
yang terindeks Scopus

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 9


BAB 2

Dasar-dasar Superhidrofobisitas

Latar Belakang Teoritis


Secara umum, sifat permukaan membran dibagi menjadi dua, yaitu hidrofilik dan hidrofobik.
Pada membran hidrofilik, air akan membasahi membran secara spontan. Sedangkan pada
membran hidrofobik, pembasahan membran oleh air tidak terjadi. Hidrofobisitas suatu
membran dapat diindikasikan dengan nilai sudut kontak, histeresis sudut kontak, dan sudut
geser.

Sudut Kontak dan Model Pembasahan


Sudut kontak (θ) adalah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis singgung terhadap cairan
pada garis kontak dan sebuah garis yang melalui dasar dari tetes cairan

θ θ
θ
θ

Superhidrofilik Hidrofilik Hidrofobik Ultrahidrofobik Superhidrofobik


θ = ~ 0° 0° < θ < 90° 90° < θ < 120° 120° < θ < 150° θ > 150°
Hidrofobisitas

Gambar 2.1 Profil tetes air dan sudut kontak pada permukaan membran dengan hidrofobisitas berbeda

(Celia dkk., 2013; Onda dkk.., 1996; Roach dkk., 2008; Drelich dkk., 2011)

Model Young

cos 
 SV
  SL  valid untuk
permukaan datar,
 LV halus, dan homogen

γLV : tegangan antarmuka cairan-uap


γSL : tegangan antarmuka padatan- cairan
γSV : tegangan antarmuka padatan-uap
Gambar 2.2 Sudut kontak pada permukaan halus
(Good, 1992, Xu dkk., 2009b)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 10


Bab 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas

Model Wenzel
 kekasaran (r) permukaan berkontribusi penting terhadap
cos r  r cos kelakuan pembasahan pada permukaan padat
 terbatas pada permukaan kasar yang homogen

Faktor kekasaran (r) merupakan parameter tak-berdimensi yang selalu lebih besar dari 1.
Berdasarkan persamaan Wenzel, jika θ < π/2 maka θr < θ dan jika θ > π/2 maka θr < θ . Oleh
karena itu, pada model Wenzel, kekasaran dapat meningkatkan hidrofilisitas pada
permukaan yang pada awalnya terbasahi. Sedangkan pada permukaan yang pada awalnya
tidak terbasahi, kekasaran dapat membuat permukaan semakin tidak terbasahi, yang
menyebabkan peningkatan hidrofobisitas (Wang dkk., 2012)

Model Cassie-Baxter

cos c  f1 cos1  f2 cos2 model untuk permukaan heterogen

Jika f adalah area fraksional dari cairan yang kontak dengan padatan, (1 – f)
adalah area fraksional dari udara, dengan θ =180° untuk udara
sudut kontak pada permukaan heterogen (berpori)
cos c  f cos  f  1 menurun dengan peningkatan bagian permukaan
terbasahi (f)

Gambar 2.3 Kelakuan droplet air pada sebuah permukaan kasar: (a) kondisi Wenzel; (b) kondisi Cassie-Baxter

Biasanya droplet air cenderung melekat pada permukaan yang mengikuti pembasahan model
Wenzel, dan akan bergulir dengan mudah pada permukaan yang mengikuti pembasahan
model Cassie dan Baxter.

(Wenzel, 1936; Wang dkk., 2012; Cassie dan Baxter, 1944; Roach dkk., 2008)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 11


Bab 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas

Histeresis Sudut Kontak


Sifat superhidrofobik juga diindikasikan dengan histeresis sudut kontak yang rendah (kurang
dari 10°). Ini berarti bahwa tetes-tetes air akan berguling dengan sangat mudah pada
permukaan superhidrofobik.

Δθhist : histeresis sudut kontak


 hist   A   R θA : sudut kontak maksimum (advancing contact angle)
θR : sudut kontak minimum (receding contact angle)

Adanya histeresis ini berarti bahwa sistem dalam kondisi metastable. Histeresis sudut kontak
terjadi utamanya karena kekasaran dan heterogenitas permukaan.
θA0 dan θR0 adalah sudut kontak advancing dan receding
cos A 0  cos A 0 pada permukaan halus. Untuk antarmuka yang
 A   R  fSL r
2r cos 0  1 homogen, area fraksional antarmuka padat-cair di
bawah tetesan, fSL = 1.

Untuk permukaan homogen, peningkatan kekasaran (r tinggi) menyebabkan peningkatan


histeresis sudut kontak (θA – θR tinggi). Sedangkan untuk permukaan heterogen, nilai fSL yang
kecil memberikan nilai histeresis sudut kontak yang kecil

Sudut Geser
Sudut geser (sliding angle) didefinisikan sebagai sudut kritis dimana tetes air dengan berat
tertentu mulai untuk tergelincir ke bawah pada pelat miring

Gambar 2.4 Histeresis sudut kontak (θA – θR) dan sudut geser (α) dari tetes cairan di atas permukaan membran

Sudut geser tergantung pada kekuatan interaksi antara cairan dan padatan. Sudut geser
dapat dideskripsikan dengan persamaan Furmidge.

σ : tegangan permukaan cairan, α : sudut geser, g :


mg sin  w cos R  cos A  percepatan gravitasi, m dan w adalah berat dan lebar
lingkaran kontak dari droplet cairan.
(Extrand dan Kumagai, 1995; Roach dkk., 2008, Celia dkk., 2013; Wang dkk., 2012; Michael dan Bhushan, 2007;
Furmidge, 1962 )

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 12


Bab 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas

Inspirasi Biologis
Lebih dari 200 tanaman dan banyak serangga adalah water-repellent, yang berfungsi untuk
melindunginya dari air.

Superhidrofobisitas pada Tanaman


Water-repellency telah mendapat banyak perhatian dalam investigasi struktur permukaan
tanaman pada tahun 1970an.

Daun Lotus (Nelumbo nucifera)


diteksturkan dengan protusions
berukuran 3-10 μm dan valleys
yang seragam, yang didekorasi
dengan partikel-partikel dari
material wax hidrofobik yang
berukuran 70-100 nm.
Sudut kontak air 161 ± 28°.

Struktur hirarkis
(struktur mikro dan nano )

Chinese watermelon.
Sudut kontak air 161 ± 28°.

Struktur kesatuan
(struktur micro-line)

Gambar 2.5 Karakteristik morfologi daun tanaman yang memiliki (Guo dan Liu, 2007)
sifat superhidrofobik (Guo dan Liu, 2007)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 13
Bab 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas

Superhidrofobisitas pada Hewan


Banyak serangga seperti water strider, kupu-kupu, jengkerik (cicada), juga menunjukkan
superhidrofobisitas.

Gambar 2.5 Karakteristik morfologi hewan dengan permukaan superhidrofobik (Zhang dkk., 2012)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 14


BAB 3

Pembuatan Membran Superhidrofobik

Pemrosesan Langsung
Pada metode pemrosesan langsung, modifikasi superhidrofobik dapat dicapai selama proses
pembuatan membran.

Peningkatan Pemisahan Fasa


Hidrofobisitas dengan peningkatan kekasaran permukaan melalui peningkatan pemisahan
fasa, yang dapat dicapai dengan:
 pemilihan koagulan pada non-solvent induced phase separation (NIPS) (Kuo dkk., 2008)
 mengontrol temperatur uap, waktu pajanan atau induksi uap pada vapor-induced phase
separation (VIPS) (Peng dkk., 2012a; Fan dkk., 2013; Peng dkk., 2012b)
 mengontrol konsentrasi polimer awal dalam larutan casting (Peng dkk., 2012b)

Pencampuran dengan Aditif


Mencampurkan aditif hidrofobik atau polimer hidrofobik ke dalam larutan polimer dalam
teknik inversi fasa merupakan metode populer untuk meningkatkan hidrofobisitas membran.
Aditif bisa berupa:
 surface modifying macromolecule (SMM) (Hamza dkk., 1997; Essalhi dan Khayet, 2012; Suk
dkk., 2010; Bakeri dkk., 2012a, Bakeri dkk., 2012b; Rahbari-Sisakht dkk., 2012a; Rahbari-
Sisakht dkk., 2012b, Mansourizadeh dkk., 2014)
 nanopartikel superhidrofobik (Efome dkk., 2015)

Electrospinning
Electrospinning: sebuah proses produksi fiber-fiber skala nano dan mikro yang menggunakan
larutan polimerik yang bermuatan elektrostatik pada kondisi yang bervariasi. Metode ini
dapat digunakan untuk membuat membran superhidrofobik, dimana kekasaran diciptakan
selama spinning. Morfologi dan sifat-sifat permukaan dari electrospun fibers bergantung pada
parameter sistem dan parameter proses (Khan dkk., 2013). Yang sudah dilakukan:
 pemilihan pelarut (Kang dkk., 2008)
 mengontrol viskositas larutan atau konsentrasi polimer (Liao dkk., 2013b; Patel dan Chase,
2014; Zhou dan Wu, 2015)
 penambahan nanopartikel (Wang dkk., 2011; Liao dkk., 2014b; Li dkk., 2015)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 15


Bab 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik

Host material improvement of the phase


separation process by
controlling process parameters
and/or coagulant

Host material Additive

processing

Host material Additive (option)

electrospinning

High voltage
power supply

Gambar 3.1. Membran superhidrofobik yang dibuat secara langsung melalui proses peningkatan pemisahan fasa
(A), pencampuran dengan aditif polimer hidrofobik (B), atau proses electrospinning (C)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 16


Bab 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik

Modifikasi Permukaan
Membran superhidrofobik dihasilkan dengan modifikasi permukaan membran yang sudah
ada.

Perlakuan Plasma
Umumnya, perlakuan plasma digunakan untuk
meningkatkan hidrofobisitas membran dengan
fluorinasi permukaan membran.

Gambar 3.2
Skema modifikasi permukaan dalam reaktor plasma
(Ebnesajjad, 2009)

Tabel 3.1 Ringkasan perlakuan plasma untuk meningkatkan hidrofobisitas membran


Membran Plasma Kondisi Sudut kontak Ref.
(Substrat) operasi air
PP Freon-116 t = 1-40 menit > 120° Bae dkk.,
P = 50-100 W 2001
PP CF4 t = 5 menit 143° Lin dkk.,
P = 20 W 2009
PES CF4 t = 40 menit a124°/125° Wei dkk.,
P = 200 W 2012
PVDF CF4 t = 15 menit 162,4° Yang dkk.,
P = 150 W 2014
PVDF CF4 t = 20 menit 162,5° Yang dkk.,
P = 150 W 2015
PP PTFE t = 30 menit 151° Franco dkk.,
P = 200 W 2011
Benzen+Sikloheks P = 150 W 167° Lee dkk.,
an (8:2) 2011
t : lama perlakuan plasma; W : daya kerja
apermukaan membran bagian atas/bawah

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 17


Bab 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik

Pelapisan Film Polimer Kasar


Lapisan polimer kasar dapat dibuat dengan menambahkan non-pelarut atau nanopartikel ke
dalam larutan coating.

Pelapisan Pelarut/Non-pelarut
Lapisan coating superhidrofobik dibuat dengan melarutkan polimer hidrofobik dalam sebuah
pelarut, diikuti dengan penambahan non-pelarut, kemudian didepositkan di atas membran
substrat. Konsep dasar dari teknik ini adalah kemampuan non-pelarut untuk mengagregasikan
papilla skala mikro dan nano yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kekasaran
permukaan dan dengan demikian akan meningkatkan hidrofobisitas permukaan (Erbil dkk.,
2003; Ahmad dkk., 2013b).

Gambar 3.3 Skema metode pelapisan pelarut-nonpelarut (Himma dkk., 2015)

Tabel 3.2 Peningkatan hidrofobisitas dengan pelapisan pelarut/non-pelarut


Membran Sudut kontak Kekasaran,
Polimer Non-pelarut Ref.
Substrat air (°) Rms (nm)
(Franco dkk.,
PP PP MEK 169 435
2008)
(Lv dkk.,
PP PP MEK 149 166
2012a)
(Lv dkk.,
PP PP Sikloheksanon 162 404
2012a)
(Lv dkk.,
PP PP MEK+Sikloheksanon 158 274
2012a)
(Ahmad dkk.,
PP LDPE Aseton+Etanol 161 219
2013b)
(Ahmad dkk.,
PVDF LDPE Aseton+Etanol 152 223
2013a)

Rms = root mean square roughness


Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 18
Bab 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik

Penggunaan Nanopartikel Inorganik


Nanopartikel dapat mempercepat proses pemisahan fasa dengan bertindak sebagai inti
heterogen untuk polimer (Liu dkk., 2010, Hejazi dkk., 2014).

Penggunaan kombinasi nanopartikel dan sistem pelarut/non-pelarut juga telah diusulkan


untuk mengurangi jumlah nanopartikel dan naon-pelarut yang diperlukan untuk mencapai
superhidrofobisitas (Seyfi dkk., 2015)

Deposisi Uap Kimia (Chemical Vapor Deposition, CVD)


Chemical vapor deposition (CVD) adalah proses dimana sebuah film padat tipis didepositkan
di atas sebuah substrat melalui reaksi kimia spesi gas.

Metode ini dapat mendepositkan coating secara seragam di seluruh kontur substrat dan
permukaan yang kompleks, dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar pada penggunaan
prekursor kimia dengan cakupan yang luas, seperti senyawa halida, hidrida, organo-metalik
(Xu dan Yan, 2010)

Metode Sol-gel
Pada proses sol-gel, prekursor dikonversi menjadi material seperti kaca melalui serangkaian
hidrolisis dan reaksi polikondensasi (Celia dkk., 2013). Kekasaran permukaan dapat dikontrol
dengan memvariasikan kondisi sistem dan campuran reaksi (Chao-Hua dkk., 2010).

Pada proses sol-gel, ikatan kovalen antara coating dan substrat dibentuk dengan kondensasi
atau/dan dehidrasi dalam proses curing (Chao-Hua dkk., 2010). Oleh karena itu, coating
superhidrofobik yang stabil dapat dihasilkan dengan menggunakan metode ini. Selain itu,
coating sol-gel superhidrofobik biasanya memberikan resistensi yang baik terhadap
temperatur.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 19


Bab 3 Pembuatan Membran Superhidrofobik

Metode Pencangkokan (Grafting method)


Metode grafting banyak digunakan untuk modifikasi permukaan membran keramik, dimana
umumnya digunakan senyawa fluorosilane (Lu dkk., 2009; Cerneaux dkk., 2009; Yu dkk.,
2015)

Gambar 3.4 Skema grafting membran keramik

Proses grafting dapat dilakukan dengan reaksi antara gugus-gugus hidroksil (-OH) pada
membran penyokong dan gugus-gugus etoksi (O-Et) yang ada dalam senyawa-senyawa
organosilan. Pada kasus ini, proses menyebabkan pembentukan lapisan monomolekuler
ddari senyawa organosilan pada permukaan membrane penyokong. Maka, sifat hidrofobik
dari membrane penyokong dapat ditingkatkan dengan menggunakan senyawa-senyawa
organosilan yang mengandung rantai fluorokarbon (FAS). Proses grafting ini dapat
diaplikasikan, baik untuk flat sheet dan hollow fiber, capillary, atau tubular.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 20


BAB 4

Karakterisasi Membran Superhidrofobik

Pengukuran Sudut Kontak


Metode-metode pengukuran sudut kontak dapat dibagi menjadi metode pengukuran sudut
kontak statis dan metode pengukuran sudut kontak dinamis. Metode pengukuran sudut
kontak statis meliputi: metode sessile drop dan metode captive bubble. Sedangkan,
pengukuran sudut kontak dinamis dapat dilakukan dengan menggunakan metode Wilhelmy
plate.

Pengukuran Sudut Kontak Statis


Pada metode sessile drop, sebuah tetes cairan ditempatkan pada permukaan membran,
kemudian sudut kontak θ antara permukaan padat dan tangen terhadap permukaan cairan
pada titik kontak (Gambar 4.1a) diukur. Pada metode ini, membran harus dikeringkan
terlebih dahulu karena kehadiran air dalam strukur mengubah harga sudut kontak.

Jika tidak diinginkan untuk mengeringkan membran atau ketika permukaan membran terlalu
berpori yang tidak menginjikan sudut kontak untuk diukur dengan menempatkan sebuah
tetesan di atas permukaan membran, metode captive bubble bisa digunakan (Causserand
dan Aimar, 2010). Pada metode ini, membran direndam dalam air. Kemudian gelembung
udara dimasukkan dan sudut kontak dari gelembung udara pada permukaan membran
bawah diukur (Gambar 4.1b).

Membrane
Air

Membrane

Air θ
bubble θ
Air Liquid
θ
drop

Membrane Liquid Liquid

Air injection

Gambar 4.1. Ilustrasi skematik metode (a) sessile drop, (b) captive bubble, dan (c) Wilhelmy untuk mengukur
sudut kontak (Xu dkk., 2009; Causserand dan Aimar, 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 21


Bab 4 Karakterisasi Membran Superhidrofobik

Pengukuran Sudut Kontak Dinamis


Pada metode Wilhelmy plate (Gambar 4.1c), sudut kontak advancing θa (sudut kontak pada
pencelupan) dan sudut kontak receding θr (sudut kontak pada penarikan) dapat dihitung
dengan menggunaan Pers. (4.1):
Fa,r   L p cos  a,r
dimana p is perimeter membram, γL adalah tegangan permukaan cairan, dan F adalah gaya
pencelupan atau penarikan

Pengukuran LEP
Proses membran yang menggunakan membran hidrofobik umumnya dioperasikan dengan
fasa yang tidak membasahi (nonwetting phase) pada tekanan lebih tinggi daripada fasa yang
membasahi (wetting phase). Besarnya beda tekanan lintas membran, yang disebut dengan
liquid entry pressure (LEP) atau breakthrough pressure tergantung pada tegangan
permukaan, sudut kontak, dan ukuran pori. Secara kuantitatif, diberikan oleh Laplace Young
(Kim dan Harriott, 1987):
2 cos 
Pc  
r
dimana ∆P adalah beda tekanan kritis lintas membran, γ adalah tegangan permukaan cairan,
θ adalah sudut kontak, dan r adalah jari-jari pori membran. Dari persamaan (4.2), untuk fluida
tertentu, pembasahan membran dapat diperlambat dengan penurunan ukuran pori
membran dan peningkatan sudut kontak

Pengatur tekanan
P
Kontainer
cairan

Membran
hollow
fiber

Pengatur tekanan
Tabung
N2
Gambar 4.2 Diagram skematik untuk pengukuran LEP

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 22


Bab 4 Karakterisasi Membran Superhidrofobik

Karakterisasi Morfologi
Superhidrofobisitas suatu permukaan
sangat dipengaruhi oleh morfologi
permukaannya. Scanning electron
microscope (SEM) merupakan alat yang
sering digunakan untuk menampakkan
karakteristik morfologi suatu material.
SEM adalah sebuah instrumen yang
menggunakan elektron-elektron
berenergi tinggi dalam sebuah raster-scan
pattern untuk membentuk gambar-
gambar, atau mengumpulkan sinyal-sinyal
lain, membentuk permukaan tiga dimensi
dari sebuah sampel (Zhu dan Inada,
2012).

Gambar 4.3 Konfigurasi dasar dari SEM (Xu dkk., 2009)

Karakterisasi Kekasaran
Kekasaran permukaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hidrofobisitas
permukaan yang diindikasikan dengan nilai sudut kontak. Karakterisasi kekasaran dapat
dilakukan dengan menggunakan atomic force microscopy (AFM).

Gambar 4.4 Konfigurasi dasar dari AFM (Hilal dan Johnson, 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 23


BAB 5

Pembasahan dan Fouling pada Membran


Superhidrofobik
Pembasahan
Sebuah membran yang dikontakkan dengan suatu cairan dapat terbasahi oleh cairan tersebut
secara spontan, atau tidak terbasahi oleh cairan hingga tekanan lewat membran
(transmembrane pressure) melebihi tekanan masuk cairan (liquid entry pressure, LEP).
Berdasarkan persamaan Laplace-Young, untuk sifat cairan dan ukuran pori tertentu, LEP
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan sudut kontak melalui peningkatan hidrofobisitas.
Oleh karena itu, superhidrofobisasi membran dapat meningkatkan LEP, yang selanjutnya
meningkatkan resistensi membran terhadap pembasahan.

Gambar 4.4 Perbandingan antara kelakuan pembasahan membran hidrofobik dan superhidrofobik

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 24


Bab 5 Pembasahan dan Fouling pada Membran Superhidrofobik

Fouling
Umumnya diakui bahwa membran hidrofilik kurang rentan terhadap fouling daripada
membran hidrofobik. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa membran hidrofobik
dengan energi permukaan yang rendah memiliki kecenderungan yang rendah terhadap
fouling.

Membran hidrofobik (membran fluoropolymer) memberikan kecenderungan fouling terkecil


dalam filtrasi biological mixed liquor, dibandingkan dengan membran sululosa dan membran
polisulfon. Hasil eksperiman menunjukkan bahwa fouling membran lebih tergantung pada
tegangan permukaan dispersif dari material membran daripada hidrofobisitas permukaan.
(Choo and Lee, 2000)

Sifat energi permukaan yang rendah dari permukaan hidrofobik dapat meminimalkan gaya
antarmolekuler antara foulant-foulant dan permukaan, sehingga foulant-foulant dihilangkan
dengan gaya hydrodynamic shear yang rendah atau dengan pembersihan mekanik yang
sederhana, yang menunjukkan sifat “fouling-release” .
(Zhao dkk., 2013)

Foulant pada permukaan hidrofobik lebih mudah untuk dibersihkan daripada membran
hidrofilik
(Zhu dkk., 2013)

Gambar 4.5 Energi bebas fouling antara foulant dan permukaan membran (Choo dan Lee, 2000)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 25


BAB 6

Aplikasi Membran Superhidrofobik

Distilasi Membran
Distilasi membran (membrane distillation, MD) merupakan proses pemisahan secara non-
isotermal dengan menggunakan membran. Pada proses ini, dua fluida encer dengan
temperatur yang berbeda dipisahkan menggunakan membran hidrofobik mikroporous
dengan temperatur operasi yang lebih rendah daripada temperatur kedua fluida tersebut.
Perbedaan temperatur di antara dua fluida menyebabkan proses perpindahan molekul uap
dari sisi umpan (sisi hangat) ke sisi permeat (sisi dingin) melalui pori membran

Membran
Hidrofobik Aliran
pendingin
Mp, i
Mf, o Tbp,i
Tmf
Tbf,o Pori
Pmf
Tbf
J

Tmp
Pmp
Aliran umpan Tbp
panas Mp, oi
Lapisan Lapisan
Mf, i Tbp,o
batas umpan batas
Tbf,i
permeat
Qf Qm Qp

Gambar 5.1 Profil temperatur dan tekanan di sepanjang membran distilasi

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 26


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Konfigurasi proses MD dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:


 Direct Contact MD (DCMD), dimana membran berkontak dengan fase cair di kedua sisi,
sedangkan fase gas terperangkap di antara pori membran. Daya dorong untuk transfer
massa didukung oleh perbedaan temperatur yang dipertahankan di antara dua fase cair
yang menghadap kearah membran.
 Air Gas MD (AGMD), dimana tambahan celah udara terdapat di sela di antara permukaan
membran dan kondensasi.
 Vacuum MD (VMD), dimana fase uap dihilangkan dari fase cair melalui membran dan
kondensasi atau proses dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat terpisah.
 Sweeping gas MD (SGMD), dimana pada proses ini digunakan stripping gas sebagai gas
pembawa.
(Gostoli dan Sarti, 1989)

Keluaran Keluaran
Aliran umpan

Aliran umpan

Celah udara
Membran

Aliran air

Aliran air
Membran

(Air Gap)
panas

panas
dingin

dingin
Air

Umpan Permeat Keluaran Umpan Permeat Keluaran


DCMD AGMD

Keluaran Sweeping Gas Keluaran


Aliran umpan
Aliran umpan

Sweeping

Tekanan
Membran
Membran

panas

vakum
panas

gas

Kondensor

Permeat Pompa
Kondensor

vakum
Umpan Sweeping Gas Umpan

Permeat
SGMD VMD

Gambar 5.2 Konfigurasi proses distilasi membran

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 27


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Absorpsi Gas Membran


Teknologi absorpsi gas membran (AGM) menggabungkan teknik konvensional dari absorpsi
gas ke dalam larutan dan sebuah membran kontaktor sebagai perangkat transfer massa.
Dalam proses AGM, membran mikropori pada membran kontaktor digunakan sebagai alat
untuk menjaga transfer massa antar-fase dan untuk meningkatkan tranfer massa di antara
fase. Proses transfer massa terjadi ketika gas terlarut berdifusi melalui membran dan
teransorp ke dalam pelarut cair.

Mass Flux
Gas-liquid
interface

Solute gas

Hydrophobic
Liquid Gas
membrane

Gambar 5.3 Skema absorpsi gas membran dengan mode tanpa pembasahan

Teknologi AGM telah digunakan untuk absorpsi gas–gas asam, seperti: CO2, SO2, H2S (Zhang
dan Wang, 2013)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 28


Tabel 5.2 Kinerja membran PP superhidrofobik untuk penghilangan gas asam (Himma dkk., 2015)

Acid gas flux (x104) (mol/m2.s) Flux reduction (%)


Operation
Modification Method Feed Gas Absorbent Reference
Time
Unmodified PP Modified PP Unmodified PP Modified PP

Solvent-nonsolvent
MEA
method using CO2/N2 = 20/80 20 days 0.5b 1.3b 79b 32b [216]
1 mol L-1
cyclohexanone/MEK
Plasma treatment with AMP
CO2/N2 = 15/75 30 days 3.54 7.1 48b 4b [211]
CF4 1 mol L-1
Plasma treatment with
MEA
PTFE CO2/N2 = 14/86 25 days -a -a -a 20 [213]
20 wt.%
(flat sheet)
*
Plasma treatment with 165 hours 6.48b 6.41b 19 12
MEA
PTFE CO2/Air = 14/86 [214]
20 wt.% **
(hollow fiber) 46 hours 22.60b 31.38b 11b 7b
Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

*
Absorption of CO2 with gas stream in the lumen. **Absorption of CO2 with gas stream in the shell.
a
The data were not shown in the paper. bThe data were taken from figures or calculated from related data shown in papers.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015


29
Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Pervaporasi
Pervaporasi (PV) adalah proses pemisahan membran yang prinsip kerjanya berdasarkan
kelarutan relatif dan difusivitas dari setiap komponen pada material membran. PV
merupakan salah satu teknologi alternatif untuk proses pemisahan pada campuran azeotrop
atau campuran encer dan campuran komponen organik yang memiliki properti fisik dan kimia
yang mirip. Membran hidrofobik dan membran hidrofilik merupakan membran yang dapat
digunakan sebagai membran dalam proses PV. Pada membran hidrofobik, komponen organik
lebih diutamakan untuk meresap melewati membran, sehingga produk (permeat) yang
dihasilkan akan kaya dengan komponen organik

Membran
hidrofobik
Rentetat Permeat
Air

Fluks permeat

Umpan

Penyerapan Difusi Desorpsi

Gambar 5.4 Skema transfer massa dan proses pemisahan pada proses PV

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 30


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Emulsifikasi Membran
Emulsifikasi membran adalah sebuah metode untuk menghasilkan emulsi dengan mekanisme
drop-by-drop, yaitu fase terdispersi ditambahkan drop-by-drop melalui membran berpori
dalam fasa kontinyu. Emulsifikasi dengan membran hidrofobik umumnya digunakan untuk
pembuatan emulsi W/O, dimana air (water, W) sebagai fasa terdispersi dan minyak (oil, O)
sebagai fasa kontinyu.
(Piacentini dkk., 2010)

Permeasi dari fasa terdispersi


(pada tekanan operasi proses emulsifikasi)

Sirkulasi dari
Tetesan/ partikel
fasa kontinu Gabungan
Membran tetesan

Kristalisasi Membran
Kristalisasi membran adalah proses membran dimana pelarut volatile (biasanya air) menguap
melalui membran hidrofobik mikropori untuk memekatkan larutan umpan di atas batas
jenuhnya, sehingga mencapai lingkungan lewat-jenuh dimana kristal-kristal bisa bernukleasi
dan tumbuh. Gaya dorong proses tersebut adalah gradien tekanan uap. Material membran
hidrofobik lebih disukai untuk larutan umpan aqueous untuk menghindari pembasahan.
( Profio dkk., 2010)

Gambar 2.4 Prinsip umum kristalisasi membran (Di Profia dkk., 2005)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 31


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Pemisahan Air-Minyak
Proses pemisahan dengan menggunakan membran superhidrofobik didasarkan pada
perbedaan kemampuan keterbasahan membran oleh fluida [99]. Membran superhidrofobik
mudah terbasahi oleh minyak, sehingga penggunaan membran superhidrofobik dalam proses
pemisahan campuran air-minyak dapat secara efektif meningkatkan efisiensi proses
pemisahan

Sistem emulsi air Air


di dalam minyak
Membran

Minyak

Minyak murni

Gambar 5.5 Skema proses pemisahan emulsi air di dalam minyak dengan menggunakan membran hidrofobik

Tabel 5.3 Kinerja dari membran superhidrofobik dalam proses pemisahan campuran air-minyak
Tipe Membran/ Sudut kontak Tipe emulsi Kinerja pemisahan Ref.
Metode modifikasi air (°) umpan
Membran 158.4° Kerosene-air Fluks kerosene maks. = 0.117 L menit-1 (Ahmad dkk.,
superhidrofobik Tahanan membran min. = 1.03 x 1011 m-1 2013)
alumina (SS)/ metode Rejeksi air = 99.99%
grafting menggunakan
FAS
Membran DLC-coated 169° Air-minyak Kapasitas absorpsi membran : (Cortese dkk.,
cotton textile / plasma Olive oil = ~ 400% 2014)
treatment Pump oil > 1400%
Gasoline =~ 300%
Membran PS-g-CNTs 152° Air-minyak Fluks = 5000 L m-2 h-1 bar-1 (Gu dkk.,
/ metode grafting Efisiensi pemisahan > 99.94% 2014a)
menggunakan
polystyrene (PS)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 32


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Filtrasi Minyak Nabati


Dalam industri minyak nabati, teknologi membran diaplikasikan dalam beberapa proses,
seperti proses degumming, penyulingan basa untuk menghilangkan asam lemak bebas (FFA),
dan penghilangan asam dari minyak nabati.

Biji minyak Biji minyak


(oil seed) (oil seed)
Persiapan biji Persiapan biji
minyak minyak

Ekstraksi Ekstraksi
pelarut pelarut

Membran
Evaporasi Pendinginan Grinding NF
Meal

Minyak mentah Toasted


(crude oil) meal Minyak mentah
(crude oil)

Degumming Getah Lechitin Membran


UF Lesitin
Degumming
Minyak
degummed Membran
NF
Deacidification
Deacidification/ Soapstoc
Sentrifugasi
netralisasi k Membran
FFA
NF

Pencucian
Air
Membran
Pigmen
UF
Sentrifugasi Bleaching

Membran
Pengeringan Wax
MF
vakum Dewaxing

Hidrogenasi
Bleaching

Membran Nickel
Metal
MF recovery
Dewaxing
Hidrogenasi Membran
Deodorization
Pervaporasi
Deodorization
N2
MGA
Keluaran
(discharge)
Produk Produk

(A) (B)

Gambar 5.6 Diagram alir pengolahan minyak nabati : (A) Proses konvensional; (B) Proses pengolahan dengan
menggunakan membran yang dapat mengganti proses konvensional

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 33


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Aplikasi Lain

Ekstraksi Membran
Membran hirofobik
Sekat (mikroporous)
penyokong

Profil zat terlarut di fasa larutan


(konsentrasi fasa larutan)

Tekanan
P0 Tekanan
(PAQ > P0) PAQ
Pori
(PAQ > P0)

Profil zat terlarut di fasa pelarut Batasan


(konsentrasi fasa organik) antarmuka
Gambar 5.7

Pendinginan Evaporatif Membran


Udara yang belum Water Spray Nozzles
didinginkan
Alat pendingin
evaporatif secara
tidak langsung
Alat pendingin
evaporatif tidak
secara langsung

Blower udara

Udara
masuk

Permeat Packing
(udara jenuh)
Reject
(udara kering)
Membran Fiber

Genangan air

Pompa sirkulasi Makeup water

Gambar 5.8
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 34
Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Aplikasi Lain

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 35


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Aplikasi Lain

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 36


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Aplikasi Lain

Waste Lube Oil Refining with Ceramic Membrane


Pemurnian minyak pelumas bekas
dapat dilakukan dengan teknologi
membran. Padatan serta pengotor
lainnya terejeksi, sedangkan
minyak beserta beberapa aditif
dapat melewati membran.
Hasilnya, minyak pelumas jernih
didapatkan dengan kualitas seperti
minyak baru. Untuk proses ini,
membran keramik bersifat
hidrofobik digunakan pada
temperatur tinggi sehingga minyak
pelumas bekas yang baru
digunakan dapat langsung
diproses. Selain itu, hal-hal
tersebut meningkatkan fluks
sehingga proses lebih ekonomis.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 37


Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik

Aplikasi Lain

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 38


Daftar Pustaka
Ahmad, A. L., H. N. Mohammed, B. S. Ooi dan C. P. Leo (2013a): Deposition of a polymeric porous
superhydrophobic thin layer on the surface of poly(vinylidenefluoride) hollow fiber membrane,
Polish Journal of Chemical Technology, 15, 1.
Ahmad, A. L., H. N. Mohammed, B. S. Ooi dan C. P. Leo (2013b): Fabrication and Characterization of
Superhydrophobic Layer of Low Density Polyethylene on Polypropylene Hollow Fiber
Membrane, Caspian Journal of Applied Sciences Research, 2, 52-57.
Ahmad, N. A., C. P. Leo, A. L. Ahmad dan W. K. W. Ramli (2014): Membranes with Great
Hydrophobicity: A Review on Preparation and Characterization, Separation and Purification
Reviews, 44, 109-134.
Bae, B., B. H. Chun dan D. Kim (2001): Surface characterization of microporous polypropylene
membranes modified by plasma treatment, Polymer, 42, 7879-7885.
Bakeri, G., A. F. Ismail, D. Rana dan T. Matsuura (2012a): Development of high performance surface
modified polyetherimide hollow fiber membrane for gas–liquid contacting processes, Chemical
Engineering Journal, 198–199, 327-337.
Bakeri, G., T. Matsuura, A. F. Ismail dan D. Rana (2012b): A novel surface modified polyetherimide
hollow fiber membrane for gas–liquid contacting processes, Separation and Purification
Technology, 89, 160-170.
Cassie, A. B. D. dan S. Baxter (1944): Wettability of porous surfaces, Transactions of the Faraday
Society, 40, 546-551.
Causserand C, Aimar P. 1.15 - Characterization of Filtration Membranes. In: Drioli E, Giorno L, editors.
Comprehensive Membrane Science and Engineering. Oxford: Elsevier; 2010. p. 311-35.
Celia, E., T. Darmanin, E. Taffin de Givenchy, S. Amigoni dan F. Guittard (2013): Recent advances in
designing superhydrophobic surfaces, Journal of Colloid and Interface Science, 402, 1-18.
Cerneaux, S., I. Strużyńska, W. M. Kujawski, M. Persin dan A. Larbot (2009): Comparison of various
membrane distillation methods for desalination using hydrophobic ceramic membranes, Journal
of Membrane Science, 337, 55-60.
Chao-Hua, X., J. Shun-Tian, Z. Jing dan M. Jian-Zhong (2010): Large-area fabrication of
superhydrophobic surfaces for practical applications: an overview, Science and Technology of
Advanced Materials, 11, 033002.
Di Profio, G., E. Curcio dan E. Drioli (2010): 4.02 - Membrane Crystallization Technology,
Comprehensive Membrane Science and Engineering, E. DriolidanL. Giorno, Elsevier, Oxford, 21-
46.
Drelich, J., E. Chibowski, D. D. Meng dan K. Terpilowski (2011): Hydrophilic and superhydrophilic
surfaces and materials, Soft Matter, 7, 9804-9828.
Ebnesajjad, S. (2014): Chapter 9 - Plasma Treatment of Polymeric Materials, Surface Treatment of
Materials for Adhesive Bonding (Second Edition), S. Ebnesajjad, William Andrew Publishing,
Oxford, 227-269.
Efome, J. E., M. Baghbanzadeh, D. Rana, T. Matsuura dan C. Q. Lan (2015): Effects of
superhydrophobic SiO2 nanoparticles on the performance of PVDF flat sheet membranes for
vacuum membrane distillation, Desalination, 373, 47-57.
Essalhi, M. dan M. Khayet (2012): Surface segregation of fluorinated modifying macromolecule for
hydrophobic/hydrophilic membrane preparation and application in air gap and direct contact
membrane distillation, Journal of Membrane Science, 417–418, 163-173.
Extrand, C. W. dan Y. Kumagai (1995): Liquid Drops on an Inclined Plane: The Relation between
Contact Angles, Drop Shape, and Retentive Force, Journal of Colloid and Interface Science, 170,
515-521.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 39


Daftar Pustaka
Fan, H., Y. Peng, Z. Li, P. Chen, Q. Jiang dan S. Wang (2013): Preparation and characterization of
hydrophobic PVDF membranes by vapor-induced phase separation and application in vacuum
membrane distillation, Journal of Polymer Research, 20, 1-15.
Franco, J. A., S. E. Kentish, J. M. Perera dan G. W. Stevens (2008): Fabrication of a superhydrophobic
polypropylene membrane by deposition of a porous crystalline polypropylene coating, Journal
of Membrane Science, 318, 107-113.
Franco, J. A., D. D. deMontigny, S. E. Kentish, J. M. Perera dan G. W. Stevens (2011a):
Polytetrafluoroethylene (PTFE)-Sputtered Polypropylene Membranes for Carbon Dioxide
Separation in Membrane Gas Absorption: Hollow Fiber Configuration, Industrial & Engineering
Chemistry Research, 51, 1376-1382.
Franco, J. A., S. E. Kentish, J. M. Perera dan G. W. Stevens (2011b): Poly(tetrafluoroethylene)
Sputtered Polypropylene Membranes for Carbon Dioxide Separation in Membrane Gas
Absorption, Industrial & Engineering Chemistry Research, 50, 4011-4020.
Furmidge, C. G. L. (1962): Studies at phase interfaces. I. The sliding of liquid drops on solid surfaces
and a theory for spray retention, Journal of Colloid Science, 17, 309-324.
Good, R. J. (1992): Contact angle, wetting, and adhesion: a critical review, Journal of Adhesion Science
and Technology, 6, 1269-1302.
Guo, Z. dan W. Liu (2007): Biomimic from the superhydrophobic plant leaves in nature: Binary
structure and unitary structure, Plant Science, 172, 1103-1112.
Hamza, A., V. A. Pham, T. Matsuura dan J. P. Santerre (1997): Development of membranes with low
surface energy to reduce the fouling in ultrafiltration applications, Journal of Membrane
Science, 131, 217-227.
Hilal N, Johnson D. 1.16 – The Use of Atomic Force Microscopy in Membrane Characterization. In:
Drioli E, Giorno L, editors. Comprehensive Membrane Science and Engineering. Oxford: Elsevier;
2010. p. 337-53.
Himma Nurul, F.; Anisah, S.; Prasetya, N.; Wenten, I. G., J. Polym. Eng. 2015, DOI: 10.1515/polyeng-
2015-0112.
Kang, M., R. Jung, H.-S. Kim dan H.-J. Jin (2008): Preparation of superhydrophobic polystyrene
membranes by electrospinning, Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering
Aspects, 313–314, 411-414.
Khan, W. S., R. Asmatulu, M. Ceylan dan A. Jabbarnia (2013): Recent progress on conventional and
non-conventional electrospinning processes, Fibers and Polymers, 14, 1235-1247.
Kuo, C.-Y., H.-N. Lin, H.-A. Tsai, D.-M. Wang dan J.-Y. Lai (2008): Fabrication of a high hydrophobic
PVDF membrane via nonsolvent induced phase separation, Desalination, 233, 40-47.
Lee, S. H., Z. R. Dilworth, E. Hsiao, A. L. Barnette, M. Marino, J. H. Kim, J.-G. Kang, T.-H. Jung dan S. H.
Kim (2011): One-Step Production of Superhydrophobic Coatings on Flat Substrates via
Atmospheric Rf Plasma Process Using Non-Fluorinated Hydrocarbons, ACS Applied Materials &
Interfaces, 3, 476-481.
Li, Y., Z. Zhu, J. Yu dan B. Ding (2015): Carbon Nanotubes Enhanced Fluorinated Polyurethane
Macroporous Membranes for Waterproof and Breathable Application, ACS Applied Materials &
Interfaces, 7, 13538-13546.
Liao, Y., R. Wang, M. Tian, C. Qiu dan A. G. Fane (2013b): Fabrication of polyvinylidene fluoride (PVDF)
nanofiber membranes by electro-spinning for direct contact membrane distillation, Journal of
Membrane Science, 425–426, 30-39.
Liao, Y., R. Wang dan A. G. Fane (2014b): Fabrication of Bioinspired Composite Nanofiber Membranes
with Robust Superhydrophobicity for Direct Contact Membrane Distillation, Environmental
Science & Technology, 48, 6335-6341.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 40


Daftar Pustaka
Lin, S.-H., K.-L. Tung, W.-J. Chen dan H.-W. Chang (2009): Absorption of carbon dioxide by mixed
piperazine–alkanolamine absorbent in a plasma-modified polypropylene hollow fiber contactor,
Journal of Membrane Science, 333, 30-37.
Lu, J., Y. Yu, J. Zhou, L. Song, X. Hu dan A. Larbot (2009): FAS grafted superhydrophobic ceramic
membrane, Applied Surface Science, 255, 9092-9099.
Lv, Y., X. Yu, S.-T. Tu, J. Yan dan E. Dahlquist (2010): Wetting of polypropylene hollow fiber membrane
contactors, Journal of Membrane Science, 362, 444-452.
Lv, Y., X. Yu, J. Jia, S.-T. Tu, J. Yan dan E. Dahlquist (2012a): Fabrication and characterization of
superhydrophobic polypropylene hollow fiber membranes for carbon dioxide absorption,
Applied Energy, 90, 167-174.
Lv, Y., X. Yu, S.-T. Tu, J. Yan dan E. Dahlquist (2012b): Experimental studies on simultaneous removal
of CO2 and SO2 in a polypropylene hollow fiber membrane contactor, Applied Energy, 97, 283-
288.
Mansourizadeh, A., Z. Aslmahdavi, A. F. Ismail dan T. Matsuura (2014): Blend polyvinylidene
fluoride/surface modifying macromolecule hollow fiber membrane contactors for CO2
absorption, International Journal of Greenhouse Gas Control, 26, 83-92.
Michael, N. dan B. Bhushan (2007): Hierarchical roughness makes superhydrophobic states stable,
Microelectronic Engineering, 84, 382-386.
Onda, T., S. Shibuichi, N. Satoh dan K. Tsujii (1996): Super-Water-Repellent Fractal Surfaces, Langmuir,
12, 2125-2127.
Patel, S. U. dan G. G. Chase (2014): Separation of water droplets from water-in-diesel dispersion using
superhydrophobic polypropylene fibrous membranes, Separation and Purification Technology,
126, 62-68.
Peng, Y., H. Fan, Y. Dong, Y. Song dan H. Han (2012a): Effects of exposure time on variations in the
structure and hydrophobicity of polyvinylidene fluoride membranes prepared via vapor-
induced phase separation, Applied Surface Science, 258, 7872-7881.
Peng, Y., H. Fan, J. Ge, S. Wang, P. Chen dan Q. Jiang (2012b): The effects of processing conditions on
the surface morphology and hydrophobicity of polyvinylidene fluoride membranes prepared via
vapor-induced phase separation, Applied Surface Science, 263, 737-744.
Piacentini, E., A. Figoli, L. Giorno dan E. Drioli (2010): 4.03 - Membrane Emulsification, Comprehensive
Membrane Science and Engineering, E. DriolidanL. Giorno, Elsevier, Oxford, 47-78.
Rahbari-Sisakht, M., A. F. Ismail, D. Rana dan T. Matsuura (2012a): Effect of novel surface modifying
macromolecules on morphology and performance of Polysulfone hollow fiber membrane
contactor for CO2 absorption, Separation and Purification Technology, 99, 61-68.
Rahbari-Sisakht, M., A. F. Ismail, D. Rana dan T. Matsuura (2012b): A novel surface modified
polyvinylidene fluoride hollow fiber membrane contactor for CO2 absorption, Journal of
Membrane Science, 415–416, 221-228.
Roach, P., N. J. Shirtcliffe dan M. I. Newton (2008): Progess in superhydrophobic surface development,
Soft Matter, 4, 224-240.
Suk, D. E., T. Matsuura, H. B. Park dan Y. M. Lee (2010): Development of novel surface modified phase
inversion membranes having hydrophobic surface-modifying macromolecule (nSMM) for
vacuum membrane distillation, Desalination, 261, 300-312.
Wang, S., Y. Li, X. Fei, M. Sun, C. Zhang, Y. Li, Q. Yang dan X. Hong (2011): Preparation of a durable
superhydrophobic membrane by electrospinning poly (vinylidene fluoride) (PVDF) mixed with
epoxy–siloxane modified SiO2 nanoparticles: A possible route to superhydrophobic surfaces
with low water sliding angle and high water contact angle, Journal of Colloid and Interface
Science, 359, 380-388.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 41


Daftar Pustaka
Wang, B., Y. Zhang, L. Shi, J. Li dan Z. Guo (2012): Advances in the theory of superhydrophobic
surfaces, Journal of Materials Chemistry, 22, 20112-20127.
Wei, X., B. Zhao, X.-M. Li, Z. Wang, B.-Q. He, T. He dan B. Jiang (2012): CF4 plasma surface
modification of asymmetric hydrophilic polyethersulfone membranes for direct contact
membrane distillation, Journal of Membrane Science, 407–408, 164-175.
Wenzel, R. N. (1936): RESISTANCE OF SOLID SURFACES TO WETTING BY WATER, Industrial &
Engineering Chemistry, 28, 988-994.
Xu, Z., X. Huang dan L. Wan (2009b): Surface Engineering of Polymer Membranes, Springer Berlin
Heidelberg, New York.
Xu, Y. dan X.-T. Yan (2010): Introduction to Chemical Vapour Deposition, Chemical Vapour Deposition,
Springer London, 1-28.
Yang, C., X.-M. Li, J. Gilron, D.-f. Kong, Y. Yin, Y. Oren, C. Linder dan T. He (2014): CF4 plasma-modified
superhydrophobic PVDF membranes for direct contact membrane distillation, Journal of
Membrane Science, 456, 155-161.
Yang, C., M. Tian, Y. Xie, X.-M. Li, B. Zhao, T. He dan J. Liu (2015): Effective evaporation of CF4 plasma
modified PVDF membranes in direct contact membrane distillation, Journal of Membrane
Science, 482, 25-32
Yu, X., L. An, J. Yang, S.-T. Tu dan J. Yan (2015): CO2 capture using a superhydrophobic ceramic
membrane contactor, Journal of Membrane Science, 496, 1-12.
Zhang, H.-Y., R. Wang, D. T. Liang dan J. H. Tay (2008): Theoretical and experimental studies of
membrane wetting in the membrane gas–liquid contacting process for CO2 absorption, Journal
of Membrane Science, 308, 162-170.
Zhang, Y.-L., H. Xia, E. Kim dan H.-B. Sun (2012): Recent developments in superhydrophobic surfaces
with unique structural and functional properties, Soft Matter, 8, 11217-11231.
Zhang, Y. dan R. Wang (2013): Gas–liquid membrane contactors for acid gas removal: recent advances
and future challenges, Current Opinion in Chemical Engineering, 2, 255-262.
Zhou, Z. dan X.-F. Wu (2015): Electrospinning superhydrophobic–superoleophilic fibrous PVDF
membranes for high-efficiency water–oil separation, Materials Letters, 160, 423-427.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 42


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai