net/publication/287490143
Membran Superhidrofobik
CITATIONS READS
0 3,287
4 authors, including:
Sofiatun Anisah
Hiroshima University
8 PUBLICATIONS 43 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
[INDUSTRIAL CONTRACT] Improvement of CO2 Removal Unit in Subang Field, PT. Pertamina View project
[INDUSTRIAL PROJECT] Studi Improving Separation System Performance (in term of removing heavy hydrocarbon) AT Singa Gas Facilities View project
All content following this page was uploaded by I Gede Wenten on 11 January 2016.
MEMBRAN SUPERHIDROFOBIK
Pembuatan, Karakterisasi, dan Aplikasi
I G. Wenten
Nurul F. Himma
Sofiatun Anisah
Nicholaus Prasetya
Diktat
Departemen Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung
2014 Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015
Diktat Kuliah
MEMBRAN SUPERHIDROFOBIK
Pembuatan, Karakterisasi, dan Aplikasi
I G. Wenten
Nurul F. Himma
Sofiatun Annisah
Nicholaus Prasetya
Daftar Pustaka
Hidrofilik Hidrofobik
Tabel 1.1 Material membran polimerik dan energi permukaannya (Mulder, 1996; Ahmad dkk., 2014)
Membran PP Accurel®
(Flat sheet, Capillary, Tubular)
Membran PP
(Hollow Fiber, Capillary, Tubular)
Membran PE
(Hollow Fiber)
Membran PTFE, PP
(Flat sheet)
Penurunan
θ hidrofobisitas θ
Pembasahan pori
membran
cairan gas cairan gas
Fluks
0 Waktu operasi t
1000
ultrahydrophobic
900 superhydrophobic
superhydrophobic membrane
800
20
Jumlah paper yang diterbitkan
700 18
16
14
600
12
10
500 8
6
400 4
2
300 0
200
Tahun
100
Tahun
60
Jumlah paper yang diterbitkan
50
40
30
20
10
Tahun
Gambar 1.3 Jumlah artikel terbit yang berhubungan dengan “ultrahydrophobic”,
“superhydrophobic”, dan “superhydrophobic membrane” dengan TITLE-ABS-KEY
yang terindeks Scopus
Dasar-dasar Superhidrofobisitas
θ θ
θ
θ
Gambar 2.1 Profil tetes air dan sudut kontak pada permukaan membran dengan hidrofobisitas berbeda
(Celia dkk., 2013; Onda dkk.., 1996; Roach dkk., 2008; Drelich dkk., 2011)
Model Young
cos
SV
SL valid untuk
permukaan datar,
LV halus, dan homogen
Model Wenzel
kekasaran (r) permukaan berkontribusi penting terhadap
cos r r cos kelakuan pembasahan pada permukaan padat
terbatas pada permukaan kasar yang homogen
Faktor kekasaran (r) merupakan parameter tak-berdimensi yang selalu lebih besar dari 1.
Berdasarkan persamaan Wenzel, jika θ < π/2 maka θr < θ dan jika θ > π/2 maka θr < θ . Oleh
karena itu, pada model Wenzel, kekasaran dapat meningkatkan hidrofilisitas pada
permukaan yang pada awalnya terbasahi. Sedangkan pada permukaan yang pada awalnya
tidak terbasahi, kekasaran dapat membuat permukaan semakin tidak terbasahi, yang
menyebabkan peningkatan hidrofobisitas (Wang dkk., 2012)
Model Cassie-Baxter
Jika f adalah area fraksional dari cairan yang kontak dengan padatan, (1 – f)
adalah area fraksional dari udara, dengan θ =180° untuk udara
sudut kontak pada permukaan heterogen (berpori)
cos c f cos f 1 menurun dengan peningkatan bagian permukaan
terbasahi (f)
Gambar 2.3 Kelakuan droplet air pada sebuah permukaan kasar: (a) kondisi Wenzel; (b) kondisi Cassie-Baxter
Biasanya droplet air cenderung melekat pada permukaan yang mengikuti pembasahan model
Wenzel, dan akan bergulir dengan mudah pada permukaan yang mengikuti pembasahan
model Cassie dan Baxter.
(Wenzel, 1936; Wang dkk., 2012; Cassie dan Baxter, 1944; Roach dkk., 2008)
Adanya histeresis ini berarti bahwa sistem dalam kondisi metastable. Histeresis sudut kontak
terjadi utamanya karena kekasaran dan heterogenitas permukaan.
θA0 dan θR0 adalah sudut kontak advancing dan receding
cos A 0 cos A 0 pada permukaan halus. Untuk antarmuka yang
A R fSL r
2r cos 0 1 homogen, area fraksional antarmuka padat-cair di
bawah tetesan, fSL = 1.
Sudut Geser
Sudut geser (sliding angle) didefinisikan sebagai sudut kritis dimana tetes air dengan berat
tertentu mulai untuk tergelincir ke bawah pada pelat miring
Gambar 2.4 Histeresis sudut kontak (θA – θR) dan sudut geser (α) dari tetes cairan di atas permukaan membran
Sudut geser tergantung pada kekuatan interaksi antara cairan dan padatan. Sudut geser
dapat dideskripsikan dengan persamaan Furmidge.
Inspirasi Biologis
Lebih dari 200 tanaman dan banyak serangga adalah water-repellent, yang berfungsi untuk
melindunginya dari air.
Struktur hirarkis
(struktur mikro dan nano )
Chinese watermelon.
Sudut kontak air 161 ± 28°.
Struktur kesatuan
(struktur micro-line)
Gambar 2.5 Karakteristik morfologi daun tanaman yang memiliki (Guo dan Liu, 2007)
sifat superhidrofobik (Guo dan Liu, 2007)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 13
Bab 2 Dasar-dasar Superhidrofobisitas
Gambar 2.5 Karakteristik morfologi hewan dengan permukaan superhidrofobik (Zhang dkk., 2012)
Pemrosesan Langsung
Pada metode pemrosesan langsung, modifikasi superhidrofobik dapat dicapai selama proses
pembuatan membran.
Electrospinning
Electrospinning: sebuah proses produksi fiber-fiber skala nano dan mikro yang menggunakan
larutan polimerik yang bermuatan elektrostatik pada kondisi yang bervariasi. Metode ini
dapat digunakan untuk membuat membran superhidrofobik, dimana kekasaran diciptakan
selama spinning. Morfologi dan sifat-sifat permukaan dari electrospun fibers bergantung pada
parameter sistem dan parameter proses (Khan dkk., 2013). Yang sudah dilakukan:
pemilihan pelarut (Kang dkk., 2008)
mengontrol viskositas larutan atau konsentrasi polimer (Liao dkk., 2013b; Patel dan Chase,
2014; Zhou dan Wu, 2015)
penambahan nanopartikel (Wang dkk., 2011; Liao dkk., 2014b; Li dkk., 2015)
processing
electrospinning
High voltage
power supply
Gambar 3.1. Membran superhidrofobik yang dibuat secara langsung melalui proses peningkatan pemisahan fasa
(A), pencampuran dengan aditif polimer hidrofobik (B), atau proses electrospinning (C)
Modifikasi Permukaan
Membran superhidrofobik dihasilkan dengan modifikasi permukaan membran yang sudah
ada.
Perlakuan Plasma
Umumnya, perlakuan plasma digunakan untuk
meningkatkan hidrofobisitas membran dengan
fluorinasi permukaan membran.
Gambar 3.2
Skema modifikasi permukaan dalam reaktor plasma
(Ebnesajjad, 2009)
Pelapisan Pelarut/Non-pelarut
Lapisan coating superhidrofobik dibuat dengan melarutkan polimer hidrofobik dalam sebuah
pelarut, diikuti dengan penambahan non-pelarut, kemudian didepositkan di atas membran
substrat. Konsep dasar dari teknik ini adalah kemampuan non-pelarut untuk mengagregasikan
papilla skala mikro dan nano yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kekasaran
permukaan dan dengan demikian akan meningkatkan hidrofobisitas permukaan (Erbil dkk.,
2003; Ahmad dkk., 2013b).
Metode ini dapat mendepositkan coating secara seragam di seluruh kontur substrat dan
permukaan yang kompleks, dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar pada penggunaan
prekursor kimia dengan cakupan yang luas, seperti senyawa halida, hidrida, organo-metalik
(Xu dan Yan, 2010)
Metode Sol-gel
Pada proses sol-gel, prekursor dikonversi menjadi material seperti kaca melalui serangkaian
hidrolisis dan reaksi polikondensasi (Celia dkk., 2013). Kekasaran permukaan dapat dikontrol
dengan memvariasikan kondisi sistem dan campuran reaksi (Chao-Hua dkk., 2010).
Pada proses sol-gel, ikatan kovalen antara coating dan substrat dibentuk dengan kondensasi
atau/dan dehidrasi dalam proses curing (Chao-Hua dkk., 2010). Oleh karena itu, coating
superhidrofobik yang stabil dapat dihasilkan dengan menggunakan metode ini. Selain itu,
coating sol-gel superhidrofobik biasanya memberikan resistensi yang baik terhadap
temperatur.
Proses grafting dapat dilakukan dengan reaksi antara gugus-gugus hidroksil (-OH) pada
membran penyokong dan gugus-gugus etoksi (O-Et) yang ada dalam senyawa-senyawa
organosilan. Pada kasus ini, proses menyebabkan pembentukan lapisan monomolekuler
ddari senyawa organosilan pada permukaan membrane penyokong. Maka, sifat hidrofobik
dari membrane penyokong dapat ditingkatkan dengan menggunakan senyawa-senyawa
organosilan yang mengandung rantai fluorokarbon (FAS). Proses grafting ini dapat
diaplikasikan, baik untuk flat sheet dan hollow fiber, capillary, atau tubular.
Jika tidak diinginkan untuk mengeringkan membran atau ketika permukaan membran terlalu
berpori yang tidak menginjikan sudut kontak untuk diukur dengan menempatkan sebuah
tetesan di atas permukaan membran, metode captive bubble bisa digunakan (Causserand
dan Aimar, 2010). Pada metode ini, membran direndam dalam air. Kemudian gelembung
udara dimasukkan dan sudut kontak dari gelembung udara pada permukaan membran
bawah diukur (Gambar 4.1b).
Membrane
Air
Membrane
Air θ
bubble θ
Air Liquid
θ
drop
Air injection
Gambar 4.1. Ilustrasi skematik metode (a) sessile drop, (b) captive bubble, dan (c) Wilhelmy untuk mengukur
sudut kontak (Xu dkk., 2009; Causserand dan Aimar, 2010)
Pengukuran LEP
Proses membran yang menggunakan membran hidrofobik umumnya dioperasikan dengan
fasa yang tidak membasahi (nonwetting phase) pada tekanan lebih tinggi daripada fasa yang
membasahi (wetting phase). Besarnya beda tekanan lintas membran, yang disebut dengan
liquid entry pressure (LEP) atau breakthrough pressure tergantung pada tegangan
permukaan, sudut kontak, dan ukuran pori. Secara kuantitatif, diberikan oleh Laplace Young
(Kim dan Harriott, 1987):
2 cos
Pc
r
dimana ∆P adalah beda tekanan kritis lintas membran, γ adalah tegangan permukaan cairan,
θ adalah sudut kontak, dan r adalah jari-jari pori membran. Dari persamaan (4.2), untuk fluida
tertentu, pembasahan membran dapat diperlambat dengan penurunan ukuran pori
membran dan peningkatan sudut kontak
Pengatur tekanan
P
Kontainer
cairan
Membran
hollow
fiber
Pengatur tekanan
Tabung
N2
Gambar 4.2 Diagram skematik untuk pengukuran LEP
Karakterisasi Morfologi
Superhidrofobisitas suatu permukaan
sangat dipengaruhi oleh morfologi
permukaannya. Scanning electron
microscope (SEM) merupakan alat yang
sering digunakan untuk menampakkan
karakteristik morfologi suatu material.
SEM adalah sebuah instrumen yang
menggunakan elektron-elektron
berenergi tinggi dalam sebuah raster-scan
pattern untuk membentuk gambar-
gambar, atau mengumpulkan sinyal-sinyal
lain, membentuk permukaan tiga dimensi
dari sebuah sampel (Zhu dan Inada,
2012).
Karakterisasi Kekasaran
Kekasaran permukaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi hidrofobisitas
permukaan yang diindikasikan dengan nilai sudut kontak. Karakterisasi kekasaran dapat
dilakukan dengan menggunakan atomic force microscopy (AFM).
Gambar 4.4 Konfigurasi dasar dari AFM (Hilal dan Johnson, 2010)
Gambar 4.4 Perbandingan antara kelakuan pembasahan membran hidrofobik dan superhidrofobik
Fouling
Umumnya diakui bahwa membran hidrofilik kurang rentan terhadap fouling daripada
membran hidrofobik. Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa membran hidrofobik
dengan energi permukaan yang rendah memiliki kecenderungan yang rendah terhadap
fouling.
Sifat energi permukaan yang rendah dari permukaan hidrofobik dapat meminimalkan gaya
antarmolekuler antara foulant-foulant dan permukaan, sehingga foulant-foulant dihilangkan
dengan gaya hydrodynamic shear yang rendah atau dengan pembersihan mekanik yang
sederhana, yang menunjukkan sifat “fouling-release” .
(Zhao dkk., 2013)
Foulant pada permukaan hidrofobik lebih mudah untuk dibersihkan daripada membran
hidrofilik
(Zhu dkk., 2013)
Gambar 4.5 Energi bebas fouling antara foulant dan permukaan membran (Choo dan Lee, 2000)
Distilasi Membran
Distilasi membran (membrane distillation, MD) merupakan proses pemisahan secara non-
isotermal dengan menggunakan membran. Pada proses ini, dua fluida encer dengan
temperatur yang berbeda dipisahkan menggunakan membran hidrofobik mikroporous
dengan temperatur operasi yang lebih rendah daripada temperatur kedua fluida tersebut.
Perbedaan temperatur di antara dua fluida menyebabkan proses perpindahan molekul uap
dari sisi umpan (sisi hangat) ke sisi permeat (sisi dingin) melalui pori membran
Membran
Hidrofobik Aliran
pendingin
Mp, i
Mf, o Tbp,i
Tmf
Tbf,o Pori
Pmf
Tbf
J
Tmp
Pmp
Aliran umpan Tbp
panas Mp, oi
Lapisan Lapisan
Mf, i Tbp,o
batas umpan batas
Tbf,i
permeat
Qf Qm Qp
Keluaran Keluaran
Aliran umpan
Aliran umpan
Celah udara
Membran
Aliran air
Aliran air
Membran
(Air Gap)
panas
panas
dingin
dingin
Air
Sweeping
Tekanan
Membran
Membran
panas
vakum
panas
gas
Kondensor
Permeat Pompa
Kondensor
vakum
Umpan Sweeping Gas Umpan
Permeat
SGMD VMD
Mass Flux
Gas-liquid
interface
Solute gas
Hydrophobic
Liquid Gas
membrane
Gambar 5.3 Skema absorpsi gas membran dengan mode tanpa pembasahan
Teknologi AGM telah digunakan untuk absorpsi gas–gas asam, seperti: CO2, SO2, H2S (Zhang
dan Wang, 2013)
Solvent-nonsolvent
MEA
method using CO2/N2 = 20/80 20 days 0.5b 1.3b 79b 32b [216]
1 mol L-1
cyclohexanone/MEK
Plasma treatment with AMP
CO2/N2 = 15/75 30 days 3.54 7.1 48b 4b [211]
CF4 1 mol L-1
Plasma treatment with
MEA
PTFE CO2/N2 = 14/86 25 days -a -a -a 20 [213]
20 wt.%
(flat sheet)
*
Plasma treatment with 165 hours 6.48b 6.41b 19 12
MEA
PTFE CO2/Air = 14/86 [214]
20 wt.% **
(hollow fiber) 46 hours 22.60b 31.38b 11b 7b
Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik
*
Absorption of CO2 with gas stream in the lumen. **Absorption of CO2 with gas stream in the shell.
a
The data were not shown in the paper. bThe data were taken from figures or calculated from related data shown in papers.
Pervaporasi
Pervaporasi (PV) adalah proses pemisahan membran yang prinsip kerjanya berdasarkan
kelarutan relatif dan difusivitas dari setiap komponen pada material membran. PV
merupakan salah satu teknologi alternatif untuk proses pemisahan pada campuran azeotrop
atau campuran encer dan campuran komponen organik yang memiliki properti fisik dan kimia
yang mirip. Membran hidrofobik dan membran hidrofilik merupakan membran yang dapat
digunakan sebagai membran dalam proses PV. Pada membran hidrofobik, komponen organik
lebih diutamakan untuk meresap melewati membran, sehingga produk (permeat) yang
dihasilkan akan kaya dengan komponen organik
Membran
hidrofobik
Rentetat Permeat
Air
Fluks permeat
Umpan
Gambar 5.4 Skema transfer massa dan proses pemisahan pada proses PV
Emulsifikasi Membran
Emulsifikasi membran adalah sebuah metode untuk menghasilkan emulsi dengan mekanisme
drop-by-drop, yaitu fase terdispersi ditambahkan drop-by-drop melalui membran berpori
dalam fasa kontinyu. Emulsifikasi dengan membran hidrofobik umumnya digunakan untuk
pembuatan emulsi W/O, dimana air (water, W) sebagai fasa terdispersi dan minyak (oil, O)
sebagai fasa kontinyu.
(Piacentini dkk., 2010)
Sirkulasi dari
Tetesan/ partikel
fasa kontinu Gabungan
Membran tetesan
Kristalisasi Membran
Kristalisasi membran adalah proses membran dimana pelarut volatile (biasanya air) menguap
melalui membran hidrofobik mikropori untuk memekatkan larutan umpan di atas batas
jenuhnya, sehingga mencapai lingkungan lewat-jenuh dimana kristal-kristal bisa bernukleasi
dan tumbuh. Gaya dorong proses tersebut adalah gradien tekanan uap. Material membran
hidrofobik lebih disukai untuk larutan umpan aqueous untuk menghindari pembasahan.
( Profio dkk., 2010)
Gambar 2.4 Prinsip umum kristalisasi membran (Di Profia dkk., 2005)
Pemisahan Air-Minyak
Proses pemisahan dengan menggunakan membran superhidrofobik didasarkan pada
perbedaan kemampuan keterbasahan membran oleh fluida [99]. Membran superhidrofobik
mudah terbasahi oleh minyak, sehingga penggunaan membran superhidrofobik dalam proses
pemisahan campuran air-minyak dapat secara efektif meningkatkan efisiensi proses
pemisahan
Minyak
Minyak murni
Gambar 5.5 Skema proses pemisahan emulsi air di dalam minyak dengan menggunakan membran hidrofobik
Tabel 5.3 Kinerja dari membran superhidrofobik dalam proses pemisahan campuran air-minyak
Tipe Membran/ Sudut kontak Tipe emulsi Kinerja pemisahan Ref.
Metode modifikasi air (°) umpan
Membran 158.4° Kerosene-air Fluks kerosene maks. = 0.117 L menit-1 (Ahmad dkk.,
superhidrofobik Tahanan membran min. = 1.03 x 1011 m-1 2013)
alumina (SS)/ metode Rejeksi air = 99.99%
grafting menggunakan
FAS
Membran DLC-coated 169° Air-minyak Kapasitas absorpsi membran : (Cortese dkk.,
cotton textile / plasma Olive oil = ~ 400% 2014)
treatment Pump oil > 1400%
Gasoline =~ 300%
Membran PS-g-CNTs 152° Air-minyak Fluks = 5000 L m-2 h-1 bar-1 (Gu dkk.,
/ metode grafting Efisiensi pemisahan > 99.94% 2014a)
menggunakan
polystyrene (PS)
Ekstraksi Ekstraksi
pelarut pelarut
Membran
Evaporasi Pendinginan Grinding NF
Meal
Pencucian
Air
Membran
Pigmen
UF
Sentrifugasi Bleaching
Membran
Pengeringan Wax
MF
vakum Dewaxing
Hidrogenasi
Bleaching
Membran Nickel
Metal
MF recovery
Dewaxing
Hidrogenasi Membran
Deodorization
Pervaporasi
Deodorization
N2
MGA
Keluaran
(discharge)
Produk Produk
(A) (B)
Gambar 5.6 Diagram alir pengolahan minyak nabati : (A) Proses konvensional; (B) Proses pengolahan dengan
menggunakan membran yang dapat mengganti proses konvensional
Aplikasi Lain
Ekstraksi Membran
Membran hirofobik
Sekat (mikroporous)
penyokong
Tekanan
P0 Tekanan
(PAQ > P0) PAQ
Pori
(PAQ > P0)
Blower udara
Udara
masuk
Permeat Packing
(udara jenuh)
Reject
(udara kering)
Membran Fiber
Genangan air
Gambar 5.8
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2015 34
Bab 6 Aplikasi Membran Superhidrofobik
Aplikasi Lain
Aplikasi Lain
Aplikasi Lain
Aplikasi Lain