Dokumen - Tips Pneumo Peritoneum 55cac749c4887
Dokumen - Tips Pneumo Peritoneum 55cac749c4887
2.2 Anatomi
Rongga peritoneum besar tetapi dibagi ke beberapa kompartemen Dinding
perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks.
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu
coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm,
dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian
menjadi peritonium.
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis
(tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.
Pada tempat-tempat peritoneum viscerale dan mesenterium dorsale
mendekati peritoneum dorsale, terjadi perlekatan. Tetapi, tidak semua tempat
terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada bagian-bagian usus yang tidak
mempunyai alat-alat penggantung lagi, dan sekarang terletak disebelah dorsal
peritonium sehingga disebut retroperitoneal. Bagian-bagian yang masih
mempunyai alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk
oleh peritoneum parietale, disebut terletak intraperitoneal. Rongga tersebut
disebut cavum peritonei dengan demikian:
1. Duodenum terletak retroperitoneal;
2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium;
3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;
4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat
penggantung disebut mesocolon transversum;
5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung
mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal;
6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium.
2.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah:
1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing
enterocolitis, megakolon toksik, penyakit usus inflamasi)
2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen,
perforasi endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis)
3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau
pecahnya abses yang berdekatan
4. Pneumatosis intestinalis
2.5 Diagnosis
Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi
dari viskus berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan segera. Riwayat
menyeluruh dan pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan
diagnosa pneumoperitoneum. Jadi operasi yang tidak perlu dapat dihindari.
Fitur Radiografik
Radiografi foto thoraks atau abdomen adalah pemeriksaan pencitraan yang paling
umum untuk diagnosis bahkan bias menampakkan jumlah yang sangat kecil dari
udara bebas intraperitoneal, namun CT abdomen adalah metode yang lebih
sensitif untuk mendiagnosa pneumoperitoneum dan mengidentifikasi penyebab
dari acute abdomen. Selain itu, teknologi modern dengan CT multidetektor sangat
akurat untuk memprediksi lokasi perforasi saluran GI.
Foto Polos
Radiografi yang optimal sangat penting bila dicurigai adanya perforasi
perut. Idealnya, harus ada supine abdominal, erect chest and abdomen, dan left
lateral decubitus image. 1 mL gas bebas dapat dideteksi pada radiograf foto
thoraks. Gambar kiri lateral decubitus dapat menunjukkan sejumlah kecil udara
bebas di abdomen. Dengan gambar kiri lateral dekubitus, teknik yang tepat adalah
pasien berbaring pada sisi kiri selama 10 menit sebelum film diambil dalam posisi
tegak yang akan menunjukkan udara subdiaphragmatic.
Pada film, mungkin ada banyak temuan yang menunjukkan pneumoperitoneum.
Pada foto erect chest X ray dapat ditemukan adanya :
1. Subdiagphramatic free gas
2. Cupola sign
Cupola sign terlihat pada foto polos thoraks maupun abdomen yang di
ambil dengan posisi supine. Tanda ini terbentuk karena terkumpulnya
udara bebas di bawah tendon sentral diafragma di garis tengah tubuh.
Batas superiornya terlihat dengan jelas, namun bagian inferiornya tidak.
Gambar 5. Cedera pada difragma dan organ abdominal. Seorang laki-laki
berusia 32 tahun mengalami cedera akibat kecelakaan motor. Terlihat
adanya akumulasi udara pada foto X Ray thoraks supine AP
(Cupola sign : tanda panah)
Gambar . Hasil foto polos abdomen pada kasus perforasi usus akibat typhoid
Computed Tomography
Radiografi abdomen dapat diperlukan untuk mendiagnosa dan mengelola
pasien namun tidak seakurat CT. Ultrasound dan pencitraan CT dapat membantu
dalam pengaturan darurat. Keduanya juga dapat dimanfaatkan sebagai pencitraan
lebih lanjut untuk mengevaluasi kondisi yang mendasarinya. Kontras studi usus
dapat membantu dalam rangka untuk mengkonfirmasi perforasi pada saluran
pencernaan.