Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SP BIOKIMIA 1

METABOLISME KARBOHDRAT

SITI HABIBAH ZEIN


12700504
2012-D

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
1. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT
DENGAN TERJADINYA DIABETIK HYPEROSMOLAR NON
KETOTIK!
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari
komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik
dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan
hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan
hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di
plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat
meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan
hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke
dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila
klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan
(poliuria). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan
dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180
mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini
akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun
mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar
hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka pasien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak
makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan
hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi
berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan
cenderung menjadi koma.
Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat
mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral,
jantung.

2. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA DIABETIK KETOASIDOSIS!
Pada penderita diabetes, defisiensi insulin menyebabkan gangguan pengangkutan
glukosa ke dalam sel. Akibatnya hormon-hormon kontraregulator seperti:
glucagon, epinefrin, norepinefrin, dan glukokortikoid terus meningkat karena
tidak terpenuhinya kebutuhan glukosa oleh sel. Bila glukosa tidak dipakai untuk
energy, hampir semua energy tubuh harus berasal dari metabolisme lemak. Tidak
tersedianya karbohidrat secara otomatis akan meningkatkan kecepatan
pengeluaran asam lemak dari jaringan adipose. Akibatnya asam lemak tersedia
dalam jumlah yang sangat besar, di sel jaringan perifer akan digunakan sebagai
energy (proses beta oksidasi), dan di sel hati asam lemak akan yang banyak akan
diubah menjadi badan keton. Badan keton dikeluarkan dari hati untuk dibawa ke
sel. Untuk beberapa alasan, badan keton yang dapat dioksidasi terbatas
jumlahnya di dalam sel; alasan yang terpenting adalah sebagai berikut: Salah satu
hasil metabolism karbohidrat adalah oksaloasetat yang dibutuhkan untuk
berikatan dengan asetil-KoA sebelum diolah dalam siklus asam sitrat. Oleh
karena itu, defesiensi oksaloasetat yang berasal dari karbohidrat membatasi
masuknya asetil-KoA ke dalam siklus asam sitrat, dan bila pengeluaran asam
asetoasetat dalam jumlah besar dan benda keton lainnya terjadi secara serentak
dari hati, konsentrasi asam asetoasetat dan asam beta-hidroksibutirat dalam darah
kadang-kadang meningkat sampai 20 kali normal, sehingga menimbulkan
asidosis yang ekstrem. Aseton yang dibentuk selama ketosis adalah zat yang
mudah menguap, yang pada beberapa kasus dihembuskan dalam jumlah kecil
dalam udara ekspirasi paru-paru. Hal tersebut menimbulkan bau nafas aseton
yang sering kali dipakai sebagai kriteria diagnosis dari ketosis. (sumber Guyton)

3. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA NEONATAL HIPOGLIKEMIA!
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan
glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang
berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat
lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan
respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi pada bayi tersebut.

4. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA LAKTAT ASIDOSIS!
Keadaan laktat Asidosis adalah terjadinya penimbunan laktat di dalam darah
sehingga pH-nya menjadi asam
Ada beberapa penyebab, yaitu:
1. Gangguan oksidasi piruvat yang dikatalisa oleh enzim Piruvat
Dehidrogenase dan gangguan TCA cycle. Akibatnya piruvat tidak bisa
masuk ke dalam mitokondria, sehingga tidak terbentuk Asetil-KoA.
Piruvat menumpuk dan mengaktifkan Laktat Dehidrogenase sehingga
menrubah piruvat ke bentuk laktat.
2. NADH yang meningkat berlebihan terutama pada peminum alkohol atau
pada pemabuk rasio NADH per NADnya tinggi maka terjadi hambatan
pada proses Glukoneogenesis sehingga terjadi penumpukan dari pada
laktat sehingga terjadi Asidosis Laktat.
3. Defisiensi enzim piruvat Karboksilase yaitu enzim yang bertindak untuk
reaksi anapleotis bertanggung jawab untuk penyediaan Oksalo Asetat
yang akan direaksikan oleh diasetil co-A dalam tahap awal Kreb Cycle,
jika Oksalo Asetatnya berkurang dengan sendirinya pembentukan asetil
co-Anya akan dihambat dengan cara menghambat enzim piruvat
Dehidrogenase, jika piruvat dehidrogenase dihambat maka piruvat akan
lari ke arah laktat, sehingga laktat menumpuk terjadi asidosis laktat
4. Defisiensi pada Tiamin. Salah satu kofaktor enzim piruvat
Dehidrogenase adalah Tiamin bifosfat, sama pada -ketoglutarat
kompleks, parahnya pada pemabuk Tiamin akan menurun juga akan
menyebabkan turunnya kofaktor tadi sehingga Piruvat Dehidrogenase
tidak dapat bekerja
5. Keadaan-keadaan pada intoleransi terhadap fruktosa ini juga akan
menimbulkan inklusi dari laktat menjadi piruvat, masuk ke dalam jalur
Glukoneogenesisnya akan terhambat sehingga laktatnya akan menumpuk
6. Defisiensi pada enzim Glukosa 6 fosfatase menyebabkan peningkatan
dari proses Glikolisis
7. Keracunan Arsen ataupun Mercury menyebabkan hambatan dari kerja
kofaktor dari asam lipoat sehingga akan menghambat kerja enzim piruvat
dehidrokinase
8. Keadaan fisiologis yaitu terjadi proses peningkatan Glikolisis secara
Anaerob, terjadi pada Olah Raga tanpa melakukan pemanasan maka
akan terjadi Penumpukan Laktat termasuk asidosis Laktat tetapi tidak
terlalu parah

5. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA PENINGKATAN KADAR HBA1C!

Molekul glukosa berikatan dengan HbA1 yang merupakan bagian dari


hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut glikosilasi atau hemoglobin
terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat ikatan antara glukosa
dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikolisasi hemoglobin meningkat secara
proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 120 hari terakhir, bila
kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir, maka
hasil hemoglobin A1c akan menunjukkan nilai normal. Jumlah hemoglobin yang
terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar glukosa
darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi
dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin dan hasil HbA1C turut
meningkat.
6. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT
DENGAN TERJADINYA PENINGKATAN AKTIVITAS PROTEIN
KINASE C!

Keadaan hiperglikemia berat dalam sel akan meningkatkan sintesis molekul diasil
gliserol yang merupakan kofaktor penting aktifasi PKC. Hiperglikemia intrasel
mengaktifasi PKC dan menimbulkan berbeagai ekspresi gen. diantaranya
terhadap aktin dan mikrotubulus.

Pengaruh hiperglikemi terhadap filamen aktin sel dapat terjadi melalui


peningkatan aktifitas protein kinase C-alpha (PKC- ). Hasil penelitian
menunjukkan peran PKC- pada remodeling filamen aktin. Pada cell-line tubulus
proksimal yang diberikan inhibitor PKC ternyata menunjukkan adanya
penurunan yang sangat berarti dari pembentukan klaster filamen aktin.

Hiperglikemi tidak hanya berpengaruh terhadap filamen aktin. Dengan


menggunakan label imunofluoresen (immunofluorescent labeling) terlihat bahwa
paparan hiperglikemi pada sel akan menurunkan densitas tubulin- , yang
merupakan komponen terbesar dari mikrotubulus.

Pengaruh hiperglikemi pada filamen aktin maupun mikrotubulus ternyata terkait


pula dengan adanya defisiensi insulin. Insulin juga memegang peran kunci pada
fungsi organisasi jaringan mikrofilamen aktin, disamping juga berpengaruh
terhadap mikrotubulus. Insulin mempunyai pengaruh pada regulasi tonus dari two
Ca2+ independent K+ currents pada miosit ventrikel penderita diabetes. Pada
penelitian invitro, adanya defisiensi insulin akan menurunkan tonus hubungan
keduanya yang dapat diperbaiki dengan penambahan insulin pada kultur jaringan
tersebut. Perbaikan yang terjadi ternyata dapat dihambat dengan pemberian
sitosalasin, suatu bahan yang menghambat pembentukan filamen aktin, maupun
pemberian kolkisin yang menghambat pembentukan mikrotubulus. Hal ini
membuktikan bahwa insulin mampu mendorong terbentuknya jaringan filamen
aktin maupun mikrotubulus baru.

Pengaruh hiperglikemia pada protein signal pada umunya akan meningkatan


ekspresi maupun aktifitas protein tersebut. Peningkatan ekspresi dan aktifitas
PKC- terbukti berpengaruh pada remodeling sitoskeleton, khususnya filamen
aktin50. Hal ini mungkin akan memberikan berpengaruh baik terhadap fungsi
sitoskeleton.

7. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA PEMBENTUKAN COTTON WOOL SPOT!
Retinopati diabetika merupakan mikroangiopati, sebagai akibat dari gangguan
metabolik, yaitu defisiensi insulin dan hiperglikemi. Peningkatan gula darah
sampai ketinggian tertentu, mengakibatkan keracunan sel-sel tubuh, terutama
darah dan dinding pembuluh darah, yang disebut glikotoksisitas. Peristiwa ini
merupakan penggabungan ireversibel dari molekul glukose dengan protein badan,
yang disebut glikosilase dari protein.
Dalam keadaan normal glikosilase ini hanya sekitar 4-9%, sedang pada penderita
diabetes mencapai 20%. Glikosilase ini dapat mengenai isi dan dinding pembuluh
darah, yang secara keseluruhan dapat menyebabkan meningkatnya viskositas
darah, gangguan aliran darah, yang dimulai pada aliran didaerah sirkulasi kecil,
kemudian disusul dengan gangguan pada daerah sirkulasi besar dan
menyebabkan hipoksi jaringan yang diurusnya. Kelainan-kelainan ini didapatkan
juga di dalam pembuluh-pembuluh darah retina yang dapat diamati dengan
melakukan :
1. Fundus fluorescein angiography.
2. Pemotretan dengan memakai film berwarna.
3. Oftalmoskop langsung dan tak langsung.
4. Biomikroskop (slitlamp) dengan lensa kontak dari Goldman.
Mula-mula didapatkan kelainan pada kapiler vena, yang dindingnya menebal dan
mempunyai afinitas yang besar terhadap fluoresein. Keadaan ini menetap untuk
waktu yang lama tanpa mengganggu penglihatan. Dengan melemahnya dinding
kapiler, maka akan menonjol membentuk mikroaneurisma. Mula-mula keadaan
ini terlihat pada daerah kapiler vena sekitar makula, yang tampak sebagai titik-
titik merah pada oftalmoskopi. Adanya 1-2 mikroaneurisma sudah cukup
mendiagnosa adanya retinopati diabetika.
Menurut perjalanannya, retinopati diabetika dibagi menjadi retinopati diabetika
type background (non proliferatif) dan retinopati diabetika type proliferatif
Retinopati diabetika non proliferatif merupakan stadium awal dari keterlibatan
retina akibat diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya microaneurisma,
hemoragi dan eksudat dalam retina. Dalam stadium ini terjadi kebocoran protein,
lipid atau sel-sel darah merah dari pembuluh-pembuluh kapiler retina ke retina.
Bila proses ini sampai terjadi di makula yaitu bagian yang memiliki konsentrasi
tinggi sel-sel penglihatan maka akan menimbulkan gangguan pada ketajaman
penglihatan.
Dengan bertambahnya progresifitas sumbatan mikro vaskular maka gejala iskemia
melebihi gambaran retinopati diabetika dasar. Perubahannya yang khas adalah
adanya sejumlah bercak mirip kapas (multiple cotton wool spots) atau yang sering
disebut sebagai eksudat lunak atau soft eksudate yang merupakan mikro infark
lapisan serabut saraf.

8. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA UREMIA!
Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada ginjal adalah pembesaran
ukuran ginjal dan hiperfiltrasi. Glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh
tubulus dan sekaligus membawa natrium, bersamaan dengan efek insulin
(eksogen pada IDDM dan endogen pada NIDDM) yang merangsang
reabsorbsi tubuler natrium, akan menyebabkan volume ekstrasel meningkat,
terjadilah hiperfiltrasi. Pada diabetes, arteriole eferen, lebih sensitive terhadap
pengaruh angiotensin II dibanding arteriole aferen, dan mungkin inilah yang
dapat menerangkan mengapa pada diabetes yang tidak terkendali tekanan
intraglomeruler naik dan ada hiperfiltrasi glomerus.
Mogensen membagi nefropati diabetik dibagi dalam 5 tahapan yaitu sebagai
berikut : pada tahap pertama ginjal mengalami hipertropi hiperfungsi dengan
laju ekskresi albumin normal, peningkatan laju filtrasi glomerulus, dan
tekanan darah normal. Tahap kedua ginjal mengalami kelainan struktur
dengan laju ekskresi albumin normal, peningkatan laju filtrasi glomerulus, dan
tekanan darah normal atau tinggi. Tahap ketiga terjadi mikroalbuminuria
persisten dengan laju ekskresi albumin 20-200 g/menit, laju filtrasi
glomerulus meningkat atau normal, dan tekanan darah tinggi. Pada tahap
keempat makroalbuminuria proteinuria dengan laju ekskresi albumin >200
g/menit, laju filtrasi glomerulus rendah, dan mengalami hipertensi. Tahap
lima terjadi uremia dengan laju ekskresi albumin tinggi atau rendah, laju
filtrasi glomerulus <10 ml/menit, dan tekanan darah tinggi. Pada saat
diagnosis diabetes melitus ditegakkan, kemungkinan adanya penurunan fungsi
ginjal juga harus diperiksa. Pemantauan yang dianjurkan oleh American
Diabetes Association (ADA) adalah pemeriksaan terhadap adanya
mikroalbuminuria, serta penentuan kreatinin serum dan klirens kreatinin

9. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA PENINGKATAN AGE PATHWAY!
Pada penderita hiperglikemia, reaksi antara glukosa dan protein akan
meningkatkan produk glikosilasi dengan proses non enzimatik protein antara
precursor dikarbonil yang merupakan turunan glukosa intraseluler dengan amino
dari protein intraseluler dan ekstraselulermengahasilkan AGEs (advance
glycosylation end-products). Peningkatan AGEs akan menimbulkan kerusakan
pada glomerulus ginjal. Terbentuknya AGEs dapat merusak sel karena
mengganggu struktur protein intrasel dan ekstrasel seperti kolagen. Adanya
penimbunan ini dalam jangka panjang, ajan merusak membrane basalis dan
mesangium yang akhirnya akan meusak seluruh glomerulus. Viberti
mengemukakan gangguan hemodinamik dan hipertrofi mendukung adanya
hipertensi glomerular dan hiperfiltrasi.
Precursor AGEs keluar secara difusi dan memodifikasi molekul matris
ekstraseluler, mengubah sinyal matriks dan menyebabkan disfungsi sel. Protein
yang dimodifikasi berikatan dengan reseptor AGE (RAGE) dan mengaktifkan
sitokin inflamasi dan faktor pertumbuhan.

10. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA METABOLISME KARBOHIDRAT


DENGAN TERJADINYA PENINGKATAN HEKSOSAMINE PATHWAY!
Hiperglikemia akan mengaktifkan jalur heksosamin yang diperantarai enzim
fruktosa 6 fosfat, yang merupakan substrat glikosilasi dan pembentukan
proteoglikan. Jalur heksosamin mengubah fungsi glikosilasi enzim seperti
endotelial nitric oxide syntase dan mengganggu ekspresi gen untuk
transforming growth factor (TGF-) dan plas- minogen activator
inhibitor-1 (PAI-1).

Anda mungkin juga menyukai