Anda di halaman 1dari 14

PAKET PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kejang demam pada anak


Waktu : 30 menit
Sasaran : Orangtua atau keluarga pasien
Hari/Tanggal : Kamis, 7 September 2017
Tempat : Ruang Seruni RSKH Batu

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi
penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur
6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5
tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering
didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan
karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4 %
tahun 2008 dan terjadi pada anak antara usia 6 bulan dan 7 tahun, dan
setengahnya yang terjadi antara usia 1 dan 2 tahun 80% disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada usia kurang dari 6 bulan harus
dipikirkan penyebab lain seperti infeksi susunan saraf pusat maupun epilepsi
yang terjadi bersama demam.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian
hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,
1985).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat
sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang
diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu
kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan
napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada
keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.
(I Made Kariasa, 1999). Oleh karena itu dengan hal-hal tersebut di atas, maka
perlu diadakannya penyuluhan tentang kejang demam pada anak terutama di
ruang Seruni RSKH Batu.

B. Tujuan instruksional umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, orangtu/keluarga pasien
dapat mengetahui dan memahami tentang kejang demam pada anak.

C. Tujuan instruksional khusus


Setelah mengikuti penyuluhan ini, orangtua/keluarga pasien mampu
mengetahui dan memahami:
1. Memahami pengertian kejang demam pada anak
2. Memahami penyebab kejang demam pada anak
3. Memahami patofisiologi kejang demam pada anak
4. Memahami tanda dan gejala kejang demam pada anak
5. Memahami klasifikasi kejang demam pada anak
6. Memahami penatalaksanaan kejang demam pada anak

D. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

E. AnalisaSituasi
a. Peserta
Jumlah peserta diperkirakan sebanyak 5 - 10 orang merupakan
orangtua atau keluarga pasien di ruang Seruni RSKH Batu.
b. Pengajar / Fasilitator
Fasilitator adalah mahasiswa profesi jurusan keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

F. Alat Bantu dan Media


1. Leaflet

G. Materi Pembelajaran (terlampir)


1. Pengertian kejang demam pada anak
2. Penyebab kejang demam pada anak
3. Patofisiologi kejang demam pada anak
4. Tanda dan gejala kejang demam pada anak
5. Klasifikasi kejang demam pada anak
6. Penatalaksanaan kejang demam pada anak

H. KEGIATAN
Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta Metode Media
Kegiatan
Pendahuluan 3 1. Menjelaskan cakupan 1. Mendengarkan Ceramah
menit materi dan berkenalan dan , Tanya
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan jawab
diberikan penyuluhan 2. Mendengarkan
tentang kejang demam dan
pada anak memperhatikan
3. Menggali tingkat 3. Menjawab
pengetahuan awal peserta pertanyaan
Penyajian 20 Materi : 1. Mendengarkan ceramah Leaflet
menit dan
1. Pengertian kejang demam
memperhatikan
pada anak
2. Penyebab kejang demam
pada anak
3. Patofisiologi kejang
demam pada anak
4. Tanda dan gejala kejang
demam pada anak
5. Klasifikasi kejang demam
pada anak
6. Penatalaksanaan kejang
demam pada anak

Penutup 7 Menutup pertemuan 1. Menjawab Diskusi


menit 1. Membuka sesi tanya jawab 2. Bertanya Ceramah
jika masih ada yang kurang 3. Memperhatikan , Tanya,
jelas Jawab
2. Memberikan pertanyaan
kepada peserta
3. Meminta peserta untuk
mereview materi yang telah
disampaikan
4. Menyimpulkan materi yang
diberikan

I. EVALUASI
1. EvaluasiStruktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai kejang demam pada anak
b. Penyuluh membuat SAP mengenai kejang demam pada anak,
diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu,
serta sarana-prasarana yang digunakan untuk penyuluhan
kesehatan dengan matang
c. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
Moderator : Ni Luh Putu Saptya W.
Pemateri : Ayu Meida K.
Fasilitator dan observer : Hasnah Cholida S. Dan Putri
Perdana
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan kondusif dan tidak ada peserta
yang meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan-pertanyaan

3. Evaluasi Hasil
No Indikator Pre Post
1 Jumlah pasien datang 100% 100%
penyuluhan (10 orang)
2 Sarana prasarana siap 100% 100%
(Leaflet, tempat
penyuluhan, kursi, meja,
laptop)
3 Penyaji menyiapkan materi 100% 100%
dan mampu menguasai
materi
4 Kegiatan penyuluhan 100% 100%
berjalan lancer dan konsusif

Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan


pertanyaan dasar mengenai kejang demam pada anak, kemudian
setelah penyuluhan peserta diberikan pertanyaan yang sama dengan
pertanyaan yang diberikan sebelum dilakukan penyuluhan.
Penyuluhan dikatakan berhasil jika dari total seluruh sasaran yang
mengikuti penyuluhan, 80% sasaran dapat menjawab dengan benar.
Misalkan jumlah peserta penyuluhan 10 orang, saat di awal
penyuluhan diberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan peserta penyuluhan. Pertanyaan yang sama juga
diberikan pada akhir penyuluhan, jika 8 dari 10 orang peserta dapat
menjawab pertanyaan dengan benar, maka penyuluhan dianggap
berhasil begitupun sebaliknya.
Lampiran. Materi Kejang Demam
KEJANG DEMAM
A. DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu
penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9o40,0oC). Kejang
demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada
anak-anak tanpa kecacatan neurologik. (Muscari, 2005)
Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi
pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam
namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang
jelas. (Meadow, 2005)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi
karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi
antara usia 6 bulan - 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat
umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. (Hidayat, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang
demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
tubuh sebagai akibat proses ekstrakranium (pajanan dari suatu penyakit
yang dicirikan dengan demam tinggi dimana suhunya berkisar antara
38,9o40,0oC) namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau
penyebab yang jelas. Kejang demam ini lebih sering terjadi pada anak usia 6
bulan 5 tahun, dengan lama kejang kurang dari 15 menit dapat bersifat
umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam
B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam sampai saat ini masih belum diketahui
secara jelas. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran
pernapasan atas, infeksi saluran kemih dan roseola.Kejang ini merupakan
kejang umum dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP
normal dan tidak ada tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan
telah menghilang. Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali
jika terjadi demam, tetapi sangat jarang yang mengalami kejang setelah usia
6 tahun. Kejang yang lama, fokal, atau berulang, atau gambaran EEG yang
abnormal 2 minggu setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi (kejang
nondemam berulang). (Meadow, 2005)
Menurut Lumban Tobing & Mansjoer (2005), faktor yang berperan
dalam menyebabkan kejang demam antara lain :
1) Demam itu sendiri
2) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak).
3) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6) Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Menurut Amin dan Hardhi (2013) penyebab kejang demam
dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial meliputi:
1) Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler.
2) Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
3) Congenital: disgesenis, kelainan serebri

Ekstrakranial meliputi:
1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
2) Toksik : intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat.
3) Congenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan
dan kekurangan piridoksin.

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:


1) Riwayat kejang dalam keluarga
2) Usia kurang dari 18 bulan
3) Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
4) Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam
berulang.
C. PATOFISIOLOGI
Pada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit
yang mengakibatkan reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam
sehingga menjadi hipotermi maka terjadi demam. Demam akan
menimbulkan proses peradangan maka anak akan mengalami anoreksi
maka akan muncul diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang yang dapat
mengakibatkan resiko cedera. Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit
akan menyebabkan perubahan suplay darah ke otak sehinnga terjadi
hipoksia kemudian permeabilitas kapiler meningkat akan mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan
terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebagian besar aktivitas kejang berhenti pada saat anak mendapatkan
pertolongan medis, tetapi anak mungkin dalam keadaan tidak sadar.
(Muscari, 2005)
2. Orang tua atau pemberi asuhan akan menggambarkan manifestasi
kejang tonik-tonik (yi., tonikkontraksi otot, ekstensi ekstremitas,
kehilangan kontrol defekasi dan kandung kemih, sianosis, dan
kehilangan kesadaran; klonikkontraksi dan relaksasi ekstremitas yang
teratur (ritmik); fase postiktal dikarakteristikkan dengan ketidaksadaran
persisten). (Muscari, 2005)
3. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga dengan kejang demam.
(Muscari, 2005)
4. Suhu tubuh mencapai 39oC. (Dewanto, 2009)
5. Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan
lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang, gejala
kejang bergantung pada jenis kejang. (Dewanto, 2009)
6. Kulit pucat dan mungkin menjadi biru. (Dewanto, 2009)
E. KLASIFIKASI KEJANG
1. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)
a. Kejang Parsial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat meliputi satu atau kombinasi dari
hal-hal berikut :
1) Tanda motorik kedutan pada wajah, tangan, atau suatu
bagian tubuh, biasanya gerakan yang sama terjadi pada setiap
kejang, dan dapat menjadi merata.
2) Tanda dan gejala otomatis muntah, berkeringat, wajah
merah, dilatasi pupil.
3) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus mendengar
suara musaik, merasa jatuh dalam suatu ruang, parestesia.
4) Gejala-gejala fisik dj vu (sepertiga siaga), ketakutan,
penglihatan panoramik. (Betz, 2009)
b. Kejang Parsial Kompleks
1) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai sebagai
suatu kejang parsial sederhana.
2) Dapat melibatkan gerakan otomatisme atau otomatis bibir
mengecap, mengunyah, mengorek berulang, atau gerakan
tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Betz, 2009)
2. Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif)
a. Kejang Lena
1) Gangguan kesadaran dan keresponsifan.
2) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir
kurang dari 15 detik.
3) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan
mempunyai perhatian penuh.
4) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering hilang
pada usia 18 tahun. (Betz, 2009)
b. Kejang Mioklonik
1) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan
involunter.
2) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila
patologis melibatkan hentakan leher, bahu, lengan atas, dan
tungkai secara sinkron.
3) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi berkelompok.
4) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat
kesadaran singkat. (Betz, 2009)
c. Kejang Tonik-klonik (grand mal)
1) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik, kaku
otot ekstremitas, tubuh, dan wajah secara keseluruhan yang
berakhir kurang dari satu meit, sering didahuluioleh suatu aura.
2) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan usus.
3) Tidak ada respirasi dan sianosis.
4) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik ekstremitas
atas dan bawah.
5) Letargi, konfusi, dan tidur pada fase postictal. (Betz, 2009)
d. Kejang Atonik
1) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya
kelopak mata, kepala terkulai, atau orang tersebut jatuh ke
tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan. (Betz, 2009)
e. Status Epileptikus
1) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang.
2) Kesadaran antara kejang tidak didapat.
3) Potensial depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia.
4) Memerlukan penanganan medis darurat segera. (Betz, 2009)
F. PENATALAKSANAAN
1. Umum
a. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasang sudip lidah yang sudah dibungkus kasa / sapu tangan
agar lidah anak tidak terigit akibat kejang.
b. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak, lepaskan
pakaian yang menganggu pernafasan.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak
memerlukan penanganan khusus.
e. Bila suhu tinggi berikan kompres air biasa / kran secara intensif
f. Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti
kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.
g. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera
dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain
menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika
kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat
mungkin tanpa menyatakan batasan menit.
h. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa
menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika
ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak
terus tampak lemas.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
b. Pemberian oksigen melalui face mask
c. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui
anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
d. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
e. Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah
untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain
hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang
mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang
(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).
Jika kejang masih berlanjut :
a. Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum
terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal
b. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
a. Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit
atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit.
b. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG
(rekam jantung).
c. Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut
di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC

Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : salemba Medika

Meadow, Sir Roy. 2005. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai