Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang


lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi
kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia.
Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim
berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak
ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus
halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan
kompleks(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) (Guyton,1992).
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai
katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur
kimia tiap enzim yang bersifat tetap (Campbell, 1995)
Sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan
berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat
organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata alat
pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara
intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang
sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Bagian-bagian utamanya terdiri dari mulut, hulu
kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Guyton,1995).
Pada hewan tingkat tinggi seperti ikan, makanan dicerna dalam saluran khusus yang
pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi, pencernaan makanan pada hewan ini
berlangsung didalam organ gastrointestinal (secara ekstraseluler). Sistem gastrointestinal
tersusun atas berbagai organ yang secara fungsional dapat dibedakan menjadi empat bagian
yaitu daerah penerimaan, daerah penyimpanan, daerah pencernaan, dan penyerapan nutrien,
serta daerah penyerapan air dan ekskresi (Isnaeni, 2006).
Tripsin adalah suatu enzim pemecah protein atau proteose, yang dihasilkan oleh sel-
sel pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen akan diaktifkan
menjadi tripsin oleh enterokinase yaitu enzim yang dihasilkan oleh usus. Tripsin dapat
bekerja maksimal pada pH 8-9. Pembuktian adanya enzim tripsin dapat dilakukan dengan uji
biuret, apabila bahan uji mengandung protein yang memiliki dua atau lebih ikan peptida akan
berwarna keunguan bila diuji dengan reagen biuret.
Praktikum sistem pencernaan dilakukan dengan mengadakan uji terhadap keberadaan
enzim di usus ikan dan menguji fungsi empedu dalam proses pencernaan. Pengujian
dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mendeteksi hasil dari kerja enzim. Pengujian
dilakukan terhadap enzim tripsin . Enzim diekstrak dari ikan mas (Cyprinus carpio).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh lama watu penyimpanan isolas usus halus ikan tombro
(Cyprinus carpio) terhadap perubahan warna isolat pada uji tripsin?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh lama watu penyimpanan isolas usus halus ikan tombro
(Cyprinus carpio) terhadap perubahan warna isolat pada uji tripsin.

Anda mungkin juga menyukai