Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adneksanya.
ISPA merupakan penyakit Infeksi yang berlangsung sampai 14 hari lamanya.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara
pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet

1.2 Tujuan
Petugas Puskesmas
Untuk mengetahui prevalensi kejadian ISPA dan di Puskesmas Syamtalira
Bayu
Meningkatkan kinerja petugas Puskesmas yang berkontribusi pada
peningkatan kesehatan masyarakat.

Masyarakat
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Syamtalira Bayu.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat menghindari
faktor-faktor pencetus ISPA
Agar dapat mengubah prilaku dan sikap masyarakat untuk lebih peduli
terhadap kesehatan tubuh masing-masing
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia

Pemerintah Daerah
Meningkatkan pelaksanaan dan evaluasi program promosi kesehatan
Terciptanya pola hidup sehat bagi masyarakat yang menderita ISPA

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wabah dan Kejadian Luar Biasa


Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanyameningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secar epidemiologi pada suatu daerah
dalamkurun waktu tertentu.
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita,mencegah perluasan kejadian dan timbulnya pederita atau kematian baru
pada suatu kejadian luar biasa yang sedang terjadi.
Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya
KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus-menerus dan
sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan perubahan
kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KLB.

2.2 ISPA
2.2.1 Definisi
Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,
dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman
atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

2
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari.
Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang
berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga
tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi,
saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah
sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ
adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

2.2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

2.2.3 Penularannya
Pada umumnya ISPA termasuk ke dalam penyakit menular yang ditularkan
melalui udara. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan
kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi
merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA ke dalam saluran
pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu terdapat juga cara

3
penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita,
trasmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang/menggunakan benda
yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita

2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan, seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan
gejala batuk, pilek dan sesak.
b. ISPA sedang, apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390
C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat, gejala meliputikesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.

2.2.5 Gejala Klinis


ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur
fungsi siliare.
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise
(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut
cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan
bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen),
dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan
mengakibatkan kematian.

Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang beragam,
antara lain:

4
1. Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu penegeluaran cairan (discharge) nasal
yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan. Sakit
tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior palatum
mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan
(chilliness), demam jarang terjadi.

2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan
pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan
obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum
seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit kepala, demam
ringan, dan parau (hoarseness).

3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala


faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia dan sering pula
disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjungtivitis timbul terlebih
dahulu dan hilang setelah seminggu sampai dua minggu, dan setelah gejala lain
hilang, sering terjadi epidemi.

4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,
menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang
timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal. Keadaan ini
dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan ditumpangi oleh
infeksi bakterial.

5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit beberapa hari
yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering menimbulkan vesikel faringeal,
oral dan gingival yang berubah menjadi ulkus.

6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu kondisi serius


yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea, dan stridor inspirasi
yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).

5
2.2.6 Faktor Resiko
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah yang
banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan
perokok dan sering berkendaraan,sehingga mereka sering terkena polusi udara.
Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA.
Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta
pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis terdiri dari 3 aspek yaitu :


Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar
dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4
sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur
serta istirahat yang cukup.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam
tubuh.
Faktor rumah
Rumah yang tidak bersih dan sehat juga salah satu factor resiko terjadinya
ISPA.
Faktor timbulnya Penyakit

6
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yaitu lingkungan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat
atau tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya
membuat ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun
polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit ISPA
di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena penyakit ISPA karena
penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan
sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya
sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.

2.2.7 Penatalaksanaan
Menurut Rasmaliah (2005) penatalaksan ISPA ada tiga:

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigen dan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu


ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di


rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi

7
antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan
tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA:

1. Mengatasi panas (demam)


Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.

3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.

8
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2. Immunisasi.

3. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

BAB III
PERMASALAHAN

Angka kunjungan pasien ISPA ke Puskesmas Syamtalira Bayu dari tanggal


12 Juni 2017 23 Juni sebanyak 28 orang.

Adapun permasalahan yang didapat antara lain :


1. Pola gaya hidup masyarakat yang masih sulit diubah yaitu menghindari
faktor pencetus yang bisa memperat ISPA.
2. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang ISPA

9
BAB IV
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Untuk masyarakat :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai definisi, penyebab,
pencegahan ISPA
2. Memotivasi kepada masyarakat untuk dapat merubah pola hidup sehat dan
menghindari faktor pencetus ISPA

Untuk Puskemas :
Lebih menigkatkan kunjungan ke desa-desa.
Meningkatkan pengetahuan tentang ISPA
Mengadakan penyuluhan dan memberikan edukasi tentang ISPA

10
BAB V
PELAKSANAAN

Angka kunjungan pasien ke Poli Pengobatan Umum pada tanggal 12 Juni-


23 Juni 2017

Kategori Jumlah Kasus


1. Wabah
- Diare 2
- ISPA 28
2. Program
- TBC 3
- Kusta 0
- Malaria 0
- Filariasis 0
- ISPA 28
- Diare
- KEK 0
- Gizi Buruk 0
3. KLB 0

11
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adneksanya.
ISPA merupakan penyakit Infeksi yang berlangsung sampai 14 hari lamanya.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara
pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet

6.2 Saran
Untuk Masyarakat :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ISPA.
Mendukung program-program kesehatan yang telah direncanakan oleh
puskesmas.
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari di
dalam keluarga dan masyarakat.
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Untuk Puskesmas :
Meningkatkan penyuluhan tentang promosi kesehatan, penyebab dan
pencegahan ISPA.

Untuk Dinas Kesehatan :


Memperhatikan masalah pencatatan dan pelaporan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.scribd.com/doc/51468391/ISPA
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21757/5/Chapter%20I.pdf
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44730/5/Chapter I.pd
4. http://eprints.undip.ac.id/31228/2/Bab_1.pdf
5. https://id.scribd.com/doc/221709827/Makalah-Ispa

13
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN
POLI PENGOBATAN DASAR

KUNJUNGAN PASIEN ISPA DI POLI UMUM DI PUSKESMAS


SYAMTALIRA BARU
Di Wilayah Kerja Puskesmas Syamtalira Bayu

Mengetahui: Syamtalira Bayu, 22 Agustus 2017

Pendamping Peserta

dr. KEMALASARI dr. IKA FEBRINA


Nip. 197011112002122005

14

Anda mungkin juga menyukai