Anda di halaman 1dari 27

5 Penyakit Menular Berbahaya Akibat Polusi Air

Polusi air dapat menyebabkan timbulnya penyakit bagi manusia. Dalam hal ini polusi air
dapat menyebabkan terjadinya penyakit menular ataupun yang tidak menular. Penyakit
menular melalui air bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti bakteri, metazoa,
protozoa, dan lain-lain. Jika kondisi badan anda telah lemah dan kekebalan tubuh juga
buruk maka penyakit entah yang berasal dari polusi air ataupun jenis penyakit yang lain
dapat menjangkiti seseorang dengan mudah.

1. Penyakit Diare Akibat Bakteri E. coli (Escherichia coli)

Bakteri yang hidup di saluran pencernaan ini pada umumnya tidak berbahaya. Namun,
terdapat beberapa jenis E. coli yang dapat menyebabkan diare, bahkan kadang-
kadang disertai darah.

E. coli terdapat pada kotoran-kotoran hewan dan manusia. Kotoran ini bisa terbawa ke
air, seperti danau atau kolam renang. Pada saat inilah E.coli menyebabkan pencemaran
air. Air danau atau air kolam renang yang tertelan menjadi jalan E.coli masuk dan
menginfeksi tubuh. Pasokan air minum juga dapat tercemar oleh bakteri ini.

Untuk meminimalkan risiko terkena infeksi penyakit akibat pencemaran air, Anda
disarankan sering mencuci tangan, serta lebih menjaga makanan dan minuman yang
dikonsumsi agar selalu bersih.

Gejala-gejala Akibat Infeksi E. Coli

Gejala infeksi bakteri E. coli biasanya dimulai tiga hingga empat hari setelah tubuh
terpapar oleh bakteri, tapi Anda akan mulai merasa sakit pada satu hari hingga lebih
dari satu minggu kemudian. Berikut ini adalah gejala-gejala yang muncul akibat infeksi
E. coli:

Perut kram.
Diare, dengan tingkat keparahan ringan hingga parah, dan bahkan berdarah.
Kehilangan selera makan.
Mual dan muntah.
Demam.
Kelelahan.

Gejala-gejala ini biasanya bertahan hingga satu minggu jika tidak terjadi komplikasi, tapi
beberapa infeksi E. coli bisa sangat berbahaya. Semua orang yang mengalami infeksi
E. coli berisiko terhadap komplikasi, tapi komplikasi lebih cenderung terjadi pada anak-
anak. Hal ini disebabkan anak-anak lebih susah untuk bertahan ketika kehilangan
banyak cairan dan darah akibat muntah dan diare.

Salah satu komplikasi paling serius dan bisa membahayakan nyawa dari infeksi E. coli
adalah sindrom hemolitik uremik, yaitu sebuah kondisi ketika sel darah merah menjadi
rusak dan bisa berakibat pada gagal ginjal.

Cara Mengobati Infeksi E. coli

Infeksi bakteri E. coli yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan biasanya tidak
ditangani dengan antibiotik karena bisa meningkatkan risiko komplikasi yang lebih
serius. Yang terpenting dalam menangani kondisi ini adalah dengan meminum banyak
air putih untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare dan muntah-muntah.
Selain itu Anda juga disarankan untuk istirahat secukupnya.
Untuk mengatasi dehidrasi pada anak yang mengalami diare, cairan oralit bisa
membantu memulihkan cairan dalam tubuh mereka. Selain itu, oralit juga berfungsi
menggantikan sodium, potasium, dan juga glukosa dalam tubuh.

Jangan memberikan obat-obatan antidiare yang akan melambatkan sistem pencernaan


Anda karena obat ini akhirnya akan mencegah terbuangnya racun keluar dari tubuh.
Jika infeksi E. coli yang terjadi cukup serius dan menyebabkan sindrom hemolitik
uremik, Anda harus segera dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
intensif.

2. Hepatitis A - Hepatitis A merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang


organ hati dan disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A yang dapat menyebar dengan
sangat mudah. Tidak hanya ditularkan melalui air yang tercemar, penyakit hepatitis A
juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita.

Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B
dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya
dibanding Hepatitis A.

Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium; Pertama, pendahuluan (prodromal) dengan


gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual. Kedua, stadium dengan
gejala kuning (stadium ikterik); dan ketiga, stadium kesembuhan (konvalesensi).

Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis harus dilakukan
pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi radang
saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di
samping kadar bilirubin.

Masa Inkubasi
Hepaptis A memiliki masa inkubasi atau waktu terekspos sampai terkena penyakit kira-
kira 2 sampai 6 minggu.

Gejala
Penderita akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu. Pada
beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus sehingga
menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang
terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya seperti demam berdarah, tbc, dan
thypus.

Gejala lainnya adalah kulit dan mata menjadi kuning, air kencing berwarna tua, tinja
pucat. Namun patut diwaspadai, gejala-gejala fisik seperti itu seringkali tidak terlihat
pada anak kecil.

Pencegahan
Untuk mencegah hepatitis A. Semua orang harus selalu mencuci tangan dengan baik
dengan sabun dan air mengalir selama sekurang-kurangnya 10 detik dan dikeringkan
dengan handuk bersih. Cuci tangan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Setelah menggunakan kakus


2. Sebelum makan
3. Sebelum menyiapkan makanan atau minuman

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita hepatitis A, di samping mencuci


tangan dengan bersih adalah harus menjauhi dari kegiatan berikut sekurang-kurangnya
seminggu setelah timbulnya penyakit, tanda dan gejala:

1. Jangan menyiapkan makanan atau minuman untuk orang lain


2. Jangan menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan orang lain
3. Jangan menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan orang lain
4. Jangan berhubungan kelamin
5. Cuci alat makan dalam air bersabun, dan cuci seprai dan handuk dengan mesin cuci.

3. Disentri - Disentri merupakan penyakit peradangan pada usus besar yang ditandai
dengan rasa sakit perut dengan gejala BAB yang encer dan terkadang disertai dengan
lendir bahkan darah. Disentri disebabkan oleh bakteri amuba serta basiler. Bakteri
tersebut dapat tersebar melalui bakteri yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada air
atau makanan yang sebelumnya telah terkontaminasi dengan kotoran.
Bakteri yang masuk ke dalam pencernaan selanjutnya akan mengakibatkan
pembengkakan serta menimbulkan luka dan peradangan pada bagian dinding usus
besar.
Gejala yang biasa dialami oleh para penderita adalah gangguan pencernaan yaitu:

BAB encer.
Perut mulas.
Rasa perih pada bagian usus akibat buang air besar yang terlalu sering.

Menjaga air agar tidak terkena zat-zat berbahaya bisa anda lakukan dengan cara
menjaga lingungan serta menjauhkan sumber air anda dari limbah. Perlu diketahui, ada
beberapa jenis penyakit yang dapat menular melalui binatang terbang seperti halnya
lalat. Hindarkan makanan serta minuman anda jauh dari hinggapan lalat dengan cara
menutup makanan serta tempat minum dengan rapat.

4. Tifus - Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Penyakit ini diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan
lingkungan dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis.

Penyakit tifus menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni dan tinja
penderita penyakit ini. Penyakit tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa
oleh lalat dan kecoa dan menempel di tempat-tempat yang dihinggapinya.Penularan
kuman terjadi melalui mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus
kecil, kemudian masuk ke dalam peredaran darah.
Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami keluhan dan gejala
seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut,
diare atau sembelit (sulit buang air besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore
dan malam hari.

Pencegahan penyakit tifus dapat dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan


dari hewan pembawa penyakit, seperti lalat, kecoa dan tikus; mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air dan sebelum makan; serta menghindari membeli jajanan di
tempat-tempat yang kurang bersih.
5. Kolera - Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui
air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk.

Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun yang
menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan mineral dari
dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita yang
kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Penderita kolera akan mengalami gejala mulai dari diare hebat, keram perut, mual,
muntah, hingga dehidrasi. Kolera dapat menyebar luas dengan sangat cepat, terutama
di lingkungan yang tidak bersih.
Penderita yang mengalami gelaja di atas sebaiknya segera diberikan pertolongan
dengan mengantarkannya ke rumah sakit atau puskesmas agar untuk diberi cairan
infus.Obat infus harus diberikan selekas mungkin. Semakin cepat cairan infus diberikan,
semakin baik.

Sebagai pertolongan pertama, penderita kolera harus diberi air minum dalam jumlah
cukup banyak, karena kematian pada kolera lebih disebabkan kekurangan cairan, bukan
keganasan bakteri kolera.

Jagalah kebersihan rumah yang ada penderita kolera. Dalam kondisi itu, usahakan
untuk selalu menggunakan sendok saat menyantap makanan dan lebih sering mencuci
tangan dengan sabun. Muntahan dan tinja penderita kolera merupakan sumber bakteri
kolera. Oleh karena itu, kamar mandi dan kamar kecil sebaiknya dibersihkan dengan
menggunakan larutan antiseptik pembasmi bakteri.

Makalah Lengkap Dermatitis dan Pengobatan

Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena
adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik
atau dermatitisatopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka
berumur diatas 2 tahun. (lihat juga: cara mengobati sakit lambung) Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur
hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan.
Dermatitis ada yang didasari oleh faktor endogen, misalnya dermatitis atopik, dermatitiskontak,
dan sebagainya. Tetapi kebanyakan penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti.
Sedangkan bila ditinjau dari jenis kelainannya, maka dermatitis atopik adalah dermatitisyang

paling sering dibahas, mengingat insidensnya yang cenderung terus meningkat dan dampak
yang dapat ditimbulkannya pada kualitas hidup pasien maupun keluarganya.

Imunitas seluler menurun pada 80% penderita dermatitis alergi. Sehingga pada umumnya
penderita ini mudah mengalami infeksi. Oleh karena itu, sebaiknya penderita menjaga kondisi
tubuhnya agar selalu vit dengan berolah raga teratur, makan yang bergizi (bisa ditambahkan madu),
istirahat yang cukup serta yang terpenting menjauhi stress emosional. (lihat disini: cara mendeteksi
penyakit kanker dalam tubuh)Penderita juga sebaiknya jangan berdekatan dengan penderita cacar air,
herpes zoster atau penyakit kulit lainnya karena akan mudah tertular. Untuk pemilihan
obat dermatitisyang tepat sebaiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke dokter spesialis kulit.

B. Penyebab Terjadinya Dermatitis: Lihat selengkapnya: penyebab penyakit dermatitis

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh :
sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya,
terutama yang penyebabnya fakktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang dermatitis
kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer.

Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium
penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya dapat setempat, generalisata,
bahkan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi, sehingga tampak basah (medidans). Stadium subakut, eritema berkurang, eksudat
mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi,
likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut
tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya
oligomorfi. Baca juga: cara menyembuhkan sakit maag

Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang setelah
memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh
bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun bervariasi, ada yang gatalnya ringan
tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu
juga bisa menjadi pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat gejala
menjadi lebih buruk.

Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus, pasien
dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari
iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan
menyebar dari satu orang ke orang yang lain.

Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanaman dan klasifikasi
dermatitis, tidak hanya karena penyebab dermatitis yang multi faktor, tetapi juga karena seseorang
dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian. Ada yang
memberi nama berdasarkan etiologi (contoh : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis
medikamentosa), morfologi (contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis
medidasns, dermatitis eksfoliativa), bentuk (contoh : dermatitis numularis), lokalisasi (contoh :
dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis manus, dermatitis generalisata), dan ada
pula yang berdasarkan lama atau stadium penyakit (contoh : dermatitis akut, dermatitis subakut,
dermatitis kronis).

Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung pada
stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema
intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuklear. Dermis sebab, pembuluh darah melebar,
ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang ditemukan, bergantung pada
penyebab dermatitis.
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah vesikel di epidermis
berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis; edema di dermis
berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukan sel radang. lihat juga: bahaya dari
kelainan usus

Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete


ridgesmemanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila dermis
memanjang (papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama di bagian atas
bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan kolagen bertambah. Eksema dapat dipicu
oleh beberapa hal, antara lain:

1. Keringnya kulit

2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain

3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak

dengan pakaian berlapis-lapis

4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu

5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan

6. Virus dan infeksi lain

7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda

C. Gejala

Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2
tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit
pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Harus diperhatikan juga tentang gejala lainnya yang mungkin dapat membantu mengenali
dermatitis bila seseorang mengalaminya. Adapun gejala-gejalanya sebagai berikut :

1. Terdapat tanda-tanda infeksi, meliputi area yang besah atau adanya pus.

2. Kulit terbuka, meradang atau sangat merah disertai rasa terbakar atau panas disekitar daerah yang
terinfeksi.

3. Ruam menyebar dan mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berlangsung lebih dari 3 minggu.

4. Timul vesikel (tonjolan kecil berisih cairan jernih).

5. Terdapat bagian bersisik putih diarea terebut, atau sangat mengelupas.

6. Kulit menjadi sangat kering, keras dan kaku.

7. Pasien adalah anak-anak atau usia lanjut.

Lihat makalah lainnya disini: Makalah pemeriksaan laboratorium lengkap

D. Terapi, Pencegahan (Pengobatan) Dermatitis

Pada terapi ada beberapa anjuran yang harus dilakukuan guna penyembuhan dermatitis itu
sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan dari setiap terapi, yaitu :

1. Antihistamin dan Antialergi


Antihistamin memredakan dermatitis yang diinduksikan oleh alergi, bekerja terutama pada reseptor
histamin H.

Perhatikan bahwa beberapa antihistamin menyebabkan mengantuk. Tidak boleh diberikan pada pasien
yang mengemudi atau beroperasi mesin.

2. Antihistamin/Antipruritus Topikal

Memberi tahu kepada pasien untuk menggunakan preparat anti gatal dengan tepat. Beberapa produk
harus digosokkan secara topikal, sedangkan yang lain digunakan sewaktu mandi.

Hindari kontak dengan mata atau puting susu bila sedang masa menyusui. Anti-Infeksi Topikal.

Beberapa anti-infeksi topikal mengandung antibiotik sehingga dapat digunakan untuk mengobati
dermatitis yang terinfeksi.

3. Anti-infeksi Topikal dengan korfikosteroid

Kortikosteroid yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk menekan peradangan akibat
dermatitis. Obat tersebut berguna pada berbagai tipe dermatitis yang terinfeksi.

4. Kortikosteroid topikal
Obat-obat seperti steroid sebaiknya digunakan hanya pada daerah yang meradang.

Tidak dianjurkan untuk menggunakan preparat mi pada luka terbuka atau pada wajah.

5. Pelindung kulit

Beberapa bahan yang terkandung dalam pelembab dan emolien dapat memperburuk kondisi kulit.

Pelembab sebaiknya dioleskan sesering mungkin untuk menghindari kekeringan kulit yang meluas.

6. Preparat Psoriasis, Seboroik dan Iktiosis

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini digunakan untuk mengobati kondisi dermatitis
seboroik.

7. Obat Suplemen

The Marigold, Minyak Evening, Primrose Marine E, Latio Calamin, Baking Soda, Multivitamin dan
Mineral, Vitamin A, C, dan E dan Zing, Ekstrak Kulit Kayu Cemara.
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi,
seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka
pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan
peradangan.

Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya
infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk
membuat kulit menjadi lebih lembab. (baca juga: faktor utama penyebab penyakit kanker) Tindakan
ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang
dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi
rasa gatal yang terjadi.

Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan untuk
mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus kasus yang berat, dokter akan
memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan
antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin
untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon
terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.

Pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin dikombinasi dengan
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada kasus akut dan berat dapat diberi
kortikosteroid. Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:

1. Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka). Bila subakut,
diberi losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada
daerah yang berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik, diberi salap.

2. Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
Ada juga cara lain yaitu mencegah terjadinya dermatitis, seperti yang dijelaskan di atas yaitu
terapi dan pengobatan. Salah satu cara tersebut dengan mencegah dan mempunyai tahap-tahapnya.
Munculnya eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :

Jaga kelembaban kulit.

Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.

Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.

Kurangi Stress.

Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.

Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.

Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu
binatang dan lain lain.

Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.

E. Macam-Macam Dermatitis

1. Dermatitis Kontak
Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang bisa di lihat di bawah ini
yaitu :

Timbul akibat kontak langsung dengan iritan.

Terbatas pada daerah kontak.

Berkembang lambat dan paparan yang bersifat kronik.

Akibat kontak kulit dengan iritan kimiawi seperti pewarna rambut, perhiasan dan nikel, plester,
parfum, tanaman.

Disertai rasa sangat gatal, merah dan kemudian mejadi bilur.


Materi Terkait: Makalah Sturktur Protein

Dalam dermatitis kontak terbagi dua yang mana masing-masing mempunyai cara pencegah,
pengobatan, definisi dan lain-lain. Adapun kedua dermatitis kontak yaitu :

a. Dermatitis Kontak Iritan

Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis
kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun angkanya
secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita dengan kelainan
ringan tidak datang berobat.
Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut,
juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-
menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan
dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.

Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di
berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih
mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis
kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang
rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik.

Patogenesis

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
maupun fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadan ini akan merusak sel epidermis.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan
kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang
paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Gejala Klinis
Sebagaimana disebabkan diatas bahwa ada dua jenis bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga
ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis.

Dermatititis kontak iritan akut

Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel,
atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya
kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan
reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak
iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah
dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata);
penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah
menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

Dermatitis kontak iritan kronis

Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang
berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau
dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak
iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara
sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru
mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan
kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan
likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak
seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus
dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga
diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak
pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan
kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan
berkebun.

Histopatologi

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada dermatitis kontak iritan
akut (oleh iritan primer), dalam dermatitis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuklear dan
determis bagian atas. Eksositosis di epidermis disertai spongiosis dan edema intrasel, dan akhirnya
terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat, kerusakan epidermis ini dapat menimbulkan bula
subepidermal.

Diagnosis

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran
klinis. Dermatitis kontak iritan akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga
penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, dermatitis kontak
irita kronis, timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga
adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan
bahan yang dicurigai.

Pengobatan

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan pajanan bahan
iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan
sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis iritan tersebut akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang
kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal,
misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih
kuat. Pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan
iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut.

Prognosis

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka
prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis yang
penyebabnya multi faktor.

b. Dermatitis Kontak Alergik

Epidemiologi

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali
informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.

Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat
molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.

Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respons imun
yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi tipe IV. Reaksi
hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit), umumnya dalam waktu 24 jam
setelah terpajan dengan alergen. Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi
karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan
protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag dan sel
Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang telah diproses ini, sel T
menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui
sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang
sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut
fase induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya
reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer),
jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya
sensitizer lembah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya
kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan.
Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai
timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi,umumnya berlangsung antara 24-48 jam.

Gejala Klinis

Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada
yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel,
vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang
kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak
jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.

Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :

Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya
pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di
tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen,
antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.

Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung
tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.

Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen
yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh
lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat
rambut, eyeshadows, dan obat mata.

Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada cuping telinga.
Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut,hearing-aids.

Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di
udara, zat warna pakaian.

Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet
(elastis, busa), plastik, dan detergen.

Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen
yang ada di tangan.

Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci
(nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen,
dan sepatu.

Diagnosis Penyakit dermatitis


Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Pertanyaan
mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan. Misalnya, ada kelainan
kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan
erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang
yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan,
hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui
menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya
(misalnya dermatitis atopik, psoriasis). Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat
lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di
ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu.
Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan
kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.

Diagnosis Banding

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas,
dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis.
Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam keadaan ini
pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena
kontak alergi.

Uji Tempel

Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3
minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas.
Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup
dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca
setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru
memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel
atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan
dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48
jam (reaksi tipe decresendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).

Pengobatan

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya
kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada dermatitis
kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksufatif (madidans),
misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan
kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal.

Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah
mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal.

Prognosis

Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan.
Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak
mungkin dihindari.

2. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak
tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya
episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul
hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5
tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Eksema tidak menular.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak negatif
penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya.

Penyebab

Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga mengalami
eksema, asma, atau rinitis alergika, maka anak Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami eksema dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan eksema juga mengalami asma
atau rinitis alergika.

Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:

1. Keringnya kulit

2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain

3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan pakaian
berlapis-lapis

4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu

5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan

6. Virus dan infeksi lain


7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda

Diagnosis

Eksema dapat memberikan gambaran yang sedikit berbeda sesuai usia. Pada bayi, eksema umumnya
berupa ruam merah yang sangat gatal di wajah, kulit kepala, belakang telinga, badan, atau lengan dan
tungkai. Pada anak balita, ruam sering kali ditemukan di lipatan kulit sekitar lutut, siku, pergelangan
tangan, dan pergelangan kaki. Eksema merupakan penyakit episodik, kadang kulit anak akan
membaik, dan kemudian memburuk lagi. Hal ini tidak berarti Anda melakukan kesalahan dalam
penanganannya. Kriteria diagnostik untuk eksema adalah sebagai berikut :

1. Harus mengalami gatal

2. Dan 3 atau lebih dari gejala berikut:

3. Riwayat keterlibatan lipatan kulit

4. Riwayat asma atau hay fever pada anak tersebut, atau riwayat penyakit atopik pada keluarga dekat
jika anak berusia kurang dari 4 tahun

5. Riwayat kulit kering di tahun sebelumnya

6. Munculnya gejala sebelum usia 2 tahun

7. Eksema di bagian fleksor tubuh (lipatan siku, lutut, pergelangan tangan)


Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk menentukan derajat keparahan serta ada
tidaknya infeksi yang menyertai. Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian eksema. Dari
penilaian tersebut, eksema digolongkan menjadi :

1. Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kulit kering yang
ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder

2. Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 40): kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau sedang,
gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi

3. Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi
kulit yang semuanya berat.

Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder oleh bakteri atau virus. Infeksi
harus dipertimbangkan jika eksema bertambah parah atau tidak memberi respon terhadap pengobatan.
Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan eksema yang mengalami ekskoriasi, basah, dan
membentuk kerak.

Penanganan

1) Penanganan sehari-hari

Penanganan sehari-hari dilakukan baik saat dalam episode eksema maupun di luar episode.
Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau memperparah eksema, misalnya :

a) Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut

b) Bahan seperti wol atau pelapis car seat


c) Detergen, sabun, bubble baths, antiseptik

d) Kontak dengan bulu hewan

e) Menggunakan krim pelembab (moisturiser)

f) Krim pelembab dapat digunakan sesering mungkin. Gunakan obat, krim, dan salep sesuai instruksi
dokter

g) Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi

h) Kortikosteroid topikal jika gatal dan kemerahan masih menetap setelah menghindari pencetus
eksema. Jika digunakan sesuai instruksi, obat ini aman dan efektif untuk mengatasi eksema

i) Kadang dokter meresepkan satu salep untuk daerah yang paling teriritasi dan salep lain yang lebih
lemah untuk daerah yang hanya mengalami eksema ringan dan daerah peka seperti wajah

j) Mengatasi gatal

k) Garukan akan memperparah eksema dan berisiko menyebabkan infeksi. Beberapa cara untuk
mengatasi gatal dan garukan adalah:

l) Mengalihkan perhatian anak saat ia menggaruk

m) Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak


n) Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas sebelumnya) sebelum tidur

o) Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur

p) Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal di malam hari

q) Selalu memotong pendek kuku anak

r) Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan untuk membantu
anak tidur

2) Penanganan akut

Hal ini dilakukan segera saat ada kemerahan kulit dan gatal, dan dihentikan setelah gejala terkontrol.

1. Kortikosteroid topikal

2. Krim tar untuk likenifikasi

3. Antibiotik atau antiviral jika ada infeksi sekunder

4. Teknik balut basah, dalam 2 hari setelah kortikosteroid topikal diberikan jika eksema belum
membaik

5. Kompres dingin untuk mengatasi gatal

Komplikasi
Eksema yang terinfeksi oleh bakteri adalah komplikasi yang umum terjadi. Hal ini harus dicurigai jika
ada eksema yang berkerak, basah berair, kemerahan, pecah-pecah, mengeluarkan nanah, atau
mengalami ekskoriasi. Bakteri penyebab infeksi pada keadaan ini umumnya adalah Staphylococcus
aureus. Selain oleh bakteri, eksema juga dapat terinfeksi oleh virus. Infeksi virus Herpes Simplex 1
(HSV 1) ditandai dengan munculnya bintik-bintik kecil yang berkelompok secara tiba-tiba, berisi
cairan bening atau putih, nyeri, dan gatal. Bintik-bintik ini kemudian dapat bernanah atau terkikis.

Penanganan eksema yang terinfeksi

Hal berikut harus dilakukan sebelum mengoleskan krim lainnya: Kerak harus dibuang dan
bagian basah berair harus dibersihkan sebelum mengoleskan pelembab, kortikosteroid, atau balutan
basah. Buang dan bersihkan bagian-bagian tersebut saat anak dimandikan.

Jika infeksi disebabkan oleh bakteri, antibiotik dapat diberikan secara oral (lewat mulut).
Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah cephalexin atau flucloxacillin, 4 kali per hari selama
10 hari. Untuk infeksi yang berat, bayi di bawah usia 6 bulan, kekhawatiran akan keterlibatan mata,
atau anak yang demam dan tampak sakit berat, flucloxacillin digunakan lewat jalan infus. Setelah
kondisi membaik, pengobatan kemudian diteruskan dengan flucloxacillin oral hingga total 10 hari.
Bath oil antiseptik mungkin diperlukan jika anak terus mengalami infeksi berulang pada eksemanya.

Jika infeksi yang terjadi adalah infeksi oleh HSV 1, acyclovir oral diberikan 5 kali per hari
selama 10 hari. Untuk infeksi berat atau anak yang tampak sakit berat dan demam, acyclovir dapat
diberikan lewat jalan infus. Setelah kondisi membaik, pengobatan diteruskan dengan acyclovir oral
hingga total 10 hari. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan eksema yang terinfeksi oleh virus sering
kali juga terinfeksi oleh bakteri.

Anda mungkin juga menyukai