Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL KEGIATAN UKM

KUNJUNGAN PASIEN DERMATITIS DI POLI UMUM PUSKESMAS


SYAMTALIRA BAYU

1. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang
menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papula, vesikel, skuama) dan gatal. Dermatitis kontak ialah dermatitis
karena kontak eksternal, yang menimbulkan fenomena sensitisasi
(alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis kontak dibagi menjadi dua
yaitu kontak iritan dan kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau
berulang pada trauma fisik atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan
bisa terjadi pada siapapun yang terpajan. Sedangkan Dermatitis kontak
alergi yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi
hipersensitivas tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal.
Hasil Penelitian Febria Suryani tahun 2011, faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam dua faktor,
faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi
bahan kimia dan lama kontak. Faktor tidak langsung yaitu Suhu dan
kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat alergi dan
personel hygine.
Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80%
penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara
dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama
dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan
14-20%.
Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi.
Menurut Kementrian Kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI, 2009), penyakit kulit

1
masih merupakan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke-3 di
Indonesia. Salah satunya yaitu penyakit Dermatitis.

2. Nama Kegiatan
Pemaparan mengenai penyakit dermatitis pada pasien di Poli Umum
Puskesmas Syamtalira Bayu.

3. Tujuan Kegiatan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:
a) Menjelaskan kepada masyarakat yang berobat di poli umum Puskesmas
Syamtalira Bayu tentang penyakit dermatitis.
b) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang kelainan kulit terutama
dermatitis dan bagaimana pencegahan terhadap penyakit tersebut dan
penatalaksanaan yang tepat agar tidak menimbulkan keluhan yang sama
di kemudian hari.
c) Menumbuhkan sikap peduli masyarakat terutama yang datang dengan
keluhan kelainan kulit untuk selalu menjaga kebersihan kulit dan
menghindari faktor-faktor pencetus dermatitis.

4. Waktu dan Tempat Kegiatan


a. Tempat : Poli Umum Puskesmas Syamtalira Bayu
b. Waktu Kegiatan : 13 Februari 2017 s/d 24 Februari 2017
c. Peserta : Masyarakat yang berobat ke poli Umum
Puskesmas Syamtalira Bayu yang menderita dermatitis
d. Pelaksana : Dokter Internship Puskesmas Syamtalira Bayu

5. Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menemukan pasien dengan
kasus-kasus dermatitis, kemudian memberikan penjelasan mengenai dermatitis
dalam bentuk pemaparan tentang penyakit dermatitis mulai dari definisi,
penyebab dan faktor pencetus dermatitis, gejala klinik, pengobatan serta
pencegahan.

6. Materi

2
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama,
dan keluhan gatal).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit.

B. Klasifikasi
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, diantaranya:
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan
mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung
dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun
cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa
karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
ransangan pruritogenik.
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa
gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan
dan bagian belakang dari leher.

3. Dermatitis Atopik

3
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

4. Dermatitis Seboroik
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung,
antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

C. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik.
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula.

4
D. Manifestasi Klinik
Subyektif ada tandatanda radang akut terutama priritus ( sebagai
pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan
(rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function
laisa). Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi
polimorfik yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut. Pada
permulaan eritema dan edema. Edema sangat jelas pada klit yang longgar
misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini
terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat vesikel-veikel fungtiformis
yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat
disertai bula atau pustul, jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti
tidak madidans bila gelembung-gelumbung mengering maka akan terlihat
erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering
disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya
timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai
sekuele terlihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan
kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau
tidak tegas, penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan universal.
Berikut adalah berbagai bentuk kelainan kulit atau efloresensi berdasarkan
stadium:
1. Stadium akut; eritema, edema, vesikel atau bula, erosi atau eksudasi,
sehingga tampak basah (madidans)
2. Stadium subakut; eritema berkurang, eksudasi mengering menjadi
krusta.

5
3. Stadium kronik; tampak lesi kering, skuama, hiperpigmentasi,
likenifikasi, papul, dapat pula terdapat erosi atau ekskoriasi akibat
garukan berulang.
Gambaran klinis tidaklah harus sesuai stadium, karena suatu
penyakit dermatitis muncul dengan gejala stadium kronis. Begitu pula
dengan efloresensi tidak harus polimorfik, karena dapat muncul oligomorfik
(beberapa) saja. Keluhan penyakit dermatitis merupakan hal yang sering
terjadi, karena penyakit ini dapat menyerang pada orang dengan rentang
usia yang bervariasi, mulai dari bayi hingga dewasa serta tidak terkait
dengan faktor jenis kelamin.

E. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi
penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Munculnya eksim dapat dihindari
dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :

Jaga kelembaban kulit.

Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.

Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.

Kurangi Stress.

Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang


menggaruk seperti wool dan lain lain.

Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen


dan larutan lainnya.

Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan


alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain
lain.

Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan


alergi.

2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal

6
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak
kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa
topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
2) Radiasi ultraviolet
3) Siklosporin A
4) Antibiotika dan antimikotika
5) Imunosupresif

b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
2) Kortikosteroid
3) Siklosporin

7. Permasalahan
Kunjungan pasien ke poli umum dengan gejala dermatitis . Adapun
permasalahan yang ditemukan saat pasien berobat ke Puskesmas Syamtalira
Bayu antara lain:
1. Pola pikir masyarakat yang masih sulit diubah seperti: kurangnya personal
hygiene, kurang patuh terhadap edukasi yang kita berikan untuk
mencegah kontak dengan alergen dan bahan-bahan iritan sehingga
seringkali pasien datang berulang-ulang dan bahkan bisa disertai dengan
infeksi sekunder.

7
8. Kesimpulan
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang
dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi
polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu : respon kulit terhadap agen-
agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri adanya respon alergi.
Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif
ada tandatanda radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema
atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa). Sedangkan
secara Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi
polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Tardan MPC, Zug KA. Allergic contact dermatitis. In: Goldsmith LA,
Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine.8thed. New York: Mc Graw-Hill
Book CO;2012.p.152-821.
2. Amado antoine, Sood A, Taylor JS. Irritant contact dermatitis. In:
Goldsmith LA, Katz IS, Gilchrest BA, Leffel DJ, Wolff K editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 8thed. New York: Mc
Graw-Hill Book CO;2012.p.499-506.
3. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. (2000). Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Surabaya : Panitia Medik Farmasi dan Terapi
RSUD Dr. Soetomo.
4. Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3, Cet. 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
5. repository.maranatha.edu/1928/3/0510098_Chapter1.pdf
6. eprints.ung.ac.id/12370/2/2014-1-1-14201-841410151-bab1-
10082014080442.pdf

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN

9
POLI UMUM

KUNJUNGAN PASIEN DERMATITIS DI POLI UMUM PUSKESMAS


SYAMTALIRA BAYU

Di Wilayah Kerja Puskesmas Syamtalira Bayu

Mengtahui Syamtalira Bayu, Februari 2017

Pedamping Peserta

dr. KEMALASARI dr. NOVIA MAHMUDAH

Nip. 197011112002122005

10

Anda mungkin juga menyukai