Anda di halaman 1dari 20

KONFLIK SOSIAL

KONFLIK SOSIAL
1. Pengertian konflik

Konflik adalah suatu pertentanngan yang terjadi antara dua pihak dan masing-masing berusaha
mempertahankan hidup, eksistensi, dan prisipnya.

Konflik dalam masyarakat dikelompokkan menjadi beberapa kategori antara lain:

Konflik pribadi

Konflik pribadi merupakan konflik yang terjadi antarpribadi karena adanya perbedaan-perbedaan
tertentu yang saling dipertahankan oleh masing-masing pihak.

Konflik rasial

Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan kebudayaan
yang saling bertabrakan.

Konflik politik

Konflik politik menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat (kepentingan) maupun di


antara negara-negara yang berdaulat.

Konflik antarkelas sosial

Konflik antarkelas sosial adalah konflik yang umumnya terjadi karena perbedaan kepentingan
masing-masing kelas sosial. Misalnya seperti yang diungkapkan oleh Karl Marx yaitu konflik
antara kelas borjuis dan proletar (buruh).

Konflik antarkelompok

Konflik antar kelompok adalah konflik yang terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata
pencaharian yang sama atau terjadi karena pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu. Di
samping itu mungkin ada pemaksaan agama, dominasi politik, adanya konflik tradisional yang
terpendam.

Tawuran antarpelajar merupakan contoh dari tawuran antarkelompok yang biasanya didasari
oleh dendam yang diwariskan ke juniornya terhadap kelompok lain yang bertentangan
Konflik internasional

Konflik internasional biasanya berawal dengan adanya pertentangan antara dua negara karena
kepentingan yang berbeda. Konflik internasional yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa
kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan.

Konflik berbasis massa

Konflik berlangsung terutama dengan memanfaatkan kekuatan massa. Aspek kognitif dan afektif
rakyat yang sebelumnya sudah terkondisi dengan ideologi aliran dan ideologi kelompok
dimanipulasi sebagai kekuatan pendukung yang efektif.

2. Sebab terjadinya konflik

Perbedaan pendirian dan perasaan seseorang makin tajam sehingga timbul bentrok
Perubahan sosial yang terlalu cepat dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi dan
perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai baru
Perbedaan kebudayaan yang mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku
perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan
pertentangan kelompok
Bentrokan antarkepentingan baik perseorangan maupun kelompok, misalnya kepentingan
ekonomi, sosial, politik, ketertiban, dan keamanan
Permasalahan bidang ekonomi, seperti kelangkaan BBM
Lemahnya kepemimpinan pada berbagai tingkatan (weak leadership)
Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian atau seluruh kelompok masyarakat
Rendahnya tingkat penegakan hukum
Terorisasi nilai-nilai tradisional yang mengedepankan kebersamaan dan harmoni
Sejarah operasi pemerintah pada masa lalu terutama melalui kekuatan militer bersenjata.

3. Dampak terjadinya konfliK

a. Aspek sosial budaya

Dampak negatif:

Semakin memperkukuh stereitip

Memperjelas jarak sosial

Perubahan kepribadian para individu

Dominasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertikai tidak seimbang)

Takluknya salah satu pihak karena dominasi

Dampak positif:

Memperkuat solidaritas internal kelompok

Pertentangan dua kubu memunculkan simpati dari orang/kelompok lain

Akomodasi (apabila kekuatan pihak yang saling bertentangan seimbang)

b. Aspek hukum

Pelanggaran HAM

masalah kepemilikan tanah

c. Aspek ekonomi dan tata ruang kota

Kehilangan lapangan pekerjaan


Muncul lapangan kerja baru

Masalah daerah kumuh

d. Aspek kependudukan

Perpindahan penduduk (karena konflik berkepajangan)

Muncul masalah sosial lainnya seperti kesehatan , keamanan, ketenagakerjaan, dsb.

e. Aspek pemerintah dan pelayanan publik

Banyaknya penduduk yang migrasi memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas
pada pelayanan publik

4. Usaha untuk meyelesaikan konflik

Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu usaha memerhatikan keinginan pihak-pihak yang berselisih guna
mencapai suatu persetujuan

Mediasi

Mediasi merupakan pengendalian konflik yang melibatkan pihak ketiga sebagai penasehat dalam
penyelesaian konflik. Pihak ketiga tidak berhak memutuskan apalagi secara sepihak.

Arbitrasi

Pihak ketiga sebagai penengah. Pihak ketiga dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai atau
badan yang lebih tinggi.

5. Cara mewujudkan integrasi sosial

Bentuk-bentuk integrasi

1. Intergrasi nasional

Proses penyatuan unsur-unsur nasional agar tercapai suatu kesatuan nasional yang serasi dan
harmonis bagi suatu negara

Intergrasi sosial

Proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat
Integrasi bangsa

Perpaduan berbagai unsur seperti suku, tradisi, kepercayaan,agama, sosial budaya, dan
sebagainya.

Integrasi kebudayaan

Penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai


keserasian fungsinya dalam kehidupan masyarakat.

Faktor pendorong terwujudnya integrasi sosial

1. Sistem sosial, wujud kebudayaan, dan unsurnya


2. Budaya nasional sebagai sistem gagasan yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai salah satu substansi budaya nasional.

A. Pengertian Konflik Menurut Pendapat Para Ahli


Konflik juga banyak didefinisikan oleh para ahli antara lain sebagai berikut....

Menurut Soerjono Soekanto: Pengertian konflik menurut soerjono soekanto adalah suatu
proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan dengan disertai ancaman dan kekerasan
Menurut Gillin dan Gillin: Pengertian konflik menurut gillin dan gillin adalah bagian dari proses
sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku.
Menurut Robert M. Z. Lawang: Pengertian konflik menurut Robert M.Z. Lawang adalah sebuah
perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti, nilai, status, kekuasaan dan
sebagainya.
Menurut De Moor: Pengertian konflik menurut de moor adalah konflik yang terjadi ika para
anggotanya secara besar- besaran membiarkan diri dibimbing oleh tujuan (nilai) yang
bertentangan.
Menurut Lewis A. Coser: Pengertian konflik menurut Lewis A. Coser adalah sebuah perjuangan
mengenai nilai-nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bermaksud untuk menetralkan,
mencederai, atau melenyapkan lawan.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1997): Pengertian konflik menurut Taquiri dalam
Newstorm dan Davis adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontraversi dan pertentangan
di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan
Menurut Minnery: Pengertian konflik menurut minnery adalah interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan, namun terpisahkan oleh
perbedaan tujuan.

B. Faktor-Faktor Penyebab Konflik


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut...

Perbedaan indvidu; perbedaan pendirian dan perasaan


Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda
pula. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya
Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok bisa menyangkut bidan ekonomi,
politik dan juga sosial.
Terdapat perubahan nilai yang cepat secara tiba-tiba dalam masyarakat

C. Macam-Macam Konflik
Terdapat berbagai macam konflik yang dikelompokkan dalam beberapa jenis antara lain sebagai
berikut...

1. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pihak Yang Terlibat Di Dalamnya

Konflik dalam diri individu (conflik within the individual), adalah konflik yang terjadi karena
memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak
untuk di tinggalkan.
Konflik antar-individu (conflik among individual), adalah konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Konflik antar individu dan kelompok (conflik among individual and groups), adalah konflik yang
terjadi karena terdapat individu yang gagal beradaptasi dengan norma-norma kelompok dimana
tempat ia bekerja.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the same
organization) adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan tersendiri dan
berbeda yang ingin di capai.
Konflik antar organisasi (conflik among organization), adalah konflik yang terjadi karena
tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan dampak negatif bagi
anggota organisasi lain.
Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflik among individual in different
organization), adalah konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku anggota organisasi yang
berdampak negatif anggota organisasi lain.

2. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Fungsinya

Konflik konstruktif, adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan
organisasi.
Konflik destruktif, adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan
organisasi.

3. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi

Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki jabatan yang tidak
sama dengan dalam organisasi.
Konflik horizontal, adalah konflik yang terjadi karena memiliki kedudukan/jabatan yang sama
atau setingkat dalam organisasi.
Konflik garis staf, adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang posisi komando, dengan
pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi.
Konflik peran, adalah konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari satu.
4. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Dampak Yang Timbul

Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi
yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain.

5. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Sumber Konflik

Konflik tujuan, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau
kelompok yang memunculkan konflik
Konflik peranan, adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.
Konflik nilai, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh
seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.
Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat
dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi.

6. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Bentuknya

Konflik realistis, adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok atas
tuntutannya.
Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan.

7. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya

Konflik in-group, adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri
Konflik out-group, adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan
suatu kelompok atau masyarakat lain.

8. Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pendapat Dahrendorf

Konflik antara atau dalam peran sosial, seperti antara peran seseorang dalam keluarga dan
peran dalam pekerjaan (profesi).
Konflik antara kelompok-kelompok sosial,
Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
Konflik antara satuan nasional, seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani kasus
tertentu.
Konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional,

D. Dampak Positif dan Negatif Konflik


Konflik tidak hanya memberikan hasil yang berakibat negatif bagi masyarakat, namun konflik juga
memberika dampak yang berakibat positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Macam-macam dampak
positif dan negatif konflik adalah sebagai berikut...

a. Dampak Positif Konflik


Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari
Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai yang diserta dengan hubungan sosial dalam
kelompok yang bersangkutan.
Jalan untuk mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok
Untuk mengurangi atau menekan adanya pertentangan yang terjadi dalam masyarakat
Membantu menghidupkan kembali norma lama dan menciptakan norma baru

b. Dampak Negatif Konflik

Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok
lain.
Keretakan hubungan antar anggota kelompok, seperti akibat konflik antarsuku
Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, seperti adanya rasa benci dan saling curiga
akibat perang
Adanya kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik
SUMBER KONFLIK SOSIAL

Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu
beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit itu untuk
dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan
sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia
tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya. Kadang
sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-
ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu
sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa
menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu,
apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab
munculnya konflik kepentingan sebagai berikut: (1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan
tujuan, (2) langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang,
popularitas dan posisi, dan (3) persaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling
bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk
suatu penghargaan serta hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul
(Johnson & Johnson, 1991). Menurut Anoraga (dalam Saputro, 2003) suatu konflik dapat
terjadi karena perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan perasaan
sensitif.
1. Perbedaan pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masing-masing pihak
merasa dirinya benar, tidak ada yang mau
mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat
menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
2. Salah paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya
tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh
individu yang lain.
3. Ada pihak yang dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing
pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang
enak, kurang senang atau bahkan membenci.
4. Perasaan sensitif
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain.
Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar, tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Baron & Byrne (dalam Kusnarwatiningsih, 2007) mengemukakan konflik disebabkan
antara lain oleh perebutan sumber daya, pembalasan dendam, atribusi dan kesalahan
dalam berkomunikasi. Sedangkan Soetopo (2001) juga mengemukakan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi timbulnya konflik, antara lain: (1) ciri umum dari pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik; (2) hubungan pihak-pihak yang mengalami konflik sebelum
terjadi konflik; (3) sifat masalah yang menimbulkan konflik; (4) lingkungan sosial tempat
konflik terjadi; (5) kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; (6) strategi yang
biasa digunakan pihak-pihak yang mengalami konflik; (7) konsekuensi konflik terhadap
pihak yang mengalami konflik dan terhadap pihak lain; dan (8) tingkat kematangan
pihak-pihak yang berkonflik. Ada enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula
(antecedent conditions) yang menjadi penyebab konflik, yaitu: (1) persaingan terhadap
sumber-sumber (competition for resources), (2) ketergantungan pekerjaan (task
interdependence), (3) kekaburan bidang tugas (jurisdictional ambiguity), (4) problem
status (status problem), (5) rintangan komunikasi (communication barriers), dan (6) sifat-
sifat individu (individual traits) (Robbins, Walton & Dutton dalam Wexley & Yukl,
1988).
Schmuck (dalam Soetopo dan Supriyanto, 1999) mengemukakan bahwa kategori sumber-
sumber konflik ada empat, yaitu (1) adanya perbedaan fungsi dalam organisasi, (2)
adanya pertentangan kekuatan antar orang dan subsistem, (3) adanya perbedaan peranan,
dan (4) adanya tekanan yang dipaksakan dari luar kepada organisasi.
Sedangkan Handoko (1998) menyatakan bahwa sumber-sumber konflik adalah sebagai
berikut.
1. Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti, atau informasi yang mendua dan
tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.
2. Struktur: pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan
atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-
sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-
kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. Pribadi: ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku
yang diperankan pada jabatan mereka,
dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.
Berbeda pula dengan pendapat Mangkunegara (2001) bahwa penyebab konflik
dalam organisasi adalah: (1) koordinasi kerja yang tidak dilakukan, (2) ketergantungan
dalam pelaksanaan tugas, (3) tugas yang tidak jelas (tidak ada diskripsi jabatan), (4)
perbedaan dalam orientasi kerja, (5) perbedaan dalam memahami tujuan organisasi, (6)
perbedaan persepsi, (7) sistem kompetensi intensif (reward), dan (8) strategi
permotivasian yang tidak tepat. Berdasarkan beberapa pendapat tentang sumber konflik
sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik
dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya
perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri
individu misalnya adanya tekanan dari lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber
daya yang ada.
1. Faktor Penyebab Konflik
a. Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik,
biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian
dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda- beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.
Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian
dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani
menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian
kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi
pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di
sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena
perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang
memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati
sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai
kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang
tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini,
jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan prosesproses sosial
di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Pengertian & Bentuk Konflik Sosial

Pengertian dan Bentuk-bentuk Konflik Sosial

Konflik merupakan salah satu bagian dalam interaksi sosial yang berbentuk disosiatif. Konflik ini jika
dibiarkan berlarut-larut dan berkepanjangan serta tidak segera ditangani akan menimbulkan terjadinya
disintegrasi sosial suatu bangsa. Suatu keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik
adalah perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan.

1. Pengertian
Sebelum lebih jauh berbicara tentang konflik ada baiknya diketahui dulu arti konflik. Beberapa ahli
memberikan definisi tentang konflik dari sudut pandang masing-masing. Berikut ini adalah pendapat
mereka tentang pengertian konflik.

a. Berstein (1965). Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak
dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam
interaksi manusia.
b. Robert M.Z. Lawang. Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai,
kekuasaan, di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga
untuk menundukkan saingannya.
c. Ariyono Suyono Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak
berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-
nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
d. James W. Vander Zanden Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai
suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat
yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
e. Soerjono Soekanto. Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang
per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
konflik berlangsung dengan melibatkan orangorang atau kelompok-kelompok yang saling menantang
dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk
mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang
atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Bentuk-Bentuk Konflik
Konflik adalah proses sosial yang di dalamnya orang per orang atau kelompok manusia berusaha
mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan menggunakan ancaman atau kekerasan.
Sebagai bagian masyarakat negara dan masyarakat dunia, tidak ada seorang pun yang menginginkan
timbulnya konflik. Walaupun demikian, konflik akan selalu ada di setiap pola hubungan dan juga budaya.
Pada dasarnya konflik merupakan fenomena dan pengalaman alamiah.

Konflik dalam masyarakat dibedakan menjadi konflik pribadi, konflik rasial, konflik antarkelas sosial,
konflik internasional, konflik berbasis massa, dan konflik antarkelompok.

a. Konflik Pribadi

Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang per orang. Masalah yang menjadi dasar
perlawanan atau konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Konflik pribadi tidak jarang terjadi antara
dua orang sejak mulai berkenalan. Biasanya hal itu terjadi jika sejak awal di antara mereka sudah tidak
ada rasa simpati dan tidak saling menyukai. Akan tetapi, tidak jarang pula terjadi konflik di antara dua
orang yang sudah lama saling kenal dan menjalin hubungan baik. Dalam perjalanan hubungan
persahabatan itu terjadi konflik yang tidak bisa disatukan. Dalam konflik pribadi masing-masing pihak
berusaha memusnahkan lawannya. Di antara orang yang bertikai saling memaki dan menghina bahkan
bisa terjadi perkelahian fisik

b. Konflik Rasial

Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang
saling bertabrakan. Konflik rasial sudah berlangsung lama dalam sejarah kehidupan manusia. Konflik
rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling
sempurna di antara ras lainnya. Konflik rasial misalnya, terjadi di Afrika Selatan yang terkenal dengan
politik apartheid. Konflik ini terjadi antara golongan kulit putih yang merupakan kelompok penguasa dan
golongan kulit hitam yang merupakan golongan mayoritas yang dikuasai.

Konflik antarras di Afrika Selatan ini meluas tidak hanya pada isu seputar masalah rasial, tetapi sampai ke
masalah ekonomi, politik, dan sosial budaya. Secara nyata golongan penguasa yang notabene kulit putih
memisahkan aktivitasaktivitas ekonomi dan sosial budaya. Mereka telah menyediakan tempat tersendiri
yang terpisah untuk melakukan aktivitasnya.

Konflik ini berakhir dengan dimenangkannya pemilu oleh golongan kulit hitam. Politik apartheid
kemudian dihapuskan di Afrika Selatan. Contoh lain konflik rasial adalah konflik antara suku Indian
dengan para migran dari Eropa. Kelompok migran orang-orang Eropa ini berusaha membinasakan
eksistensi suku-suku Indian.

c. Konflik Politik

Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut ketidaknyamanan atau
ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering mengakibatkan konflik antarmasyarakat.
Konflik politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di
antara negara-negara yang berdaulat. Konflik politik pernah terjadi antara Indonesia dan Malaysia pada
tahun 1963.

d. Konflik Antarkelas Sosial

Konflik antarkelas sosial merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu terjadi umumnya
dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut. Misalnya, antara karyawan pabrik
dengan pemiliknya karena tuntutan kenaikan gaji dari karyawan akibat minimnya tingkat kesejahteraan.

e. Konflik Internasional

Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena
perbedaan kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional sebenarnya bermula dari konflik
antara dua negara karena masalah politik atau ekonomi. Konflik berkembang menjadi konflik
internasional karena masing-masing pihak mencari kawan atau sekutu yang memiliki kesamaan visi atau
tujuan terhadap masalah yang dipertentangkan. Dengan demikian, terjadilah konflik internasional. Contoh
konflik internasiof.

Konflik Antarkelompok

Konflik antarkelompok terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing. Selain itu, karena ada pemaksaan agama, dominasi
politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Misalnya, hubungan antara golongan mayoritas
dan minoritas. Koalisi golongan minoritas mungkin dalam bentuk sikap menerima, agresif, dan
menghindari atau asimilasi. nal adalah Perang Dunia II. Konflik terjadi antara kelompok sekutu dan
kelompok sentral.

Proses Terjadinya Konflik Sosial


Proses konflik tidak hanya mengacu kepada bentuk konflik yang nampak dan tindakan yang terbuka
dan penuh kekerasan, tapi juga bentuk yang tidak nampak, seperti situasi ketidaksepakatan antarpihak.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Oposisi atau Ketidakcocokan Potensial


Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang menciptakan kesempatan untuk
munculnya konflik. Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konfli, tetapi salah satu kondisi tersebut
perlu jika konflik harus muncul. Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori : komunikasi, struktur
dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama konflik. Selain itu, masalah -
masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang
kesalahpahaman.
Struktur juga bisa menjadi titik awal konflik. Struktur dalam hal ini meliputi ukuran, derajat spesialisasi
dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota, tujuan,
gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat ketergantungan antara kelompok - kelompok. Variabel
pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu
dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah dilihat dari kumisnya, suaranya, pakaiannya dan
sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik
kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal konflik.

2. Kognisi dan Personalisasi


Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing - masing pihak terhadap
konflik yang sering dihadapi. Kesadaran oleh salah satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi - kondisi
yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Jika hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkat
terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan,
ketegangan, frustasi dan permusuhan.

Kognisi dan personalisasi merupakan tahap di mana isu - isu konflik biasanya didefinisikan dan akan
menentukan jalan untuk penyelesaian konflik. Misalnya, emosi yang negatif dapat menyebabkan
peremehan persoalan menurunnya tingkat kepercayaan dan interprestasi negatif atas perilaku pihak
lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat meningkatkan kemampuan untuk melihat potensi hubungan di
antara elemen - elemen suatu masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi dan
mengembangkan berbagai solusi yang lebih inovatif. Konflik disyaratkan adanya persepsi dengan kata
lain bahwa tidak berarti konflik bersifat personalisasi. Selanjutnya, konflik pada tingkatan perasaan yaitu
ketika orang mulai terlibat secara emosional.

3. Maksud
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak - pihak yang
berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku,
walaupun tidak selalu konsistem. Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima, sebagai berikut.

a. bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang
atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain dalam suatu episode konflik.

b. berkolaborasi, bila pihak - pihak yang berkonflik masing - masing berhasrat untuk memenuhi
sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencarian hasil yang bermanfaat bagi semua
pihak.
c. menghindar, jika salah satu dari pihak yang berkonflik mempunyai hasrat untuk menarik diri,
mengabaikan dari atau menekan suatu konflik.

d. mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau kesediaan dari
salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya di atas kepentingannya.

e. berkompromi, adalah suatu situasi di mana masing - masing pihak dalam suatu konflik bersedia
untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing - masing.

4. Perilaku
Perilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat untuk menghancurkan pihak lain,
serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau
tantanga terang - terangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.

5. Hasil
Hasil adalah jalinan aksi reaksi antara pihak - pihak yang berkonflik dan menghasilkan konsekuensi.
Hasil dapat bersifat fungsional, artinya konflik menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok atau
disfungsional yang artinya merintangi kinerja kelompok oleh pihak - pihak yang berkonflik. Perilaku
meliputi, upaya terang - terangan untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman
dan ultimatum, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang - terangan terhadap
pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.

Penyelesaian konflik (internal dan eksternal)


KONFLIK INTERNAL (BATIN)

Konflik batin adalah suatu keniscayaan. Semua manusia pasti mengalami konflik. Konflik ke
dalam yang bersifat pribadi, dikenal dengan istilah konflik batin. Selain tidak menimbulkan friksi
dengan manusia lainnya, konflik batin penyelesaiannya relatif lebih mudah. Misalnya, mau beli
mobil bagus keluaran terbaru, tapi tabungan yang ada masih sangat minim untuk menjangkau
harganya. Timbul konflik batin. Beli atau tidak? Pinjam tambahan ke bank atau tidak? Nanti
mencicilnya bagaimana, bisa apa tidak? Atau proyek apa lagi yang bisa dikorupsi? Konflik batin
bersifat individual. Andai orang itu memadamkan keinginan untuk membeli mobil terbaru, maka
usai sudah konflik yang menyertainya. Model penyelesaian menjadi lebih sederhana.

Dibawah ini kami berikan beberapa petunjuk untuk menanggapi konflik/ kesulitan-kesulitan
dalam hidup.
1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan. Jika ada satu masalah yang mengganggu
anda, janganlah hal ini disimpan dan disembunyikan. Uraikan kesulitan tersebut pada
orang yang anda percaya. dengan demikian orang lain itu bisa ikut membantu anda
dengan saran-sarannya dan ikut memecahkan kesulitan itu.
2. Menghindari kesulitan untuk sementara waktu. terutama jika anda menghadapi satu
masalah yang berat dan sulit pelik, hindari atau tinggalkan untuk sementara waktu
masalah tersebut. Jika anda tetap bersitegang hati hendak mengurus kesukaran dengan
rasa yang gelap, maka hal ini akan merupakan satu penghumukan diri sendiri. Dan anda
tidak akan mampu menemukan jalan keluar yang baik. Akan sia-sa sajalah usaha
tersebut.
3. Menyalurkan kemarahan. Kemarahan sebagai pola tingkah laku sering membuat anda
jadi menyesal dan membuat diri anda jadi ketolol-tololan. Jika anda berhasrat
menggempur seseorang dengan satu ledakan serangan kemarahan, cobalah menunda
terjadinya ledakan tadi sampai esok hari. Dan pada itu, sibukkanlah diri sendiri. dengan
menghapus kemarahan yang sudah hampir meletus, pastilah anda akan lebih mampu dan
lebih siap menghadapi kesulitan secara intelegen dan rasional. Sebab, kemarahan-
kemarahan hebat yang berlangsung lama, berulang-ulang kembali dan kronis sifatnya itu
dapat menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi dan gejala-gejala neurosa yang
gawat.
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik. Jika anda sering bertengkar dengan orang lain,
selalu keras kepala dan mau menang sendiri, dan selalu mau menentang, ingatlah bahwa
tingkah laku tersebut adalah kekanak-kanakan. Berpeganglah teguh pada pendirian
sendiri, jika sekiranya anda yakin berdiri di pihak yang benar, akan tetapi berlakulah
selalu tenang. Dan bersedia mengaku salah, jika pendirian anda ternyata kemudian
memang salah. Sungguhpun jika anda benar-benar ada di pihak yang benar, adalah lebih
mudah bagi anda sekiranya anda kadangkala bersedia mengalah. Jika anda ikhlas berbuat
sedemikian ini, maka anda akan mengalami bahwa lawan juga akan bersedia mengalah
pada saat lain. hasilnya ialah: (a) Anda terbebas dari tekanan batin dan konflik, (b) Anda
akan menemukan cara penyelesaian internal dan eksternal yang praktis, (c) Juga akan
mendapatkan kepuasan dan dapat mencapai kematangan pribadi.
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/ kesosialan. Jika
anda terlalu sibuk dengan diri sendiri atau terlalu terlibat dalam kesulitan-kesulitan
sendiri, cobalah berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain. Hal ini akan
menumbuhkan rasa harga diri, rasa berpartisipasi idalam masyarakat dan bisa
memebrikan arti atau satu nilai hidup kepada anda. Jiug memberikan rasa kepuasan dan
keindahan karena anda merasa berguna.
6. Menyelesaikan satu tugas dalam satu saat. bagi anda yang selalu menanggung banyak
kecemasan, dan dalam keadaan stress, suatu tugas yang ringan dan biasapun akan
merupakan beban yang berat baginya. Jika terjadi demikian, pilihlah satu tugas/
pekerjaan yang harus diselesaikan paling dahulu dengan mengesampingkan hal-hal lain
atau tugas-tugas lain. Jika anda dapat menyelesaikan kesukaran yang pertama ini, maka
kesulitan-kesulitan yang lain dengan mudah dapat diatasi. Jika anda merasa tidak mampu
memecahkan satu persoalan, maka bertanyalah pada diri sendiri, apakah anda tidak
terlalu ambisius, tidak menganggap harga diri sendiri terlalu tinggi dan terlampau
terlampau penting, sehingga melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri. Dan apakah anda
tidak terlalu banyak menuntut pada hal-hal yang sulit dicapai.
7. Jangan menganggap diri terlalu super. Curahkan segenap kemampuan anda dalam
suatu usaha. Tapi jangan hendaknya anda membebani diri sendiri dengan satu tugas dan
cita-cita yang sekiranya tidak akan sanggup anda capai. Dan janganlah percaya bahwa
anda akan bisa mencapai satu kesempurnaan. Sebab kesempurnaan sejati itu hanya ada
pada Tuhan.
8. Menerima segala kritik dengan dada lapang. Ada orang yang terlalu banyak
mengharap dari orang lain, dia akan merasa sangat kecewa an mengalami frustasi jika ada
orang lain yang tidak bisa memuaskan dirinya, terlebih lagi jika orang lain itu tidak
sesuai dengan norma/ standard ukuran sendiri dan kemauannya. Maka ingatlah bahwa
setiap pribadi mempunyai hak untuk berkembang sebagai individu yang unik, otonom,
dan bebas. Karena itu janganlah dirinya kita jadikan obyek manipulasi demi kepentingan
sendiri. Seorang yang kecewa karena melihat kekurangan orang lain sebenarnya pada
intinya dia sangat kecewa pada diri sendiri. Orang yang demikian ini akan mengganggap
perlu adanya perbaikan pada orang lain, tetapi menganggap tidak ada faedahnya untuk
mengadakan koreksi pada diri sendiri. hal ini menunjukkan ketidakdewasaan pribadinya.
karena itu demi peningkatan martabat sendiri, hendaknya kita menerima segala macam
kritik dengan lapang dada demi perkembangan pribadi kita.
9. Memberikan kemenangan pada orang lain. Orang yang selalu dalam ketegangan
batin, biasanya empunyai semboyan saya harus lebih unggul daripada orang lain dan
harus menang, Tidak peduli apakah yang dilakukannya itu perbuatan besar atau pekerjaan
yang kecil dan remeh. segala kejadian dianggap sebagai pacuan, yang harus dimenangkan
olehnya dimana harus ada seorang yang kalah dan luka-luka. Kompetisi atau persaingan
dalam kehidupan itu memang harus ada demi kemajuan dunia. Akan tetapi yang lebih
penting ialah adanya unsur kerjasama (yang mutlak harus ada) demi kelangsungan hidup
individu dan kehidupan bersama, demi ketententraman dan kebahagiaan insani.
Kerjasama merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam kehidupan bersama, kalau
manusia masih mau mempertahankan hidupnya dan ingin tenteram batinnya. Jika kita
bersedia menerima orang lain sebagai pemenang, hal ini akan memudahkan pengertian
diri sendiri. Selanjutnya jika orang lain itu tidak lagi merasa terancam oleh kita sebab ia
pernah dimenangkan walaupun sebenarnya ia jatuh terkapar kalah, maka dia juga akan
berhenti menjadi ancaman bagi kita (dia akan berhenti mengancam diri kita).

KONFLIK EKSTERNAL (SOSIAL

konflik sosial adalah konflik yang bersifat terbuka. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan
pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi dan
bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang atau lembaga
terancam.

Cara-cara Pemecahan konflik

Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan
akomodasi. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan
tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan
perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan
perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.

2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini
terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan
informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.

3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang
mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan
Belanda.

4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk
Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan
buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.

5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua
belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :

1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang
diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.

2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk
dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara
pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati
oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat
untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.

5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-


pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai