NAMA : KUSDINI
NIM : G11116053
KELAS : DDIT E
KELOMPOK : 14
ASISTEN : NURUL AZIZAH ZAHRAENI
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Air yang diserap tanaman di samping
berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan
melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah
sekitarnya (evaporasi) di sebut evapotranspirasi. Air itu sendiri bisa berupa air
hujan, air sungai ataupun air lainnya. Air yang tersimpan dalam tanah dan untuk
kebutuhan organisme lainnya disebut kadar air tanah (Hanafiah K.A 2008).
Kadar air tanah (water storage) merupakan selisih masukan air (water
gain) dari presifitasi (meliputi hujan, salju, kabut) yang menginfiltrasi tanah
ditambah hasil kondensasi (oleh tanaman dan tanah) dan adsorpsi (oleh tanah)
dikurangi air yang hilang (water loss) lewat evapotranspirasi, aliran permukaan,
perkolasi dan rembesan lateral yang secra umum disebut sebagai persamaan air-
tanah (Hanafiah, 2014).
Kadar air tanah sangat mempengaruhi segala organisme yang ada di
sekitarnya. Jumlah kadar air dalam tanah tentu memberikan gambaran mengenai
apa-apa yang perlu kita lakukan untuk mencukupi kadar air tanah atau proses apa
saja yang dilakukan walaupun jumlah kadar air dalam tanah sedikit.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum kadar air
tanah.
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui persentase kadar air tanah.
Sedangkan kegunaan praktikum ini sebagai bahan informasi mengenai
pengolahan tanah yang cocok pada setiap jumlah kadar air tanah yang bervariasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air tanah merupakan koefisien yang menunjukakan ketersediaan air tanah
dalam kondisi seperti koefisien layu serta kapasitas infiltrasi. Koefisien layu (titik
layu permanen atau titik kelembaban) adalah kondisi kadar air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktvitas
dan mempertahankan turgonya. Pada kondisi ini hanya yang tersisa air adhesi dan
kohesi yang terikat lebih kuat oleh gaya matrik tanah yaitu pada tegangan sekitar
15 atm (Hanafiah, 2014).
Menurut Hanafiah (2005), bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari:
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah
terisi oleh air. Pada kondisi ini tegangan pada permukaan lapisan air hampir 0
- < 1/3 atm, sehingga air ini terutama yang mengisi pori-pori makro segera
turun ke bawah tertarik oleh gaya gravitasi.
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori tanah
mulai menipis, sehingga tegangan antara air udara meningkat hingga lebih
besar dari gaya gravitasi. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan
air sekitar 1/3 atau pF 2,54.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisikadar air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas sehingga tanaman memjadi layu secara permanen. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya suplai air/hujan. Pada kondisi ini air yang tersisa
hanya air adhesi dan kohesi yang terikat oleh gaya matrik tanah, yaitu pada
tegangan sekitar 15 atm.
4. Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah, yaitu pada tegangan minimal 31 atm.
Menurut Madjid (2010), ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi:
1. Banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air
2. Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui
vegetasi).
3. Tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam, dan kedalaman solum tanah.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-
tanah bertekstur kasar mempunyai daya manahan air lebih kecil dari pada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Air tanah selalu aktif semenjak permulaan dalam membantu proses
pembentukan horizon-horizon tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan
reaksi-reaksi kimia dalam pelapukan mineral. Air perkolasi membantu siklus
unsur hara dan pemindahan liat, oksidasi besi dan aluminium, garam-garam dan
lain-lain. Di daerah kering gerakan air ke atas, menyebabkan terjadinya akumulasi
garam di permukaan tanah (Hardjowigeno, 2003).
III. METODELOGI
Alat yang digunakan pada pengamatan kadar air tanah adalah timbangan analitik,
cawan petridis, desikator, dan oven. Sedangkan bahan yang digunakan pada
pengamatan kadar air tanah adalah sampel tanah kering udara, air dan kertas label.
Adapun prosedur kerja praktikum kadar air tanah dengan metode gravimetrik
adalah sebagai berikut:
1. Menimbang cawan petridis, dan menambahkan 20 gram tanah kering udara.
2. Mengeringkan dalam oven dengan suhu 105C selama 1 x 24 jam.
3. Mengeluarkan cawan yang berisi tanah dari oven lalu dinginkan, kemudian
menimbang cawan tersebut bersama tanah.
4. Menghitung % kadar air tanah dengam menggunakan rumus :
(ba)()
Kandungan air tanah = x 100 %
(ca)
Dimana :
Berat cawan petridis = a gram
Berat cawan petridis + Tanah kering udara = b gram
Berat cawan petridis + Tanah kering oven = c gram
Berat tanah kering udara =(ba)
Berat tanah kering oven =(ca)
Berat air yang hilang =(bc)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kadar air yang kami amati adalah kadar air pada lapisan I yaitu
memiliki kadar air sebesar 5,3 % dimana hal ini terjadi karena pada lapisan I
memiliki kadar bahan organik yang tinggi sehingga kekuataan mengikat air
tanahnya sangat baik. Hal ini sependapat dengan Hanafiah (2005) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan kadar air dalam tanah adalah bahan
organik. Disamping itu faktor teksur juga sangat berperan penting dimana pada
lapisan 1 memiliki tekstur liat sehingga daya pegang atau daya serapnya semakin
kuat yang menyebabkan kesersediaan air pada lapisan 1 sangat tinggi. Pada
lapisan II kadar airnya yaitu 2,655%. Dan pada lapisan tanah III kadar air yang di
ikat lebih besar dari lapisan II diman jumlah kadar yang di ikat sebesar 0,204%.
Pada tabel diatas lapisan I sampai pada lapisan III, dapat dilihat bahwa
semakin kebawah kandungan kadar airnya semakin banyak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa makin dalam kedalaman
solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kadar air tanah, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kadar air tanah yang diukur dan dihitung menggunakan metode
gravimetrik diperoleh hasil kadar air pad lapisan I yaitu 5,3%. Pada lapisan II
kadar air nya yaitu 2,655%. Dan pada lapisan III kadar air yang di ikat yakni
sebesar 0,204%. Dimana di ketahui bahwa semakin lembut tekstur suatu tanah
maka kekuatan untuk memegang atau mengikat air semakin tinggi, begitupun
sebaliknya meski besaran energi yang memegang air di dalam tanah adalah sama.
Begitupun dengan bahan organik semakin tinggi bahan organik yang terandung
dalam tanah maka semakin kuat pula lapisan tersebut memegang atau mengingat
air.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengolahan kadar air yang sangat rendah dilakukan dengan
menggunakan irigasi sehingga kadar airnya dapat dipertahankan atau tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
LAMPIRAN
Perhitungan lapisan 1
Diketahui : Berat cawan Petridis (a) = 7,4 gr
Berat cawan petridis + Tanah kering udara (b) = 27,4 gr
Berat cawan petridis + Tanah kering oven (c) = 26,4 gr
Berat tanah kering udara (b - a) = 20 gr
Berat tanah kering oven (c - a) = 19 gr
Ditanyakan :Kandungan kadar air =. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ?
Penyelesain:
()()
Kandungan kadar air = 100 %
(ca)
(20 )(19 )
Kandungan kadar air = 100 %
(45,2 gr)
1
Kandungan kadar air = 19 100 %