Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat
sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat kebutuhan hidup
masyarakat akan jasa sebuah perhotelan. Dari tahun ke tahun pertumbuhan hotel di kota
Yogyakarta semakin meningkat.

Namun kondisi berbeda dengan kehidupan masyarakat di kota Yogyakarta, disaat


maraknya pembangunan di kota ini seakan masyarakat Yogyakarta merasa terdesak oleh
pembangunan hotel, mall dan apartemen yang berada di lingkungan tempat tinggal
masyarakat. Sudah jelas bahwa lahan di Yogyakarta semakin tergerus oleh proses
pembangunan. Dampaknya, masalah lingkungan terutama masalah air dan limbah terjadi.

Dengan penjelasan dalam latar belakang masalah diatas dapat kita rumuskan bahwa
masalah yang terjadi ialah dampak yang dialami masyarakat kota Yogyakarta dengan
maraknya pembangunan hotel dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda.
B. Analisis Artikel

Meningkatnya jumlah hotel di Yogyakarta juga berpengaruh terhadap


meningkatnya pemaikan air. Hal itu menyebabkan sumur warga kering akibat hotel
yang menyedot air secara berlebihan, dan akibat pengelolaan air hotel yang tidak
dijalankan dengan baik. Warga sekitar Miliran, Semaki, Umbulharjo Kota Yogyakarta
merasakan dampak kekeringan tersebut.

Direktur Center for Integrated Development and Rural Studies, Francis


Wahono mengatakan, maraknya pembangunan hotel dan mall telah merusak
keistimewaan Yogyakarta, karena menggusur warga kampung dan menyebabkan
kerusakan lingkungan.(Apriando,2015)

Selain itu, pertumbuhan hotel yang tak terkendali riskan memicu masalah lain.
Beberapa di antaranya adalah meningkatnya produksi limbah, kemacetan dan pencemaran
udara serta terganggunya suplai air tanah dangkal yang biasa digunakan warga.

Dalam jangka pendek yang dirasakan akibat konversi lahan terbuka menjadi gedung
hotel atau pusat pertokoan adalah suhu udara yang makin panas, dan ancaman banjir
sekaligus. Berkurangnya daerah resapan air ditambah dengan saluran air yang jarang
dipelihara menambah ancaman banjir di Yogyakarta semakin nyata.(Wibowo,2012)

Hal itu juga akan berdampak pada sektor pertanian di Yogyakarta yang menyebabkan
berkurangnya jumlah hasil produksi pertanian di Yogyakarta akibat gagal panen. Selain itu,
meningkatnya jumlah hotel juga akan menyebabkan berkurangya lahan pertanian.

Pembangunan hotel dan mall juga berdampak pada sosiokultural masyarakat


Yogyakarta, yang semakin risih dengan pembangunan yang telah dilakukan. Penduduk
kampung tersebut merasa terpinggirkan dan merasa asing di kampungnya sendiri, merasa
kehilangan kampung beserta komunitas yang guyub rukun dalam bergotong royong.

Sebenarnya Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan moratorium penerbitan IMB


hotel baru pada 1 Januari 2014-31 Desember 2016. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan
Wali Kota (Perwal) Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 yang disahkan pada 20 November
2013.(Firdaus,2015)

Namun, Perwal itu dianggap tak efektif menghentikan pendirian hotel baru di
Yogyakarta. Sebab, aturan itu menyatakan, permohonan IMB hotel yang masuk sebelum 1
Januari 2014 tetap akan diproses. Akibatnya, alih-alih menghambat laju pertambahan hotel,
Perwal itu justru dianggap mempercepat pertumbuhan hotel di Yogyakarta.

C. Solusi

Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan yang


dialami oleh Kota Yogyakarta saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola
hidup masyarakat dan tingkat kebutuhan hidup masyarakat akan jasa sebuah perhotelan.
Keadaan ini bisa dibuktikan dari tahun ke tahun pertumbuhan hotel di kota Yogyakarta
semakin meningkat.

Namun dibalik pesatnya perkembangan jasa perhotelan, hal ini membawa dampak
yang kurang bak bagi masyarakat di Kota Yogyakarta yaitu masalah lingkungan yang
semakin memprihatinkan keadaannya serta keadaan sosiokultural masyarakat di kawasan
sekitar hotel menjadi terganggu. Hal ini juga di tambah kurang pedulinya para pengusaha
hotel dan investor dalam hal menjaga lingkungan. Walaupun pemerintah Kota sudah
menerbitkan kebijakan tentang pembatasan pembangunan hotel namun hal ini seakan sia-sia
karena sehari sebelum moratorium diberlakukan sudah ada 106 pengajuan IMB hotel yang
terlanjur masuk. Sesuai pasal 4 ayat 1 Perwal No. 77 Tahun 2013 bahwa permohonan IMB
yang masuk sebelum masa berlaku moratorium tetap akan diproses. Pasal tersebut berbunyi:
Permohonan IMB bangunan hotel yang telah terdaftar pada Dinas Perizinansebelum 1
Januari 2014, maka perizinannya tetap diproses berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan perkembangan jasa perhotelan yang


marak di kota yogyakarya bukan merubah pola hidup masyarakat dan tingkat kebutuhan
hidup masyarakat tapi malah cenderung merusak tatanan kehidupan masayarakat. Walaupun
pemerintah juga sudah berusaha untuk menekan jumlah pembangunan hotel tapi juga tidak
berpengaruh lantaran para pengusaha telah memasukkan berkas izin mereka sehari sebelum
moratorium diberlakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriando, Tommy.2015.Pembangunan Hotel Dan Mal di Yogyakarta Merusak


Lingkungan. Mengapa?. Diunduh dari http://www.mongabay.co.id pada hari Sabtu, 08
Agustus 2015 pukul 11.00 WIB

Wibowo,Sg.2012.Yogyakarta Dikepung Hotel. Diunduh dari http://www.kompasiana.com


pada hari Minggu, 09 Agustus 2015 pukul 21.00 WIB

Firdaus,Haris.2015. Dilema Hotel di Yogyakarta. Diunduh dari http://harisfirdaus.id pada hari Sabtu, 08
Agustus 2015 pukul 11.15 WIB

Noor,Lintang.2015. Kebijakan Pembatasan Pembangunan Hotel di Yogyakarta. Diunduh dari


https://www.academia.edu pada hari Minggu, 09 Agustus 2015 pukul 20.45 WIB

Anda mungkin juga menyukai